id/juvenil Juvenil
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
http://doi.org/10.21107/juvenil.v2i3.11271
ABSTRAK
Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi suatu
organisme dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain
mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi (konversi makanan) dan
kelangsungan hidup. Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi tekanan
osmotik cairan tubuh ikan nila, maka tekanan osmotik media akan menjadi beban bagi ikan nila
sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk mempertahankan osmotik tubuhnya melalui
proses osmoregulasi agar berada tetap pada keadaan yang ideal. Pengaruh salinitas yang berbeda
terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) menunjukkan adanya perbedaan terhadap
pertumbuhan panjang dan berat ikan nila. Hasil pertumbuhan panjang dan berat paling optimal yaitu
pada salinitas 10-15 ppt yang mendapatkan nilai panjang 8,83 cm dan berat 6,4 gram. Salinitas 10-15
ppt mendapatkan konversi pakan tertinggi dibandingkan salinitas 15-20 ppt dan 20-25 ppt. Ikan nila
mampu mempertahankan hidup paling optimal yaitu pada salinitas 10-15 ppt yang pada akhir
pemeliharaannya mendapatkan nilai 40%.
ABSTRACT
Salinity is one of the environmental parameters that affects the biological process of an organism and
will directly affect the life of the organism, among others, affecting the growth rate, the amount of food
consumed (food conversion) and survival. Salinity as one of the parameters of water quality that
affects the osmotic pressure of tilapia body fluids, the osmotic pressure of the media will be a burden
for tilapia so that it takes a relatively large amount of energy to maintain its osmotic body through the
process of osmoregulation in order to remain in an ideal state. The effect of different salinity on the
growth of tilapia (Oreochromis niloticus) indicates a difference in the growth of tilapia length and
weight. The results of the most optimal growth in length and weight were at a salinity of 10-15 ppt
which obtained a length value of 8.83 cm and a weight of 6.4 grams. Salinity 10-15 ppt get the highest
feed conversion compared to salinity 15-20 ppt and 20-25 ppt. Tilapia is able to maintain the most
optimal life, namely at a salinity of 10-15 ppt which at the end of its maintenance gets a value of 40%.
166
Juvenil, 2(3), 166-175, (2021)
Pertumbuhan merupakan suatu proses Metode Pengambilan Data
pertambahan panjang dan juga berat dari Persiapan Media
suatu organisme yang mampu dilihat dari
perubahan ukuran panjang dan berat dalam Persiapan media dapat dilaksanakan dengan
satuan waktu. Kualitas dan kuantitas pakan pencucian seluruh akuarium yang akan
mempengaruhi pertumbuhan ikan nila, selain digunakan sampai bersih dan dikeringkan.
itu umur dan kualitas air juga mampu Selanjutnya menata akuarium dan
mempengaruhi pertumbuhannya (Mulqan, ditempatkan pada tempat yang telah
Afdhal, Rahimi, & Dewiyanti, 2017). Konversi disediakan. Masing-masing akuarium diisi air
pakan dan efisiensi pakan merupakan dan dilakukan pemasangan aerasi pada
indikator untuk menentukan efektifitas pakan. akuarium tersebut. Untuk mendapatkan
Konversi pakan dapat diartikan sebagai salinitas yang diinginkan maka perlu adanya
kemampuan spesies akuakultur mengubah pengenceran berdasarkan rumus sederhana
pakan menjadi daging. Nilai konversi pakan menurut (Yatiningsih, Boesono, & Sardiyatmo,
menunjukkan bahwa sejauh mana makanan 2018) yaitu :
efisien dimanfaatkan oleh ikan (Amalia,
Amrullah, & Suriati, 2018). Dimana nilai rasio S = (V1 × S1) + (V2 × S2) ………………….(1)
konversi pakan dapat dipengaruhi oleh (V1 + V2)
beberapa faktor yaitu meliputi kepadatan,
berat dari setiap individu, umur kelompok Keterangan:
hewan, suhu air dan cara pemberian pakan S = Salinitas yang dikehendaki (ppt)
(kualitas, jumlah dan frekuensi pemberian V1 = Volume air salinitas tinggi (liter)
pakan). Besar atau kecilnya dari nilai rasio S1 = Salinitas tinggi atau air laut (ppt)
konversi pakan diduga karena penyerapan V2 = Volume air salinitas rendah (liter)
nutrisi yang berbeda dari setiap spesies S2 = Salinitas rendah atau air tawar (ppt)
bahkan umur, ukuran dan jumlah ikan uji. Nilai
Adaptasi Ikan
rasio konversi pakan juga dipengaruhi oleh
protein yang terkandung dalam pakan Ikan nila dimasukan sebanyak 10 ekor untuk
masing-masing akuarium berukuran 30x35x35
Kelangsungan hidup ikan (SR) dapat
cm2. Ikan nila diaklimatisasi terlebih dahulu
didefinisikan sebagai peluang untuk hidup
selama satu jam, sampai ikan nila sudah
dalam suatu saat tertentu (Rachmawati &
benar-benar beradaptasi pada lingkungan
Samidjan, 2014). Kelangsungan hidup
barunya.
merupakan peluang hidup suatu individu
dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas Uji Perlakuan
adalah suatu kematian yang terjadi pada suatu
populasi yang mengakibatkan berkurangnya Setelah ikan nila diaklimatisasi dan
jumlah suatu individu dalam populasi tersebut. beradaptasi, kemudian mengukur panjang dan
Kualitas air seperti suhu, kadar amoniak dan menimbang bobotnya sebagai data panjang
nitrit, oksigen terlarut, serta tingkat keasaman dan bobot awal tubuh ikan nila sebelum
suatu perairan (pH), dan juga rasio antara dilakukannya penelitian. Pemeliharaan ikan uji
jumlah pakan dengan kepadatan adalah suatu dilakukan selama 30 hari dan selama
faktor yang mempengaruhi kelangsungan pemeliharaan tersebut ikan nila diberikan
hidup ikan nila. Nilai tingkat kelangsungan pakan dengan frekuensi pemberian pakan
hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada
73,5 – 86,0% (Andriyan, Rahmaningsih, & pukul 08.00 dan 17.00 WIB dengan takaran
Firmani, 2018). Berdasarkan uraian diatas 3% dari berat ikan ujinya. Selain itu, selama
dapat diidentifikasi masalah, yaitu sejauh proses pemeliharaan ikan nila demi menjaga
manakah pengaruh salinitas dalam wadah kualitas airnya tetap baik maka dilakukan
pemeliharaan terhadap pertumbuhan, konversi penyiponan air media pemeliharaan ikan nila
pakan, dan kelangsungan hidup ikan nila jika kualitas airnya mengalami penurunan dan
(Oreochromis niloticus). juga dilakukan penambahan air sesuai dengan
volume air yang telah terbuang. Sedangkan
MATERI DAN METODE ikan yang mengalami mortalitas selama
Waktu dan Tempat pelaksanaan penelitian juga ditimbang bobot
serta panjangnya. Dimana pengukuran laju
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
pertumbuhan dan pertumbuhan bobot diukur
2020 di Laboratorium Lingkungan, Program
dalam waktu satu minggu sekali.
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo
Madura.
167
Francisca dan Muhsoni, Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Penelitian ini tedapat tiga perlakuan yaitu: Pertumbuhan Bobot
perlakuan 1 mempunyai salinitas 10 – 15 Rumus yang digunakan untuk menghitung
ppt, pertumbuhan bobot menurut Effendi (1979)
perlakuan 2 mempunyai salinitas 15 – 20 dalam (Suprianto, 2019) yaitu :
ppt,
perlakuan 3 mempunyai salinitas 20 – 25 W = Wt – W0……………………..……………(3)
ppt.
Keterangan:
Pada setiap perlakuan terdapat tiga ulangan, W = Pertumbuhan bobot (gram)
dimana pada setiap perlakuan terdapat tiga Wt = Bobot akhir (gram)
akuarium yang digunakan sebagai wadah W0 = Bobot awal (gram)
pemeliharaan yang ditujukan untuk melakukan
pengulangan pada tiap perlakuan. Kelangsungan hidup (Survival Rate / SR)
Pengukuran panjang tubuh ikan uji dilakukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada awal dan akhir penelitian atau pertumbuhan ikan nila pada setiap perlakuan
pemeliharaan. Berikut rumus yang digunakan memperoleh pertumbuhan panjang 10 – 15
untuk mengukur pertumbuhan panjang ppt (8,83 cm), 15 – 20 ppt (6,3 cm), dan 20 –
menurut Effendi (2002) dalam (Sri Mulyani & 25 ppt (5,28 cm). Menunjukkan pertumbuhan
Fitrani 2014) yaitu : panjang paling optimal ikan nila pada berada
pada salinitas 10 – 15 ppt jika dibandingkan
L = Lt – L0……………………………………..(2) dengan dengan salinitas 15 – 20 ppt dan
salinitas 20 – 25 ppt. Salinitas 15 – 20 ppt ikan
Keterangan: nila masih mampu tumbuh namun tidak
L = Pertumbuhan panjang (cm) sebesar dengan salinitas 10 – 15 ppt. Salinitas
L0 = Panjang ikan awal pemeliharaan (cm) 20 – 25 ppt ikan nila mempunyai pertumbuhan
Lt = Panjang ikan akhir pemeliharaan (cm) panjang yang paling buruk diantara salinitas
yang lainnya.
168
Juvenil, 2(3), 166-175, (2021)
10
8
panjang (cm)
6
4
2
0
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN
MINGGU KE-0 MINGGU KE-1 MINGGU KE-2 MINGGU KE-3 MINGGU KE-4
169
Francisca dan Muhsoni, Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
ikan nila tidak mampu mempertahankan bobot 6,4 gram. Perlakuan 2 (15 – 20 ppt)
hidupnya. pada masa awal pemeliharaan mempunyai
bobot sebesar 1,66 gram dan mengalami
Pertumbuhan berat pada perlakuan 1 (10 – 15 kenaikan bobot pada setiap minggunya hingga
ppt) adalah pertumbuhan berat paling tinggi pada akhir pemeliharaan ikan nila mempunyai
yang pada setiap minggunya ikan nila bobot sebesar 3,2 gram. Sedangkan pada
mengalami peningkatan bobot tubuhnya. perlakuan 3 (20 – 25 ppt) laju pertumbuhan
Dimana pada awal pemeliharaannya bobot ikan nila sangat rendah dan
mempunyai bobot sebesar 3,44 gram menunjukkan kondisi yang semakin menurun
mengalami peningkatan pada tiap minggunya juga mengalami kematian pada minggu ke 1
hingga akhir pemeliharaan mendapatkan yang dapat dilihat pada Gambar 2.
7
6
Berat (gram)
5
4
3
2
1
0
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN
MINGGU KE-0 MINGGU KE-1 MINGGU KE-2 MINGGU KE-3 MINGGU KE-4
Pertumbuhan berat ikan nila yang dipelihara sisanya digunakan untuk beraktifitas lain
dalam media salinitas yang berbeda seperti pertumbuhan (Fujaya, 2004).
memberikan perbedaan terhadap laju
pertumbuhan bobot ikan nila. Perlakuan Hasil penelitian Leunufna (2012),
salinitas 10 – 15 ppt merupakan pertumbuhan menunjukkan bahwa ikan nila pada tiap
bobot paling optimal jika dibandingkan dengan perlakuan salinitas yang berbeda memperoleh
salinitas 15 – 20 ppt dan 20 – 25 ppt yang bobot 0 ppt sebesar 4,02 gram, 10 ppt
mempunyai laju pertumbuhan bobot yang sebesar 3,43 gram, 20 ppt sebesar 2,25 gram,
rendah. Salinitas 15 – 20 ppt masih dan 30 ppt sebesar 0,15 gram. Dimana laju
mengalami pertumbuhan bobot meskipun pertumbuhan bobot tertinggi terdapat pada
sangat rendah jika dibandingkan dengan salinitas 0 ppt (kontrol). Mengartikan bahwa
salinitas 10 – 15 ppt. Apabila dibandingkan semakin rendah media salinitas maka
lagi dengan salinitas 20 – 25 ppt yang laju pertumbuhan berat akan menjadi optimal
pertumbuhannya sangat buruk dan mengalami karena pakan yang dikonsumsi dapat di
kematian salinitas 15 – 20 ppt laju fokuskan untuk penambahan berat ikan nila.
pertumbuhannya masih baik. Oleh sebab itu,
semakin tingginya salinitas maka juga akan Ath-thar dan Gustiano, 2010, menyatakan
semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan bahwa pertumbuhan bobot ikan pada
bobot benih ikan nila. perlakuan salinitas yang berbeda memberikan
hasil sangat berbeda nyata. Dimana pada
Kondisi ikan nila pada media yang bersalinitas salinitas 2,5 ppt pertumbuhan bobot terbaik
membutuhkan lebih banyak energi untuk yaitu 15,0 berbeda nyata dengan perlakuan
menyeimbangkan cairan dan garam internal kontrol (P<0,01) dan berbeda nyata dengan
tubuhnya dari pada untuk pertumbuhan berat salinitas 5 ppt (P<0,05).
badannya, sehingga energi yang seharusnya
digunakan untuk proses pertumbuhan akan Kelangsungan Hidup Ikan Nila
lebih banyak digunakan untuk melakukan (Oreochromis niloticus)
proses osmoregulasi (Asri et al., 2012). Ikan
mengkonsumsi pakan hingga memenuhi Kelangsungan hidup ikan atau bisa disebut
kebutuhan energinya, sebagian besar pakan dengan survival rate (SR) merupakan
digunakan untuk proses metabolisme dan persentase ikan uji yang masih hidup pada
akhir penelitian dari jumlah ikan uji yang
170
Juvenil, 2(3), 166-175, (2021)
ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu hanya mempu mempertahankan hidupnya
wadah. Kelangsungan hidup ikan dapat juga hingga minggu 1.
didefinisikan sebagai nilai persentase jumlah
ikan yang hidup selama penelitian. Presentase kelangsungan hidup ikan nila pada
Kelangsungan hidup ikan nila ditentukan oleh perlakuan 1 (10 – 15 ppt) adalah
kondisi lingkungan sekitar dan juga pakan kelangsungan hidup yang paling optimal
(Iskandar & Elrifadah, 2015). karena presentase kelangsungan hidupnya
yang tinggi, meskipun pada setiap minggunya
Jumlah persentase kelangsungan hidup ikan mengalami penurunan. Dimana pada minggu
nila pada media salinitas yang berbeda pertama hingga minggu ke empat
menunjukkan bahwa ikan nila masih mampu mendapatkan presentase sebesar 90%; 60%;
mempertahankan hidupnya sampai dengan 50% dan 40%. Perlakuan 2 (15 – 20 ppt)
perlakuan 2 (15 – 20 ppt). jumlah persentase mempunyai presentase kelangsungan hidup
kelangsungan hidup ikan nila pada perlakuan dari minggu pertama hingga minggu keempat
2 sangat rendah yaitu 10% pada akhir yaitu sebesar 50%; 20%; dan 10% pada
pemeliharaannya. Kelangsungan hidup ikan minggu ketiga dan keempat. Perlakuan 3 (20 –
nila semakin menurun seiring dengan 25 ppt) mempunyai presentase kelangsungan
tingginya salinitas yang diberikan, hal tersebut hidup dari minngu pertama hingga minggu
terlihat pada gambar 3 bahwa semakin tinggi keempat adalah 0%. Jika dibandingkan
media salinitas yang diberikan maka ikan nila dengan perlakuan 1 dan perlakuan 2,
semakin rendah kelangsungan hidupnya. perlakuan 3 adalah yang paling rendah tingkat
Seperti pada perlakuan 3 (20 – 25 ppt) dimana kelangsungan hidupnya, dan ikan nila hanya
ikan nila tidak mampu mempertahankan mampu hidup pada perlakuan 2 namun yang
hidupnya hingga akhir pemeliharaan dan paling optimal adalah pada perlakuan 1 yang
dapat dilihat pada Gambar 3.
100%
80%
Kelangsungan hidup (%)
60%
40%
20%
0%
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN
MINGGU KE 1 MINGGU KE 2 MINGGU KE 3 MINGGU KE 4
171
Francisca dan Muhsoni, Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
salinitas dapat menyebabkan kelarutan perlakuan adalah perlakuan 1 (10 ppt),
oksigen menurun sehingga menyebabkan perlakuan 2 (17 – 18 ppt), dan perlakuan 3 (23
kematian pada ikan nila. Selain hal tersebut, – 25 ppt). Kisaran pH yang diperoleh selama
ada pula faktor ukuran benih ikan nila pun juga penelitian pada ketiga perlakuan yaitu berkisar
berpengaruh terhadap kemampuan untuk 8,05 – 8,04; 7,94 – 8,15 dan 7,93 – 8,69.
bertahan hidup, selain dari sifat genetis dan Kisaran tersebut masih layak untuk
kondisi ikan pada saat dimasukkan kedalam pertumbuhan ikan nila dan juga kelangsungan
media yang bersalinitas. Hal tersebut juga hidupnya. Dimana pada nilai pH dapat
berkaitan dengan kematian ikan yang terjadi menunjukkan kualitas air suatu perairan
pada perlakuan 2 (15 - 20 ppt) dan perlakuan sebagai lingkungan hidup bagi ikan yang
3 (20 – 25 ppt) yang mengalami banyak merupakan salah satu parameter yang
kematian. Dimana semakin tinggi nilai salinitas menentukan produktifitas primer, walaupun
maka semakin jauh pula perbedaan tekanan kualitas air juga bergantung pada faktor-faktor
osmotik antara tubuh dengan lingkungannya. lainnya. Jika melihat toleransi pH terdadap
Adapun dampak dari tingginya nilai salinitas ikan nila pada KEPMEN KP NO. 28 TAHUN
tersebut, benih ikan nila menjadi memerlukan 2016 nilai pH antara 5,1 – 8,3 yang
lebih banyak energi untuk melakukan proses mengartikan bahwa kondisi pH pada penelitian
osmoregulasi sebagai upaya dalam masih dalam batas normal. Hasil penelitian
penstabilan kondisi tubuh terhadap kondisi Willem H. Siegers, 2019 bahwa nilai pH
lingkungan yang baru. Proses pengkondisian didalam tambak ikan nila nirwana berkisar 6,7
ikan nila adalah dengan meningkatkan – 8,2, yang masih dalam batas toleransi hidup
salinitas secara bertahap tiap harinya hingga ikan nila atau berada dalam kondisi yang baik.
tidak melebihi dari 5 ppt setiap tahap kenaikan Sedangkan menurut Suyanto (2003) dalam
salinitas atau biasa disebut aklimatisasi Dahril et al., 2017 bahwa tingkat keasaman
(Leunufna 2012 dalam Chotiba, 2013. (pH) yang tidak optimal dapat menyebabkan
Sedangkan proses pengkondisian pada ikan menjadi strss, mudah terserang oleh
penelitian ini tidak melalui proses peningkatan penyakit, serta produktivitas dan pertumbuhan
salinitas secara bertahap sehingga berdampak ikan menjadi rendah. Selain hal tersebut pH
pada kematian. memegang peran yang penting dalam bidang
perikanan karena berhubungan dengan
Sama halnya dengan hasil yang diperoleh Ath- kemampuan untuk tumbuh dan juga
thar & Gustiano, 2010, bahwa ikan nila bereproduksi. Ikan dapat hidup minimal pada
mampu bertahan hidup dengan baik hingga pH 4, dan pH diatas 11 akan mati. pH juga
salinitas 5 ppt dengan ukuran ikan 3 – 5 cm dapat mempengaruhi konversi pakan ikan nila
dan 5 – 8 cm. Dimana pada salinitas tertinggi karena, rendahnya nilai derajad keasaman
yaitu 15 ppt, ikan nila mengalami kematian (pH) akan mengakibatkan keasaman
total dalam waktu 1 jam. Salinitas 10 ppt ikan meningkat, jika hal tersebut terjadi maka akan
nila mulai mengalami kematian selah 2 jam menyebabkan kondisi perairan menjadi
dan mati total setelah 3 jam. Hikmawati., menurun yang dapat mengakibatkan
Rahmad S Patadjai., 2019 menyatakan, menurunnya selera makan ikan nila (Chotiba,
tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan nila 2013).
diduga karena peningkatan salinitas yang
diberikan dilakukan sedikit demi sedikit Kualitas air untuk media hidup ikan nila
sehingga ikan nila tidak mengalami stress atau mempunyai peran yang begitu penting.
kaget dalam lingkungan barunya, dan Dimana pakan yang telah diberikan terlalu
sebaliknya juga jika semakin cepat banyak dan tidak termakan oleh ikan maka
peningkatan salinitas yang dilakukan akan sisa pakan akan terkumpul dan mengendap
menyebabkan tingginya tingkat kematian pada sehingga akan mempengaruhi kondisi kualitas
ikan nila. Sedangkan pada penelitian ini air tersebut. Hal tersebut juga akan
salinitas tidak dilakukan secara sedikit demi mengakibatkan terjadinya perubahan nilai
sedikit melainkan secara langsung dengan kualitas air (Yanuar, 2017). Handajani, 2011
salinitas yang telah ditentukan. Sehingga tidak menjelaskan bahwa perubahan dari kualitas
menutup kemungkinan kalau ikan nila yang air pada suatu wadah budidaya secara
dipelihara juga mengalami stress yang terkontrol dipengaruhi oleh berbagai macam
mengakibatkan kematian yang cukup tinggi faktor seperti adanya sisa pakan, urin dan
pula. bahan organik lainnya yang terdapat dalam
air.
Kualitas Air
Nilai suhu setiap perlakuan adalah perlakuan
Hasil kualitas air yang diperoleh selama 1 (27 – 28 °C), perlakuan 2 (27 – 28 °C), dan
penelitian yaitu, nilai salinitas pada setiap
172
Juvenil, 2(3), 166-175, (2021)
perlakuan 3 (26 – 28 °C). Menurut Ghufran DO juga salah satu yang mempengaruhi
(2011) dalam Chotiba, (2013), suhu air sangat kelangsungan hidup ikan nila karena, oksigen
mempengaruhi pertumbuhan biota air terlarut (DO) adalah parameter dari mutu air
termasuk ikan. Kisaran suhu optimal untuk yang penting dikarenakan nilai dari oksigen
kehidupan ikan diperairan tropis yaitu antara terlarut dapat menunjukkan tingkat
28 – 32°C. Pada suhu 18 – 25°C masih dapat pencemaran air atau tingkat pengolahan air
bertahan hidup, namun nafsu makan dari ikan limbah. Kelarutan oksigen dalam suatu
akan menurun. Sedangkan suhu air 12 – 18°C perairan dapat dipengaruhi oleh suhu. Dimana
mulai berbahaya untuk kehidupan ikan hal kelarutan oksigen berbanding terbalik dengan
tersebut dikarenakan, tingkat kelarutan suhu (Nugroho 2006 dalam Sihombing, 2018).
oksigen sangat rendah secara teoritis, ikan Nilai DO selama penelitian pada ketiga
tropis akan masih dapat hidup normal pada perlakuan yaitu, 4,84 – 5,84 mg/l, 4,47 – 4,70
suhu 30 – 35°C jika konsentrasi oksigen mg/l, dan 1,81 – 4,21 mg/l. Nilai tersebut
terlarutnya cukup tinggi. Sedangkan menurut masih dalam batas yang layak jika mengacu
Rukmana (1997) dalam Yanuar (2017), bahwa pada nilai toleransi lingkungan oleh KEPMEN
lingkungan tumbuh yang ideal untuk KP RI (2016). DO yang seimbang untuk
melakukan usaha budidaya ikan nila adalah hewan budidaya adalah 5 mg/l, jika oksigen
pada perairan tawar yang mempunyai suhu terlarut tidak seimbang akan menyebabkan
antara 14 - 38°C atau suhu optimalnya 25 - stress pada ikan karena otak tidak dapat
30°C. karena jika suhu terlalu rendah (<14°C) suplai oksigen yang cukup, serta kematian
ataupun suhunya terlalu tinggi (>30°C) akan akibat kekurangannya oksigen (anoxia) yang
mengakibatkan pertumbuhan ikan terganggu. disebabkan oleh jaringan tubuh tidak dapat
Dimana suhu yang amat rendah dan suhu mengikat oksigen yang terlarut dalam darah
yang teramat tinggi akan mematikan ikan nila. (Tatangindatu, Kalesaran, & Rompas, 2013).
Seperti pernyataan Raharjo, 2004, bahwa
kenaikan suhu dalam suatu perairan akan Nilai ambang batas kelarutan oksigen ikan
menaikan laju metabolisme dalam tubuh berjenis tilapia akan menghemat energi
sehingga kebutuhan oksigen lebih kritis dalam dengan cara mengurangi aktivitas (Bestian
air yang bersuhu tinggi dibandingkan dengan 1996 dalam Chotiba, 2013). Peningkatan suhu
air yang suhunya relatif rendah. Ikan nila pada perairan sebesar 4°C akan
merupakan jenis ikan yang tinggi toleransinya menyebabkan ikan untuk meningkatkan
terhadap perubahan suhu, dimana suhu yang konsumsi oksigen. Sehingga semakin
baik untuk ikan nila yaitu berkisar antara 22 – tingginya suhu pada perairan akan berakibat
37°C. Namun suhu air pada media masih terhadap rendahnya oksigen yang terlarut
dalam kondisi baik yang tidak mengganggu dalam air, dikarenakan meningkatnya aktivitas
kelangsungan hidup ikan nila yaitu berkisar ikan (Ghufran 2011 dalam Chotiba, 2013).
27°C - 28°C, karena masih sesuai dengan Keadaan tersebut merupakan keadaan yang
suhu dalam kualitas air ikan nila menurut masih dalam batas toleransi ikan
KEPMEN KP RI No. 28 Tahun 2016. sebagaimana menurut Nugroho (2002) dalam
Hikmawati et al, 2019) bahwa kisaran DO
optimum untuk ikan yaitu 4 – 6 mg/L.
Kualitas Air
Perlakuan
Salinitas Suhu DO
Ph
(ppt) (°C) (mg/L)
173
Francisca dan Muhsoni, Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
KESIMPULAN DAN SARAN Handajani, H. (2011). Optimalisasi Subtitusi
Tepung Azolla Terfermentasi Pada
Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap Pakan Ikan Untuk Meningkatkan
pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) Produktivitas Ikan Nila Gift. Jurnal
menunjukkan adanya perbedaan terhadap Teknik Industri, 12(2), 177–181.
pertumbuhan panjang dan berat ikan nila. Hikmawati. Rahmad S Patadjai., A. M. B.
Hasil pertumbuhan panjang dan berat paling (2019). Uji Adaptasi Benih Ikan Nila Gift
optimal yaitu pada perlakuan 1 (10-15 ppt) (Oreochromis niloticus) Berbagai
yang mendapatkan nilai panjang 8,83 cm dan Ukuran Bobot Yang Berbeda Pada
berat 6,4 gram. Presentase kelangsungan Salinitas Air Laut [Adaptation Test of
hidup ikan nila pada media salinitas yang Nila Gift (Oreochromis niloticus) in
berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan. Different Initial Body Weight in Marine
Ikan nila mampu mempertahankan hidup Water]. Jurnal Media Akuatika, 4(2), 53–
paling optimal yaitu pada salinitas 10-15 ppt 60.
yang pada akhir pemeliharaannya Iskandar, R., & Elrifadah. (2015).
mendapatkan nilai 40%. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan
Nila (Oreochromis nilotikus) yang Diberi
DAFTAR PUSTAKA Pakan Buatan Berbasis Kiambang.
Jurnal Ziraa"ah, 40(1), 18–24.
Amalia, R., Amrullah, & Suriati. (2018). Jamco, juan charles, & Balami, abdul malik.
Manajemen Pemberian Pakan Pada (2020). Analisis Kruskal-Wallis Untuk
Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Mengetahui Konsentrasi Belajar
niloticus). Sinergitas Multidisiplin Ilmu Mahasiswa Nerdasarkan Bidang Minat
Pengetahuan Dan Teknologi, 1(1), 252– Program Studi Statistika Fmipa Unpatti.
257. Jurnal Riset Matematika, Statistika, Dan
Andriyan, M. F., Rahmaningsih, S., & Firmani, Terapanya, 1(1), 39–44.
U. (2018). Pengaruh Salinitas Terhadap Khairunnisa, Sofyan, R., & Abidin, B. (2019).
Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Profil Uji Adaptasi Benih Ikan Nila Merah
Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Oreochromis niloticus) Berbagai
Yang Diberi Kombinasi Pakan Dan Ukuran Bobot Yang Dipelihara Pada
Buah Mengkudu (Morinda citriffolia L.). Salinitas Air Laut. Media Akuatika, 4(1),
Jurnal Perikanan Pantura (JPP), 1(1), 1. 19–24.
https://doi.org/10.30587/jpp.v1i1.285 Mulqan, M., Afdhal, S., Rahimi, E., &
Asri, Y., Padusung, & Abidin, Z. (2012). Dewiyanti, I. (2017). Pertumbuhan dan
Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Gesit (Oreochromis niloticus) Pada
Ikan Nila (Oreochromis sp.). 1, 40–48. Sistem Akuaponik Dengan Jenis
Ath-thar, M. H. F., & Gustiano, R. (2010). Riset Tanaman Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Pengembangan Pra-Budidaya Ikan Nila Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan
Best (Oreochromis niloticus) Di Meda Unsyiah, 2(1), 183–193. Retrieved from
Salinitas. Media Akuakultur, 5(1), 1. https://media.neliti.com/media/publicatio
https://doi.org/10.15578/ma.5.1.2010.1- ns/188527-ID-pertumbuhan-dan-
9 kelangsungan-hidup-benih.pdf
Bestian, C. (1996). Kelangsungan hidup dan Rachmawati, D., & Samidjan, I. (2014).
pertumbuhan benih ikan nila merah Penambahan Fitase Dalama Pakan
(orechromis sp.) pada kisaran suhu Buatan Sebagai Upaya Peningkatan
media 24 ± 1°C dengan salinitas yang Kecernaan, Laju Pertumbuhan Spesifik
berbeda (0,10 dan 20 ppt). Dan Kelulushidupan Benih Ikan Nila
Chotiba, I. M. (2013). Pengaruh Salinitas (Oreochromis niloticus). Jurnal Saintek
Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Perikanan, 10(1), 48–55.
Pertumbuhan Benih Ikan Nila Nirwana Raharjo, E. E. (2004). Pengaruh Dhapnia sp.
(Oreochromis niloticus). Skripsi. Yang Diperkaya Dengan Kadar
Universitas Padjajaran Fakultas Ascorbic Acid-Ethyl Cellulose Berbeda
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Program Terhadap Kinerja Pertumbuhan Dan
Studi Perikanan Jatinagor. Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Dahril, I., Tang, U. M., & Putra, I. (2017). Nila (Oreochromis niloticus trewavas.).
Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Skripsi. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Pertanian Bogor.
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Rahim, T., Tuiyo, R. H. & Hasim. (2015).
Berkala Perikanan Terubuk, 45(3)(3), Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap
67–75.
174
Juvenil, 2(3), 166-175, (2021)
Pertumbuhan dan Tingkat Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.) Pada Tambak Payau.
Merah (Oreochromis Niloticus) di Balai The Journal of Fisheries Development,
Benih Ikan Kota Gorontalo. Jurnal Volume 3, Nomor 2 Hal : 95 – 104 e-
Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 3(1), ISSN : 2528-3987
39–43. Retrieved from Yanuar, V. (2017). Pengaruh Pemberian Jenis
http://mfile.narotama.ac.id/files/Umum/ Pakan Yang Berbeda Terhadap Laju
Sari, I. P., Yulisman, Y., & Muslim, M. (2017). Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Laju Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan (Oreochromis niloticus) Dan Kualitas Air
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Di Akuarium Pemeliharaan. Ziraa’ah,
Dipelihara dalam Kolam Terpal Yang 42(2), 91–99.
Dipuasakan Secara Periodik. Jurnal Yatiningsih, R., Boesono, H., & Sardiyatmo.
Akuakultur Rawa Indonesia, 5(1), 45– (2018). Analisis Perubahan Salinitas
55. Terhadap Tingkat Kematian Dan
Shofura.H, Suminto, D., & Chilmawati.D. Tingkah Laku Ikan Nila Merah
(2017). Pengaruh penambahan (Oreochromis niloticus) Sebagai
“PROBIO-7” pada pakan buatan Pengganti Umpan Hidup Pada
terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, Penangkapan Cakalang. Journal of
pertumbuhan dan kelulushidupan benih Fisheries Resources Utilization
ikan nila gift (Oreochromis niloticus). Management and Technology, 7(1), 01–
Jurnal Sains Akuakultur Tropis, 1, 10– 10.
20.
Sihombing, P. C. (2018). Pengaruh Perbedaan
Suhu Air Terhadap dan Kelangsungan
Benih Hidup Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus). Repositori Institusi USU.
Sobirin, M., Soegianto, A., & Irawan, B.
(2014). Pengaruh Beberapa Salinitas
Terhadap Osmoregulasi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, 17(2), 46–50.
Sri Mulyani, Y. Y., & Fitrani, M. (2014).
Pertumbuhan dan Efesiensi Pakan Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) yang
Dipuasakan Secara Periodik. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1), 1–12.
Suprianto, S. (2019). Optimalisasi Dosis
Probiotik Terhadap Laju Pertumbuha
Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Pada Sistem
Bioflok. Journal of Aquaculture and Fish
Health, 8(2), 80.
https://doi.org/10.20473/jafh.v8i2.13156
Tatangindatu, F., Kalesaran, O., & Rompas, R.
(2013). Studi Parameter Fisika Kimia Air
pada Areal Budidaya Ikan di Danau
Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten
Minahasa. E-Journal Budidaya
Perairan, 1(2), 8–19.
https://doi.org/10.35800/bdp.1.2.2013.1
911
Wahyurini, E. T. (2005). Pengaruh Perbedaan
Salinitas Air Terhadap Tingkat
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
Merah (Oreochromis niloticus). Agromix,
3(1), 87–97.
https://doi.org/10.35891/agx.v3i1.751
Willem H. Siegers, Y. P. dan A. S. (2019).
Pengaruh Kualitas Air Terhadap
175