Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR THP

PENGKALENGAN IKAN

Dosen Pembimbing:
Poppy Diana Sari S, TP M.P

Disusun oleh: Mochammad Fikri Nasrulloh


Nim: 51801010003

UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT MOJOKERTO


FAKULTAS TEKNIK
PROGAM STUDI TEKHNOLOGI HASIL PERTANIAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengalengan Ikan” ini dengan sebaik-baiknya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Hasil Pertanian.
Makalah ini ditulis dari hasil infomasi dari media massa berupa internet yang
berhubungan dengan pengalengan ikan. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharap adanya saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak agar dalam penulisan selanjutnya dapat lebih baik. Semoga
makalah ini dapat menjadi sebuah referensi penambah cakrawala pembaca mengenai
Pengalengan Ikan.

Mojokerto, Oktober 2018


        

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR IS...................................................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 4
2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Tujuan Pengalengan................................................................................ 5
2.2 Prinsip Pengalengan Ikan............................................................................................. 6
2.3 Proses Pengalengan Ikan.............................................................................................. 7
2.4 Keuntungan Pengalengan............................................................................................. 9
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Ikan Kaleng................................................ 9
2.6 Kerusakan pada Produk Kaleng................................................................................... 10
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 12
3.2 Saran............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Hasil perikanan merupakan komoditi yang cepat mengalami kemunduran mutu, atau
mengalami pembusukan, karena ikan mempunyai kandungan protein (18-30 %) dan air yang
cukup tinggi (70-80%) sehingga merupakan media yang baik bagi perkembangan bakteri
pembusuk. Dengan kelemahan tersebut telah dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran
hasil ikan bahkan menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah.
Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan kualitas produk
perikanan melalui proses pengolahan atau pengawetan.
Prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari pembusukan dan
kerusakan.  Selain itu juga untuk memperpanjang daya awet dan mendiversifikasikan produk
olahan hasil perikanan. Salah satu jenis pengolahan yang dapat digunakan untuk menghambat
kegiatan zat-zat mikroorganisme adalah pengalengan ikan. Pengalengan merupakan salah
satu bentuk pengolahan dan pengawetan ikan secara modern yang dikemas secara hermatis
dan kemudian disterilkan. Bahan pangan dikemas secara hermetis dalam suatu wadah, baik
kaleng, gelas atau alumunium. Pengemasan secara hermetis dapat diartikan bahwa
penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan oksidasi
maupun perubahan cita rasa. Oleh karena itu pada makalah ini akan dijelaskan lebih detail
tentang pengalengan ikan.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian Latar Belakang tersebut, maka timbul Perumusan Masalah  sebagai
berikut:
 Apa pengertian dan tujuan pengalengan!
 Apa prinsip pengalengan!
 Bagaimana proses pengalengan ikan!
   Apa keuntungan pengalengan!
   Faktor apa sajakah yang mempengaruhi mutu produk kaleng!
   Apa saja kerusakan pada produk kaleng!

3
1.3    Tujuan
Tujuan penulisan makalah mengenai Pengalengan Ikan adalah sebagai berikut:
 Untuk mengetahui definisi dan tujuan pengalengan
   Untuk mengetahui prinsip pengalengan
 Untuk mengetahui proses pengalengan ikan
 Untuk mengetahui keuntungan pengalengan
   Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mutu produk pengalengan
   Untuk mengetahui kerusakan pada produk kaleng.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1    Definisi dan Tujuan Pengalengan


Pengalengan ikan merupakan salah satu pengawetan ikan dengan menggunakan suhu
tinggi (sterilisasi) dalam kaleng. Pengalengan juga dapat didefinisikan sebagai suatu cara
pengawetan bahan pangan yang dikemas secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba
dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah yang kemudian disterilkan secara komersial
untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit pada manusia khususnya) dan
mikroba pembusuk (penyebab kebusukan atau kerusakan bahan pangan). Dengan demikian
sebenarnya pengalengan memungkinkan terhindar dari kebusukan atau kerusakan, perubahan
kadar air, kerusakan akibat oksidasi atau ada perubahan citarasa (Fadli, 2011).
Pengalengan ikan ialah suatu cara pengawetan bahan pangan (ikan) yang dikemas
secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba dan benda asing 6 lainnya) dan
disterilkan dan tujuan pengalengan ikan yaitu melindungi ikan dari pembusukan dan
kerusakan atau memperpanjang daya awet dan mendiversifikasikan hasil perikanan
(Mayasari, 2013). Menurut Saidah (2005), pengawetan makanan dalam kaleng diartikan
sebagai suatu cara pengolahan untuk menyelamatkan bahan makanan dari proses
pembusukan. Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan dengan menggunakan suhu
tinggi (110º-120ºC). Suhu tinggi tersebut digunakan untuk mematikan semua
mikroorganisme (bakteri pembusuk dan bakteri patogen seperti Clostridium botulinum,
termasuk spora yang ada) agar produk menjadi lebih steril.
Pengalengan merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bahan makanan,
terutama ikan dan hasil perikanan lainnya, dari pembusukan. Dalam pengalengan ini daya
awet ikan yang diawetkan jauh lebih bagus dibandingkan pengawetan cara lain. Namun
dalam hal ini dibutuhkan penanganan yang lebih intensif serta ditunjang dengan peralatan
yang serba otomatis. Sebab dalam proses pengalengan, ikan atau hasil perikanan lain
dimasukkan dalam suatu wadah yang ditutup rapat agar udara maupun mikroorganisme
perusak yang datang dari luar tidak dapat masuk. Selanjutnya wadah dipanasi pada suhu
tertentu dalam jangka waktu tertentu pula untuk mematikan mikroorganisme yang ikut
terbawa pada produk yang dikalengkan (Wulandari et al., 2009).

5
2.2    Prinsip Pengalengan Ikan
Menurut Fadli (2011), prinsip dasar pengalengan yaitu mengemas bahan pangan dalam
wadah yang tertutup rapat sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau
membusukkan tidak dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan sampai suhu tertentu untuk
mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang ada. Melalui perlakuan tersebut terjadi
perubahan keadaan bahan makanan, baik sifat fisik maupun kimiawi sehingga keadaan bahan
ada yang menjadi lunak dan enak dimakan.
Prinsip dasar pengalengan yaitu mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup
rapat sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau membusukkan tidak
dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan sampai suhu tertentu untuk mematikan
pertumbuhan mikroorganisme yang ada (Mayasari 2013). Sedangkan menurut Saidah (2005),
prinsip pengalengan ikan adalah pengawetan ikan dengan cara memasukkan ikan ke wadah
yang tertutup dan dipanaskan dengan tujuan untuk mematikan atau menghambat
perkembangan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan kapang, serta perombakan
enzimatis. Proses sterilisasi komersial pada pengalengan di desain untuk melindungi
kesehatan konsumen dan untuk melindungi produk dari mikroba pembusuk yang dapat
menyebabkan kerugian secara ekonomis.
Prinsip pengalengan yaitu mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat
secara hermitis sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau
membusukkan tidak dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan (sterilisasi komersial) sampai
suhu tertentu untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang ada. Pengalengan secara
hermetis bertujuan agar makanan dapat terhindar dari kebusukan, perubahan kadar air,
kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa. Sedangkan sterilisasi secara
komersial adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada suhu dan jangka waktu tertentu
yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi faktor faktor penyebab kerusakan
makanan terutama bakteri pembusuk dan bakteri patogen pada suhu 121 0C
menggunakan retort (Utami, 2013). Prinsip pengalengan yaitu mengemas bahan pangan
dalam wadah yang tertutup rapat sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang
merusak atau membusukkan tidak dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan sampai suhu
tertentu untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang ada (Taufik, 2013).

6
2.3    Proses Pengalengan Ikan
Jenis produk ikan kaleng adalah jenis ikan segar dari beberapa spesies (sarden,
lemurumackerel, dan tuna) yang telah mengalami perlakuan awal sebelumnya seperti
pemotongan kepala, ekor (tergantung jenis ikannya), dan pencucian, kemudian dimasukkan
ke dalam kaleng yang memenuhi syarat dan di proses melalui pemasakan awal (pre-cooking)
dengan atau tidak dibubuhi saus tomat serta diawetkan dengan cara sterilisasi. Dalam proses
pengalengan ikan, secara umum tahap-tahap kegiatan dapat dibagi menjadi beberapa bagian
meskipun jenis-jenis ikan tertentu ada kemungkinan berbeda (Saidah, 2005).
Sedangkan menurut Mayasari (2013), tahapan dalam memproses pengalengan ikan
meliputi:
1) Persiapan Wadah, mempersiapkan wadah ikan atau yang biasa disebut dengan kaleng.
Kaleng yang baik kemudian dicuci dalam air sabun hangat dan kemudian dibilas dengan
air bersih.
2) Penyiapan Bahan Mentah, pemilihan bahan baku ikan yang masih dalam keadaan segar.
Pemilihan bahan baku ikan dapat dilihat dari ciri-ciri fisik ikan meliputi mata ikan, kulit
ikan, daging, sisik, dan insang ikan. selanjutnya dilakukan pemotongan kepala dan ekor
ikan.
3) Pengisian (Filling), dalam tahap proses pengisian, merupakan tahapan pemasukkan ikan
dan bumbu kedalam kaleng. pengisian ikan kedalam kaleng posisi ikan dalam kaleng
diatur, misalnya telah ditentukan bahwa dalam satu kaleng terdapat empat ekor ikan.
Maka dalam sistem penataannya dua pangkal ekor ikan menghadap kebawah dan dua
pangkal ekor selanjutnya menghadap keatas. Selanjutnya saos dimasukkan kedalam
kaleng yang telah terisi ikan.
4) Penghampaan Udara (Exhausting), pemanasan pendahuluan terhadap produk, kemudian
produk (saos) diisikan ke dalam kaleng dalam keadaan panas dan wadah ditutup juga
dalam keadaan panas.
5) Penutupan Wadah (Sealing), Penutupan wadah untuk mencegah terjadinya pembusukan.
Penutupan yang baik dan memenuhi standar akan mencegah terjadinya kebocoran dari
satu kaleng yang dapat menimbulkan pengkaratan pada kaleng lainnya.
6) Sterilisasi, proses sterilisasi dilakukan setelah proses penutupan kaleng, pembersihan sisa
saos di kaleng , dan pemberian label kadaluarsa.
7) Pendinginan (Cooling), pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit di atas suhu kamar
maksudnya agar air yang menempel pada dinding wadah cepat menguap, sehingga
terjadinya karat dapat dicegah.
7
8) Pemberian Label dan Penyimpanan, kaleng diberi label sesuai dengan keinginan
produsen, pemberian laber bertujuan untuk mengetahui bahan yang digunakan dan
pemberian label agar dikenal masyarakat.
Secara umum proses pengalengan ikan dalam skala industri umumnya dilakukan
melalui beberapa tahap. Tahapan itu, meliputi pemilihan bahan baku, penyiangan, pencucian,
penggaraman, pengisian bahan baku, pemasakan awal (precooking), penirisan, pengisian
medium pengalengan, penghampaan udara, penutupan kaleng, pemasakan (retorting),
pendinginan, dan pemberian label (Taufik,2013). Menurut Anggraeni (2013), proses
pengalengan ikan dalam skala industri umumnya dilakukan melalui beberapa tahap yang
meliputi pemilihan bahan baku, Penyiangan, pencucian penggaraman, pengisian bahan baku,
pemasakan awal (precooking), penirisan, pengisian medium pengalengan, penghampaan
udara (Exhausting), penutupan kaleng, sterilisasi, pendinginan, pemberian label.
Proses pengalengan makanan secara garis besar meliputi operasi-operasi sebagai
berikut:
1. Pembersihan dan persiapan bahan bahan baku.
2. Blansing, dengan cara mencelup di dalam air mendidih atau menggunakan uap panas,
yang bertujuan untuk menginaktifkan enzim, menghilangkan gelembunggelembung udara
yang terperangkap di dalam bahan sehingga memudahkan dalam proses pengisian dan
memudahkan dalam proses sterilisasi.
3. Pengisian dan exhausting. Kaleng terbuka yang bersih diisi dengan bahan pangan secara
otomatis. Untuk sayuran maka ditambahkan cairan pengisi berupa larutan garam, sedang
untuk buah-buahan ditambahkan cairan pengisi berupa sirup gula. Cairan ditambahkan
sampai 1 cm dari bagian atas kaleng. Setelah pengisian, kaleng dipindahkan ke kotak
pengeluaran gas (exhaust box), sehingga di dalam kaleng akan terbentuk keadaan yang
vakum.
4. Penutupan.
5. Sterilisasi.

8
2.4    Keuntungan Pengalengan
Menurut Anggraeni (2013), Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah
bahan pangan adalah:
a) Kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya.
b) Kemasannya yang hermetis dapat menjaga produk dari kontaminasi oleh mikroba,
serangga, atau bahan asing lain penyebab pembusukan
c) Memperpanjang lama penyimpanan
d) Mempertahankan penampakan dan cita rasanya.
e) Menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air
f) Kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan oksigen, gas-gas lain dan bau
g) Menjaga produk dari cahaya
Sedangkan menurut Taufik (2013), Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai
wadah bahan pangan adalah:
a) Kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Makanan yang ada di dalam
wadah yang tertutup secara hermetis dapat dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba,
serangga, atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau
penyimpangan penampakan dan cita rasanya.
b) Kaleng dapat juga menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air yang tidak
diinginkan.
c) Kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan oksigen, gas-gas lain, bau-
bauan, dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat di atmosfer.
d) Kaleng dapat menjaga terhadap cahaya, khususnya untuk bahan pangan berwarna yang
peka terhadap reaksi fotokimia.

2.5   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Ikan Kaleng


Pada dasarnya, banyak hal yang harus diperhatikan untuk menjaga mutu ikan kaleng.
Mutu ikan kaleng tergantung pada kesegaran bahan mentah, cara pengalengan, peralatan, dan
kecakapan serta pengetahuan pelaksana-pelaksana teknis, sanitasi dan hygiene pabrik dan
lingkungannya. Kesegaran bahan mentah sangat penting dalam industri perikanan. Kesegaran
adalah tolak ukur untuk membedakan ikan yang jelek dan bagus kualitasnya. Berdasarkan
kesegarannya ikan dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu, yaitu ikan dengan
kesegaran baik sekali (prima), kesegaran masih baik, kesegarannya mulai mundur (sedang),

9
dan ikan yang sudah tidak segar lagi. Kualitas bahan baku meliputi kenampakan secara visual
dan jumlah mikroba yang terkandung dalam tubuh ikan. Bahan baku yang prima akan sangat
menentukan kualitas produk akhir pada proses pengalengan ikan sardine. Untuk produk akhir
kualitasnya selain ditentukan secara fisik juga jumlah mikroba (Wulandari, 2009).

2.6   Kerusakan pada Produk Kaleng


Kerusakan pada produk kaleng, khususnya produk pengalengan ikan dibagi menjadi
dua yaitu kerusakan yang disebabkan karena kesalahan pengolahan dan kebocoran kaleng.
Pada dasarnya kerusakan utama pada makanan kaleng ditimbulkan oleh kurang sempurnanya
proses termal dan pencemaran kembali sesudah pengolahan. Kerusakan makanan kaleng
dapat disebabkan tiga hal yaitu keadaan terlipatnya sambungan-sambungan kaleng,
kontaminasi bakteriologis dari air pencuci atau air pendingin, peralatan pengalengan bekerja
kurang baik (Fadli, 2011).
Menurut Anggraini et al., (2013), kerusakan-kerusakan yang terjadi pada pengalengan
sebagai berikut:
a) Flipper, yaitu kaleng terlihat normal, tetapi bila salah satu tutupnya ditekan dengan jari,
tutup lainnya akan menggembung.
b) Kembung sebelah atau springer, yaitu salah satu tutup kaleng terlihat normal, sedangkan
tutup lainnya kembung. Tetapi jika bagian yang kembung ditekan akan masuk ke dalam,
sedangkan tutup lainnya yang tadinya normal akan menjadi kembung.
c) Kembung lunak, yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak keras dan masih dapat
ditekan dengan ibu jari.
d) Kembung keras, yaitu kedua tutup kaleng kembung dan keras sehingga tidak dapat
ditekan dengan ibu jari. Pada kerusakan yang sudah lanjut dimana gas yang terbentuk
sudah sangat banyak, kaleng dapat meledak karena sambungan kaleng tidak dapat
menahan tekanan gas dari dalam.
Menurut Mayasari (2013), kerusakan yang dapat terjadi pada bahan pangan yang
dikemas dengan kemasan kaleng terutama adalah kerusakan kimia, meski demikian
kerusakan biologis juga dapat terjadi. Kerusakan kimia yang paling banyak terjadi pada
makanan yang dikemas dengan kemasan kaleng adalah hydrogen swell yang terjadi karena
adanya tekanan gas hidrogen yang dihasilkan dari reaksi antara asam pada makanan dengan
logam pada kaleng kemasan. Kerusakan lainnya adalah:
a) Interaksi antara bahan pembuat kaleng yaitu Sn dan Fe dengan makanan yang dapat
menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan. Kerusakan tersebut dapat berupa
10
perubahan warna dari bagian dalam kaleng, perubahan warna pada makanan yang
dikemas, off-flavor pada makanan yang dikemas, kekeruhan pada sirup, perkaratan atau
terbentuknya lubang pada logam, kehilangan zat gizi.
b) Kerusakan mikrobiologis pada makanan kaleng dapat disebabkan oleh meningkatnya
resistensi mikroba terhadap panas setelah proses sterilisasi rusaknya kaleng setelah proses
sterilisasi sehingga memungkinkan masuknya mikroorganisme ke dalam kaleng.
Kerusakan kaleng yang memungkinkan masuknya mikroorganisma adalah pada bagian
sambungan kaleng atau terjadinya gesekan pada saat proses pengisian (filling).
Mikroorganisme juga dapat masuk pada saat pengisian apabila kaleng yang digunakan
sudah terkontaminasi terutama jika kaleng tersebut dalam keadaan basah. Kerusakan juga
dapat disebabkan karena kaleng kehilangan kondisi vakumnya sehingga mikroorganisme
dapat tumbuh.
c) Perkaratan (korosi) adalah pembentukan lapisan longgar dari peroksida yang berwarna
merah coklat sebagai hasil proses korosi produk pada permukaan dalam kaleng.
Pembentukan karat memerlukan banyak oksigen, sehingga karat biasanya terjadi pada
bagianhead space dari kaleng. Perkaratan pada kemasan kaleng ini dapat menyebabkan
terjadinya migrasi Sn ke dalam makanan yang dikemas.

11
BAB 3
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam makalah ini mengenai “Pengalengan Ikan”
adalah:
 Pengalengan adalah suatu cara pengawetan bahan pangan yang dikemas secara hermetis
(kedap terhadap udara, air, mikroba dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah yang
kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen
(penyebab penyakit pada manusia khususnya) dan mikroba pembusuk (penyebab
kebusukan atau kerusakan bahan pangan).
 Prinsip dasar pengalengan yaitu mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup
rapat sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau membusukkan
tidak dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan sampai suhu tertentu untuk mematikan
pertumbuhan mikroorganisme yang ada.
 Proses atau tahapan pengalengan ikan terdiri dari penyiapan dan pemilihan bahan baku,
filling, exhausting, sealing, sterilisasi, cooling, pemberian label dan penyimpanan.
 Keuntungan dari pengalengan adalah memperpanjang masa simpan, menjaga produk dari
perubahan kadar air, penyerapan oksigen dan gas-gas lain, bau dan cahaya, serta untuk
mempertahankan penampakan dan cita rasanya.
 Mutu ikan kaleng tergantung pada kesegaran bahan mentah, cara pengalengan, peralatan,
dan kecakapan serta pengetahuan pelaksana-pelaksana teknis, sanitasi dan hygiene pabrik
dan lingkungannya.
 Kerusakan pada produk kaleng meliputi kerusakan kimia, mikrobiologis, pengkaratan
(korosi) dan interaksi antara produk dengan bahan pembuat kaleng yang dapat
menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan.
3.2    Saran
Setelah membaca tulisan makalah ini di harapkan para pembaca bisa mengetahui
perkembangan iptek dalam memenuhi kebutuhan primer terutama dalam pengalengan dan
bisa menambah pengetahuan bagi para pembacanya dan sebaiknya dalam proses pengalengan
ikan yang lebih diperhatikan adalah higenitasnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Shelica, Bhatara Ayi Meata, Elka Annisa Kuncoro M., Istiqomah, dan Rinto Felly
Hartana. 2013. Makalah Proses thermal Hasil Perikanan Sejarah Pengalengan dan
Pengalengan Secara Umum. UGM: Yogyakarta.
Fadli, Wan Khairul. 2011.  Manajemen Proses Pada Pengalengan Ikan
Lemuru (Sardinella longiceps) di PT. Pasific Harvest Banyuwangi Jawa Timur. Akademi
Perikanan: Sidoarjo.
Mayasari, Lina Dwi., 2013. Pengaruh hasil Tangkapan Ikan Lemuru Terhadap produksi
Pengalengan Ikan PT. Maya Muncar Banyuwangi.  Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya: Surabaya.
Saidah, Zumi. 2005. Kajian Ekuitas Marek Ikan Kaleng dan Implikasinya Terhadap
Bauran (Studi kasus di Kota Bogor). IPB: Bogor.
Taufik, Hendrayana. 2013. Pengalengan Ikan. www.x3-prima.com/2009/12/pengalengan-
ikan.htm diakses pada tanggal 20 Oktober 2013 pukul 23.48 WIB
Utami, Rahma. 2012. Karakteristik pemanasan Pada Proses Pengalengan Gel Cincau
Hitam (Mesona palustris). IPB: Bogor
Wulandari, Dyah Agustin., Indah Wahyuni Abida., Akhmad Farid. 2009.  Kualitas Mutu
Bahan Mentah dan Produk Akhir pada Unit Pengalengan Ikan Sardine di PT. Karya
Manunggal Prima Sukses Muncar Banyuwangi. Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1

13

Anda mungkin juga menyukai