Kelompok : 2
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
LEMBAR PENANGGUNGJAWAB
TOPIK 2
Kelompok: 2
Asisten: Zane Clara Nurmalia
Anggota Kelompok:
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Praktikum Koordinator Praktikum
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya
air tawar yang penting di Indonesia. Ikan nila diperkenalkan ke Indonesia oleh
Balai Peneliti Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969
(Jalaluddin, 2014). Ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki toleransi yang tinggi
rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang
rendah, serta tahan terhadap kekurangan oksigen terlarut di air. Perubahan ikan
nila yang semula aktif bergerak menjadi lebih pasif berkorelasi dengan tingginya
suhu air, semakin tinggi suhu air maka akan semakin cepat terjadi perubahan
perilaku ikan nila. Suhu dingin akan mempengaruhi suhu pada badan air serta
darah ikan, semakin dingin suhu dara maka tingkat viskositas darah mengental
dan akan mengakibatkan aliran darah yang lebih lambat. penurunan suhu
metabolisme yang bersifat racun. Perilaku pada ikan nila di suhu rendah seperti
Perubahan suhu pun terkadang dapat menyebabkan stress pada ikan. Menurut
Mulyanti (2018) hasil pengamatan tingkat stress ikan menunjukkan bahwa rata-
berkontribusi terhadap perilaku dan kelangsungan hidup ikan serta salah satu dari
toleransi yang dimiliki setiap mahluk hidup. Ikan merupakan kelompok vertebrata
yang tergolong hewan ektotermi dengan perubahan suhu tubuh bergantung pada
toleransi suhu yang beragam. Kisaran toleransi suhu ikan umumnya dapat
hidup normal dengan suhu 20-30°C. Suhu dibawah 20°C dan diatas 30°C
perubahan lingkungan. Perubahan ikan nila yang semula aktif bergerak menjadi
lebih pasif karena disebabkan oleh suhu rendah. Faktor yang mempengaruhi suhu
air yaitu musim, Lattitude dan Altitude, waktu, tutupan awan, dan kedalaman. Suhu
memiliki hubungannya dengan oksigen yaitu jika suhu turun, metabolisme turun,
dan CO2 turun maka DO naik. Begitu pula sebaliknya jika suhu naik, metabolisme
1.4 Kegunaan
mengetahui pengaruh perubahan suhu dingin media air terhadap membuka dan
Praktikum Fisologi Hewan Air dilaksanakan secara luring pada Sabtu, 20 Mei
Universitas Brawijaya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
(Sumber: kkp.go.id)
- Kingdom : Animalia
- Subkingdom : Bilateria
- Phylum : Chordata
- Subphylum : Vertebrata
- Class : Teleostei
- Ordo : Perciformes
- Subordo : Labroidei
- Family : Cichlidae
- Genus : Oreochromis
(DO) pada perairan. Menurut Azwar (2016) menyatakan bahwa suhu perairan
merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengaturan seluruh proses
operkulum ikan. Suhu diatas kisaran normal dapat membuat enzim yang terdapat
pada tubuh ikan bekerja lebih cepat menyebabkan gerakan bukaan operkulum
yang terlarut dalam air. Suhu lingkungan pada ikan yang semakin rendah dapat
membuat ikan menjadi stress dan selanjutnya ikan dapat menyebabkan kematian.
darah sehingga oksigen tidak dapat dialirkan ke otak ikan dan menyebabkan
kematian.
umumnya mengalami penurunan. Selain itu, suhu dingin juga akan tetap
oleh penurunan laju reaksi kimia yang pada akhirnya akan berakibat pada
penurunan aktivitas enzim dan proses biokimia. Suhu yang dingin akan membuat
enzim dalam tubuh makhluk hidup ataupun pada ikan yang termasuk hewan
berdarah dingin akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga bila suhu
yaitu jika ikan dibelah bagian tengahnya maka akan terbagi menjadi dua bagian
yang sama antara sisi kanan dan kiri, bentuk tubuhnya pipih dan perut membesar.
Mulut ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai posisi terminal dan dapat
disembulkan, tidak memiliki sungut serta memiliki linea lateralis lengkap terputus.
Ikan nila mempunyai sirip punggung, sirip ekor, dan sirip perut yang masing-
masing mempunyai jari-jari keras yang tajam seperti duri. Sirip punggung
mempunyai lima belas jari-jari keras dan sepuluh jari-jari lunak, sedangkan sirip
ekor mempunyai dua jari-jari keras dan enam jari-jari lunak. Sirip punggung
berwarna hitam dan sirip dada menghitam, pada sirip ekor terdapat enam buah
jari-jari tegak.
aktivitas fisik dari ikan nila (Oreochromis niloticus). Beberapa aktivitas fisik yang
dan tingkat kestressan pada ikan. Pada suhu rendah ikan berenang dengan
kecepatan lambat, lalu pada suhu tinggi, ikan tidak berenang dengan kecepatan 0
cm/s atau tidak ada gerakan. Selain itu, penurunan atau peningkatan suhu ini juga
berdampak pada respon ikan terhadap pakan yang diberikan, yakni ikan tidak
merespon pada suhu rendah dan pada suhu. Hal ini karena pada suhu rendah dan
suhu tinggi menyebabkan tingkat kestressan pada ikan meningkat sehingga laju
Menurut Yanuar (2017), Semakin tinggi suhu air semakin aktif pula
terhadap kehidupan ikan. Pada suhu rendah, ikan akan kehilangan nafsu makan
dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Suhu media mempengaruhi laju
metabolisme, pada saat suhu media meningkat, laju metabolisme akan meningkat
hingga batas optimum dan kembali menurun di atas suhu optimum. Dalam proses
metabolisme terdapat sisa pembakaran berupa NH3 dan CO2 apabila laju
metabolisme berjalan cepat, maka sisa pembakaran berupa NH3 dan CO2 akan
semakin tinggi, dan apabila CO2 meningkat pH air akan menurun. Metabolisme
perubahan fungsi pada sel klorid epitel insang dan aktivitas Na+K+- ATPase
(Dahril et al., 2017). Hal tersebut yang menjadikan metabolisme ikan nila mengikuti
I II III
I II III
Hewan Air yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil pengukuran suhu
terhadap aktivitas operkulum yang dimana membutuhkan waktu satu menit dalam
pada dua ikan nila yang digunakan. Pada ikan yang pertama memiliki berat 82
gram yang dimana pengulangan I diperoleh data suhu kamar 26oC dengan jumlah
3oC di bawah suhu kamar yaitu 23oC dengan jumlah aktivitas operkulum sebanyak
75 kali dan jumlah aktivitas operkulum sebanyak 53 kali pada pengulangan III
dengan suhu 6oC di bawah suhu kamar yaitu 20oC. Ketiga pengulangan tersebut
diperoleh rata-rata bukaan operkulum ikan nila yang pertama sebanyak 62 kali per
menit.
Pada ikan yang kedua memiliki berat 72 gram yang dimana pengulangan I
diperoleh data jumlah aktivitas operkulum sebanyak 77 kali dengan suhu kamar
28oC. Pengulangan II dengan suhu 3oC di bawah suhu kamar yaitu 25oC
sebanyak 46 kali pada pengulangan III dengan suhu 6oC di bawah suhu kamar
yaitu 22oC. Pada ikan kedua memperoleh rata-rata aktivitas operkulum sebanyak
59 kali per menit. Hasil rata-rata bukaan operkulum bertujuan untuk memantau
Pada perlakuan I dengan suhu kamar 29oC memperoleh hasil data bukaan
sebanyak 84 kali dengan suhu 3oC di bawah suhu kamar yaitu 26oC. Pada
perlakuan III diperoleh data bukaan operculum sebanyak 73 kali dengan suhu 6oC
di bawah suhu kamar yaitu 23oC. Ikan kedua kelompok 6 memiliki berat 122 gram
kamar yaitu 27oC diperoleh data bukaan operkulum sebanyak 53 kali. Pada
perlakuan III diperoleh data bukaan operkulum sebanyak 48 kali dengan suhu 6oC
pertama adalah 62 kali per menit. Ikan kedua diperoleh 59 kali per menit,
sedangkan pada kelompok 6 pada ikan pertama diperoleh rata-rata 83 kali per
menit dan ikan kedua dengan rata-rata 54 kali per menit. Pada topik 2 dilakukan
pengujian suhu dingin pada ikan nila. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
data kelompok 2 dan 6 adalah pengujian suhu dingin pada ikan nila dapat
operkulum menjadi lebih lambat. Pada suhu dingin, laju metabolisme juga akan
Suhu merupakan salah satu komponen penting di dalam air yaitu sebagai
controlling factor yang akan menentukan densitas air, kejenuhan air, mempercepat
reaksi kimia, dan mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air. Selain itu,
proses respirasi terganggu, laju metabolisme turun, ikan menjadi pasif dan tidak
mau berenang (Fajar, 2021). Proses respirasi ikan saat suhu rendah akan terlihat
Hasil data pergerakan operkulum pada ikan tidak selalu turun, melainkan
ada beberapa interval juga dapat berubah-ubah. Beberapa faktor yang dapat
perbedaan massa ikan nila pada buka tutup operkulum. Pada perbedaan ini
diperkuat pernyataan dimana semakin besar massa ikan maka semakin besar
karena itu, ikan yang memiliki massa yang lebih besar akan lebih sering membuka
Faktor yang kedua adalah volume air di setiap pengulangan. Volume air
yang tidak konstan akan mempengaruhi tekanan parsial dalam air sehingga
kelarutan oksigen juga mendapatkan hasil yang tidak konstan. Dengan volume air
yang konstan, oksigen terlarut dapat tersedia dalam jumlah yang memadai,
memungkinkan ikan nila untuk bernapas dengan baik tanpa perlu membuka
operkulum secara ekstensif. Faktor yang ketiga adalah perbedaan tingkat toleransi
pada setiap individu ikan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ezrad et al. (2018)
beda tergantung pada jenis ikan, karena setiap ikan memiliki adaptasi dan
Faktor keempat adalah stress pada ikan nila. Stres pada ikan nila dapat
stress yang berbeda, jika bukaan operkulum cenderung lebih lebar maka tingkat
frekuensinya akan lebih tinggi daripada kondisi ikan yang tidak stres. Hal ini juga
akan berpengaruh pada gerakan amplitude ikan yang semakin berkurang. Salah
satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya yaitu perubahan lingkungan yang
drastis. Faktor kelima adalah kesalahan pada praktikan atau human error. Dalam
hasil pengukuran tidak memenuhi spesifikasi atau dengan kata lain cacat data
dan menyebabkan nafsu makan ikan menjadi menurun dan akhirnya ikan akan
Fisiologi Hewan Air yang dilakukan dengan menggunakan ikan nila, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi buka tutup operkulum ikan nila. Faktor-faktor
tersebut antara lain perbedaan massa ikan nila, volume air yang digunakan, tingkat
toleransi individu ikan, stress pada ikan, dan kemungkinan adanya kesalahan
nila memiliki hubungan dengan buka tutup operkulum, di mana semakin besar
massa ikan nila, semakin besar pula bukaan operkulum yang dilakukan. Volume
air yang konstan dan cukup penting dalam menjaga keseimbangan oksigen dan
individu ikan juga berperan dalam pola buka tutup operkulum. Stres pada ikan nila
analisis hasil pengamatan praktikum Fisiologi Hewan Air yang dilakukan pada ikan
nila.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan di Laboratorium UPT Perikanan
Air Tawar Sumberpasir, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua ikan nila yang
berbeda dan ada tiga perlakuan dalam topik ini dengan mengamati banyaknya
buka dan tutup operkulum ikan tersebut dalam waktu satu menit setiap
perlakuannya.
1. Pada ikan pertama di perlakuan pertama dengan suhu air 26°C didapatkan
hasil sebanyak 58 kali buka dan tutup operkulum. Pada perlakuan kedua
dengan suhu air dikurangi 3°C sehingga menjadi 23°C dan didapatkan
hasil sebanyak 75 kali buka dan tutup operkulum. Dan perlakuan terakhir
di ikan pertama dengan suhu dikurangi 6°C sehingga menjadi 20°C dan
didapatkan hasil 53 kali buka dan tutup operkulum. Rata-rata yang didapat
2. Berikutnya pada ikan kedua di perlakuan pertama dengan suhu 28°C dan
perlakuan kedua dengan suhu dikurangi 3°C sehingga menjadi 25°C dan
yang didapat dari tiga perlakuan pada ikan kedua adalah 59.
Data-data tersebut memperlihatkan bahwa ketika suhu turun maka
metabolisme juga turun sehingga sistem kerja operkulum juga melambat, namun
pada ikan pertama terjadi ketidaksesuaian dengan teori yang disebabkan karena
ukuran ikan, volume air, perbedaan toleransi setiap individu, stres pada ikan dan
human error.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum Fisiologi Hewan Air tahun 2023 untuk praktikum
selanjutnya agar dipersiapkan lebih baik lagi. Penyampaian materi juga agar lebih
jelas sehingga praktikan dapat lebih mudah untuk mengerti. Selain itu, fasilitas
seperti peralatan praktikum lebih diperbanyak lagi agar lebih efisien. Karena
tahun depan praktikum masih berjalan secara offline harapannya berjalan lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aliza, D., Winaruddin, dan Sipahutar, L. W. (2013). Efek Peningkatan Suhu Air
Terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Histopatologi Insang
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria, 7(2), 142-145.
Azwar, M., Emiyarti., dan Yusnaini. (2016). Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma
scopas yang Berasal dari Perairan Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi.
Jurnal Sapa Laut, 1(2), 60-66.
Cahyanti, Y., & Awalina, I. (2022). Studi Literatur: Pengaruh Suhu terhadap Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Panthera: Jurnal Ilmiah Pendidikan Sains dan
Terapan, 2(4), 224-235.
Erzad, A. F., Hutabarat, S., & Muskananfola, M. R. (2018). Distribusi dan
Kelimpahan Larva Ikan di Kawasan Perairan Pantai Dukuh Bedono
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak (Distribution and Abundance of
Fish Larvae in Coastal Waters of Bedono Village, Sayung, Demak
Regency). Management of Aquatic Resources Journal, 6(4), 339-347.
Fajar, M. T. I. (2021). Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Tingkah Laku Ikan
Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Penelitian, 5(1), 183-193.
Fathulrohman, Y. N. I., dan Saepulloh, A. (2019). Alat Monitoring Suhu Dan
Kelembaban Menggunakan Arduino Uno. Jurnal Manajemen dan Teknik
Informatika, 2(1), 161-171.
Gambar Oreochromis niloticus. Diambil dari kkp.go.id.
http://bppisukamandi.kkp.go.id/komoditas/produk-rilis/ikan-nila-srikandi/.
Diakses pada tanggal 22 Mei 2023 Pukul 10.50 WIB.
Jalaluddin. (2014). Pengaruh Salinitas terhadap Fekunditas, Daya Tetas Telur dan
Benih Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus Linn.). Jurnal Manajemen
Perikanan dan Kelautan, 1(2), 17-32.
Koniyo, Y. (2020). Analisis kualitas air pada lokasi budidaya ikan air tawar di
Kecamatan Suwawa Tengah. Jurnal Technopreneur (JTech), 8(1), 52-58.
Lestari, T. P., dan Dewantoro, E. (2018). Pengaruh Suhu Media Pemeliharaan
Terhadap Laju Pemangsaan dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). Jurnal Ruaya, 6(1), 14-22.
Masitoh, S., Yadi, Y. H., dan Mariawati, A. S. (2013). Analisa Tingkat Keadaan
Operator Inside Welding dengan Metode Human Error Assessment and
Reduction Technique. Jurnal Teknik Industri, 1(3), 245-250.
Mulyanti, Y., Boesono, H., dan Sardiyatmo. (2018). Analisis survival rate tawes
(Barbonymus gonionotus) terhadap perbedaan salinitas sebagai alternatif
umpan hidup pada penangkapan cakalang. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology, 7(1), 11-19.
Nasution, Nasution, D. Y., Hasibuan, N. W., Nasution, R. M., dan Ramadhani, F.
(2023). Pengaruh Perubahan Suhu Panas Media Air terhadap Membuka
dan Menutup Operkulum Pada Ikan Mas. Journal Scientific Of Mandalika.
4(2), 1-5.
Nofisulastri, N. (2013). Identifikasi Tipologi Biogenetik Protein Darah Ikan Nila di
Pasar Tradisional Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 1(2), 95-101.
Klasifikasi Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758). Diambil dari Integrated
Taxonomic Information System (ITIS)
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&sear
ch_value=553310&print_version=PRT&source=to_print#null. Diakses
pada tanggal 21 Mei 2023 Pukul 22.36
Pramleonita, M., Yuliani, N., Arizal, R., & Wardoyo, S. E. (2018). Parameter fisika
dan kimia air kolam ikan nila hitam (Oreochromis niloticus). Jurnal Sains
Natural, 8(1), 24-34.
Prariska, D., Tanbiyaskur, T., dan Azhar, M. H. (2017). Uji Toksisitas Ekstrak Akar
Tuba (Derris elleptica) Pada Ikan Nila Merah (Oreochromis sp). Jurnal
Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan, 12(1), 41-48.
Ratnasari, D. (2019). Identifikasi Jenis Ikan Air Tawar di Pasar Masuka Si
ntang Kalimantan Barat. Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 3(2), 82-
87.
Rerung, R. R. (Ed.). (2022). Buku Ajar: Dasar-Dasar Akuakultur (Budidaya
Perikanan). Media Sains Indonesia.
Ridwantara, D., Buwono, B. I., Handaka, A. A., Lili, W., dan Bangkit, I. (2019). Uji
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (Cyprinus
carpio) Pada Rentang Suhu yang Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan,
10(46), 46-54.
Santoso, H. (2018). Kajian Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam
Habitat Air Tawar dan Air Payau. Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-
Tropic), 3(3), 10-17.
Suryaningrum, T. D., Setiabudi, E., dan Erlina, M. D. (2017). Pengaruh Penurunan
Suhu Bertahap Terhadap Aktivitas Dan Sintasan Lobster Hitam (Panulirue
penicullatus) Selama Transportasi Sistem Kering. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 3(2), 63-70.
Taufik, I., Azwar, Z. I., dan Sutrisno, S. (2016). Pengaruh Perbedaan Suhu Air
pada Pemeliharaan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) dengan
Sistem Resirkulasi. Jurnal Riset Akuakultur, 4(3), 319-325.
Yanuar, V. (2017). Pengaruh pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap laju
pertumbuhan benih ikan nila (Oreochiomis niloticus) dan kualitas air di
akuarium pemeliharaan. Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian, 42(2), 91-99.
LAMPIRAN