Anda di halaman 1dari 5

Analisis

Berdasarkan hasil praktikum pencemaran air, terbukti bahwasannya kadar larutan


detergen memiliki pengaruh terhadap ikan dan kondisi air selalu memiliki pengaruh terhadap
organisme. Banyak penyebab sumber pencemaran air, salah satunya yaitu zat kimia. Pada
praktikum kali ini mengamati apa yang terjadi pada makhluk hidup ikan, terhadap zat kimia
yaitu detergen. Berdasarkan hasil pengamatan banyaknya pengaruh kadar detergen yang
terdapat pada air memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ikan.

Pada kegiatan praktikum terdapat tujuh gelas yang masing-masing gelasnya diberikan
larutan detergen dengan porsi yang berbeda-beda. Pada gelas pertama diberi larutan detergen
sebanyak 100%, gelas kedua 50%, gelas ketiga 25%, gelas keempat 12,5%, gelas kelima
6,25%, gelas keenam 3,1%, dan yang terakhir gelas ketujuh dengan larutan detergen
sebanyak 0%. Ketujuh gelas dengan kadar larutan detergen yang berbeda tersebut, masing-
masing diberi seekor ikan dengan keadaan yang masih sehat dan segar. Kemudian mengamati
apa yang terjadi pada ikan dengan menggunakan interval waktu 10, 20, hingga 40 menit.

Pengamatan terhadap kondisi ikan pada waktu tertentu sangat diperlukan dalam
praktikum ini, karena perbedaan banyak kadar larutan detergen yang diberikan pada ikan
mempengaruhi berapa lama seekor ikan dapat bertahan hidup. Berdasarkan hasil analisis pada
menit ke 10 ikan dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 100% langsung
mengeluarkan darah, diikuti dengan kejang-kejang napas nya juga mulai hilang, bahkan
sebelum mencapai 10 menit ikan sudah mati. Ikan dalam air dengan konsentrasi detergen
50% juga menunjukan gejala yang sama yaitu mengeluarkan darah, kejang-kejang,
kehilangan napas dan mati. Ikan dengan konsentrasi detergen sebanyak 25% masih belum
menunjukan tanda-tanda kematian, hanya saja pergerakan pada ikan mulai menghilang atau
ikan mulai terlihat lemas. Pada konsentrasi detergen 12,5% ikan masih bergerak akan tetapi
mulai terlihat pergerakannya mulai menghilang. Ikan dengan konsentrasi detergen sebanyak
6,25% masih terlihat aktif pergerakannya masih jauh lebih banyak dibanding dengan ikan
dalam konsentrasi detergen sebelumnya. Pada konsentrasi detergen 3,1% ikan juga masih
terlihat aktif akan tetapi juga mulai terlihat lemas. Ikan pada air dengan konsentrasi detergen
sebanyak 0% masih terlihat sehat, bergerak dengan lancar, dan sama sekali tidak menunjukan
gejala kematian.

Kegiatan selanjutnya yaitu mengamati ikan dalam air dengan konsentrasi hidrogen
yang berbeda pada saat waktu mulai berjalan selama 20 menit, pada menit ini ikan yang
terdapat dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 100% dan 50% sudah tidak
bergerak atau tidak menunjukan tanda-tanda kehidupan atau sudah mati. Ikan dalam air
dengan konsentrasi detergen sebanyak 25% juga mulai kehilangan pergerakan dan kehilangan
tanda kehidupan. Diakhir menit ke 20 ikan yang berada dalam air dengan konsentrasi
detergen sebanyak 25% dan 12,5% sudah kehilangan napas dan pergerakannya atau dapat
disimpulkan ikan sudah mati. Di menit ke 20 ini keempat ikan yang berada dalam air dengan
konsentrasi detergen yang berbeda sudah mati. Sedangkan ikan dalam air dengan konsentrasi
detergen sebanyak 6,25% menunjukkan masih hidup, akan tetapi pergerakan nya mulai
berkurang, dan mulai kesulitan saat bernapas. Dalam konsentrasi detergen sebanyak 3,1%
kondisi ikan tidak jauh berbeda dengan ikan dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak
6,25% yaitu pergerakan dan napasnya yang semakin berkurang. Di sisi lain ikan yang berada
dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 0% masih sehat, bergerak, napasnya juga
masih teratur, dan tidak menunjukan tanda-tanda kematian.

Berikutnya yaitu pada 30 menit setelah ikan dimasukkan pada air dengan konsentrasi
detergen yang berbeda. Ikan dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 100% sudah
kehilangan napas, tidak bergerak, atau mati. Begitu pula ikan yang terdapat dalam air dengan
konsentrasi 50% sudah mati, berikutnya kondisi ikan yang terdapat dalam air dengan
konsentrasi detergen sebanyak 25% sudah mati saat waktu menuju 20 menit. Selanjutnya
yaitu ikan yang terdapat dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 12,5% sudah mati
diakhir menit ke 20. Ikan yang berada dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak
6,25% mulai menunjukan tanda kematian di menit ini, diawali dengan pergerakan dan napas
yang mulai menghilang, lalu diikuti dengan ikan yang sudah lemas tidak bernyawa atau
sudah mati. Selanjutnya ikan yang terdapat dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak
3,1% juga mati pada menit ini, gejala yang dialami ikan tidak jauh berbeda dengan ikan yang
berada dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 6,25%. Berikutnya yaitu ikan yang
berada dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 0% terlihat masih bergerak dengan
lancar, sehat, napasnya juga masih teratur atau bisa dikatakan hidup.

Pengamatan yang terakhir yaitu mengamati setiap ikan yang berada dalam air dengan
konsentrasi detergen yang berbeda, ketika berada dalam waktu 40 menit setelah ikan
dimasukkan. Pada menit ini ikan yang berada dalam air dengan konsentrasi detergen
sebanyak 100% sudah tidak bernyawa atau mati. Ikan yang berada dalam air dengan
konsentrasi detergen sebanyak 50% juga sudah tidak bernyawa atau mati. Sama halnya
dengan ikan yang berada dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 25% sudah tidak
bernyawa atau mati. Begitupula terjadi pada ikan yang berada dalam air dengan konsentrasi
detergen sebanyak 12,5% sudah tidak bernyawa atau mati. Ikan yang berada dalam air
dengan konsentrasi detergen sebanyak 6,25 juga sudah tidak bernyawa atau mati. Bahkan
ikan yang berada dalam air dengan konsentrasi detergen sebanyak 3,1% juga sudah tidak
bernyawa atau mati. Berbeda halnya dengan ikan yang berada dalam air dengan konsentrasi
detergen sebanyak 0% atau ikan yang berada dalam air yang tidak terdapat pencemaran,
terlihat masih sehat, napas yang teratur, pergerakannya juga lancar, atau masih hidup sehat.

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa banyaknya konsentrasi


detergen atau biasa disebut sebagai pencemaran yang terlarut dalam air, memiliki pengaruh
yang luar biasa terhadap organisme baik itu hewan atau tumbuhan. Semakin banyak
pencemaran yang terjadi maka semakin cepat pula organisme yang terdapat dalam air punah.
Beberapa penelitian juga memaparkan bahwa melakukan penertiban, dan memberikan
sosialisasi tentang pentingnya pengelolaan limbah kepada masyarakat yang tinggal dan
memiliki usaha di daerah sempadan sungai sangat diperlukan. Karena, pada dasarnya dengan
meningkatnya aktivitas manusia juga akan turut menyebabkan sungai menjadi rentan
terhadap pencemaran air.

Limbah yang dibuang memiliki karakteristik yang berbeda dan menentukan derajat
kualitas dari air. Limbah tersebut dapat berbentuk padatan atau cairan salah. Salah satnya
yaitu dalam bentuk senyawa anorganik yaitu limbah detergen merupakan salah satu bahan
kimia yang menyebabkan pencemaran air, pasalnya setiap manusia membutuhkan detergen
dalam kehidupan sehari-hari untuk mencuci yang membersihkan. Air limbah rumah tangga
merupakan sumber yang banyak ditemukan di lingkungan, semakin keras jenis detegen maka
semakin efektif pula dalam membersihkan noda, akan tetapi semakin tinggi pula pencemaran
yang terdapat dalam air. Air yang tercemar juga berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia,
karena dapat menimbulkan berbagai penyakit.

Dengan melakukan berbagai penelitian di berbagai wilayah dan dengan menggunakan


berbagai cara, maka diharapkan masyarakat mengerti tentang pentingnya pegendalian
terhadap pencemaran air. Oleh karena itu kita sebagai manusia sudah seharusnya ikut
menjaga air agar jauh dari pencemaran, salah satu caranya yaitu bisa mengurangi detergen
saat mencuci baju, atau menggunakan detergen yang ramah lingkungan sehingga lebih mudah
atau cepat teruraikan, serta meminimalisirkan kepunahan organisme terutama yang terdapat
dalam air.
H. Kesimpulan

1. Kondisi air setiap gelasnya memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ikan disetiap
menitnya.
2. Semakin banyak larutan detergen atau pencemaran yang terlarut dalam air, maka
semakin cepat pula organisme dalam air baik itu hewan atau tumbuhan punah.
3. Semua ikan yang terdapat dalam air dengan pencemaran mati, meskipun dalam
interval waktu yang berbeda. Terkecuali ikan yang terdapat dalam air tanpa
pencemaran, meskipun waktu sudah mencapai 40 menit ikan masih hidup dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

(Yohannes, Utomo, & Agustina, 2019) (Debataraja, Kusnandar, & Nusantara, 2018)
(Isti'anah, Najah, & Pratiwi, 2017)

References
Debataraja, N. N., Kusnandar, D., & Nusantara, R. W. (2018). Identifikasi Lokasi Sebaran Pencemaran
Airdi Kawasan Permukiman Kota Pontianak. Jurnal Matematika, Statistika, dan Komputasi.

Isti'anah, Najah, S., & Pratiwi, S. H. (2017). Pengaruh Pencemaran Limbah Detergen terhadap Biota
Air. Jurnal EnviScience.

Yohannes, B., Utomo, S. W., & Agustina, H. (2019). KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI DAN UPAYA
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR (STUDI DI SUNGAI KRUKUT, JAKARTA SELATAN).
Indonesian Journal of Environmental Education andManagement.

Anda mungkin juga menyukai