Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK: ……….....

NAMA : ………………………………………….

NIM : ………………………………………….

ASISTEN:……………………………………….

PENUNTUN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN LAUT
(IKL )

OLEH :
DEWI WISUDYANTI B, S.Pt., M.Si
EMYLIANA LISTIOWATI, S.Si, M.Si
PURWO RAHARJO, M.Si.

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
JADWAL ACARA DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

NO JENIS KEGIATAN WAKTU


PELAKSANAAN

1. Asistensi Praktikum 10 Maret 2023

2. Jadwal Praktikum 17 Maret – 14 April 2023

3. Pengumpulan Laporan Individu

4. Presentasi Laporan Kelompok

5. Responsi
PENDAHULUAN
Fisiologi atau ilmu faal adalah salah satu dari cabang-cabang biologi yang mempelajari
berlangsungnya sistem kehidupan. Fisiologi menggunakan berbagai metode untuk mempelajari
biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan
fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan. Fisiologi hewan mempelajari berbagai
gejala pada hewan dan usaha mereka untuk bertahan serta menanggapi rangsang dari lingkungan
eksternal. Penyelenggaraan berbagai fungsi tubuh hewan pada dasarnya tidak pernah lepas dari
pengaruh berbagai faktor yang ada di lingkungannya atau faktor eksternal. Lingkungan eksternal
hewan akuatik dapat berupa perairan tawar atau perairan laut. Fisiologi hewan mempelajari
fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada system hidup, serta pengaturan atas
segala fungsi dalam sistem tersebut.
Setiap individu hewan akan memilih tempat hidup yang sesuai dengan kondisi
fisiologisnya. Kondisi lingkungan luar tubuh hewan seringkali mengalami perubahan, dan hal ini
dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan dalam tubuhnya. Selain itu bahwa perubahan
aktivitas hewan tersebut juga dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan. Apabila kondisi
lingkungan didalam tubuhnya berubah maka hewan harus berupaya agar perubahan tersebut
tidak berlanjut, dengan cara mempertahankan diri atau beradaptasi sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya.
Organisme akuatik hidup di lingkungan perairan yang kondisinya dapat berubah-ubah,
dimana pada organisme yang hidup di lingkungan perairan laut perubahan faktor salinitas, suhu
dan kehadiran bahan pencemar menjadikan organisme tersebut harus beradaptasi. Suhu perairan
seringkali mengalami perubahan dimana hal tersebut akan mempengaruhi metabolisme
organisme yang hidup didalamnya. Suhu air berpengaruh terhadap fisiologi hewan dalam hal
metabolisme dan kelarutan oksigen dalam air. Meningkatnya suhu akan meningkatkan konsumsi
oksigen dan sebaliknya menurunkan daya larut oksigen dalam air. Peningkatan Suhu dan
salinitas berpengaruh pada konsentrasi oksigen terlarut menjadi rendah. Oksigen terlarut dalam
air merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat esensial yang mempengaruhi proses
fisiologi organisme akuatik. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air berpengaruh terhadap proses
metabolisme. Kekurangan oksigen menyebabkan nafsu makan organisme dan tingkat
pernapasannya rendah, berpengaruh pada tingkah laku dan proses fisiologi seperti tingkat
kelangsungan hidup, pernafasan, sirkulasi, makanan, metabolisme dan pertumbuhan. Bila
kondisi ini berlanjut untuk waktu yang relative
lama maka konsumsi pakan akan terhenti dan akibatnya pertumbuhan menjadi terhenti.
Penurunan ketersediaan oksigen menyebabkan ketidakmampuan organisme air untuk
mendukung kebutuhan energi bagi organisme untuk makan dengan baik. Jika turun dibawah
batas tertentu maka proses metabolisme akan menurun dan aktifitas organisme berkurang.

TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui respon fisiologis organisme akuatik
terhadap perubahan lingkungan habitat.

DAFTAR ACARA PRAKTIKUM

I. Respon Fisiologis Ikan terhadap Perubahan Suhu


II. Respon Fisiologis Ikan terhadap Perubahan Salinitas
III. Respon Fisiologis Ikan terhadap Bahan Pencemar
IV. Sistem Reproduksi dan Pemijahan
I. ADAPTASI IKAN TERHADAP PERUBAHAN SUHU

1. Alat
- Akuarium/Toples
2. Bahan
- Ikan
- Air tawar
- Es Batu
3. Cara Kerja
- Siapkan semua alat dan bahan
- Isi 2 buah akuarium/toples dengan air sampai penuh
- Atur masing-masing suhu air dalam akuarium/toples dengan masing-masing pada
suhu rendah dan suhu normal. Air bersuhu dingin dengan menambahkan es batu.
Air bersuhu normal tanpa perlakuan apapun.
- Masukkan 1 ekor ikan ke dalam akuarium/toples pada air bersuhu normal tanpa
perlakuan. Hitung Gerakan buka tutup operculum insang dan amati pergerakannya
selama 5 menit. Ulangi hal yang sama sebanyak 3 kali, sehingga total pengamatan 15
menit.
- Setelah itu masukkan ikan tersebut pada air bersuhu rendah dan hitung gerakan buka
tutup operculum insang dan amati pergerakannya selama 5 menit. Ulangi hal yang
sama sebanyak 3 kali, sehingga total pengamatan 15 menit.
- Catat semua hasil pengamatan tersebut.
4. Hasil

Hasil Pengamatan
No Perlakuan
Buka tutup Operkulum Aktivitas Ikan Keterangan
Suhu

U1 U2 U3 Rata-
rata
1 dingin

2 normal

5. Pembahasan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
II. ADAPTASI IKAN TERHADAP PERUBAHAN SALINITAS
1. Alat
- Akuarium/Toples
2. Bahan
- Ikan
- Air tawar
- Garam
3. Cara Kerja
- Siapkan semua alat dan bahan
- Isi 3 buah akuarium/toples dengan air sampai penuh
- Atur masing-masing salinitas air dalam akuarium/toples dengan masing-masing pada
salinitas tinggi dan tanpa salinitas/ air biasa. Air bersalinitas tinggi dilakukan dengan
menambahkan garam sebanyak 3 bagian (3 sendok).
- Masukkan 2 ekor ikan pada akuarium/toples tanpa salinitas/air biasa. Hitung
Gerakan buka tutup operculum insang dan amati pergerakannya selama 5 menit.
Ulangi hal yang sama sebanyak 3 kali, sehingga total pengamatan 15 menit.
- Setelah itu masukkan 1 ikan tersebut pada air bersalinitas tinggi dan hitung gerakan
buka tutup operculum insang dan amati pergerakannya selama 5 menit. Ulangi hal
yang sama sebanyak 3 kali, sehingga total pengamatan 15 menit.
- Lakukan hal yang sama terhadap ikan individu lain tetapi setelah dari air bersalinitas
rendah langsung dipindahkan ke air yang bersalinitas tinggi.
- Catat semua hasil pengamatan tersebut.
4. Hasil

Hasil Pengamatan
No Perlakuan
Buka tutup Operkulum Aktivitas Ikan Keterangan
Salinitas

U1 U2 U3 Rata-
rata
1 normal

2 tinggi

5. Pembahasan
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
PENGUKURAN PROFIL DARAH SEBAGAI RESPON STRES PADA IKAN

PENDAHULUAN

Penyebab stres pada ikan diantaranya adalah terjadinya perubahan baik dari eksternal

maupun internal. Perubahan eksternal yang dapat menimbulkan respon stres diantaranya adalah

fluktuasi suhu, kekurangan oksigen, dan pada waktu transportasi. Sesuai pendapat Handisoeparjo

(1982) menyatakan bahwa pada dasarnya pemindahan ikan hidup adalah memaksa menempatkan

dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan aslinya, disertai perubahan-

perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Perubahan- perubahan tersebut akan direspon

secara fisiologis oleh tubuh ikan.

Respon stres terbagi menjadi 3 yaitu respon primer (perubahan hormon), respon sekunder

(perubahan komposisi kimia darah dan jaringan), dan respon tersier (pertumbuhan, reproduksi, dan

kekebalan tubuh) (Ismail, 2016). Salah satu respon sekunder dari stres adalah peningkatan kadar

glukosa darah. Peningkatan kadar glukosa darah dipicu oleh pelepasan hormon kortikosteroid dan

katekolamin. Stres menyebabkan terjadinya peningkatan glukokortikoid yang berakibat pada

peningkatan kadar glukosa darah untuk mengatasi kebutuhan energi yang tinggi pada saat stres

(Rachmawati, 2010 dalam Nasichah et al., 2016). Efek stres juga dapat dilihat pada parameter

darah lainnya yaitu kadar hemoglobin dan nilai hematokrit.

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum adalah untuk agar mahasiswa dapat mengukur dan mengetahui kadar glukosa,

kadar hemoglobin dan nilai hematokrit sebagai contoh penanda/respon stres pada ikan yang diberi

perlakuan berupa perubahan salinitas pada media hidupnya.

BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan nila. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah akuarium, alat test profil darah digital (glukosa dan hemoglobin), cover glass,

spuit ukuran 1 mL, dan tissue.

HASIL

No Salinitas Berat Ikan Kadar Glukosa


Darah
1. Tinggi
2. Normal

PEMBAHASAN
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
III. ADAPTASI IKAN TERHADAP ADANYA BAHAN PENCEMAR
1. Alat
- Akuarium/Toples
2. Bahan
- Ikan
- Air tawar
- Bahan Pencemar : sabun Cair atau bubuk.
3. Cara Kerja
- Siapkan semua alat dan bahan
- Isi 2 buah akuarium/toples dengan air sampai penuh
- Atur masing-masing air dalam akuarium/toples masing-masing pada kondisi tanpa
bahan pencemar dan dengan bahan pencemar (penambahan sabun) .
- Masukkan 1 ikan pada wadah tanpa bahan pencemar, hitung gerakan buka tutup
operculum insang dan amati aktivitasnya selama 5 menit, ulangi perhitungannya
sebanyak 3 kali sehingga total pengamatan 15 menit. Selanjutnya ikan dimasukkan
pada wadah dengan bahan pencemar, hitung gerakan buka tutup operculum insang
dan amati aktivitasnya selama 5 menit, ulangi perhitungannya sebanyak 3 kali
sehingga total pengamatan 15 menit.

4. Hasil

Hasil Pengamatan
No Perlakuan
Buka tutup Operkulum Aktivitas Ikan Keterangan
Salinitas

U1 U2 U3 Rata-
rata
1 Tanpa
pencemar
2 Dengan
pencemar
5. Pembahasan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
ACARA 4. PEMIJAHAN BUATAN PADA IKAN NILEM
(Ostheocillus hasseltii)

PENDAHULUAN

Pemijahan adalah suatu proses perkawinan antara ikan jantan dan betina.

Dalam budidaya ikan teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga macam

cara, yaitu:

 Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia,

terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon).

 Pemijahan ikan secara semi buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan

memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi

proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam.

 Pemijahan ikan secara buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan

rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya

dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan.

Ikan nilem betina dapat mulai dipijahkan dari umur satu hingga satu setengah

tahun dengan berat badan sekitar 100 g. Ikan jantan sudah mulai dipijahkan sekitar

umur delapan bulan. Induk betina dapat dipijahkan setiap tiga dan empat bulan sekali.

Ikan jantan dan betina dapat dibedakan dengan cara memijit bagian perut ke arah

anus. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan putih susu dari lubang genitalnya,

sedangkan betina tidak. Induk betina yang sudah matang telur dapat dicirikan dengan

perutnya yang relatif membesar dan lunak bila diraba, serta dari lubang genital keluar

cairan jernih kekuningan bila perut perlahan-lahan ke arah anus. Induk yang
dipijahkan diberok dahulu selama tiga sampai tujuh hari. Pemberokan jantan dan

betina sebaiknya pada kolam yang terpisah (Sumantadinata 1983).

Menurut Effendie (1979) berat rata-rata dan panjang total untuk ikan nilem

diantaranya :

1. Berat rata-rata induk betina 200,7 gram, panjang total rata-rata induk betina 28,7

cm

2. Berat rata-rata induk jantan 187,3 gram , panjang total rata-rata induk jantan 28,2

cm.

TUJUAN PRAKTIKUM

    Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan melakukan bagaimana teknik

pemijahan buatan pada ikan nilem. Mahasiswa juga dapat membedakan induk yang

matang gonad dengan ciri-ciri yang telah ditentukan.

ALAT DAN BAHAN

a. Alat

 Bak Permanen/Aquarium

 Mangkok/Baskom

 Gunting

 Timbangan

 Tissue

 Bulu Ayam

 Kakaban / Atau Bisa juga pakai nampan


 Spuit (Suntikan)

 Ember

 Serokan Induk

 Lap/Handuk

b. Bahan

 Induk ikan nilem jantan dan betina

 Ovaprim

 Aquades / Aqua Gelas. (tapi yang bagus di pakai aquades)

 Induk Jantan

 Induk Betina

 Larutan NaCl (Natrium Clorida/ Larutan Infus)

CARA KERJA

1. Siapkan Alat dan Bahan yang diperlukan terlebih dahulu

2. Lakukan pemilihan induk sesuai dengan kriteria 

3. Setelah induk terpilih lakukan penimbangan ( tujuannya agar mudah menentukan

dosis ovaprim yang akan digunakan.

4. Setelah ditimbang lakukan perhitungan dosis hormon yang akan disuntikan, untuk

ikan jantan 0.3 mL, ikan betina 0.5 mL dan Aquades sampai 1 mL. aquades berfungsi

untuk mengencerkan ovaprim.

5. Setelah dosis didapat lakukan penyuntikan induk jantan dan betina disuntik sesuai

dengan dosis. letak posisi penyuntikan di bagian punggung dengan kemiringan 45


derajat. usahakan larutan ovaprim yang ada di spuid tidak ada gelembungnnya.

penyuntikan dilakukan bisa malam hari atau pagi hari jam 05.00. sebaiknya lakukan

penyuntikan pada pagi hari tujuannya pada waktu streeping bisa dilakukan pada siang

hari.

6. Setelah disuntik masukkan induk tersebut ke ember secara terpisah antara induk

jantan dan betina dan biarkan selama kurang lebih semalam. Sekitar 8 jam induk di

cek tingkat ovulasinya. apabila di dasar ember terlihat ada telur berarti induk siap di

striping (di urut) untuk mengeluarkan telur. Apabila 8 jam masih belum terlihat

adanya telur di dasar ember bisa dilakukan pengurutan ke arah anus kalau keluarnya

lancar berarti sudah siap setelah betina siap

7. Lakukan striping induk jantan untuk di ambil spermanya, kemudian tampung di

mangkok sambil di encerkan menggunakan NaCL 100ml. (catatan Tangan basuh

terlebih dahulu dengan larutan NaCL supaya steril dari air. mangkok juga harus

kering jangan ada air.)

8. Ambil induk betina Lakukan Proses striping Untuk dikeluarkan telurnya tampung

pada mangkok atau baskom. untuk memegang induk agar diam pakai handuk

setengah kering. lakukan pengurutan sampai telur habis. ( catatan apabila pengurutan

tidak lancar jangan dipaksakan itu bisa mengakibatkan keluar darah. )

9. Setelah telur siap dibuahi sperma. masukan Sperma yang ada pada mangkok tadi

kepada mangkok atau baskom yang sudah berisi telur. aduk hingga rata menggunakan

bulu ayam secara perlahan. Setelah merata telur di tebar di bak/ aquarium yang sudah

berisi kakaban atau jenis lainnya yang bisa dipakai untuk menempel telur. untuk
penebaran telur jangan sampai menumpuk kalau menumpuk dapat menghambat

proses penetasan.

10. Telur akan menetas selam 24 jam - 30 jam tergantung pada suhu air.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R dan Tang, U.M. 2017. Fisiologi Hewan Air. Jakarta. Intimedia.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta. Kanisius.

Yuwono dan Sukardi. 2011. Fisiologi Hewan Air. Purwokerto.


Universitas Jenderal Soedirman.

………………………………………………………………………………
……………..
………………………………………………………………………………
………

………………………………………………………………………………
……………..
………………………………………………………………………………
………

Anda mungkin juga menyukai