DISUSUN OLEH :
NIM : 2211102010088
Kelompok : 02 Shift 1
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karuniaNya, sehingga laporan praktikum Fisiologi Organisme Akuatik berjudul
“Dinamika dan Keseimbangan Tubuh Ikan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tujuan
pembuatan laporan ini merupakan hasil yang didapat berdasarkan pengamatan
praktikan di laboratorium. Laporan ini juga bertujuan agar menjadi bahan evaluasi dan
tolak ukur dalam pembuatan laporan dan pelaksanaan praktikum di masa yang akan
datang.
Praktikan
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................................. 1
1.3 Manfaat pratikum………………………………………………………………………………………………………..1
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. ….…………………………………………………………………………………………………………………..11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan media hidup ikan yang secara fisik juga merupakan zat cair dengan
kepadatan molekul yang lebih renda dibanding dengan zat cair lainnya. Oleh sebab itu
benda yang berada dalam air akan mencapai gaya ke semua arah misalnya gaya
gravitasi dan gaya apung. Pada lingkungan perairan, pH airmempunyai arti yang cukup
pentinguntuk mendeteksi potensial produktifitas kolam. PH air basa, dapat mendorong
proses pembongkaran bahan organik dalam menjaadi meneral-mineral yang dapat
diasimilasikan oleh tumbuh tumbuhan (garam amonia dan nitrat).
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara
horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu
merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan
penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut
metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya
antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu
mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan
organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun
perkembangbiakan dari organisme tersebut.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan
keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara
komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim
pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah
tersebut (Dahuri, 2016).
3
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada tanggal 15 November 2023 pada pukul
12.00 - 14.00 WIB di Laboratorium Nutrisi Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Syiah Kuala.
operkulum.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, adalah:
Tabel 3.2.2 Bahan
No. Nama Bahan Jumlah Fungsi
1. Ikan Mas 1 ekor Sebagai sampel praktikum.
(Cyprinus carpio)
2. Air Secukupnya Sebagai media ikan.
4
3.3 Cara Kerja
Prosedur kerja pada pengamatan Kajian Suhu Terhadap Fisiologi Ikan adalah sebagai
berikut:
1. Diaklitimasi 1 ekor ikan dari wadah plastik, masukkam ke dalam satu wadah
yang diberi media air.
2. Masukkan air ke dalam wadah secukupnya, lalu ukur suhunya dengan
thermometer dengan memasukkan bongkahan es sesuai dengan suhu perlakuan.
3. Pemantauan akan dilakukan tiga perlakuan dan satu control, yaitu:
a. Suhu kamar (control)
b. Suhu diturunkan 3°C
c. Suhu diturunkan 6°C
d. Suhu diturunkan 9°C
4. Ketiga ikan yang akan diamati dimasukkan ke dalam wadah akuarium yang
sudah diberi perlakuan (perlakuan 3.a/control) selanjutnya hitung aktifitas
membuka & menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan
menggunakan hand counter dan stop watch sebagai petunjuk waktu lalu diulang
sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada
kertas lembar kerja yang tersedia.
5. Setelah itu dilanjutkan dengan perlakuan berikutnya sampai ketiga ikan tersebut
teramati. Ikan yang diamati diletakkan ke dalam wadah plastic lain.
6. Dilanjutkan dengan perlakuan 3.b dengan mengatur suhu air pada wadah
diturunkan 3°C dengan suhu yang diinginkan menggunakan es batu. Perlakuan
dan pengamatan sama seperti pada prosedur nomor 5.
7. Perlakuan 3.c dan 3.d (suhu 6°C dan suhu 9°C), dilakukan dengan mengatur
suhu air pada wadah yaitu suhu yang diinginkan dengan menggunakan es batu.
Perlakuan dan pengamatan sama seperti pada prosedur nomor 4 dan 5.
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai
ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas mulai
dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan
mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu "ikan mas punten"
dan "ikan mas majalaya" merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah
terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Hasil Pengamatan Dalam keadaan suhu normal tingkahlaku ikan berjalan
dengan normal. Namun, ketika terjadi perubahan suhu, reaksi yangdiberikan oleh ikan
6
menunjukkan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk
mempertahankan kehidupannya. Respon yang diperlihatkan oleh ikan berupa
perubahan tingkah laku maupun perubahan pergerakan ikan.
Laju operculum pada perlakuan penurunan suhu ini lebih lambat dari pada laju
gerakan operculum pada suhu ruangan, hal ini disebabkan karena pada suhu yang
rendah, kandungan oksigen yang terlarut sangat tinggi sehingga ikan mas tidak perlu
mempercepat laju gerakan operculumnya untuk mencukupi kebutuhan oksigenya
karena jumlah oksigen cukup berlimpah di lingkungan. Gerakan operculum adalah
indikator respirasi dari ikan sedangkan suhu adalah faktor pembatas kehidupan ikan.
Jika suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup
operculumnya. Pada peristiwa temperatur dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi
membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar.
Dengan adanya penurunan temperatur, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan
yang mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun, sehingga gerakannya melambat.
Laju operculum pada kondisi asli pada ikan mas di habitatnya yang asli dengan
kandungan oksigen yang sesuai dengan kebutuhan ikan mas, sehingga ikan tidak perlu
mempercepat atau memperlambat gerakan operculum untuk mencukupi kebutuhan
oksigen didalam tubuhnya. penurunan suhu dari suhu kamar hingga suhu dibawah
kamar (28°C – 10°C) semakin melambat ikan itu membuka serta menutup
operculumnya.
Gerakan operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan.
Sedangkan suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui
bahwa suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya
ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan
cepat sesuai kebutuhan respirasinya.
Pada praktikum yang telah kami lakukan bahwa tingkah laku dan kondisi fisik
pada ikan mas pada suhu 28°C 3 menit normal (overculum 248 x) pada suhu 25°C mulai
hilang keseimbangan, naik ke permukaan, mulai stress, dan menabrak wadah akuarium,
serta bukaan overculum 332x. Sirip punggung tidak tegak lagi dan warnanya mulai
pucat. Pada suhu19 °C 3 menit ikan panic, bukaan overculum lambat (274 x)
cenderumg di dasar, menabrak wadah akuarium. Warna semakin pucat, sirip tegak, dan
kekuatan melemah. Pada suhu 10 °C3 menit overculum melambat (158 x), berenang
tidak seimbamg, ikan lemas, dan sering di dasar. Sirip ekor dan punggung terdapat
7
bercak merah dan semua sirip mengembang. Jadi kesimpulan dari data yang kami dapat
yaitu semakin rendah suhu maka bukaan overculum semakin melambat.Hal ini
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini, yaitu:
1. Suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan Ikan.
2. Suhu yang tinggi menurunkan kelarutan gas oksigen dalam air.
3. Suhu yang rendah menaikkan kelarutan gas oksigen dalam air.
4. Pergerakan ikan semakin lambat seiring dengan penurunan suhu
5. Frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan nila lebih sering
terjadi pada suhu tinggi
5.2 Saran
Saran saya adalah agar praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi, terutama
kelengkapan alat-alat praktek perlu diperhatikan lagi agar praktikum selanjutnya dapat
berjalan dengan baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, Rokhmin., J. Rais., S.P. Ginting., M.J. Sitepu. 2016. Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Tunas, Arthama Wayan. 2015. Patologi Ikan Toloestei. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
10
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar
11