H.Supari Muslim,
POTENSI USAHA KERIPIK IKAN TERI WADER Dosen
UNTUKPengampu
MENINGKATKAN
PENDAPATAN
UKM M.Pd
Galuh Dhatuningtyas Harsono
1250874201
S1 TEKNIK ELEKTRO, TELEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Kondisi Perusahaan
Kondisi perusahaan
Usaha pengolahan keripik ikan teri Wader dirintis pada akhir tahun 2000 dengan
maksud menambah pendapatan dan mengolah ikan teri Wader yang selama ini
telah dikenal. Usaha ini baru 2 tahun. Lokasi usaha di desa Banyumanik,
Semarang. Bahan baku berupa ikan teri Wader diperoleh dari kota Salatiga
yang berjarak + 40 km ke arah selatan kota Semarang. Ikan teri Wader
merupakan salah satu komoditi Rawa Pening, Salatiga yang luasnya + 2.670
ha.
Para nelayan mengambil ikan dan menjualnya kepada Bapak YYZ, yang segera
mengolahnya untuk dipasarkan dalam bentuk teri Wader goreng setengah
matang. Ada beberapa pelaku usaha yang menjalankan bisnis serupa, namun
daerah pemasarannya berbeda. Pelaku usaha ini merupakan UK yang umumnya
tidak terdaftar. Keripik ikan teri Wader yang diproduksi oleh Ibu XYZ memiliki
mutu yang bagus, karena memiliki rasa enak, dengan bahan baku berukuran
bersih, relatif seragam dan tidak banyak bercampur dengan produk perikanan
lainnya.
Protein
Lemak
Zat besi
Teri kering
33,4
3,0
3,6
Bandeng
20,0
4,8
2,0
Ikan Mas
16,0
2,0
2,0
Telur ayam
12,8
11,5
2,7
Daging ayam
18,2
25,0
1,5
Daging sapi
18,8
14,0
2,8
1) Bahan utama, yaitu ikan teri Wader basah dan ikan teri Wader setengah matang
2) Bahan tambahan, yaitu bawang putih, garam halus, vetsin, tepung dan minyak goreng
Ikan teri ini diproses, baik di Semarang maupun di Salatiga. Di Salatiga, ikan teri Wader setelah
disortasi lalu dicuci bersih, selanjutnya dilapisi dengan tepung dan digoreng sampai setengah
matang dan ditiriskan. Dari 1 kg ikan teri Wader setelah digoreng setengah matang menjadi kg,
atau rendemennya 75%. Ikan teri Wader setengah matang siap dipasarkan. Di Semarang, di
perusahaan Ibu XYZ, ikan teri setengah matang diberi tambahan bumbu berupa bawang putih dan
garam sesuai selera. Didiamkan + 10 menit sampai bumbu meresap. Setelah itu, ikan teri Wader
digoreng sampai berwarna kecoklatan dan segera ditiriskan. Dari setiap 10 kg ikan teri Wader
setengah matang, setelah digoreng menjadi 8,5 kg, atau rendemennya 85%. Setelah digoreng, ikan
teri Wader dikemas dengan tujuan untuk mempertahankan mutu, menghindari kerusakan selama
penyimpanan, memudahkan transportasi dan memudahkan penanganan selanjutnya. Pengemasan
makanan dapat mencegah penguapan air, masuknya gas oksigen, melindungi makanan dari debu dan
kotoran lain dan melindungi produk dari kontaminasi serangga dan mikroba. Bahan yang sering
digunakan untuk mengemas keripik ikan teri Wader adalah kantong plastik. Mengingat ikan teri
Wader merupakan produk yang mudah hancur, maka digunakan kemasan plastik berbentuk kotak.
Keripik ikan teri Wader pemasarannya hanya terbatas di daerah setempat. Dalam
hal ini, tidak ada strategi khusus yang dilakukan dalam memasarkan keripik ikan teri
Wader. Pengenalan produk hanya didasarkan informasi dari mulut ke mulut. Salah
satu permasalahan usaha kecil pada umumnya adalah produksi tergantung pada
pesanan. Keripik ikan teri Wader disukai, selain karena citarasa dan kandungan
gizinya (analog dengan per 100 g ikan teri adalah protein 33,4 g, lemak 3,0 g dan zat
besi 3,6 g), juga karena harganya lebih murah dibandingkan ikan teri lainnya. Ikan
teri nasi (mentah) + Rp. 65.000/kg, sementara harga ikan teri Wader yang sudah
matang/siap dikonsumsi hanya Rp. 40.000/kg.
a.
Biaya produksi
1.
Nilai (Rp)
175.000
2.
13.200
3.
Bumbu
4.
Minyak tanah 1 L
5.000
5.
Plastik 1 kg
1.000
5.000
25.000
429
30.000
e. Jumlah
249.629
340.000
90.371
jumlah )
h. Rasio ( keuntungan/jumlah)
i. Jumlah (a+b+c)
1,36
249.200
Perhitungan
Berdasarkan tabel diatas, modal yang diperlukan 558.629 atau ~ 600.000. Kapasitas produksi
10kg/hari. Dengan demikian keuntungan yang keuntungan yang diperoleh pelaku usaha selama
sebulan (25 hari kerja) Rp. 2.259.275,-/bulan (Rp. 90.371 x 25 hari). Dari Tabel terlihat bahwa
hasil analisa B/C ratio yang merupakan pembagian hasil penjualan dengan total biaya, diperoleh
1,36. Dalam suatu usaha, apabila B/C ratio > 1, dikatakan usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Berdasarkan Tabel dapat diketahui pelaku usaha mencapai BEP 6,23 kg (Rp. 249.200 : Rp.
40.000/kg. Pada saat mencapai BEP, keuntungan yang diperoleh Rp. 90.800 (2,27 kg x Rp. 40.000)
atau sebesar 36% (Rp. 90.800 : Rp. 249.629).
Bahwa pada tahun 2002 untuk penjualan 5 kg keripik ikan teri Wader, pelaku usaha memperoleh
keuntungan Rp. 90.371. Keuntungan relatif kecil, namun apabila dalam sebulan memperoleh
keuntungan Rp. 2.259.275/bulan. Rataan upah buruh di Jawa Tengah Rp. 416.600/bulan, dengan
demikian upah pelaku usaha diasumsikan Rp. 416.600/bulan, sehingga keuntungan dari usaha
keripik ikan teri Wader Rp. 2.259.275 Rp. 416.600 = Rp 1.843.275. Berdasarkan produktivitas
pelaku usaha, nampak adanya perkembangan yang cukup berarti, dimana pada awal usahanya,
pelaku usaha hanya memproduksi + 10 kg setiap 2 minggu, yang berkembang terus hingga saat ini
mencapai tiga kali seminggu, bahkan dapat sampai seminggu 5 kali produksi (tergantung
pemesanan). Saat ini, kapasitas setiap harinya adalah 10 kg ikan teri Wader, dengan hasil akhir
sekitar 8,5 kg keripik ikan teri Wader
Analisis SWOT
Kesimpulan
Dari tiga aspek ekonomi, produksi dan pemasaran secara deskriptif, serta
analisis SWOT, didapatkan informasi dan fakta bahwa pengembangan keripik
ikan teri Wader oleh UKM dapat dilakukan dengan alasan sebagai berikut :
1. Secara komersial, keripik ikan teri Wader mendapat respon yang cukup
bagus dari konsumen
2. Secara teknis teknologis, pengolahan ikan teri Wader menjadi keripik ikan teri
Wader tidak memerlukan keahlian khusus.
3. Secara ketersediaan modal, usaha keripik ikan teri Wader tidak memerlukan
peralatan yang mahal, karena dapat dimulai dengan peralatan dapur rumah
tangga.