Anda di halaman 1dari 23

HALAMAN JUDUL

ADAPTASI IKAN NILA (Oreochromis niloticu) TERHADAP


PERUBAHAN SUHU,SALINITAS DAN pH

LAPORAN PRAKTIKUM

Dosen pembimbing : 1. Ir. M. Bahrus Syakirin, M.Si


2. Mahardhika N.P, S.Pi,M.Si

Disusun oleh :
Kelompok IV
Ketua : Afan Maulana (0317012491)

Anggota :1. Putri Kusdianingsih (0317012261)

2. Danang Kurniawan (0317012341)

3. Haekal Samudra (0317012311)

4. Aldo Galih Prasetyo (0317012451)

SEMESTER IV / PAGI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
memberikan karuniaNya pada kelompok kami dalam melaksanakan tugas
praktikum kimia ini

Sehingga akhirnya tersusunlah materi laporan praktikum yang sistematis. Hal ini
kami lakukan untuk memenuhi tugas praktikum kimia dasar. Walaupun waktunya
cukup singkat. Tapi kegiatan ini mengaplikasikan ilmu kimia dari perkuliahan yang
sedang kami jalani melalui praktek dalam dunia kerja yang nyata.

Dengan selesainya laporan praktikum kimia secera resmi ini, maka tidak lupa kamu
ucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah membantu kelompok kami,
dan terima kasih juga untuk para pihak yang sudah terlibat langsung khususnya
kamu ucapkan kepada:

1. Ir. M. Bahrus Syakirin, M.Si, selaku dosen mata kuliah fisiologi hewan air.
2. Kepada seluruh petugas laboratorium yang sabar menghadapi kelompok
kami selama praktikum berlangsung.
3. Orang tua kami atas doa dan dukungannya sehingga tugas praktikum ini
berjalan lancar.
4. Seluruh anggota kelompok yang sudah saling bahu membahu demi
terlaksananya tugas praktikum yang kamu kerjakan ini.

Kami mohonkan saran dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan pada hasil
laporan praktikum kimia yang sudah kamu buat. Semoga laporan ini memberi
banyak kegunaan pada sumua pihak termasuk kelompok kami. Terima kasih

Pekalongan, 14 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3. Manfaat ..................................................................................................... 1
1.4. Waktu dan Tempat ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1. Klasifikasi Ikan Nila ................................................................................. 3
2.2. Suhu .......................................................................................................... 5
2.3. Salinitas .................................................................................................... 5
2.4. pH ............................................................................................................. 6
BAB III MATERI METODE............................................................................... 7
3.1. Materi ....................................................................................................... 7
3.2. Metode ...................................................................................................... 8
A. Kontrol ........................................................................................................ 8
B. Salinitas ....................................................................................................... 8
C. Suhu............................................................................................................. 8
D. pH................................................................................................................ 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 11
4.1 Hasil........................................................................................................ 11
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 16
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
LAMPIRAN ......................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan sumber daya komersial yang dapat dikonsumsi dan dapat
digunakan untuk meningkatkan penghasilan bagi para budidayawan ikan.
Pembudidayaan ikan tidak dapat didasarkan pada pengalaman semata, tetapi kita harus
benar-benar mengetahui teknis budidaya yang benar dan parameter-parameter yang
dapat mendukung kualitas ikan budidaya. Pengetahuan tentang fisiologi hewan air ini
sangat diperlukan karena fisiologi mempelajari aspek-aspek yang terkait dengan
kehidupan biota air, agar ikan dapat tumbuh dengan baik pada media hidup.
Media hidup ikan sebagian besar berada di air, oleh karena itu air memiliki peran
yang sangat besar dan berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup dan proses
metabolisme hewan air. Beberapa perlakuan yang akan dilakukan pada praktikum ini
adalah berupa perlakuan kontrol, suhu, kelarutan oksigen terhadap metabolisme hewan
air. Perlakuan yang diberikan nantinya akan dapat menjadi bahan pengetahuan tentang
tingkah laku hewan air, terutama ikan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum fisiologi hewan air adalah:
1. Mengetahui perubahan-perubahan pada ikan uji setelah diberi perlakuan perbedaan
salinitas pada media (air).
2. Mengetahui perubahan-perubahan pada ikan uji setelah diberi perlakuan perbedaan
suhu pada media (air).
3. Mengetahui perubahan-perubahan pada ikan uji setelag diberi perlakukan perbedaan pH
pada media (air)

1.3. Manfaat
Manfaat dari Praktikum Fisiologi Hewan Air adalah mampu memberikan penjelasan
dan kegunaan mempelajari fisiologi hewan air bagi keperluan perikanan, dengan
melatih ketrampilan mengukur atau menganalisis metabolisme, sistem sirkulasi cairan
tubuh, respirasi, pertumbuhan sistem homeostasis, osmoregulasi dan thermoregulasi.

1
1.4. Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air, tentang Adaptasi Ikan Nila Terhadap Perubahan Suhu,
Salinitas dan pH dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 Mei 2019 pada pukul 08.00-
13.00WIB, bertempat di Laboratorium Slamaran, Fakultas Perikanan, Universitas
Pekalongan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang hampir menyerupai ikan mas, ikan nilai
ini berasal dari Afrika bagian timur di perairan sungai Nil, danau Tangiya Nigeria. Ikan nila
termasuk golongan ikan pemakan segala atau lazim disebut omnivore. Namun larva ikan nila
tidak sanggup memakan makanan dari luar selama masih tersedia makanan cadangan berupa
kuning telur yang melekat di bawah perut larva yang baru menetas. Hal ini berbeda dengan
jenis ikan air tawar pada umumnya yang sesaat setelah menetas lubang mulut sudah terbuka.
Setelah rongga mulut terbuka, larva ikan nila memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan air
berupa plankton. Jenis-jenis plankton yang biasa dimakan antara lain yaitu alga bersel tunggal
maupun benthos dan krustase berukuran kecil. Makanan ini diperoleh dengan cara
menyerapnya dalam air (Djarijah, 1995).

Habitat lingkngan Ikan Nila, yaitu : danau, Sungai, Waduk, Rawa, Sawah, dan perairan
lainnya. Selain itu Ikan nila mampu hidup pada perairan payau, misalnya tambak dengan
salinitas maksimal 29% oleh karena itu masyarakat yang berada di daerah sekitar pantai dapat
membudidayakannya khusus kegiatan pembesaran Ikan Nila (Santoso,1996).

Kordy K.(2000) membuat catatan tentang bentuk tubuh (morfologi) seekor ikan nila
(oreochromis niloticus) secara umum, yaitu mempunyai bentik badan pipih ke samping
memenjang, warna putih kehitaman, makin ke perut makin terang. Ikan nila mempunyai garis
vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dengan
bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan terminal, posisi sirip perut terhadap
sirip dada thorocis, garis rusuk (linea lateralis) terputus menjadi dua bagian, letaknya
memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe sisik stenoid.

Pada mulanya, ikan nila dikenal dengan nama Tilapia. Para ahli perikanan
mengelompokkan ikan tilapia dalam tiga genus, yaitu Tilapia, Saroterodon dan
Oreochromis. Genus Tilapia merupakan golongan tilapia yang tidak mengerami telur dari larva
dalam mulut induk, melainkan dalam suatu tempat (substrat). Termasuk ke dalam genus ini
antara lain spesies T. rendalli dan T sparmanii.

Genus Saroterodon merupakan golongan Tilapia yang mengerami telur dan larva dalam
mulut induk betina dan induk jantan. Termasuk genus ini antara lain spesies S. galilaeus dan S.
melaotheron. Sementara itu, nama Oreochromis niloticus ini terus digunakan oleh semua

3
kalangan insan perikanan hingga sekarang. Genus Oreochromis merupakan golongan tilapia
yang mengerami telur dan larva hanya dalam mulut induk betina. Termasuk genus ini antara
lain O. spesies O. hunter, O. aureus, O. mossambicus, dan O. niloticus.

Ikan nila mengalami tiga kali pergantian nama, yaitu Tilapia niloticus, kemudian
menjadi Sarotherodon niIoticus, dan akhirnya dinamai Oreochromis niloticus Kedudukan ikan
nila dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub Kelas :Achanthoptergil
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percodea
Famili : Cichidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Kerabat dekatikan nila antara lain O. variabilis, O. nigra, O. aureus, O. macrohir, O


mossambicus, O. homorum, O. niloticus baringoensis, O. niloticus cancellatus, O. niloticus
eduardianus, O. nioticus filoa, O. niloticus niloticus, O. niloticus sugutae, O. niloticus tana,
dan O. niloticus vuIcani. Kerabat dekat ikan nila adalah ikan mujair. Varian ikan mujair artara
lain, seperti mujair biasa, mujair hitam, mujan lohan, dan mujair merah. Persilangan antar-
genus dan antar-spesies menghasilkan ikan nila hibrida. Misalnya, persilangan antara ikan
mujair merah (O. mossambicus) atan ikan nila biasa (O. nilotcus) dengan spesies lain, seperti O.
aureus atau O. hornorum dihasilkan ikan nila merah.

Persilangan abmi antar-genus atau antarspesies ikan nila rnerah rnenyebabkan


keragaman penarnpilan keturunan ikan nila merah, antara lain, nila merah berwarna
kekuningan, merah sedikit jingga, merah bercak bercak atau bintik-bintik hitam, dan merah
keputih-putihan. Keragaman warna ikan nila dapat dilihat pada ikan nila putih strain Sleman
dan Umbulan, juga nila merah Citralada dan Kedungombo.

4
2.2. Suhu
Menurut Ghufran (2007), suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena
itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan air tawar dibatasi oleh suhu di
perairan tersebut. Secara umum laju pertumbuhan meningkat seiring dengan kenaikan suhu,
karena dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila
peningkatan suhunya sampai ekstrim (drastis). Suhu air dapat mempengaruhi biota air secara
langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam
air. Semakin tinggi suhu air maka semakin rendah daya larut oksigen didalam air, begitupun
sebaliknya. Pada suhu 36o C dan salinitas 36 ppt nilai kelarutan oksigen dalam air sebesar 5,53
ppm, sedangkan pada suhu 30o C dan 25o C serta salinitas yang sama kelarutan tersebut
berturut – turut adalah setinggi 6,14 ppm dan 6,71 ppm (Boyd, 1981. Dan saenong, 1992. Dalam
Ghufran, 2007).

Oleh karena itu tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang
terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada
yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm.
Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di
daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah
tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk
pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih
baik.

2.3. Salinitas
Menurut Boyd (1982) salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air,
dinyatakan juga bahwa komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi
oleh ion-ion tertentu seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan magnesium.

Salinitas sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas
semakin besar pula tekanan osmotiknya Semua ikan nila lebih toleran terhadap lingkungan
payau.

Menurut Andrianto (2005) Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran
salinitas yang luas dari 0 – 35 ppt. Ikan nila merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar,
sehingga untuk membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi
terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1 – 2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya
sekitar 2- 3 ppt agar ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005).

5
2.4. pH
pH merupakan indikasi yang menyatakan keadaan asam, basa, atau netral pada suatu
larutan. Keadaan pH air antara 511 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan ini adalah 7-8 ikan nila juga mampu tumbuh dalam
keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan pada
air payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran (Ahmad, 2014)

6
BAB III
MATERI METODE
3.1. Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air seperti yang tercantum
pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada perlakuan salinitas

No. Alat Ketelitian Kegunaan

1. Ikan uji - Materi yang diamati

2. Akuarium - Untuk menempatkan ikan

3. Handsalino refraktometer 1 o/oo Untuk mengukur salinitas

4. Stopwatch 0.01 s Untuk menghitung waktu

5. Air tawar - Untuk menetralkan air yang


diberi garam

Untuk menaikan salinitas


6. Garam -

Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan pada perlakuan suhu

No. Alat Ketelitian Kegunaan

1. Ikan uji - Materi yang diamati

2. Akuarium - Untuk menempatkan ikan

3. Es batu - Untuk menurunkan suhu air

4. Air panas - Untuk menaikkan suhu air

5. Termometer 1 0C Untuk mengukur suhu air

6. Stopwatch 0.01s Untuk menghitung waktu

7
Tabel. 3. Alat yang digunakan untuk perlakuan pH

No. Alat Ketelitian Kegunaan

1. Ikan Uji - Materi yang diamati

2. Akuarium - Untuk menempatkan ikan

3. Asam Cuka - Untuk menurunkan pH

4. CaCO3 - Untuk menaikan pH

5. pH paper/ pHmeter - Untuk menukur pH

6. Stopwatch - Untuk menghitung waktu

3.2. Metode
A. Kontrol
Mengambil salah satu ikan uji sesuai dengan ikan uji masing-masing kelompok sebelum
melakukan perlakuan mengamat :
1. Buka tutup operculum selama 1 menit
2. Tingkah laku ikan dengan mendiamkan selama 10 menit
B. Salinitas
Metode yang digunakan pada perlakuan salinitas ini adalah :
1. Menyiapkan sebuah akuarium .
2. Menyiapkan air media dengan salinitas 5 0/00. Penambahan salinitas dilakukan dengan
penambahan garam dapur..
3. Menyiapkan ikan uji.
4. Mencatat buka tutup operculum dan tingkah laku ikan amati selama 1 menit dan
mendiamkan selama 10 menit
0
5. Menambahkan salinitas menjadi 10 /00. Penambahan salinitas dilakukan dengan
penambahan garam dapur..
6. Mencatat buka tutup operculum dan tingkah laku ikan amati selama 1 menit
7. Melakukan penambahan salintas tiap 10 0/00. Mencatat buka tutup operculum dan tingkah
laku ikan amati selama 1 menit. Lakukan sampai ikan uji mati kemudian mencatat pada
salinitas dan menit berapa ikan tersebut mati
C. Suhu
a. Suhu Tinggi
Metode yang digunakan pada perlakuan suhu tinggi ini adalah :

8
1. Menyiapkan akuarium
2. Masukan air
3. Memasukkan satu ikan uji ke dalam akuarium.
4. Mengukur suhu awal dengan termometer.
5. Mengurangi volume air dalam akuarium, mengaduk lalu menuangkan air mendidih dengan
hati-hati.
6. Mengaduk perlahan sampai merata, mengukur suhu air sampai kenaikan 20C dan
menghitung gerakan operculum ikan uji selama satu menit tiap perlakuan.
7. Mendiamkan selama 10 menit. Mengurangi air dalam kontainer, kemudian memasukkan
air mendidih sebanyak itu juga.
8. Mengamati tingkah laku ikan dan menghitung gerakan operculum ikan uji selama satu
menit
9. Melakukan hal tersebut di atas sampai ikan tersebut mati. Setelah mati, mencatat pada suhu
dan menit keberapa ikan tersebut mati.
b. Suhu Rendah
Metode yang digunakan pada perlakuan suhu rendah ini adalah :
1. Menyiapkan sebuah akuarium
2. Memberi tanda dengan selotip pada batas permukaan air di luar kaca akuarium
3. Memasukkan satu ekor ikan uji ke dalam akuarium.
4. Mengukur suhu awal dengan termometer.
5. Menurunkan suhu air atau media maka sebesar 20C dengan memasukkan pecahan-pecahan
es batu ke dalam akuarium. Kemudian mengukur suhu air dengan termometer.
6. Mengusahakan agar volume air dalam akuarium tetap dengan cara membuang air yang
sudah melewati tanda batas yang terdapat di container.
7. Setelah memasukkan es, melakukan pengadukan secara perlahan-lahan agar suhu merata.
Mengukur suhu air dan menghitung gerakan operculum ikan uji selama satu menit.
8. Mendiamkan selama sepuluh menit, memasukkan lagi pecahan-pecahan es untuk
menurunkan suhu. Mengaduk secara perlahan-lahan dan mengukur suhu air serta
menghitung gerakan operculum selama satu menit.
9. Melakukan hal tersebut di atas sampai ikan tersebut mati. Mencatat pada suhu dan menit
keberapa ikan uji tersebut mati.
D. pH
a. pH tinggi
1. Menyiapkan sebuah akurium dan memasukan ikan uji
2. Mengukur pH akurium dengan menggunakan pH paper/ pH meter
9
3. Menambahkan pH dengan CaCO3 sebanyak 5 ml sampai pH air naik menghitung gerakan
operculum selama 1 menit
4. Mendiamkan selama 10 menit kemudian menambahkan CaCO3 dan mengukur pH,
menghitung gerakan operculum selama 1 menit
5. Melakukan hal tersebut di atas sampai ikan tersebut mati. Mencatat pada suhu dan menit
keberapa ikan uji tersebut mati.
b. pH rendah
1. Menyiapkan sebuah akurium dan memasukan ikan uji
2. Mengukur pH akurium dengan menggunakan pH paper/ pH meter
3. Menurunkan pH dengan Asam Cuka sebanyak 5 ml sampai pH air naik menghitung
gerakan operculum selama 1 menit
4. Mendiamkan selama 10 menit kemudian menambahkan CaCO3 dan mengukur pH,
menghitung gerakan operculum selama 1 menit
5. Melakukan hal tersebut di atas sampai ikan tersebut mati. Mencatat pada suhu dan menit
keberapa ikan uji tersebut mati.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel.1 adaptasi terhadap perubahan suhu rendah

Jumlah
No. Suhu (0C) Tingkah Laku
Operculum
1 25 Berenang dibawah, ikan masih aktif 72
Berenang dibawah, keaktifan
2 23 89
berkurang

3 21 Berenang dibawah, ikan diam 66

4 19 Berenang dibawah, ikan diam 38


Berenang diatas, berenang tidak
5 17 29
beraturan dan lambat
6 15 Berenang dibawah 8

7 13 Ikan mati 2

Suhu Rendah
100
90
80
70
OVERCULUM

60
50
40 Ikan Nila
30
20
10
0
25 23 21 19 17 15 13
SUHU

Ikan mati pada suhu ke-13 oC, mati pada detik ke-25

11
Tabel.2 adaptasi terhadap perubahan suhu tinggi

Jumlah
No. Suhu (oC) Tingkah Laku
Operculum
Berenang lincah, berenang didasar
1. 30 142
Berenang dipermukaan, aktif
2. 32 80
Ikan berontak, berenang tidak
3. 34 86
beraturan
Ikan berenang tidak beraturan
4. 36 90
Ikan berenang tidak beraturan
5. 38 100
Berenang diatas
6. 40 104
Ikan meronta-ronta, berenang tidak
7. 42 120
beraturan
Ikan meronta-ronta, ikan berada
8. 44 1
didasar , dan Mati

Suhu Tinggi
160

140

120
OVERCULUM

100

80

60 Ikan Nila

40

20

0
30 32 34 36 38 40 42 44
SUHU

Ikan mati disuhu ke-44, mati pada detik ke-7

12
Tabel.3 adaptasi terhadap perubahan salinitas

Jumlah
No. Salinitas Tingkah Laku
Operculum
Ikan berenang lincah, berenang
1. 0 161
dibawah
Ikan berenang lincah, berenang
2. 5 150
dibawah
Ikan berenang lincah, berenang
3. 10 105
dibawah
Ikan kurang aktif, berenang dibawah
4. 15 80
Ikan kurang aktif, berenang dibawah
5. 20 72
Ikan kurang aktif, berenang dibawah
6. 25 66
Ikan kurang aktif, berenang dibawah
7. 30 54
Ikan kurang aktif, berenang dibawah
8. 35 41
Ikan kurang aktif, berenang dibawah
9. 40 33
Ikan mulai berenang diatas
10. 45 24
Ikan berenang diatas, ikan stres
11. 50 21
Ikan berenang diatas, ikan stres
12. 55 15
Ikan berenang diatas, ikan stres
13. 60 11
Ikan berenang diatas dan tidak
14. 65 9
beraturan
Ikan berenang diatas dan tidak
15. 70 7
beraturan
Ikan mengapung dipermukaan dan
16. 75 ikan mati 4

Salinitas
200
OVERCULUM

150
100
50 Ikan Nila
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
SALINITAS

Ikan mati disalinitas ke-75, mati dimenit ke-50


13
Tabel.4 adaptasi terhadap perubahan pH asam

Jumlah
No. Ph Asam Tingkah Laku
Operculum
Cuka 25ml
1. Gerak lincah 97
Ph 7,55
Cuka 50ml
2. Gerak ikan keatas kebawah 102
Ph 3,04
Cuka 75ml
3. Ikan berenang dibawah 119
pH 2,69
Cuka 100ml
4. Ikan berenang dipermukaan 98
pH 2,51
Cuka 125ml
5. Ikan lemas dan mati 21
pH 2,37

pH Asam
140

120

100
OVERCULUM

80

60 Ikan Nila

40

20

0
7.55 3.04 2.69 2.51 2.37
pH

Ikan mati pada ph asam 2,37, mati dimetit ke-40

14
Tabel.5 adaptasi terhadap perubahan pH basa

No. Ph Basa Tingkah Laku Jumlah Operculum


pH basa 7,15
1. Gerak ikan lincah 100
pH basa 9,25
2. Ikan berenang tidak beraturan 132
pH basa 10,25
3. Ikan mulai lemah 2
Ph basa 11,26
4. Ikan mati 0

pH Basa
120

100

80
OVERCULUM

60
Ikan Nila
40

20

0
7.15 9.25 10.25 11.26
pH

Ikan mati pada ph basa 11,26, mati dimenit ke-55

15
4.2 Pembahasan
A. Suhu

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami tentang perubahan suhu pada ikan
nila yaitu, pada uji suhu dingin ketika suhu 25oc ikan berenang aktif kemudian suhu
diturunkan menjadi 23oc ikan berenang dibawah dan keaktifan mulai berkurang. Dan pada
suhu 13oc ikan mulai melemah kemudian mati. Kemudian dilanjutkan uji suhu panas, pada
suhu 30oc ikan berenang aktif, kemudian suhu dinaikkan 2oc sampai kesuhu 44oc ikan
meronta-ronta berenang dibawah dan akhirnya ikan mati.

B. Salinitas

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami tentang perubahan salinitas pada ikan
nila yaitu, pada salanitas netral/0 ikan berenang aktif kemudian salinitas dinaikkan menjadi
5ppt ikan berenang lincah dan berenang dibawah, pada salinitas 10ppt ikan berenang lincah
dan berenang dibawah, pada salinitas 15 – 40ppt ikan kurang aktif dan berenang dibawah,
pada salinitas 45ppt ikan mulai berenang diatas, pada salinitas 50 - 60ppt ikan berenang
diatas dan mulai setres, pada salinitas 65 – 70ppt ikan berenang diatas dan tidak beraturan,
pada salinitas 75ppt ikan mengapung dipermukaan dan ikan mati. Pada setiap penambahan
5ppt pergerakan overculum ikan terus menurun.

C. pH
pada percobaan berikutnya yaitu perubahan pH ada 2 tahapan, penambahan larutan
H2SO4 atau asam kuat dan penambahan NaOH atau basa kuat. Pada percobaan pertama,
ikan diberikan respon dengan kondisi asam dengan menambahkan cuka 25ml dari pH awal
7,55 pergerakan ikan lincah, pada pH asam 3,04 pergerakan ikan keatas dan kebawah, pada
pH asam 2,69 pergerakan ikan berenang dibawah, pada pH asam 2,51 ikan berenang
dipermukaan, pada pH asam 2,37 pergerakan ikan lemas dan akhirnya ikan mati.
Percobaan kedua dengan menambahkan CaCo3 sedikit demi sedikit, pada pH awal 7,15
pergerakan ikan lincah, pada pH basa 9,25 ikan berenang tidak beraturan, pada pH basa
10,25 ikan mulai lemah, pada pH basa 11,26 ikan mati.

16
BAB V
KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :

a) Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah antara 25 oC - 32oC apabila suhu dibawah
25oC akan mengurangi pertumbuhan ikan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan.
b) Salinitas yang baik untuk kelangsungan hidup ikan nila yaitu antara 0ppt – 15ppt apabila
kandungan garam disuatu perairan melebihi 15ppt akan mengurangi pertumbuhan ikan dan
akan membuat ikan menjadi stres dan akan menyebabkan ikan rentang akan penyakit, dan
pada akhirnya ikan akan mengalami kematian.
c) pH yang sesuai untuk pertumbuhan ikan nila antara 6 – 8, apabila kondisi perairan terlalu
asam atau terlalu basa dapat berpengaruh terhadap kondisi perairan, yang dapat
menyebabkan kematian pada ikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

18
LAMPIRAN

19
20

Anda mungkin juga menyukai