Anda di halaman 1dari 10

Respon dan Adaptasi Ikan Terhadap Perubahan Suhu

Lingkungan

PAPER KELOMPOK 1
Anggota:
1. Dara Suci Mardhatillah 2011102010088
2.
3.
4.
5.
6.

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERAIRAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.1.1 RESPON IKAN Plectroglyphidodon lacrymatus TERHADAP KENAIKAN SUHU ... 3
1.1.2 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN
(SUHU) 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
1. RESPON IKAN Plectroglyphidodon lacrymatus TERHADAP KENAIKAN SUHU ............... 5
2. RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (SUHU) ..... 6
REFERENSI ....................................................................................................................................... 8
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 RESPON IKAN Plectroglyphidodon lacrymatus TERHADAP
KENAIKAN SUHU
Fenomena alam yang menjadi perhatian seluruh dunia adalah perubahan
iklim. berbagai cara telah dilakukan oleh para peneliti di seluruh dunia dengan
berbagai metode dan indikator perubahan iklim yang berbeda-beda untuk
melihat tingkat toleransi dan adaptasi makhluk hidup dibumi ini. Perubahan
iklim telah menyebabkan berbagai persoalan bagi lingkungan laut terutama
tidak stabilnya suhu bumi seperti naiknya suhu air laut di seluruh belahan bumi
dan Indonesia saat ini. Terjadinya perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap
semua unsur alamiah manusia sumberdaya hayati laut terutama ikan baik
langsung maupun tidak langsung.
Pola sebaran suhu yang terjadi saat ini besar pengaruhnya terhadap
Peristiwa naiknya suhu air laut hal mempengaruhi pola sebaran dan adaptasi
serta berbagai faktor lain seperti pertumbuhan dan stres fisiologi ikan serta Suhu
merupakan salah satu faktor yang penting bagi kelangsungan hidup karena suhu
mempengaruhi aktivitas dan perkembangbiakkan ikan di perairan. memiliki
kemampuan berbeda-beda dalam menoleransi suhu dalam suatu perairan, ketika
terjadi induksi suhu dalam suhu perairan maka akan ada tekanan terhadap
perairan dan ekosistem, ikan pun secara otomatis akan mendapatkan tekanan.
Saat tekanan akan terjadi respon pada ikan dengan yaitu beradaptasi terhadap
lingkungannya atau dengan cara berpindah tempat dengan berenang ke
kedalaman dan ketempat lainnya yang masih terjangkau. Pomacentridae ada di
perairan tersebut, P. lacrymatus hidup dan berasosiasi dengan kelimpahan yang
sangat umum ditemukan dan jarang berkeliaran jauh dari terumbu karang.
Sebagai ikan asosiatif, ikan ini dapat menjadi salah satu bioindikator
untuk mengetahui perubahan suhu perairan Wakatobi, karena tidak menutup
kemungkinan akan terjadi mempengaruhi kehidupan keanekaragam hayati laut
tertinggi di dunia tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk melihat
pengaruh perubahan suhu di perairan organisme, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengkaji tentang respon suhu. Tujuan dan kegunaan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui lacrymatus terhadap kenaikan suhu dan
mengetahui tingkat suhu kritis pada ikan P. Lacrymatus.

1.1.2 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL


LINGKUNGAN (SUHU)
Lingkungan tempat hidup organisme akuatik yakni air, memiliki
variabel lingkungan yang tidak selalu stabil dan berubah-ubah seiring waktu.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi proses kehidupan organisme yang hidup
didalamnya. Oleh karena itu organisme akuatik harus mampu beradaptasi
sebagai respon terhadap perubahan-perubahan variabel lingkungan tersebut.
Adapun variabel lingkungan yang mempengaruhi tingkat proses kehidupan
organisme akuatik antara lain berupa suhu, pH, kekeruhan, dan keberadaan
detergen. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap proses kehidupan
organisme akuatik maka perlu mengadakan uji coba terhadap respon adaptasi
ikan pada beberapa variabel lingkungan dengan beberapa parameter seperti
perubahan bobot awal dan bobot akhir, lamanya waktu bertahan hidup ikan,
tingkah laku ikan, tingkat bertahan ikan, dan nilai variabel lingkungan yang
mematikan.
Pertumbuhan ikan nila secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal
yang berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor lingkungan tersebut
diantaranya kuantitas dan kualitas air yang meliputi komposisi kimia air,
temperatur air, agen penyakit, dan tempat pemeliharaan . Suhu lingkungan
organisme akuatik memiliki peranan penting terkait proses kehidupan ikan di
perairan. Toleransi suhu yang optimum inilah menghasilkan tingkat hidup ikan
semakin optimal. Sebaliknya jika suhu perairan berada pada nilai dibawah atau
diatas optimum akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan di
perairan.

BAB II PEMBAHASAN

1. RESPON IKAN Plectroglyphidodon lacrymatus TERHADAP KENAIKAN SUHU


Setiap kenaikan suhu dimana, respon tidak normal mulai terjadi pada kisaran
suhu 30,7oC sampai dengan kisaran suhu tertinggi yaitu 38oC. Respon ikan terhadap
kenaikan suhu ditunjukan dengan tingkah laku yang berbeda-beda, mulai dari berenang
dan operculum terbuka-tertutup normal pada suhu (27,5oC – 29,8oC), berenang cepat
(30,7oC – 32,4oC), Berenang miring dan menabarak wadah (32,4oC – 34,1oC),
melompat dan operculum mulai terbuka-tertutup cepat (34,1oC – 26,1oC) dan ikan
pada Suhu (38oC) mulai melemah.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang paling berpengaruh di udara maupun
dalam kolom perairan. Suhu air mempunyai peranan dalam kecepatan laju metabolisme
dan respirasi biota air serta proses metabolisme ekosistem perairan (Odum, 1971).
Kehidupan organisme di perairan pun sangat tergantung dengan kestabilan semua
faktor lingkungan khususnya suhu perairan karena dapat mempengaruhi parameter fisik
maupun kimia perairan seperti DO, pH, salinitas dan lainya, hal ini penting untuk
menjaga siklus ekosistem, habitat dan organisme perairan khususnya pada ekosistem
karang.
Respon ikan dapat dilihat dengan adanya pergerakan cepat sampai, berenang
miring dan melompat dipermukaan air wadah kontrol, ikan menunjukan reaksi yang
berlebihan karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai habitatnya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Nybakken (1988), bahwa sebagian besar biota laut bersifat
poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan). Hal ini juga sejalan dengan
pernyataan Rustadhie (2011), bahwa setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran
suhu di perairan yang cocok.

2. RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN


(SUHU)
Perlakuan suhu dingin memberikan perubahan bobot seiring perlakuan
penurunan suhu. Bobot ikan mengalami penurunan yang dikarenakan respon ikan
terhadap perubahan suhu dari suhu habitat asalnya dan adanya aktivitas berlebihan yang
dilakukan ikan dalam rangka adaptasi pada kondisi lingkungan yang baru. Untuk
merespon perubahan suhu tersebut ikan memerlukan energi agar fungsi dari fisiologis
berlangsung secara normal. Bila terjadi kerusakan fisiologis maka ikan tersebut akan
terhambat pertumbuhannya bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada suhu yang
sangat ekstrim ikan bisa saja mati karena pada suhu yang terlalu dingin darah ikan akan
membeku (Yudhistira et. al.2009). Penurunan bobot ikan beserta berhentinya proses
makan dan metabolisme sel dibawah suhu 160C dimana suhu ini merupakan suhu
mematikan pada ikan (Mirae 2012). Sebaimana diterangkan juga menurut Sarig (1969)
dalam Mjoun (2010) suhu adalah pengubah metabolisme utama dalam ikan ini . Suhu
yang optimal biasanya antara 22 °C (72 °F) dan 29 ° C (84 °F); pemijahan biasanya
terjadi pada suhu lebih besar dari 22 °C (72 °F). Spesies nila tidak dapat bertahan hidup
pada suhu di bawah 10 °C (50 °F), dan pertumbuhan miskin di bawah 20 °C (68 °F).
REFERENSI
1. Dara Suci Mardhatillah (2011102010052)
a. https://www.academia.edu/12505582/Respon_Organisme_Akuatik_Terhadap_
Perubahan_Variabel_Lingkungan_Suhu_
b. http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSL/article/download/3595/2730
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. R. 1991. Damselfishes of the World. Aquarium Systems, Mentor, Ohio, 271
pp.
Aliza D, Winaruddin, Sipahutar L.W. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air terhadap
Perilaku, Patologi anatomi, dan Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Medika Veterina. Vol. 7 No. 2 : 142-145.
Asmawi, S. 1983. Ekologi Ikan. Fakultas Perikanan Unlam. Penerbit Media Kampus.
Banjarmasin. 105 Hal.
Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management in Pond Fish
Culture. Auburn University, Auburn.
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Eme, J. and Bennett, W.A. 2009. Critical thermal tolerance polygons of tropical marine
fishes from Sulawesi, Indonesia. Journal of Thermal Biology. 34, 220–225.
FAO 2005-2012. Cultured Aquatic Species Information Programme. Oreochromis
niloticus. Cultured Aquatic Species Information Programme. Text by Rakocy, J.
E. In: FAO Fisheries and Aquaculture Department [online]. Rome. Updated 18
February 2005. [Cited 11 September 2012].
Grammer G.L., Slack W.T., Peterson M.S., Dugo M.A. 2012. Nile tilapia Oreochromis
niloticus (Linnaeus, 1758) establishment in temperate Mississippi, USA: multi-
year survival confirmed by otolith ages. Aquatic Invasions. Volume 7. Issue 3:
367–376.
Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta. Penerbis Kanisius.
Kitagawa T, Nakata H, Kimura S, Itoh T, Tsuji S, Nitta A. 2006. The efect of water
temperature on habitat use of young pasific bluefin tuna (Thynnus thhynus
orientalis) in the East china Sea. Ocean research Institute, University of Tokyo
Nakano, Tokyo. Journal Fisheries Science 2006; 72 : 1166-1176.
Karisa H.C., Rezk M.A., Bovenhuis H, Komen H. 2003. Effects Of Rearing Conditions
On Low-Temperature Tolerance Of Nile Tilapia, Oreochromis Niloticus,
Juveniles. Wageningen. Wageningen Institute of Animal Sciences (WIAS),
Wageningen University.
Mora, C. Ospina, A.F. 2004. Effect of body size on reef fish tolerance to extreme low
and high temperatures. Environ. Biol. Fishes 70, 339–343.
Mirea C. C, Cirstea V, Grecu R. I, & Dediu L. 2012. Influence Of Different Water
Temperature On Intensive Growth Performance Of Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus, Linaeus, 1758) In A Recirculating Aquaculture System. *Kelompok
IV Journal Lucrari Stiintifice. Vol. 60 (10): 227 – 231.
Mjoun K and Rosentrator K.A. 2010. Tilapia: Environmental Biology and Nutritional
Requirements. North Central Agricultural Research Laboratory. USDA-
Agricultural Research Service.
Nybakken, j. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia.
Nyabaken, J. W. 1993. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi.Cetakan ke-3. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Rustadhie. 2011. Tingkah Laku Ikan Terhadap Perubahan Suhu, diakses 20 November
2013.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana. Vol
30: Halaman 21-26.
Soede LP, M Erdmann, edt. 2006. Rapid Ecological Assessment Wakatobi National
Park. Denpasar-Bali. WWF-TNC Wenberg T,.and A.
Smale. 2011. An Extreme Climatic Event Alters Marine Ecosystem Structure in a
Global Biodiversity Hotspot. J.Exp.Mar.Biol.Ecol.400. (264-267).
Wijayanti I, et. al. 2011. Pengaruh Temperatur Terhadap Kondisi Anastesi Pada Bawal
Tawar (Colossoma Macropomum) Dan Lobster Tawar (Cherax
Quadricarinatus) [Prosiding]. Bogor [ID]. FPIK IPB.
Yudhistira A., Antono DR, Hendriyanto. 2007. Respon Organisme Akuatik terhadap
Variabel Lingkungan (pH, Suhu, Kekeruhan dan Detergen) [PKM AI]. Bogor
[ID]. FPIK IPB

Anda mungkin juga menyukai