Kelompok : 6
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
LEMBAR PENANGGUNGJAWAB
TOPIK 2
(Oreochromis niloticus)”
Kelompok: 6
Anggota Kelompok:
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Praktikum Koordinator Praktikum
mulut dan operkulum, ada dua fase proses pernapasan yaitu fase inspirasi terjadi
saat tutup insang mengembang dan celah insang menutup, sehingga tekanan
udara dalam rongga mulut lebih kecil dari pada tekanan udara di air; mulut terbuka
sehingga terjadi aliran air masuk dalam rongga mulut dari luar (difusi). Ekspirasi
semula, kemudian celah mulut menutup sehingga rongga faring menyempit, diikuti
oleh membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah insang
kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis berkisar 28-32°C oleh
sebab itu suhu perairan Indonesia sesuai untuk kehidupan ikan air tawar. Suhu
Suhu menentukan daya kompetisi satu jenis ikan, resistensi terhadap penyakit,
predator dan parasit yang terdapat di sekitarnya. Perubahan suhu air akan
perubahan suhu lingkungan, dan ikan air tawar mempunyai daya toleransi yang
metabolisme, respirasi dan tingkat konsumsi oksigen pada ikan. Suhu lingkungan
yang tinggi akan menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam air menurun
dan konsumsi oksigen oleh ikan meningkat. Bila suhu naik atau turun maka laju
metabolismenya juga berubah demikian pula dengan kebutuhan energinya.
ini, energi untuk respirasi merupakan energi yang termasuk dalam nilai
meyebabkan kenaikan metabolisme basal (Putra, 2015). Pada suhu rendah, ikan
penyakit. Sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka ikan akan mengalami stress
(Yanuar, 2017).
Ikan Nila (Oreocrhomis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan tawar
masyarakat secara luas. Hal ini dikarenakan ikan nila memiliki keunggulan antara
cepat dengan ukuran badan relatif besar, serta tahan terhadap perubahan kondisi
lingkungan. Ikan Nila memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai
bobot tubuh yang jauh lebih besar dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi.
Faktor lain yang memegang peranan penting atas prospek ikan Nila adalah rasa
dagingnya yang khas, warna dagingnya yang putih bersih dan tidak berduri
dengan kandungan gizi yang cukup tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai
sumber protein yang murah dan mudah didapat, serta memiliki harga jual yang
suhu dingin terhadap tingkah laku ikan. Tingkah laku yang diamati adalah
pergerakan ikan dan laju pernapasan ikan pada tiap suhu yang berbeda.
Pergerakan ikan dan laju pernapasan ikan tersebut tidak lepas dari
1.3 Tujuan
media air terhadap membuka dan menutupnya operculum ikan nila yang
diamati
1.4 Kegunaan
langsung maupun tidak langsung. Adapun kegunaan dari praktikum ini sebagai
berikut:
1. Bagi praktikan, dapat menjadi sumber referensi guna menambah ilmu
mengenai kesehatan ikan dalam keadaan suhu dingin. Selain itu, dapat
guna menjaga kesehatan pada ikan, terutama para pelaku budidaya ikan
mengetahui kondisi ikan apakah ikan dapat bertahan dalam suhu dingin
Praktiku, ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2023, pukul
Perikanan Air Tawar Sumber Pasir. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Ikan nila saat ini dibagi menjadi tiga kelompok taksonomi utama, sebagian
dan pemijah substrat, kecuali di: Tilapia spp. menjaga telur yang sedang
berkembang dan benih di dalam sarang, Oreochromis spp. betina mengerami telur
dan benih secara oral, dan Sarotherodon spp. jantan dan/atau betina mengerami
telur dan benih secara oral. Nila adalah istilah umum yang digunakan untuk
menyebut sekelompok ikan konsumsi yang penting secara komersial. Ikan nila
termasuk dalam famili Cichlidae yang dapat dibedakan dari famili ikan bertulang
lainnya. Ikan nila termasuk dalam Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, famili
bentuk tubuh yang agak memanjang dan pipih, memiliki garis vertikal berwarna
gelap sebanyak 6 buah pada sirip bagian ekor, pada bagian tubuh memiliki garis
vertikal yang berjumlah 10 buah, dan pada ekor terdapat 8 buah garis melintang
berwarna hijau kebiru-biruan, letak mulut terminal, posisi sirip perut terhadap sirip
dada adalah thoric, sedangkan linea lateralis terputus menjadi dua bagian,
letaknya memanjang di atas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk berjumlah 34
buah, memiliki 17 jari-jari keras pada sirip punggung, pada sirip perut terdapat 6
buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-jari lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10
jari-jari lemah dan bentuk ekornya berpinggiran tegak (Cahyanti & Awalina, 2022).
2.3 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan budidaya
perikanan. Semakin tinggi suhu air semakin aktif pula metabolisme ikan, begitu
ikan. Pada suhu rendah, ikan akan kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih
rentan terhadap penyakit. Sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka ikan akan
permanen. Lingkungan tumbuh yang paling ideal untuk ikan nila adalah perairan
tawar yang memiliki suhu antara 14-38°C atau suhu optimal 25-30°C. Keadaan
suhu rendah (kurang dari 14°C) ataupun suhu terlalu tinggi (di atas 30°C)
menyebabkan pertumbuhan ikan akan terganggu. Suhu amat rendah 6°C atau
suhu terlalu tinggi 42°C dapat mematikan ikan nila (Yanuar, 2017).
2.4 Metabolisme
menjadi glukosa. Selain itu, proses anabolisme adalah suatu proses yang
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air kali ini kami melakukan uji coba untuk
mengetahui pengaruh perubahan suhu dingin pada media air terhadap gerakan
membuka dan menutup pada ikan nila dengan melakukan tiga kali percobaan
pada air dengan suhu kamar yang normal, pada perlakuan ini kelompok 6
mendapat suhu kamar 29°C untuk ikan pertama adalah dan 30°C untuk ikan
turun 3°C sehingga pada percobaan pertama suhu menjadi 26°C dan di percobaan
kedua suhu menjadi 27°C. Selanjutnya pada perlakuan ketiga suhu kembali
diturunkan 6°C menjadi 23°C untuk percobaan pertama dan 24°C untuk
percobaan kedua. Dibawah ini adalah grafik dan tabel hasil percobaaan dari
Grafik 1. Hasil Pengamatan Jumlah Bukaan Operculum Ikan Nila oleh Kelas M02
Ikan ke Perlakuan Rata-rata Berat
Ikan
I II III
1 91 84 73 82,6 67g
2 61 53 48 54 122g
3 58 75 53 62 82g
4 77 54 46 59 72g
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Bukaan Operculum Ikan Nila oleh Kelas M02
Suhu lingkungan ikan yang semakin rendah dapat membuat ikan menjadi
stres yang selanjutnya akan menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini karena
tubuh ikan tidak dapat lagi mentoleransi kondisi lingkungan sekitar. Suhu
oksigen tidak dapat dialirkan ke otak ikan dan menyebabkan kematian. Suhu
rendah juga dapat menenangkan ikan dan mampu mengurangi aktivitas ikan serta
mengurangi laju konsumsi oksigen oleh ikan. Semakin rendah suhu membuat ikan
semakin lama juga untuk sadar karena pada suhu rendah dapat memengaruhi
gerakan operkulum ikan menjadi semakin lambat dan aktivitas metabolisme ikan
menurun, sehingga kebutuhan oksigen menurun pula (Nugraha et al., 2022). Laju
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen dalam jumlah yang diketahui
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju
dan menutup operculum pada ikan 1 dan ikan 2 seiring dengan penurunan suhu
air pada ulangan 1,2, dan 3. Ikan 1 (91, 84. 73) dengan rata-rata 82,6 kali/menit
dan ikan 2 (61, 53, 48) dengan rata-rata 54 kali/menit, kedua ikan dalam keadaan
pasif saat dimasukkan kedalam air dingin dan gerakannya melambat, hampir tidak
bergerak sama sekali. Mengacu pada literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa
suhu dingin pada air memperlambat sistem metabolisme pada ikan. Melambatnya
oleh ikan sehingga gerakan operculum akan melambat. Diamnya ikan pada saat
percobaan adalah salah satu dampak dari turunnya aktivitas metabolisme akibat
dari suhu rendah tersebut. Perbedaan frekuensi operkulum pada ikan 1 dan 2
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perbedaan ukuran menjadi salah satu
faktor, dimana ikan 2 (122g) memiliki ukuran lebih besar daripada ikan 1 (67g).
Ikan yang memiliki ukuran lebih besar cenderung metabolismenya lebih lambat
berbanding terbalik dengan ikan yang lebih kecil, sehingga hal tersebut
sama pada saat penelitian. Selain itu berdasarkan data pembanding dari kelompok
2 yang dimana pada ikan 1 (82g) saat dilakukan perlakuan kedua dan ketiga
dimana suhu kamar diturunkan 3°C dan 6°C, ikan tersebut mengalami percepatan
dalam buka tutup opeculum yang dimana berdasarkan literatur diatas seharusnya
ikan lebih pasif jika berada di suhu rendah karena melambatnya metabolisme. Hal
ini terjadi mungkin disebabkan oleh faktor berat/ukuran, usia, ataupun human error
saat menghitung jumlah buka tutup operculum pada ikan nila yang diamati oleh
diatas ikan yang berukuran lebih besar maka metabolismnya lebih lambat
dibandingkan dengan ikan yang lebih kecil karena ikan yang lebih kecil
(2019), ikan muda yang sedang tumbuh lebih banyak menggunakan energi
tidak saja aktifitas dan pemeliharaan tetapi juga untuk pertumbuhan sehingga
terbalik dengan DO. Saat suhu turun, metabolisme dan sistem respirasi akan
kadar karbondioksida dalam air. Ikan akan banyak diam sebagai respon terhadap
penurunan suhu lingkungan yang mendadak jika suhu turun melebihi batas
toleransi ikan, maka ikan akan mengalami stress dan akhirnya mati. Faktor lain
yang mempengaruhi kecepatan metabolisme ikan adalah usia dan ukuran ikan.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
materi pengaruh perubahan suhu dingin media air terhadap membuka dan
menutup operkulum Ikan Nila yang telah dilaksanakan yaitu perubahan suhu
dingin media air terhadap membuka dan menutup operkulum Ikan Nila dengan
nilai tertinggi dari perlakuan terhadap ikan I (67g , 82,6 kali/menit), kemudian ikan
III (82g,62 kali/menit), ikan IV (72g, 59 kali/menit), dan Ikan II (122g, 54 kali/menit).
Hasil dari data tersebut disimpulkan bahwa suhu dingin akan berpengaruh
terhadap membuka menutup operkulum Ikan Nila menjadi lebih lambat. Faktor
Nila juga rendah namun kandungan CO2 nya tinggi, sehingga berpengaruh
terhadap membuka menutup operkulum Ikan Nila menjadi lebih lambat dan
yang berpengaruh dimana ikan yang lebih besar metabolismenya cenderung lebih
4.2 Saran
baik dan kakak asisten menyampaikan materi dengan jelas ramah dan juga
membantu
DAFTAR PUSTAKA
Cahyanti, Y., & Awalina, I. (2022). Studi Literatur: Pengaruh suhu terhadap Ikan
niloticus) and low cost feed formulation technique for its culture.
Erika, R., Kurniawan, K., & Umroh, U. (2018). Keanekaragaman ikan di perairan
Novianti, N., Umar, N. A., & Budi, S. (2022). Pengaruh berbagai konsentrasi
anggur laut Caulerfa lentillirea pada pakan terhadap pertumbuhan ikan nila.
Nugraha, R., Suwandi, R., Monica, F. A., & Pertiwi, R. M. (2022). Perubahan suhu
media air berpengaruh terhadap survival rate dan glukosa darah ikan mas
322-330.
Putra, A. N. (2015). Metabolisme basal pada ikan. Jurnal Perikanan dan Kelautan,
5(2), 57-65.
Putra, A. N. (2015). Laju metabolisme pada ikan nila berdasarkan pengukuran
Wangni, G. P., Prayogo, S., & Sumantriyadi, S. (2019). Kelangsungan hidup dan
Yanuar, V. (2017). Pengaruh pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap laju
1. Siapkan dua buah wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum diamati
2. Ambil 2 ekor benih ikan nila dari kolam, lalu masukkan ke dalam salah satu
4. Isi wadah berikutnya dengan air secukupnya (± 1/2 volumenya), lalu ukur
6. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam wadah plastik yang sudah
menggunakan hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan
diulang sebanyak tiga kali untuk masing –masing ikan. Data yang diperoleh
7. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji kedua.
Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang
sudah disediakan.
8. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b
dengan mengatur suhu air pada wadah plastik agar sesuai dengan suhu
dengan mengatur suhu air pada wadah plastik agar sesuai dengan suhu