Anda di halaman 1dari 4

ISSN: 2252-3979

Kamiswari dkk.: Pengaruh pemberian deterjen 139


http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio

Pengaruh Pemberian Deterjen terhadap


Mortalitas Ikan Platy sp.

Rizky Kamiswari, M. Thamrin Hidayat, Yuni Sri Rahayu


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah limbah rumah tangga yaitu berupa sisa deterjen.
Pada limbah tersebut mengandung bahan kimia surfaktan yang lebih tahan dan tidak berubah dalam berbagai
media. Bahan antiseptik dalam sabun atau detergen dapat mengganggu kehidupan mikroorganisme, yang ada di air
bahkan dapat mematikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi detergen terhadap
mortalitas ikan Platy Sp. pada dosis 0 ppm, 18 ppm, 36 ppm, dan 54 ppm selama 4 hari perlakuan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental. Data mortalitas yang didapat dianalisis menggunakan analisis
deskriptif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis detergen semakin tinggi laju
kematian ikan Platy Sp. Pada konsentrasi deterjen 18 ppm kematian ikan Platy Sp. lebih lama dibandingkan pada
konsentrasi deterjen 54 ppm.

Kata kunci: ikan Platy sp; pencemaran; deterjen; mortalitas

ABSTRACT
One of the causes of water pollution are domestic wastes in the form of residual detergent. In the waste surfactants
contain chemicals that are more resistant and does not change in a variety of media. Antiseptic ingredient in soap or detergent
can disrupt the microorganisms, which is in the nature of water can be dangerous. This study aimed to determine the effect of
detergent on Platy Sp. fish mortality at doses of 0 ppm, 18 ppm, 36 ppm, and 54 ppm of deterjent for 4 days treatment. The
method used in this study was experimental design. The result of mortality obtained were analyzed using descriptive analysis.
From the research it could be concluded that the concentration of detergent affect the rate of mortality in Platy Sp. fish positively.
At 18 ppm detergent was the mortality of Platy Sp. longer than the mortality of the concentration at 54 ppm detergent.

Key words: Platy sp. fish; pollution; detergent; mortality


.

PENDAHULUAN kulit manusia, air bekas cucian yang dibuang ke


Pencemaran air pada umumnya diakibatkan sungai dapat mengancam lingkungan. Zat yang
oleh kegiatan manusia. Besar kecilnya ada di dalam detergen memacu pertumbuhan
pencemaran tergantung dari jumlah dan kualitas enceng gondok dan gulma air. Ledakan jumlah
limbah yang dibuang ke sungai, baik limbah tanaman penggangu ini akan menghambat aliran
padat maupun cair. Salah satu penyebab sungai dan menimbulkan pendangkalan.
terjadinya pencemaran air adalah limbah rumah Tanaman yang menutup permukaan air
tangga yaitu berupa sisa deterjen. Pada limbah menghambat masuknya sinar matahari dan
tersebut mengandung bahan kimia yang lebih oksigen ke air. Akibatnya kualitas air menurun
tahan dan tidak berubah dalam berbagai media dan ikan akan makin susah hidup. Pengaruh yang
(Matoa, 2008). sama akan terjadi jika busa detergen yang
Detergen merupakan pembersih sintetis yang menumpuk di sungai-sungai menutup
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. permukaan air. Adanya bahan buangan zat kimia
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai yang berupa sabun (detergen) yang berlebihan di
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci dalam air ditandai dengan timbulnya buih-buih
yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh sabun pada permukaan air. Bahan antiseptik
kesadahan air. Pada umumnya, detergen dalam sabun atau detergen mengganggu
mengandung surfaktan, builder, filler dan kehidupan mikroorganisme, yang ada di dalam
additives (Matoa, 2008). air bahkan dapat mematikan. Salah satu
Detergen menimbulkan dampak yang organisme air yang akan terganggu diantaranya
berbahaya bagi manusia. Selain berbahaya bagi adalah ikan. Dari uraian di atas berdasarkan sifat
140 LenteraBio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:139–142

tosik dari detergen, peneliti ingin meneliti pengamatan. Tahap Pendahuluan yaitu
pengaruh kadar detergen terhadap mortalitas menentukan dosis dari deterjen (15 ppm, 30 ppm
ikan Platy sp. dan 45 ppm), mengisi air dalam aquarium
sebanyak 2 L dan memberi label sesuai dosis yang
BAHAN DAN METODE ditentukan, menimbang detergen dengan berat
Jenis penelitian ini adalah penelitian 0,03 g ; 0,06 g dan 0,09 g, melarutkan masing-
eksperimektal. Penelitian ini dilaksanakan pada masing detergen tersebut ke dalam akuarium
bulan Oktober 2011 di Laboratorium Ekologi yang berisi dua liter air, mengaduk detergen
Jurusan Biologi FMIPA Unesa. Alat yang hingga larut, memasukkan 20 ekor ikan Platy Sp.
digunakan dalam penelitian ini ialah pH meter, ke dalam masing-masing aquarium secara
gelas ukur, timbangan analitik, akuarium besar bersamaan dan mencatat waktu saat memasukkan
dan kecil, saringan dan pengaduk. Bahan yang ikan tersebut, mengamati dan mencatat waktu
digunakan dalam penelitian ini ialah detergen, kematian ikan, melakukan pengamatan selama 24
ikan Platy Sp, dan aquades. jam. Kemudian menentukan LC50 sebagai acuan
Langkah kerja dalam penelitian terbagi dosis dalam uji eksperimen. Tahap Eksperimental
dalam beberapa tahap dan diantaranya adalah yaitu menentukan dosis dari detergen sama
tahap persiapan yaitu menyiapkan alat dan bahan dengan dosis pada tahap pendahuluan (18%, 36%,
yang dibutuhkan, membersihan tempat ikan 54%), dosis 18% diperoleh dari pengenceran 0,036
(akuarium) yang akan digunakan, menyiapkan g detergen dilarutkan dalam 2 L air, dosis 36%
ikan Platy Sp. yang ukuranya hampir sama. Tahap diperoleh dari pengenceran 0,072 g detergen
Aklimatisasi yaitu mengisi akuarium besar dilarutkan dalam 2 L air, dosis 54% diperoleh dari
dengan air secukupnya, membiarkan air tersebut pengenceran 1,08 g detergen dilarutkan dalam 2 L
selama satu hari untuk menyesuaikan suhu air air, memasukkan 20 ekor ikan Platy Sp. ke dalam
dengan suhu ruangan, setelah satu hari (24 jam), masing-masing aquarium secara bersamaan dan
memasukkan ikan Platy Sp pada akuarium, mencatat waktu saat memasukkan ikan,
memberi makan ikan dengan pakan buatan, mengamati dan mencatat waktu kematian ikan,
mengaklimatisasi ikan selama kurang lebih tiga pengamatan dilakukan setiap 24 jam selama 4
hari, kemudian ikan dibiarkan puasa selama 2 hari, mengukur faktor fisik (suhu dan pH) akhir
hari untuk tahap orientasi. Tahap Orientasi yaitu pada setiap aquarium.
mengisi akuarium kecil dengan air sehari sebelum
perlakuan untuk menyamakan suhu air dengan HASIL
suhu ruangan, masing-masing akuarium diberi Detergen menyebabkan ikan Platy Sp.
label sesuai perlakuan (100 ppm, 150 ppm dan 200 mengalami mortalitas pada waktu yang berbeda-
ppm), menimbang detergen dengan berat 0,2 g ; beda pada setiap dosisnya (Tabel 1). Pemberian
0,3 g dan 0,4 g. Melarutkan masing-masing dosis yang semakin tingi akan menyebabkan
detergen tersebut ke dalam akuarium yang berisi mortalitas ikan Platy Sp. semakin cepat. Ikan Platy
dua liter air, mengaduk detergen hingga larut, Sp. mulai mengalami kematian pada
memasukkan 20 ekor ikan pada masing-masing pengaplikasian 24 jam pertama sampai 24 jam
perlakuan, mengamati mortalitas ikan pada 12 ketiga (72 jam).
jam dan 24 jam setelah aplikasi, mencatat hasil

Tabel 1. Pengaruh pemberian detergen terhadap mortalitas ikan Platy sp


Mortalitas Setelah Aplikasi
Σ
No Perlakuan pH Suhu 24 48 72 98
Individu
jam jam jam jam
1 A 20 7,5 31 0 0 0 0
2 B 20 8,4 30 0 0 20 0
3 C 20 8,5 29 0 2 18 0
4 D 20 8,5 29 15 5 0 0
Keterangan : Perlakuan A : tanpa detergen (0 ppm)
Perlakuan B : melarutkan 0,04 g detergen dalam 2,25 liter air (18 ppm)
Perlakuan C : melarutkan 0,08 g detergen dalam 2,25 liter air (36 ppm)
Perlakuan D : melarutkan 0,12 g detergen dalam 2,25 liter air (54 ppm)
Kamiswari dkk.: Pengaruh pemberian deterjen 141

PEMBAHASAN Dalam kehidupan sehari-hari yang dimaksud


Berdasarkan hasil pengamatan dapat detergen adalah detergen sintetik yang dibuat
diketahui bahwa deterjen dalam berbagai dari bahan-bahan kimia selain sabun. Kandungan
konsentrasi berpotensi sebagai bahan toksik. Hal surfaktan di dalam detergen adalah sebesar 15-
ini dapat dilihat pada setiap dosis mampu 25%. Pengaruh dari konsentrasi surfaktan yang
menyebabkan kematian pada ikan Platy Sp. tidak mematikan antara lain menghambat
Mortalitas ikan Platy Sp. seperti pada Tabel 1 pertumbuhan ikan dan tumbuhan serta merusak
dapat diketahui bahwa Pada perlakuan A yang epitelum pernafasan insang ikan. Kerusakan yang
merupakan perlakuan kontrol dengan pH 7.5 dan disebabkan detergen biasanya hanya pada lokasi
suhu 31ºC tidak didapatkan mortalitas pada ikan tertentu seperti insang, saluran pencernaan dan
Platy Sp. Pada perlakuan B dengan konsentrasi perkembangan gonad tetapi tidak mempengaruhi
detergen 18 ppm, pH 8.4 dan suhu 30ºC, rasa daging ikan (Schassman, 1965 dalam Warlina,
mortalitas ikan Platy Sp. mulai terjadi pada hari 2004). Kerja surfaktan pada konsentrasi hanya
ketiga. Pada perlakuan C dengan konsentrasi 0.05 ppm ketika sampai pada sistem pernafasan
detergen 36 ppm, pH 8.5 dan suhu 29ºC, akan membentuk lipatan-lipatan menyatu karena
mortalitas ikan Platy Sp. mulai terjadi pada hari hilangnya sel mukus. Sedangkan konsentrasi 0.2
kedua. Pada perlakuan D dengan konsentrasi ppm menyebabkan timbulnya haematomas
detergen 54 ppm, pH 8.5, suhu 29ºC, mortalitas sehingga merusak ephithelium insang dan
ikan Platy Sp. mulai terjadi pada awal konsentrasi 0.5 ppm menyebabkan lamina pada
pengaplikasian yaitu pada hari pertama. sistem pernafasan (Jones, 1964 dalam Sajiah, 2003).
Semakin tinggi konsentrasi detergen maka Wilber (1971) dalam Sajiah (2003) menyatakan
semakin besar nilai pH air. Hal ini disebabkan bahwa detergen adalah racun yang kuat untuk
pada rantai karbon surfaktan berupa Linier Alkyl biota akuatik dan mencemari lingkungan perairan
Benzene Sulfonate (LAS) pada sisi hidrofobiknya baik dari segi keperluan hidup dan kehidupan
mampu mengikat oksigen dari udara masuk ke biota akuatik maupun manusia.
dalam air sehingga kandungan oksigen terlarut Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
dalam air semakin meningkat. Oleh karena itu keberadaan detergen dalam suatu badan air dapat
oksigen tersebut bersifat toksik bagi ikan karena merusak insang dan organ pernafasan ikan.
telah berikatan dengan surfaktan pada deterjen. Kerusakan insang dan organ pernafasan ikan ini
Setelah diberi perlakuan ikan Platy Sp. menyebabkan toleransi ikan terhadap badan air
mengalami kematian, hal ini disebabkan oleh yang kandungan oksigen terlarutnya rendah
kandungan aktif yang ada dalam detergen salah menjadi menurun. Padahal keberadaan busa-busa
satunya yaitu surfaktan (Surface Active Agent) di permukaan air diduga menyebabkan
merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai menurunnya oksigen terlarut dalam air tidak bisa
ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan bertambah karena hubungan dengan udara bebas
hydrophobe (suka lemak). Sementara pada susunan tertutup.
rantai kimia surfaktan terdapat formulasi bahwa Di dalam air, ikan akan hidup normal jika
semakin panjang dan bercabang rantai surfaktan, pada kondisi lingkungan perairan yang sesuai,
akan semakin keras detergen tersebut. Sedangkan misalnya dengan nilai oksigen terlarut (DO), pH,
dari jenis gugus fungsinya, maka gugus fungsi suhu dan faktor-faktor lain yang sesuai sehingga
sulfonat bersifat lebih keras dibandingkan gugus tidak menimbulkan stress pada ikan. Dalam
fungsi karboksilat (Andang, 2001). percobaan ini, perairan didesain sebagai miniatur
Detergen adalah suatu bahan kimia organik ekosistem yang diletakkan didalam akuarium.
sintesis yang dapat bereaksi dengan air dan Perairan tersebut diberi perlakuan dengan
menyebabkan pembentukan busa serta pengaruh konsentrasi deterjen yang berbeda, sehingga
lainnya yang memungkinkan untuk terdapat perbedaan pada pH, suhu dan lain-lain.
membersihkan atau mencuci, baik dalam industri Penambahan larutan deterjen bersifat basa
ataupun untuk tujuan rumah tangga. Detergen menyebabkan peningkatan pH dalam air
menimbulkan buih-buih pada permukaan air. sehingga mengganggu sistem respirasi ikan.
Buih-buih yang menutupi permukaan air tersebut, Ikan yang pada umumnya hidup di dalam
baik dari jenis Linier Alkylsulfonate (LAS) yang air memiliki aktivitas yakni, aktivitas respirasi
biodegradable maupun jenis Alkyl Benzene dan pencernaan. Pada aktivitas respirasi, ikan
Sulfonate (ABS) yang non-biodegradable tersebut memompa air dari mulut kemudian oksigen
dipastikan dapat mengganggu kehidupan terlarut disaring dan diserap oleh insangnya,
organisme yang ada di bawahnya misalnya ikan selanjutnya air tersebut dikeluarkan lagi. Begitu
(Lehninger, 1990). juga pada pencernaannya, ikan memakan
makanannya dari mulut kemudian masuk ke
142 LenteraBio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:139–142

sistem pencernaan. Jika air dalam kondisi yang Semakin tinggi dosis detergen semakin tinggi laju
tidak menguntungkan atau air mengandung zat- kematian ikan Platy Sp, semakin rendah dosis
zat toksik tertentu, maka akan mempengaruhi detergen semakin rendah laju kematian ikan Platy
aktivitasnya dan dapat menyebabkan kematian. sp. Pada konsentrasi deterjen 18 ppm kematian
Semua zat atau materi dapat berpotensi ikan Platy sp. lebih lama dibandingkan pada
toksik bagi makhluk hidup, dalam hal ini zat yang konsentrasi deterjen 54 ppm.
terkandung di dalam deterjen adalah surfaktan.
Surfaktan diabsorpsi oleh ikan melalui pernafasan
dan pencernaannya. Surfaktan yang larut dalam
air masuk kedalam mulut ikan, lalu pada sistem DAFTAR PUSTAKA
pernafasan. Surfaktan diabsopsi secara bersamaan Andang, Ilyani S. 2001. Gunakan Detergen Seminimal
dengan oksigen oleh insang dan kemudian Mungkin. (online), http://www.kompas.com /
dialirkan keseluruh tubuh melalui sistem kompas-cetak / 0105 / 28 / dikbud / guna34.htm,
transportasi tubuh ikan. Begitu pula pada sistem diakses tanggal 28 September 2011.
pencernaannya. surfaktan mendenaturasi lipid Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan
yang ada pada membran sel pada sel-sel darah Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Jakarta:
ikan sehingga sel-sel darahnya rusak. Khususnya Kansius.
pada sel darah merah yang berfungsi mengangkut Lehninger, A. L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia jilid 2.
oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh tidak Jakarta : Erlangga
dapat melangsungkan fungsinya yang disebabkan Matoa. 2008. Cermati Sabun dan Detergen yang Anda
oleh hal tersebut. Gunakan. Diakses melalui http://matoa.org /
Menurut Efendi (2003), berdasrkan Undang- 2008 / 11 / cermati-sabun-dan-detergen-yang-
Undang Lingkungan Hidup no 23 tahun 2006 anda-gunakan/. Pada tanggal 28 September 2011.
bahwa standar baku mutu deterjen yang ada pada Sajiah, L. 2003. Pengaruh Surfaktan detergen Linear
badan air dan diperbolehkan oleh pemerintah Alkylbenzena Sulfonate (LAS) Terhadap
adalah sebesar 0,5 ppm atau 0,5 mg/L. Oleh sebab Perkembangan Stadia Larva sampai dengan Juvenil
itu kehidupan ikan pada akuarium tersebut Ikan Mas. Skripsi tidask dipublikasikan. Bogor:
terganggu akibat pemberian deterjen yang Departemen Budidaya Perairan. Fakultas
melebihi standar baku mutu tersebut. dari Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
penjelasan di atas menunjukkan bahwa bila Bogor.
deterjen melebihi ambang batas standar baku Warlina, L. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak
yang ditetapkan menyebabkan tingkat Dan Penanggulangannya. Intitut Pertanian
toksisitasnya sangat tinggi terhadap organisme Bogor. Diaksese melalui http://
yang berada di dalamnya. PENCEMARAN-AIR-Sumber-Dampak-dan-
SIMPULAN Penanggulangannya.htm. Pada tanggal 28
Berdasarkan penelitian yang telah September 2011.
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa

Anda mungkin juga menyukai