PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar,
tetapi pemanfaatannya belum optimal. Produksi perikanan Indonesia berasal dari
kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap
pada tahun 2002 tercatat sebesar 4.378.495 ton, sedangkan produksi perikanan
budidaya adalah 1.076.750 ton. Sementara ini, hasil produksi tersebut selain
diekspor juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri
pengolahan di dalam negeri. Ikan sampai saat ini masih dipercaya sebagai sumber
protein hewani yang utama bagi manusia. Ikan bukan hanya dipakai sebagai
bahan pangan, tetapi juga dapat digunakan untuk menghasilkan produk kesehatan,
pakan, kosmetik, dan sebagainya. Hal ini memungkinkan karena bagian-bagian
organ dari ikan memiliki struktur histologi dan komposisi kimia yang bervariasi.
Ukuran, komposisi kimia dan nilai gizi tergantung pada spesies, umur, jenis
kelamin, kondisi fisiologis dan kondisi lingkungan tempat hidupnya
(Irianto dan Giyatmi., 2014).
Komoditas perikanan termasuk ke dalam jenis bahan pangan yang mudah
rusak (highly perishable). Oleh karena itu, penanganannya harus dilakukan
dengan baik dan sesuai dengan karakteristiknya. Penanganan hasil perairan secara
umum harus menerapkan prinsip clean (bersih), careful (hati-hati), cold (dingin),
dan quick (cepat). Berbagai cara pengolahan ikan yang telah banyak dilakukan
antara lain penggaraman, pengeringan, perebusan dan fermentasi, yang semuanya
bertujuan tuntuk mengawetkan atau memperpanjang masa simpan ikan tersebut
(Munandar et al., 2016).
Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses
memanfaatkan penguraian senyawa dari bahann-bahan kompleks. Protein
kompleksa tersebut terdapat dalam tubuh ikan yang diubah menjadi senyawa-
senyawa lebih sederhana dengan bantuan enzim yang berasap dari tubuh ikan atau
mikroorganisme serta berlangsung dalam keadaan yang terkontrol atau diatur.
Secara umum, fermentasi hasil perikanan dikenal tiga macam proses pengolahan
yang menghasilkan produk akhir yang berbeda yaitu bentuk ikan utuh (prda),
pasta atau saus (terasi) dan cairan (kecap ikan). Pengolahan ikan secara fermentasi
2
terutama dalam bentuk diversifikasi hasil perikanan, seperti bakso ikan, nugget,
sosis, dan kecap ikan. Salah satu produk hasil perikanan yang memiliki potensi
untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi adalah kecap ikan.
Nilai produksi kecap mencapai 2 milyar rupiah per tahun. Faktor-faktor yang
mendukung keberhasilan pembuatan kecap ikan adalah pemilihan bahan baku dan
starter yang sesuai. Bahan baku yang digunakan adalah ikan segar, sedangkan
untuk jenis ikan bisa digunakan semua jenis ikan. Pemanfaatan ikan bernilai
ekonomi rendah bisa diaplikasikan di dalam pembuatan kecap ikan untuk
menambah nilai ekonomi ikan tersebut. Selain itu, kecap ikan dengan bahan baku
ikan yang kandungan proteinnya tinggi akan menghasilkan kecap ikan berkualitas
(Dewi et al., 2015).
Aktifitas bakteri asam laktat merupakan salah satu faktor penting dalam
proses fermentasi. Bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa bakteriosin
yang menunjukkan aktifitas bakterisidal terhadap bakteri patogen (Purwaningsih
et al. 2012; Kusmarwati et al. 2014). Tujuan penelitian ini adalah menentukan
mutu mikrobiologis dari produk diversifikasi kecap ikan tongkol dengan
penambahan sari buah nanas agar memenuhi standar mutu mikrobiologi menurut
Standar Nasional Indonesia (Siahaan et al., 2017).
Buah nanas mengandung enzim bromelin yang merupakan bagian dari
enzim proteolitik yang mampu memecah senyawa protein komplek menjadi
senyawa lebih sederhana. Sekitar setengah dari protein dalam nanas mengandung
protease bromeli. Diantara berbagai jenis buah, nanas merupakan sumber protease
dengan konsentrasi tinggi dalam buah yang masak. Pengunaan enzim bromelin
untuk menghidrolisis protein akan menghasilkan kecap yang mempunyai
komposisi lebih lengkap dibandingkan hasil hidrolisis kimia, sebab di samping-
samping asam amino akan dihasulkan komponen pembentuk citrasa dan aroma
seperti alkohol, eter, asam-asam organik serta peptida-peptida tertentu
(Yuanisa, 2017).
Buah nanas mengandung enzim bromelin yang merupakan bagian dari
enzim proteolitik yang mampu memecah senyawa protein komplek menjadi
senyawa lebih sederhana. Aktifitas bakteri asam laktat merupakan salah satu
faktor penting dalam proses fermentasi. Bakteri asam laktat dapat menghasilkan
4
Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum Dasar Teknologi Hasil Perikanan ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teknik/cara tradisional pengolahan kecap ikan.
2. Untuk mengetahui enzim apa saja yang digunakan untuk mempercepat proses
fermentasi kecap ikan
3. Untuk mengetahui standar produk kecap ikan yang layak dikonsumsi.
Manfaat Praktikum
Melalui kegiatan praktikum Dasar Teknologi Hasil Perikanan ini
diharapkan para praktikan dapat menerapkan teknik/cara pembuatan fermentasi
kecap ikan menggunakan bantuan enzim bromelin.
5
TINJAUAN PUSTAKA
saluran urin dan saluran sperma yang terletak didepan anus, jika diurut perut ikan
nila jantan akan mengeluarkan cairan bening, sedangkan ikan nila betina
mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak
didepan anus (Murtidjo, 2001).
Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna
biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakangnya agak lancip
dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa
garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garisnya berlanjut
(tidak terputus) dan melingkar (Khairuman dan Amri, 2013).
gado-gado, sayur dan berbagai makanan lainnya. Di Indonesia dikenal dua jenis
kecap yaitu kecap asin dan kecap manis. Kecap asin mempunyai rasa asin,
sedangkan kecap manis mempunyai rasa manis dan lebih banyak dikonsumsi
dibandingkan kecap asin. Dilihat dari cara pembuatan serta bahan baku yang
digunakan kecap asin mirip dengan kecap Jepang. Biro Pusat Statistik (BPS) tidak
membedakan produksi kecap manis dan kecap asin, sehingga data mengenai
perbedaan produksi kedua jenis kecap ini tidak diketahui (Kurniawan, 2018)
Secara umum proses pengolahan kecap ikan adalah dengan
menggaramkan ikan yang telah dihaluskan, kemudian disimpan dalam wadah
tertutup rapat. kecap ikan merupakan salah satu produk pangan yang memiliki
ciri-ciri fisik berupa cairan bewarna kekuningan sampai coklat jernih, mempunyai
rasa yang relatif asin dan aroma yang khas. Selain itu fermentasi dapat membantu
dalam mengawetkan makanan dan juga memberikan sifat-sifat tertentu yang dapat
menjadi daya tarik bagi konsumen serta dapat meningkatkan nilai ekonomi.
Produk fermentasi biasanya mengandung nilai gizi yang lebih tinggi dari faktor
jenis fermentasi (Sari et al., 2018).
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mendapatkan kualitas kecap ikan
yang baik dan bermutu tinggi diantaranya memperbaiki proses pembuatannya
seperti memperhatikan kesegaran ikan sebagai bahan baku, kadar garam, dan
memperpendek waktu fermentasi dengan menggunakan starter yang sesuai. Salah
satu starter yang dapat dimanfaatkan pada pembuatan kecap ikan adalah enzim
proteolitik. Pemanfaatan enzim proteolitik murni pada proses pembuatan kecap
ikan memiliki kelemahan karena harga enzim yang cukup mahal, sehingga
pemanfaatan sumbersumber enzim yang berasal dari alam bisa menjadi alternatif
pengganti enzim konvensional. Salah satu enzim yang bisa dimanfaatkan adalah
enzim papain yang berasal dari getah buah pepaya dan enzim bromelin dari buah
nanas (Prastar et al ., 2015).
Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan satu zat baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan
menggunakan air. Proses ini melibatkan pengionan molekul air ataupun peruraian
senyawa yang lain. Hidrolisis diterapkan pada reaksi kimia yang berupa organic
8
Proses Fermentasi
Fermentasi pada produk perikanan merupakan teknologi yang sudah tua
dan secara tradisional digunakan untuk mengatasi sifat ikan yang mudah
membusuk. Pengolahan dengan fermentasi memiliki beberapa keunggulan
diantaranya proses pengolahannya sederhana, mudah dan tidak mahal, bahan baku
yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis ikan diantaranya dapat
10
menggunakan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis rendah atau ikan rucah.
Selain itu juga dapat memanfaatkan limbah seperti jeroan ikan tuna atau cakalang
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bakasang (Nara et al, 2013).
Kecap ikan merupakan salah satu produk fermentasi dengan bahan baku
ikan. Kecap ikan adalah cairan coklat bening hasil hidrolisis dari ikan yang diberi
garam dan biasanya digunakan sebagai penguat rasa atau pengganti garam pada
berbagai jenis makanan. Proses pembuatannya adalah mencampurkan garam
dengan ikan dengan perbandingan 1:2 atau 1:3. Pembuatan kecap ikan secara
fermentasi bergaram membutuhkan waktu yang lama (4 -12 bulan) dan selama 6-
12 bulan atau lebih yang difermentasikan pada suhu ruang (30 - 40ºC). Cara yang
dilakukan untuk mengatasi pembuatan kecap ikan yang membutuhkan proses
fermentasi lama yaitu dengan penambahan enzim, menggunakan papain, bromelin
dan ficin, viscera dan koji dan bakteri asam laktat. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa penambahan enzim dari luar (misalnya papain atau bromelin)
dapat menyingkat waktu fermentasi (Briani et al, 2014)
Fermentasi kecap dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara spontan
dan dengan penambahan starter. Pengolahan kecap ikan yang banyak dilakukan
adalah menggunakan teknik penggaraman sebagai kontrol. Teknik ini merupakan
teknik paling tradisional yaitu dengan memanfaatkan bakteri-bakteri yang secara
alamiah terdapat pada tubuh ikan, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama
yaitu 4-12 bulan. Kelemahan pembuatan kecap ikan secara tradisional ini dapat
diatasi dengan adanya penambahan bahan alami yang banyak terdapat di Sulawesi
Utara yaitu buah nanas (Ananas comosus) dan pengaturan suhu
(Siahaan et al, 2017).
Secara tradisional kecap ikan dibuat dengan cara fermentasi dengan
penggaraman. Kristal garam akan menarik air dalam tubuh ikan dan membentuk
larutan garam. Karena terdapat perbedaan tekanan osmotik di dalam dan diluar
tubuh ikan, maka cairan tubuh ikan dan larutan garam akan keluar masuk secara
bergantian melalui kulit dan jaringan-jaringan lain yang berfungsi sebagia selaput
semipermeabel. Semakin banyak larutan garam terbentuk (dalam batas tertentu),
maka protein myofibril akan terurai (Widyastuti et al, 2014).
Fermentasi kecap ikan dengan penambahan sari buah nanas mengalami
proses hidrolisis dari hari ke 3, sedangkan fermentasi yang hanya menggunakan
11
garam belum mengalami proses hidrolisis. Kecap ikan dengan penambahan sari
buah nanas 15% lebih cepat terhidrolisis dibandingkan dengan penambahan sari
buah nanas 9%. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan penambahan
konsentrasi buah nanas yang dapat mempercepat proses hidrolisis. Buah nanas
mengandung enzim bromelin yang dapat menghidrolisis protein sehingga dapat
melunakkan daging (Siahaan et al, 2017).
1. Keadaan:
1.1 Penampakan - Jernih
1.2 Bau - Khas
1.3 Rasa - Khas
1.4 Warna - Normal
2. pH - 5-6
3. Amino Nitrogen % b/b Min.5
4. NaCl % b/b 19-25
5. Bahan tambahan makanan
5.1 Pengawet makanan Sesuai dengan SNI 01-0222-1995
5.2 Pewarna makanan
6. Cemaran Logam:
6.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks 2,0
6.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 20,0
6.3 Seng (Zn) Mg/kg Maks. 100,0
6.4 Raksa (Hg) Mg/kg Maks. 0,5
7. Cemaran Arsen Mg/kg Maks. 1,0
8. Cemaran Mikroba
8.1 Angka Lempeng Total Koloni/g Maks. 104
8.2 Coliform APM/g <3
8.3 Salmonella / 25 ml - Negatif
8.4 Staphylococcus aureus / ml - Negatif
8.5 Kapang - Negatif
Tabel 1. Syarat Mutu Kecap Ikan
METODE PRAKTIKUM
Prosedur Praktikum
1. Sebelum masuk proses pengolahan kecap ikan, lakukan pengujian organoleptik
terhadap bahan baku yang akan digunakan.
2. Uji organoleptik bahan baku dengan menggunakan scoresheet sesuai SNI Ikan
Segar
3. Ikan nila disiangi dan dicuci hingga bersih.
4. Ikan nila dikukus selama 15 menit. Setelah daging ikan nila matang kemudian
dihaluskan.
5. Kemudian kupas dan bersihkan buah nanas muda ditempat yang terpisah. Lalu
potong buah nanas menjadi bagian-bagian kecil dan giling menggunakan
blender.
6. Saring jus buah nanas yang diperoleh dari hasil penggilingan untuk
mendapatkan sari buah nanas.
7. Campurkan daging ikan nila yang telah dihaluskan sebanyak 100 g dengan sari
buah nanas dengan konsentrasi 10% atau sebanyak 10 gram dari berat daging
ikan nila yang digunakan serta tambahkan garam NaCl dengan konsentrasi 5%
atau sebanyak 5 gram dari berat daging ikan nila yang digunakan. Kemudian
simpan bahan-bahan yang telah dicampurkan selama 3 hari dalam kondisi
tertutup rapat.
8. Selanjutnya saring bahan tersebut menggunakan kain saringan tahu untuk
memisahkan ampas dengan filtratnya.
9. Filtrat yang diperoleh kemudian dipanaskan pada suhu 70ºC - 80 ºC selama 5
menit.
15
10. Filtrat hasil proses pemanasan adalah kecap ikan yang siap dikonsumsi.
Hasil
Pembahasan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kecap ikan ini adalah daging
ikan nila. Alasan mengapa ikan nila karena banyak masyarakat yang menyukai
produk kecap ikan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan Simanjorang dkk (2012) yang
menyatakan bahwa kecap ikan adalah kecap yang dibuat dari bahan baku daging
ikan melalui proses hidrolisis enzimatis, yakni pemisahan protein dengan
mengandalkan aktivitas enzim-enzim. Kecap ikan berwarna kekuning-kuningan
hingga coklat muda jernih dan memiliki rasa agak asin. Kualitas kecap ikan telah
ditetapkan melalui Standart Industri Indonesia (SII), yaitu berdasarkan jumlah
protein yang terkandung didalamnya.
Pada pembuatan Kecap ini, digunakan sari buah nanas yang mengandung
enzim bromelin agar dapat mempercepat proses hidrolisis dengan kata lain agar
dapat menyingkat waktu pengolahan, karna tanpa bantuan enzim, prose fermentasi
biasa memakan waktu sampai berbulan-bulan. Hal ini sesuai dengan Utami dkk
(2011) yang berpendapat bahwa bromelin termasuk dalam golongan protease yang
dihasilkan dari ekstraksi buah nanas yang dapat mendegradasi kolagen daging,
sehingga dapat mengempukan daging. Nanas merupakan buah yang dapat
diperoleh di seluruh Indonesia dan dapat dipanen sepanjang tahun. Enzim
bromelin mudah di dapat karena buah nanas dapat berbuah sepanjang tahun dan
tersebar di seluruh Indonesia
Dari hasil pengamatan, pada produk yang belum di saring filtratnya
terdapat semacam sopra jamur yang tumbuh di permukaanya dan warnanya coklat
pekat serta filtratnya tak jernih lagi. Hal ini bertentangan dengan pendapat
Simanjorang dkk (2012) yang menyatakan bahwa kecap ikan adalah kecap yang
dibuat dari bahan baku daging ikan melalui proses hidrolisis enzimatis, yakni
pemisahan protein dengan mengandalkan aktivitas enzim-enzim. Kecap ikan
berwarna kekuning-kuningan hingga coklat muda jernih dan memiliki rasa agak
asin. Kualitas kecap ikan telah ditetapkan melalui Standart Industri Indonesia
(SII), yaitu berdasarkan jumlah protein yang terkandung didalamnya. Perbedaan
ini mungkin karena tenggat waktu yang sudah terlalu lama untuk disanring
terbukti karna pada hari ketiga pengamatan belum terdapat spora jamur di
17
permuakaan produk dan warnanya pada saat hari ketiga masih kekuning-
kuningan.
Hasil dari pengamatan selama 3 hari yaitu terdapat bau nasi basi dari
fermentasi kecap ikan dikarenakan adanya terdapat bakteri asam laktat dan adanya
pertumbuhan jamur diapermukaan ikan yang umumnya terdapat pada setiap bahan
pangan hasil dari fermentasi selain itu, hasil dari proses hidrolisis enzimatis juga
dapat memberikan aroma dan cita rasa khas pada makanan hasil fermentasi.
Namun bau nasi basi ini terjadi karena waktu pengamatan ynag sudah menyalahi
prosedur dimana yang seharusnya ialah 3 hari. Sehingga hal ini tidak sesuai
dengan pernyataan Iskandar dan Desi (2009) yang menyatakan bahwa kecepatan
reaksi enzimatik pada umumnya tergantung pada konsentrasi substrat, semakin
tinggi konsentrasi substrat, reaksi enzimatis semakin cepat sampai pada suatu saat
menjadi konstan. Pada saat itu kecepatan reaksi mencapai maksimum. Hal ini juga
dipengaruhi oleh pH, suhu, jenis enzim, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim
dan adanya aktifitor dan inhibitor. Penggunaan enzim untuk menghidrolisis
protein akan menghasilkan kecap yang mempunyai komposisi lebih lengkap
dibandingkan hasil hidrolisis secara kimia, sebab disamping asam-asam amino
akan dihasilkan komponen pembentuk citarasa dan aroma seperti alkohol, eter,
asam-asam organik serta peptida- peptida tertentu (Iskandar dan Desi, 2009).
18
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Kecap ikan merupakan salah satu produk pangan yang memiliki ciri-ciri fisik
berupa cairan bewarna kekuningan sampai coklat jernih, mempunyai rasa yang
relatif asin dan aroma yang khas. Selain itu fermentasi dapat membantu dalam
mengawetkan makanan dan juga memberikan sifat-sifat tertentu yang dapat
menjadi daya tarik bagi konsumen serta dapat meningkatkan nilai ekonomi.
2. Proses fermentasi yang relatif lama dapat dipercepat dengan menambahkan
enzim bromelin yang berasal dari sari buah nanas (Ananas commosus)
walaupun akhir dari produk fermentasi cenderung kurang baik dibandingkan
dengan pembuatan kecap ikan secara spontan.
3. Pada praktikum percobaan kami ini produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
yang diharapkan melalui prosedur karna durasi hidrolisis yang terlalu lama
sehingga membuat permukaan produk ikan yang difermentasi menjadi
berjamur dan menimbulkan bau nasi basi serta warna produknya jadi berwarna
coklat tua dan tak jernih lagi.
Saran
Saran untuk praktikum ini diharapkan praktikan dapat lebih memahami
materi yang akan disampaikan sebelum memulai praktikum agar pelaksanaanya
dapat berjalan dengan lancar dan diharapkan praktikum juga selalu mengikuti
prosedur-prosedur praktikum dengan baik agar kedepannya praktikan bisa
meminimalisir kesalahan sehingga prduk yang diharapkan dapat tercapai. Semoga
apa yang telah dipelajari dalam praktikum dasar teknologi hasil perairan ini bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
19
Briani, Darmanto dan Rianingsih. 2014. Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain dan
Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Kecap Ikan Rucah. Jurnal Pengolahan
dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Vol. 3(3).
Desniar. Dkk. 2009. Pengaruh Konsentrsi Garam Pada Peda Ikan Kembung
(Rastreliger sp) dengan Fermentasi Spontan.
Perdana, H. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Dan
Nila Pada Keramba Jaring Apung (Kja) Sistem Jaring Kolor Di Kja
Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten.
Institut Pertanian Bogor. [SKRIPSI].
Prasetyo, M. N. Dkk. 2012. Pembuatan Kecap dari Ikan Gabus Secara Hidrolisis
Enzimatis Menggunakan Sari Nanas. Jurnal Tekbnologi Kimia dan Industri.
Vol. 1(1).
Widyaastuti, Riyadi dan Ibrahim. 2014. Mutu Kecap Ikan yang Terbuat dari Isi
Perut Ikan Manyung (Arius thallasinus) dengan Konsentrasi Garam yang
Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 9(2).
KATA PENGANTAR
21
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat mnyelesaikan Laporan Laboratorium
Dasar Teknologi Hasil Perairan yang berjudul “Pengelolaan Kecap Ikan Dengan
Metode Hidrolisa Enzimatis”. Laporan ini adalah salah satu syarat untuk
mengikuti praktikal Dasar Teknologi Hasil Perairan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggung
jawab Laboratorium Dasar Teknologi Hasil Perairan yaitu Ibu Dr. Ery Yusni
M.Sc, Ibu Astrid Fauzia Dewinta, S. St. Pi., M.Si dan Bapak Rizky Febriansyah
Siregar, S.Pi., M.Si sebagai dosen mata kuliah Laboratorium Dasar Teknologi
Hasil Perairan. Penyusun juga berterima kasih kepada Asisten Laboratorium
Dasar Teknologi Hasil Perairan yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
ini .
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun guna kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
Halaman
22
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................ 1
Tujuan Praktikum............................................................................ 4
Manfaat Praktikum.......................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan nila (Oreochromis niloticus)................................................... 5
Pengelolaan Kecap Ikan.................................................................. 6
Proses Fermentasi........................................................................... 7
Bakteri Asam Laktat....................................................................... 8
Metode Hidrolisasi Enzimatis......................................................... 9
Mutu Kecap Ikan............................................................................. 11
.....................................................................................................................
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat........................................................................... 14
Alat dan Bahan................................................................................ 14
Prosedur Penelitian......................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil................................................................................................ 16
Pembahasan..................................................................................... 16
LAMPIRAN
Oleh :
Kelompok IV/B
Dinda Chairunnisa 170302018
Nelfa Finanda Zai 170302022
David Kurniawan 170302024
Elsa Debora Hutapea 170302032
Rizqan Fakhrozi 170302042
Rivaldo Sitorus 170302050
Diperiksa oleh,
Asisten Korektor