Anda di halaman 1dari 55

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN, REPRODUKSI, DAN


KELULUSHIDUPAN IKAN SELAIS (Kryptopterus lais)

Disusun oleh:
NUR ROUDLOTUL LAILA
NIM. 142011133002

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Ikan selais (Kryptopterus lais) merupakan ikan perairan umum yang


banyak digemari masyarakat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ikan
selais merupakan ikan konsumsi sekaligus ikan hias sehingga menjadi salah satu
ikan yang banyak diminati dan dicari nelayan (Syahputra dkk., 2019).
Permintaan ikan selais terus meningkat baik dalam bentuk segar maupun olahan
karena rasanya yang enak dan gurih. Populasi ikan selais mengalami penurunan
dari 1.110,3 ton pada tahun 2005 menjadi 879,7 ton pada tahun 2009. Penurunan
produksi ikan selais disebabkan oleh pencemaran lingkungan dan pendangkalan
sungai, serta tingkat penangkapan yang cenderung telah berada pada tingkat
maksimal, terutama di sepanjang muara sungai dan danau-danau dekat daerah
perkampungan (Elvyra dkk., 2020). Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu
diupayakan pengembangan strategi pengelolaan sumberdaya perikanan yang
berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian ikan selais, yaitu dengan
melakukan usaha konservasi, domestikasi maupun pembudidayaan.
Penelitian budidaya dan pembesaran ikan selais telah sukses dilakukan
dengan memberikan pakan buatan sebanyak 5% dari bobot biomass
menghasilkan efisiensi pakan sebesar 52% (Tang, 2018). Pakan merupakan
komponen penting dalam budidaya untuk merangsang pertumbuhan optimal ikan
selais. Pakan yang diberikan pada ikan harus memenuhi beberapa syarat yaitu
tinggi nilai gizi, mudah diperoleh, mudah dicerna dan diolah oleh ikan,
ekonomis, dan tidak beracun (Anggraeni dan Nurlita, 2018). Teknologi tentang
pemeliharaan benih ikan selais belum berkembang dengan baik hingga saat ini
ketersediaan benih belum mampu untuk memenuhi permintaan sehingga
informasi tentang teknologi pemeliharaan benih ikan selais penting dilakukan.
Beberapa komponen yang mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan benih ikan
selais secara intensif yaitu pakan, kualitas air, hama dan penyakit. Komponen-
komponen tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan hidup ikan di
habitat aslinya, sehingga dapat menunjang pertumbuhan, reproduksi dan
kelulushidupan benih ikan selais.
Salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan kelulus
hidupan ikan selais yaitu suhu, dengan suhu yang baik maka pertumbuhan ikan
selais akan berlangsung dengan cepat, reproduksi berjalan optimal dan tingkat
kelulushidupan ikan selais juga tinggi. Suhu merupakan ukuran derajat panas
atau dingin suatu zat. Semakin tinggi suhu suatu zat, maka zat tersebut akan
semakin panas (Supu dkk., 2016). Alat yang digunakan untuk mengukur suhu
disebut termometer. Oleh karena itu, melihat adanya hubungan antara paramater
kualitas air dengan pemanfaatan pakan oleh ikan cupang, maka dalam tulisan ini
akan dibahas mengenai pengaruh suhu dan kecerahan terhadap selera makan ikan
selais. Dengan begitu salah satu yang harus diperhatikan dalam kualitas air yaitu
suhu, suhu yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan tingkat
kelulushidupan ikan selais. Oleh karena itu, melihat adanya hubungan antara
paramater kualitas air dengan pertumbuhan, reproduksi dan tingkat
kelulushidupan ikan selais maka dalam karya tulis ilmiah ini akan dibahas
mengenai pengaruh suhu terhadap pertumbuhan, reproduksi dan tingkat
kelulushidupan ikan selais.
BAB II
ISI

2.1 Suhu dan Kecerahan


Suhu dan kecerahan adalah salah satu parameter fisika kualitas air
yang sangat penting untuk kestabilan lingkungan akuatik karena sangat
mempengaruhi parameter kualitas air lainnya seperti massa jenis air,
kejenuhan air, densitas air, kecepatan reaksi kimia air, dan jumlah oksigen
terlarut (Aliza et al., 2016). Suhu dan kecerahan sangat berkaitan karena,
nilai kedua parameter ini saling berbanding lurus atau apabila kecerahan
tinggi maka suhu akan ikut tinggi, sehingga keberadaan kedua parameter
tersebut tidak dapat dipisahkan. Suhu sangat mempengaruhi aktivitas ikan
karena ikan adalah hewan berdarah dingin atau poikilotermal yang
metabolisme tubuhnya sangat bergantung pada suhu lingkungannya,
termasuk selera makannya. Ikan ini memiliki toleransi suhu yang cukup
stabil yaitu berkisar antara 25-29oC (Aliza et al., 2016).
Suhu yang terlalu tinggi, tidak selamanya dapat ditoleransi oleh ikan,
bahkan terkadang dapat mengakibatkan gangguan kondisi kesehatan dalam
jangka waktu yang panjang, seperti stress, tubuh melemah, kurus, tingkah
laku abnormal, hingga kematian pada ikan. Sedangkan penurunan drastis
suhu secara drastis dapat mengakibatkan stres pada ikan, melambatnya laju
metabolisme ikan, dan dapat menurunkan nafsu makan ikan sehingga
pertumbuhan ikan akan melambat (Ridwantara dkk., 2019). Oleh karena itu,
kestabilan suhu sangat penting untuk untuk diperhatikan karena
mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh seperti, seperti
pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan
renang serta dalam rangsangan syaraf.
Suhu perairan yang optimal akan mempengaruhi metabolisme ikan
agar optimal sehingga berdampak baik pada pertumbuhan dan pertambahan
bobot pada ikan. Di perairan, ikan dapat mendeteksi suhu yang berubah-
rubah dengan mengendalikan tingkah lakunya untuk mencari ruang dengan
suhu yang sesuai (Ridwantara dkk., 2019). Oleh karena itu, suhu menjadi
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan kegiatan
budidaya ikan hias, khusunya ikan cupang, agar dapat memaksimalkan
proses metabolisme agar perumbuhan ikan cupang dapat lebih optimal
sehingga mampu meningkatkan produksi budidaya ikan cupang.
Kecerahan juga memiliki pengaruh terhadap kehidupan ikan.
Menurut Haruna (2016) penggunaan cahaya dalam budidaya bertujuan
untuk menarik perhatian kawanan ikan di daerah atau kawasan pencahayaan
atau catchable area. Jayanto et al., (2017) juga menambahkan bahwa
pengaruh cahaya sering digunakan untuk lampu yang digunakan sebagai alat
bantu untuk operasi penangkapan ikan karena sebagian besar ikan pelagis
memiliki sifat tertarik terhadap cahaya atau dapat disebut sebagai fototaksis
positif. Ketertarikan ikan terhadap cahaya dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti warna lampu, intensitas cahaya, lama penyinaran, kondisi perairan,
dan kondisi ikan (Chairunnisa dkk., 2018).
Umumnya pada ikan hias, kondisi intensitas cahaya rendah (100 lux)
sangat disukai karena ikan menjadi lebih tenang dan tidak stres. Selain itu,
keberadaan cahaya juga dapat membantu ikan dalam mencari makanan
karena cahaya rendah dapat membuat pakan lebih jelas terlihat sehingga
nafsu makan ikan akan lebih baik (Rahmawati dkk., 2016). Hal tersebut
tentunya sangat mendukung pertumbuhan ikan agar lebih optimal. Oleh
karena itu, kecerahan menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam melakukan budidaya ikan hias, khusunya ikan cupang, agar dapat
memaksimalkan asupan nutrisi dan tingkat pertumbuhanya melalui pakan
agar lebih optimal sehingga dapat meningkatkan produksi budidaya ikan
cupang.

2.2 Kebiasaan dan Selera Makan Ikan


Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan untuk menjaga
keberlangsungan hidupnya, termasuk juga ikan. Makanan setiap ikan di
setiap perairan tentunya memiliki perbedaan sehingga menciptakan
pengelompokan kebiasaan dan selera makan ikan. Kebiasaan dan selera
makan ikan dapat berubah sesuai dengan faktor internal seperti kondisi fisik
ikan itu sendiri maupun faktor eksternal atau kondisi lingkungan perairan
tempat ikan tersebut hidup terhadap pakan yang digunakan untuk budidaya.
Faktor internal atau kondisi fisik ikan dapat dilihat dari struktur morfologi
tubuh ikan yaitu mulut, bibir, gigi, dan alat-alat pencernaannya. Apabila
makanan yang diberikan pada ikan tidak dapat menyesuaikan kondisi fisik
ikan, maka ikan tidak akan tertarik untuk memakan makanan tesebut
sehingga pemanfaatan pakan menjadi tidak optimal (Zuliani dkk., 2016).
Faktor eksternal atau kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi
kebiasaan dan selera makan ikan. Beberapa faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi kebiasaan dan selera makan ikan antara lain kualitas air,
ketersediaan dan kelimpahan sumber makanan, serta substrat perairan itu
sendiri. Faktor-faktor tersebut tentunya selain dapat mempengaruhi
kebiasaan dan selera makan ikan, juga dapat berdampak pada beberapa
aspek kehidupan ikan seperti media tempat memijah (spawning ground),
daerah asuhan (nursery ground), dan tempat berlindung dari serangan
predator (Zuliani dkk., 2016). Oleh karena itu, kondisi lingkungan maupun
ketersediaan makanan menjadi faktor penting bagi kelangsungan hidup
organisme perairan karena kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan
memiliki hubungan antara satu sama lain dimana setiap kondisi lingkungan
memiliki kelimpahan makanan yang bervariasi yang bergantung dari
parameter kualitas air di lingkungan perairan tersebut. Adapun parameter
fisika yang penting untuk kualitas air yaitu suhu dan kecerahan.
Kebiasaaan makanan ikan dapat juga diprediksi dari perbandingan
panjang saluran pencernaannya dengan panjang total tubuhnya. Menurut
Zuliani dkk., (2016) bahwa ikan herbivora saluran pencernaannya beberapa
kali panjang tubuhnya dapat mencapai lima kali panjang tubuhnya,
sedangkan panjang usus ikan karnivora lebih pendek dari panjang total
badannya dan panjang usus ikan omnivora hanya sedikit lebih panjang dari
total badannya. Panjang usus relatif untuk ikan karnivora adalah 1, untuk
ikan omnivora yaitu antara 1-3, sedangkan untuk ikan herbivora adalah > 3.
Selain itu, rangsangan makan ikan dapat timbul karena pengaruh warna dan
bau makanan, selain itu juga ikan tertarik pada objek yang bergerak didalam
air. Menurut Zuliani dkk., (2016) bahwa mangsa yang bergerak dalam air
dapat menarik perhatian ikan untuk memangsa. Kebiasaan makan ikan juga
dipengaruhi ukuran makanan, warna makanan dan selera makan ikan
terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan
oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai
konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut (Toberni dkk., 2017).
Menurut Hasugian (2021) faktor yang menentukan suatu jenis ikan
akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan,
ketersediaan makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan.
Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada
macam makanan, kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, suhu air, dan
kondisi umum dari ikan yang bersangkutan. Serta jenis-jenis makanan yang
dimakan oleh suatu spesies ikan biasanya tergantung pada umur ikan,
tempat, dan waktu Kebiasaan makan ikan meliputi jenis, kuantitas dan
kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Jenis makanan yang akan
dimakan oleh ikan tergantung ketersediaan jenis makanan dialam dan juga
adaptasi fisiologis ikan tersebut misalnya panjang usus, sifat dan kondisi
fisologis pencernaan, bentuk gigi dan tulang faringeal, bentuk tubuh dan
tingkah lakunya (Hasugian, 2021).

2.3 Pengaruh Suhu dan Kecerahan terhadap Selera Makan Ikan Cupang
Rangsangan makan pada ikan dapat timbul karena adanya pengaruh
yang membuat ikan tertarik pada objek atau makanan yang ada didalam air.
Pengaruh tersebut dapat berupa tampilan fisik makanan seperti ukuran,
warna, dan jumlah makanan yang terlihat oleh ikan (Zuliani dkk., 2016).
Selain bentuk fisik makanan, perlu didukung pengaruh dari lingkungan agar
objek atau makanan dapat semakin menarik perhatian ikan untuk
memakannya, yaitu suhu dan kecerahan.
Suhu air akuarium sangat mempengaruhi aktifitas dan nafsu makan
ikan cupang yang dibudidayakan. Menurut Fazil dkk., (2017), bahwa suhu
o
optimum untuk budidaya ikan hias berkisar antara 25,7 - 29,7 C.
Sedangkan, suhu optimal untuk ikan air tawar berkisar antara 25 - 30 oC.
Suhu optimal untuk budidaya ikan cupang berkisar antara 26 - 27 0C
(Rachmawati dkk., 2016). Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi produksi ikan dan dapat mempengaruhi aktivitas penting
pada ikan seperti pernafasan, pertumbuhan, reproduksi, dan selera makan.
Apabila suhu dibawah 25°C, maka akan menyebabkan penurunan nafsu
makan ikan. Hal ini dikarenakan suhu rendah dapat menyebabkan
ketidakseimbangan kerja enzim sehingga proses metabolisme tubuh ikan
berjalan kurang optimal. Akibatnya ikan tidak akan menghabiskan seluruh
makanan yang diberikan. Sedangkan pada suhu yang tinggi akan
menyebabkan ikan menjadi responsif terhadap makanan karena terjadi
peningkatan aktifitas enzim yang menyebabkan penambahan kecepatan laju
proses metabolisme pada tubuh. Akibatnya kadar metabolit dalam darah
akan semakin meningkat. Meningkatnya kadar metabolit dalam darah pada
tubuh ikan cupang dapat menyebabkan ikan cupang lebih cepat lapar karena
tingginya nafsu makan, sehingga meningkatkan konsumsi pakan juga
(Ridwantara dkk., 2019).
Suhu yang semakin tinggi dalam suatu perairan, maka kelarutan
oksigen akan semakin rendah, dan daya racun semakin tinggi. Kenaikan
suhu air kolam ikan nila pada siang hari dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, cuaca, dan angin. Intensitas cahaya matahari yang masuk ke
dalam permukaan dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu pada pagi
dan siang hari (Pramleonita dkk., 2018). Kenaikan suhu akan
mengakibatkan penurunan jumlah oksigen terlarut di dalam air, dan akan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia, dan dapat menyebabkan ikan dan
biota air lainnya mengalami kematian apabila suhu melampaui batas suhu
tertentu (32oC) (Pramleonita dkk., 2018).
Menurut Setiawan (2015) kecerahan dapat mempengaruhi pola
makan atau kebiasaan dan selera makan ikan karena dapat memberikan
pengaruh terhadap keaktifan ikan dalam mencari pakan, sehingga akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Energi
dari makanan akan mendorong ikan untuk mengambil cadangan energi dari
dalam tubuhnya sendiri untuk kebutuhan pokok yaitu mempertahankan
hidup dan untuk pemeliharaan tubuhnya. Pertumbuhan ikan dapat terjadi
jika jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan
tubuh. Tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk
pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk
pemeliharaan dan sisanya untuk aktivitas, dan pertumbuhan (Setiawan,
2015). Ikan cupang dapat tumbuh dengan optimal apabila dalam kondisi
kecerahan yang rendah. Apabila kecerahan terlalu tinggi, maka ikan cupang
akan cenderung berkumpul di dasar akuarium Akibatnya ikan cupang tidak
dapat mencium rangsangan kimia yang berasal dari makanannya yang
berada di permukaan air.
Apabila hal tersebut berlangsung lama maka dapat menyebakan
organ olfactory (penciuman) tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga
ikan akan kesulitan menemukan makanannya. Reseptor penciuman tersebut
akan mendeteksi rangsangan kimia yang dihasilkan oleh cacing sutera,
selanjutnya diteruskan ke sistem saraf pusat, kemudian sistem saraf olfaktori
menuju ke otak sehingga memberikan reaksi ikan untuk menemukan
mangsanya (Triyanto dkk., 2020). Apabila hal ini terjadi terus-menerus akan
menyebabkan ikan mengalami kelaparan.
Sedangkan apabila kecerahan terlalu rendah, ikan akan kesulitan
untuk menemukan makanannya karena bentuk atau fisik makanan tidak
terlihat jelas oleh ikan. Sedangkan, pada suhu yang turun mendadak akan
terjadi degenarasi sel darah merah sehingga proses respirasi mengganggu.
Selain itu, suhu rendah dapat menyebabkan ikan tidak aktif, bergerombol
serta ikan tidak mau berenang dan makan sehingga imunitasnya terhadap
penyakit berkurang. Sebaliknya pada suhu yang meningkat tinggi
mengakibatkan ikan aktif bergerak, tidak mau berhenti makan dan
metabolismenya cepat meningkat sehingga kotorannya menjadi lebih
banyak. Sementara kebutuhan oksigen menjadi naik, padahal ketersediaan
oksigen pada air yang buruk akan berkurang sehingga ikan akan mengalami
kekurangan oksigen dalam darah (Sihombing, 2018). Oleh karena itu,
parameter fisika air seperti suhu dan cahaya selain mempengaruhi kondisi
lingkungan ikan, juga dapat mempengaruhi kondisi fisik ikan yaitu
kebiasaan dan selera makan ikan.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan isi pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa


suhu dan kecerahan mempengaruhi kebiasaan makan dan selera makan ikan
cupang. Pengaruh suhu yaitu, apabila suhu terlalu rendah akan mengakibatkan
ketidakseimbangan kerja enzim sehingga proses metabolisme ikan cupang akan
terganggu. Sedangkan apabila suhu terlalu tinggi akan menyebabkan ikan cupang
menjadi responsive terhadap makanan sehingga menyebabkan peningkatan
konsumsi makanan. Pengaruh kecerahan yaitu, apabila kecerahan terlalu tinggi
akan mengakibatkan ikan cupang berenang ke dasar kolam sehingga ikan cupang
tidak akan memakan makanannya yang berada di permukaan kolam. Sedangkan
apabila kecerahan terlalu rendah akan menyebabkan ikan cupang kesulitan untuk
menemukan makanannya karena bentuk atau fisik makanan tidak terlihat jelas
oleh ikan. Dengan adanya penulisan tulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan
untuk kontrol kualitas air untuk budidaya ikan cupang, mengingat seiring
berjalannya waktu terjadi peningkatan permintaan komoditas ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, M, N dan Nurlita A. G. 2018. Pengaruh Pemberian Pakan


Alami dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmorata) pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains
dan Seni Pomits. 2(1): 2337-3520.
Jayanto BB, Asriyanto, Rosyid A, Boesono H. 2017. Pengaruh Atraktor
Rumpon Terhadap Hasil Tangkapan Alat Tangkap Bagan (Lift Net)
di Perairan Demak. Jurnal Unikal. Jurnal Perikanan dan Kelautan,
26(2): 119-133.
Aliza, D., Winaruddin dan L. W. Sipahutar. 2016. Efek Peningkatan Suhu
Air Terhadap Perilaku, Patologi Anatomi, dan Hispatologi Insang
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Medika Veterinaria.
ISSN. 0853-1943.
Chairunnisa, S., Setiawan, N., Irkham., Ekawati, K., Anwar, A dan Fitri, D,
P, A. 2015. Studi Tingkah Laku Ikan Terhadap Prototype Auto-
Lion (Skala Laboratorium). Marine Fisheries. 9(1): 53-61
Gani, A., Nilawati, J dan Rizal, A. 2015. Studi Habitat dan Kebiasaan
Makanan (Food Habit) Ikan Rono Lindu (Oryzias sarasinorum
POPTA, 1905). Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako. 4(3): 9-1.
Gunawan, H., Tang, M, U dan Mulyadi. 2019. Pengaruh Suhu Berbeda
terhadap Laju Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Selais
(Kryptopterus lais). Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 24 (2): 101-
105.
Maniagasi, R., Tumembouw, S, S dan Mundeng, Y.2019. Analisis Kualitas
Fisika Kimia Air di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi
Sulawesi Utara. Budidaya Perairan. 1(2): 29-37.
Monvises, A., Nuangsaeng, B., Sriwattanarothai, N dan Panijpan, B. 2019.
The Siamese fighting fish: Well-known generally but little-known
scientifically. Science Asia. 35: 8-16. doi: 10.2306/scienceasia1513-
1874.2009.35.008
Pramleonita, M., Yuliani, N., Arizal, R dan Wardoyo, E, S. 2016.
Parameter Fisika dan Kimia Air Kolam Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus). Jurnal Sains Natural Universitas Nusa
Bangsa. 8(1): 24 – 34.
Ridwantara, Dyara., Ibnu D. B., Asep A. H. S. 2019. Uji Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (Cyprinus carpio)
pada Rentang Suhu yang Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan
Vol. 10 (1) : 46-54.
Hasugian, Fanni Kristanti. 2021. Kebiasaan Makan Ikan Lemeduk
(Barbonymus schwanenfeldii) di Sungai Tasik Kecamatan
Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera
Utara. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Setiawan, Y, M., Adriani, M dan Murdjani, A. 2015. Pengaruh Fotoperiode
Terhadap Aktifitas Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Patin Siam (Pangasius hypophthalmus). Fish Scientiae. 5(10):73-
74.
Haruna. 2016. Distribusi Cahaya Lampu dan Tingkah Laku Ikan pada
Proses Penangkapan Bagan Perahu di Perairan Maluku Tengah.
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. 1(1): 22-29.
Sihombing, Putri Clarita. 2018. Pengaruh Perbedaan Suhu Air Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Supu, I., Usman, B., Basri, S dan Sunarmi. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas pada Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika.
7(1): 62-73.
Toberni S. Situmorang., Ternala A. B., dan Hesti W. 2017. Studi
Komparasi Jenis Makanan Ikan Keperas (Puntius binotatus) di
Sungai Aek Pahu Tombak, Aek Pahu Hutamosu dan Sungai
Parbotikan Kecamatan Batang Toru Tapanuli Selatan. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, Vol 18 (2) : 48-58.
Triyanto, Tarsim, dan Utomo, C, S, D. 2020. Influences of Lamp
Irradiation Exposure on Growth and Survival of Juvenile
Sneakhead Fish Channa striata (Bloch, 1793). e-Journal of
Aquaculture Engineering and Technology. 8(2): 1029-1038.
To’bungan, N. 2016. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami Jentik
Nyamuk, Cacing Darah (Larva Chironomus sp.) dan Moina sp.
Terhadap Pertumbuhan Ikan Cupang (Betta splendens). Biota. 1(3):
111−116.
Fazil, Muhammad., Saiful A., dan Riri E. 2017. Efektivitas Penggunaan
Ijuk, Jerami Padi dan Ampas Tebu sebagai Filter Air pada
Pemeliharaan Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Acta Aquatica, 4
(1) : 37-43.
Zuliani, Z., Muchlisin, A, Z dan Nurfadillah, N. 2016. Kebiasaan Makanan
dan Hubungan Panjang Berat Ikan Julung - Julung (Dermogenys
sp.) di Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh
Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Unsyiah. 1(1): 12-24.
LAMPIRAN

Gambar 1. Ikan cupang (Betta sp.) (Monvises et al., 2019)

Gambar 2. Lingkungan budidaya ikan cupang yang optimal (Monvises et al.,


2019)
LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai