1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mendeskripsikan pengaruh perbedaan
padat tebar terhadap proses fisiologis ikan (respirasi).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Acanthopterigii
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Menurut Mutia dan Razak (2018), morfologi ikan nila yaitu berbentuk pipih
(compressed). Posisi mulut terletak di ujung hidung (Terminal) dan dapat
disembulkan. Ciri khas ikan nila terdapat garis-garis vertikal berwarna hitam pada
sirip ekor, punggung dan dubur. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan
nila adalah tipe stenoid. Ikan nila memiliki jari-jari dorsal yang keras begitupun
bagian analnya.
Menurut Ikramuddin et al. (2023), budidaya ikan nila menjadi salah satu
budidaya ikan air tawar yang sangat berkembang. Budidaya nila berkembang pesat
dikarenakan teknologi budidaya yang relatif mudah dikuasai masyarakat,
pemasarannya relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta
dapat dibudidayakan di lahan sempit dengan padat tebar yang tinggi. Beberapa tahun
terakhir budidaya ikan nila telah banyak dikembangkan secara intensif.
Tabel 1. Tingkah laku ikan pada perlakuan 5 ekor, 10 ekor dan 15 ekor ikan
Pada hasil pengukuran suhu air selama pemeliharaan benih ikan nila didapatkan hasil
suhu berkisar 29-30℃. Suhu ini sangat sesuai untuk kelangsungan hidup ikan nila.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Effendi et al. (2015), bahwa suhu 25-32℃ layak
untuk pertumbuhan ikan. Suhu dapat berpengaruh tehadap jumlah oksigen terlarut
dalam air, pertumbuhan ikan, tingkah laku dan kesehatan ikan karena suhu
merupakan faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan sperti kualitas dan
kuantitas perairan (Ramadhani 2017). Menurut Riana et al. (2021), pertumbuhan ikan
nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah 14℃ atau pada suhu
tinggi 38℃. Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu terendah 6℃ dan suhu
tertinggi 42℃.
Pada pengamatan padat tebar benih ikan nila yang dilakukan. Didapatkan
hasil pengukuran pH air setiap 5 menit berkisar 6,48-6,52. pH yang didapatkan
merupakan pH yang optimum bagi pertumbuhan ikan nila. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Riana et al. (2021), bahwa nilai pH air antara 5-11 dapat ditoleransi oleh
ikan nila, tetapi pH optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan nila
adalah 7-8.
Pada pengamatan padat tebar benih ikan nila, diamati tingkah laku atau
respon yang terjadi. Pada menit ke 5 mau menit ke 10 terjadi pengeluaran feses pada
benih ikan nila di semua akuarium. Hal ini terjadi karena proses adaptasi ikan
terhadap lingkungan perairan. Pada menit ke-0 tingkah laku pada akuarium ke-1:
pasif dan akuarium ke-2: sedikit aktif, sedangkan akuarium ke-3: aktif. Pada menit
ke-5 tingkah laku pada akuarium ke-1: pasif dan akuarium ke-2: pasif, sedangkan
akuarium ke-3: aktif. Pada menit ini terjadi pengeluaran feses secara bersamaan. Pada
menit ke-10 tingkah laku pada akuarium ke-1: pasif dan akuarium ke-2: sedikit aktif,
sedangkan akuarium ke-3: aktif. Pada menit ke-15 tingkah laku pada akuarium ke-1:
pasif dan akuarium ke-2: sedikit aktif, sedangkan akuarium ke-3: aktif.
Pada pengamatan tingkah laku benih ikan nila. terjadi perbedaan respon
selama 15 menit pengamatan. Pada akuarium ke-1 ikan cenderung tidak aktif hal ini
disebabkan karena jumlah ikan pada akuarium ke-1 hanya berjumlah 5 ekor yang
menyebabkan interaksi pada pada tiap benih ikan nila dengan ikan nila yang lain
tidak terjadi. Pada akuarium ke-2 yang berjumlah 10 ekor benih ikan nila pergerakan
ikan cenderung sedikit aktif atau bisa dikatakan normal. Pada akuarium ke-3
didapatkan hasil repon yang diberikan yaitu aktif. Dibandingkan akuarium ke-1 dan
ke-2, akuarium ke-3 cenderung aktif pergerakannya. Hal ini disebakan karena jumlah
ikan pada akuarium ke-3 adalah 15 ekor, sehingga terjadi interaksi pada tiap benih
ikan nila dengan ikan nila yang lain yang menyebabkan pergerakannya aktif. Dapat
disimpulkan bahwa jumlah ikan yang dipelihara pada tiap kolam mempengaruhi
tingkah laku pada sekelompok ikan yang dipelihara, baik ikan itu memberikan respon
pasif, normal maupun aktif. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mile et al. (2023),
bahwa peningkatan padat penebaran yang tinggi akan mengganggu proses fisiologi
dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak.
Tingkah laku ikan merupakan pergerakan ikan dan respon ikan terhadap
keadaan yang ada pada lingkungannya, dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan
yang terjadi pada perairan dan kebiasaan ikan (Chairunnisa et al. 2018). Studi
mengenai tingkah laku organisme sangat diperlukan untuk mengetahui pengaruh atau
respon dari perlakuan yang diberikan, Sehingga perlakuan yang kita berikan
memberikan pengaruh nyata atau tidak terhadap organisme yang diamati. Menurut
Cahirunnisa et al. (2018), studi tingkah laku ikan umumnya digunakan sebagai
informasi dasar untuk berbagai macam penelitian di bidang perikanan.
100
100 100 100
80
60
Survival Rate (%)
40
20
0
Akuarium 1 Akuarium 2 Akuarium 3
Menurut Mile et al. (2023), kelangsungan hidup ikan merupakan presentase dari
jumlah ikan yang hidup dari jumlah ikan yang dipelihara dalam satu wadah.
Kelangsungan hidup ditunjukan oleh mortalitas (kematian). Tingkat kelangsungan
hidup yang rendah terjadi karena adanya peningkatan mortalitas.
Perlu suatu upaya yang dilakukan sebagai peningkatan dari kelangsungan
hidup yaitu dengan pengaturan padat tebar, kualitas air dan ketersediaan pakan sesuai
dengan kebutuhan ikan (Mile et al. 2023). Padat tebar yang baik akan memberikan
pertumbuhan yang optimal dan kelangsungan hidup yang maksimal. Berbagai macam
faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan diantaranya kepadatan dan
kualitas air.
Hasil perhitungan tingkat kelangsungan hidup pada tiap akuarium
menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila pada pengamatan
yang dilakukan bernilai 100%. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat ikan yang mati
selama pengamatan yang dilakukan. Perhitungan SR dihitung pada tiap perlakuan
yang dimana perbandingan jumlah ikan setelah pengamatan dengan jumlah ikan awal.
Dapat disimpulkan bahwa perlakuan perbedaan padat tebar yang diberikan
memberikan pengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan. Hal ini dikuatkan
dengan pernyataan Riana et al. (2021), bahwa secara langsung padat tebar
mempengaruhi kelangsungan hidup pertumbuhan, tingkah laku, kualitas air dan
pemberian pakan.
Perubahan Bobot Relatif (%)
50
45
40 44.7
35
30
25 Perubahan Bobot Relatif
20 (%)
15 20.4
10
5 0.8
0
Akuarium 1 Akuarium 2 Akuarium 3
Perubahan bobot ikan menjadi salah satu parameter ikan yang berada dalam
kondisi mendapatkan tekanan lingkungan. Perubahan bobot relatif ikan dihitung
dengan rumus :
Perlakuan yang diberikan pada setiap unit percobaan memberikan pengaruh terhadap
keadaan bobot ikan setiap unit percobaan. Beberapa unit percobaan memiliki hasil
pengukuran yang berbeda terhadap bobot awal dengan bobot akhir akibat 3 perlakuan
yang diberikan. Artinya perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata
terhadap perubahan bobot relatif ikan nila.
Pada perlakuan dengan perbedaan padat tebar yang diberikan pada setiap
akuarium memberikan pengaruh terhadap proses fisiologis ikan yang berhubungan
dengan perubahan bobot. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Sihite et al. (2016),
bahwa Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh makanan, ruang dan aktifitas fisik,
sehingga terjadi perubahan bobot di awal dengan di akhir.
Perubahan bobot pada benih ikan nila yang diamati menjadi parameter
utama yang dapat dilihat dengan jelas terhadap pengaruh perbedaan padat tebar yang
diberikan. Hubungan perlakuan dan perubahan bobot relatif menjadi suatu ukuran
yang dapat dengan jelas diamati bagi seorang penguji yang melakukan pengujian
mengenai pengaruh perbedaan padat tebar terhadap benih ikan nila yang diamati.
Karena bobot pada ikan dipengaruhi oleh jumlah ikan yang ditebar pada satu kolam
pemeliharaan. Jika pada tebar yang diberikan terus meningkat sedangkan makanan
yang diberikan tidak mencukupi maka produksi ikan yang dibudidaya dapat menurun,
sehingga dapat terjadi variasi bobot maupun ukuran.
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Padat penebaran ikan pada budidaya perikanan dalam skala pemeliharaan
maupun intensif mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Padat
penebaran merupakan aspek budidaya yang perlu diketahui karena menentukan laju
pertumbuhan, rasio konservasi pakan dan kelangsungan hidup yang mengarah pada
tingkat produksi. Peningkatan padat penebaran yang tinggi akan mengganggu proses
fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak, sedangkan jika terlalu rendah
pemanfaatan ruang tidak maksimum dan produksi menurun. Padat tebar yang sesuai
serta diimbangi dengan pemberian pakan yang cukup akan memiliki pengaruh yang
baik terhadap pemeliharaan, pertumbuhan ikan dan peningkatan produksi.
4.2. Saran
Dalam melakukan praktikum ini diperlukan persiapan yang baik.
Pengamatan yang dilakukan harus penuh dengan ketelitian dan kesabaran agar
didapatkan hasil yang maksimal. Ketelitian diperlukan agar meminimalisir terjadinya
kegagalan serta kerja sama tim perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri R. 2014. Menakar Nilai Sektor Perikanan dan Bioteknologi. Récupéré Sur
Jurnal Maritim.
Islami MM. 2013. Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Bivalvia. Jurnal Oseana.
28(2): 1-10.
Karlyssa, F., Irwanmay & Rusdi L. 2014. Pengaruh padat penebaran terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila gesit (Oreochromis
niloticus). 76-85.
Mile NA, Mulis, Suherman SP. 2023. Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)
yang Diberi Em-4 Pada Pakan. Journal of Fisheries Agribusiness. 1(1): 16-
24. DOI: doi.org/10.56190/jfa.v1i1.10.
Riana M, Isma MF, Syahril M. 2021. Pengaruh Perbedaan Padat Tebar Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika. 5(2): 60-65.
Wijaya O, Rahardja BS, Prayogo. 2014. Pengaruh Padat Tebar Ikan Lele Terhadap
Laju Pertumbuhan dan Survival Rate Pada Sistem Akuaponik. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 6(1): 55-58. DOI: 10.20473/jipk.v6i1.11382.
Lampiran 1. Dokumentasi