SRI FAJRIAH
4443200021
III A
Sebagaimana makhluk hidup lainnya, ikan nila membutuhkan lingkungan yang nyaman
agar dapat hidup sehat dan tumbuh optimal. Penanganan dalam budi daya yang kurang baik
dapat menyebabkan ikan mengalami stres, sehingga daya tahan tubuhnya menurun dan
mudah terserang penyakit. Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
lingkungan perairan dengan kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen) antara 2,0-2,5 mg/l.
Suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah antara 22- 29 C. Ikan nila terkenal
sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan hidup. Efek kenaikan suhu air pada
34 C selama 2 jam dapat menyebabkan stres pada ikan. Menurut Sidik (1996) bahwa,
budidaya intensif dengan menggunakan padat penebaran dan dosis pakan yang tinggi, maka
akan berdampak pada menurunnya kualitas air budidaya dikarenakan semakin
bertambahnya tingkat buangan dari sisa pakan dan kotoran (feses).
Ikan nila memiliki ciri garis vertikal berwarna gelap pada sirip-sirip ekor, punggung, dan
dubur. Bentuk tubuh pipih ke arah vertikal (kompres), mata sedikit menonjol dan cukup
besar dengan bagian tepi tubuh berwarna putih, bibir tebal dan biasa disembulkan. Ikan ini
memiliki sirip yang lengkap. Posisi sirip ventral terhadap pektoral adalah torasik.
Garis linear terputus menjadi dua yaitu atas dan bawah. Lebar badan ikan nila umumnya
sepertiga dari panjang badannya. Bentuk tubuhnya memanjang dan ramping, sisik ikan nila
relatif besar, matanya menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih (Sinaga 2015).
Sebagai komoditas budidaya yang relatif baru, untuk meningkatkan produksi benih maka
perlu diupayakan suatu teknologi budidaya yang memungkinkan ikan dapat dipelihara
dengan kepadatan tinggi dan kualitas media yang terkontrol. Mengantisipasi hal tersebut
maka perlu dicari kepadatan benih optimal yang dapat menghasilkan produksi yang
maksimal melalui upaya budidaya yang dilakukan secara intensif. Padat penebaran yang
tinggi akan mengakibatkan terjadinya kompetisi dalam mendapatkan pakan serta ruang
gerak sehingga dapat mengakibatkan perbedaan variasi pertumbuhan. Selain itu, kepadatan
yang tinggi akan mempengaruhi kualitas air yang disebabkan karena sering terjadi
penumpukan bahan organik yang berasal dari buangan sisa metabolisme ikan dan sisa
pakan yang tidak termakan Padat penebaran sangat menentukan hasil yang dicapai.
Produksi yang tinggi akan dicapai pada kepadatan yang tinggi. Menurut Hepher dan
Pruginin(1981), pada keadaan lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi,
peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil. Produksidipengaruhi oleh
laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Sedangkan padat tebar yang tinggi akan
menyebabkan menurunnya laju pertumbuhan, pemanfaatan pakan dan tingkat kelangsungan
hidup (Allen,1974).
2.3 DO
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter mutu air yang penting karenanilai oksigen
terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkatpengolahan air limbah.
Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu.Kelarutan oksigen berbanding
terbalik dengan suhu (Nugroho, 2006).
Jumlah oksigen yang diperlukan hewan-hewan perairan sangat bervariasi dan tergantung
dari spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktifitas, suhu air, konsentrasi oksigen
dan lain-lain. Kebutuhan oksigen bagi ikan mempunyai dua aspek yaitu kebutuham
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada
metabolisme ikan. Dan ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran pakan dalam tubuh
untuk menghasilkan aktivitas berenang, reproduksi dan pertumbuhan. Kebutuhan oksigen
terlarut yang diperbolehkan untuk budidaya ikan nila adalah > 3 mg/l (Raharjo, 2004).
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak 5 ml/l. oksigen
terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air dengan
menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton dapat menyebabkan
kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang .maka dengan itu plankton dalam air
harus selalu dipantau (Nasution, 2008).
Di perairan tawar, kadar oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/liter pada suhu 00 C dan 8
mg/liter pada suhu 250 C. kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal)
dan musiman, tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa
air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effeluent) yang masuk ke badan air,
semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar
oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum fisiologi hewan air tentang Pengaruh Padat Tebar Terhadap Fisiologi Ikan di
laksanakan
pada hari Selasa Tanggal 26 oktober 2021 pukul 09.00 WIB di Laboraturium Budidaya
Perikanan
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pada praktikum kali ini alat yang di gunakan meliputi : Akuarium cukup air 20 liter
sebanyak 3
buah, Air tawar dengan salinitas 0 sebanyak 30 liter, Akuarium yang cukup untuk air 20
liter
sebanyak 3 unit, Kamera sebanyak 1 buah, Lap atau tissue secukupnya, Gayung sebanyak 1
buah
tiap kelompok, DO meter sebanyak 1 buah, pH sebanyak 1 buah, Termometer sebanyak 1
buah,
Kertas label sebanyak 1 pak, dan Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 gram
sebanyak 1
buah.
Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan meliputi : Ikan. Kelompok 2 yaitu Ikan Nila
dengan
panjang 5-7 cm dengan jumlah 60 ekor. Kelompok 2 yaitu Ikan mas dengan panjang 5-7
cm dengan
jumlah 60 ekor.
perlakua
ulangan total
1 2
A 1 0 1
B 0 1 1
C 1 1 2
total 2 2 4
2 :ulangan ke-2
SUMMARY
Varianc
Groups Count Sum Average
Row 1 2 1 0.5 0.5
Row 2 2 1 0.5 0.5
Row 3 2 2 1 0
ANOVA
Source of
V
a
r
i
a
t
i
o
n SS df MS F P-value F crit
Between
G
r
o
u
p 0.3333 0.1666
s 2 0.5 0.649519 9.552094
0.3333
Within Groups 1 3
1.3333
Total 5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
100%
90%
80%
70%
60%
50%
SR
40%
30%
20%
10%
0% 15 ekor
1 10 ekor
2 3 4 5 ekor
5 6
100%
98%
96%
94%
92%
SR
90%
88%
86%
84% 15 ekor
1 10 ekor
2 3 4 5 ekor
5 6
0.06
0.04
0.02
0
-0.02
-0.04
-0.06
-0.08 15 ekor
1 2 10 ekor
3 4 5 5 ekor
6
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0 15 ekor
1 10 ekor
2 3 4 5 ekor
5 6
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0 15 ekor
1 10 ekor
2 3 4 5 ekor
5 6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 15 ekor
1 10 ekor
2 3 4 5 ekor
5 6
Pada grafik diatas pada ulangan ke 1 terdapat ikan yang mati pada pukul 11.16-
11.36 dan respon ikan lebih banyak berenang kepermukaan dan ikan saling
menyerang dan pergerakan operculum semakin melambat.pada perlakuan ke 2
terdapat ikan yang mati pada padat tebat 10 ekor ikan
Menurut Allen (1974), pada tingkat kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan
tingkat kelangsungan hidup ikan menurun. Sedangkan menurut Effendi (2004),
kepadatan yang tinggi akan mengakibatkan naiknya konsentrasi ammonia dan
menurunnya kualitas air. Selain itu penurunan mutu air juga dapat mempengaruhi
nafsu makan ikan, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi padat
penebaran yang diaplikasikan maka pertumbuhan akan semakin rendah, karena
akan terjadi persainganbaik ruang gerak, oksigen terlarut maupun pakan yang
berpengaruh pada pertumbuhan.
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0 15 ekor
1 10 ekor
2 3 4 5 ekor
5 6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 15 ekor
1 10 ekor
2 3 4 5 ekor
5 6
Pada grafik ulangan 1 pada waktu 11.16-11.36 WIB terdapat kematian 1 ekor ikan
pada padat tebar 5 ekor ikan di duga karena tidak mendapatrkan kecukupan oksigen
dari air,sedangkan pada ulangan ke 2 padat tebar 10 ekor ikan mengalami kematian
sebanyak 1 ekor ikan pada waktu 10.56-11.16 WIB Gerakan operkulum
95/menit, lebih lambat dari sebeluumnya, Ikan mulai menyerang ada yang
dipermukaan dan didasar, Ikan mulai agresif dan bergerak lebih
aktifGerakan operkulum 95/menit, lebih lambat dari sebeluumnya, Ikan
mulai menyevar ada yang dipermukaan dan didasar, Ikan mulai agresif dan
bergerak lebih aktif.
Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan atau biomassa yang ditebar
persatuan luas atau volume wadah pemeliharaan. Tingkat padat penebaran
ikan akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam
kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara
dalam kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya
tingkat kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi
dalam media pemeliharaan (Arif 2019).
GRAFIK HUBUNGAN WAKTU DAN DO (ULANGAN 1)
12
10
8
6
DO
4
2
0 15 ekor
1 10 ekor
2 3 5 ekor
4 5 6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 15 ekor
1 10 ekor
2 3 4 5 ekor
5 6
1 1
0 0
3 3
/ /
m m
e e
n n
it it
I I
k k
a a
n n
m m
a a
s s
i i
h h
b b
e e
r r
g g
e e
r r
a a
k k
n n
o o
r r
m m
a a
l, l,
l l
e e
b b
i i
h h
b b
a a
n n
y y
a a
k k
b b
e e
r r
a a
d d
a a
d d
it it
e e
n n
g g
a a
h h
a a
k k
u u
a a
ri ri
u u
m m
2 10.56-11.16 29. 29.3 8 8 1 1 Gerakan Gerakan
o o
p p
e e
r r
k k
u u
l l
u u
m m
9 1
5 0
/ 0
m /
e m
n e
it n
, it
l g
e e
b r
i a
h k
l a
a n
m n
b y
a a
t l
d e
a b
ri i
s h
e c
b e
e p
l a
u t,
u I
m k
n a
y n
a l
, e
I b
k i
a h
n d
m i
u a
l m
a
i d
m a
e n
n l
y e
e b
v i
a h
r s
a e
d ri
a n
y g
a d
n i
g d
d a
i e
p r
e a
r h
m d
u a
k s
a a
r
a a
n k
d u
a a
n ri
d u
i m
d
a t
s a
a p
r, i
I m
k ti
a d
n a
m k
u b
l e
a r
i g
a e
g r
r o
e m
s b
if o
d l
a
n
b
e
r
g
e
r
a
k
l
e
b
i
h
a
k
ti
f.
3 11.16-11.36 28. 28.8 8.9 8.2 1 1 Gerakan Gerakan 1 ekor
o o
p p
e e
r r
k k
u u
ll ll
u u
m m
u u
8 8
5 5
/ /
m m
e e
n n
it it
, ,
I I
k k
a a
n n
l l
e e
b b
i i
h h
b b
a a
n n
y y
a a
k k
b b
e e
r r
e e
n n
a a
n n
g g
k k
e e
p p
e e
r r
m m
u u
k k
a a
a a
n n
d d
a a
n n
s s
a a
li li
n n
g g
s s
e e
r r
a a
n n
g g
, ,
G G
e e
r r
a a
k k
a a
n n
o o
p p
e e
r r
k
k u
u l
l u
u m
m
s
s e
e m
m a
a k
k i
i n
n m
m e
e l
l a
a m
m b
b a
a t,
t
4 11.36-11.56 28. 29.8 8.2 8.1 1 1 Gerakan Gerakan
o o
p p
e e
r r
k k
u u
l l
u u
m m
1 1
0 0
0 0
/ /
m m
e e
n n
it it
l l
e e
b b
i i
h h
c c
e e
p p
a a
t t
d d
a a
ri ri
s s
e e
b b
e e
l l
u u
m m
n n
y y
a a
, ,
B B
e e
b b
e e
r r
a a
p p
a a
i i
k k
a a
n n
b b
e e
r r
g g
e e
r r
a a
k k
a a
k k
ti ti
f f
m m
e e
n n
c c
a a
ri ri
m m
a a
k k
a a
n n
d d
a a
n n
b b
e e
b b
e e
r r
a a
p p
a a
l l
a a
g g
i i
h h
a a
n n
y y
a a
d d
i i
a a
m m
d d
i i
p p
e e
r r
m m
u u
k k
a a
a a
a a
n n
. ,
I
k
a
n
l
e
b
i
h
b
a
n
y
a
k
d
it
e
n
g
a
h
d
a
n
p
a
s
if
b
e
r
g
e
r
a
k
.
5 11.56-12.16 28. 29.1 10.6 7.8 1 1 Gerakan Gerakan
o o
p p
e e
r r
k k
u u
l l
u u
m m
1 1
0 0
0 0
/ /
m m
e e
n n
it it
, ,
L L
e e
t t
a a
k k
i i
k k
a a
n n
m m
e e
n n
y y
e e
b b
a a
r r
I I
k k
a a
n n
m m
u u
l l
a a
i i
p p
a a
s s
if if
d d
a a
n n
ti ti
d d
a a
k k
b b
e e
r r
g g
e e
r r
o o
m m
b b
o o
l, l,
L L
e e
b b
i i
h h
b b
a a
n n
y y
a a
k k
b b
e e
r r
a a
d d
a a
d d
it i
e d
n a
g s
a a
h r
a a
k k
u u
a a
ri ri
u u
m m
. .
6 12.16-12.36 28. 28.6 8.6 7.7 1 1 Gerakan Gerakan
o o
p p
e e
r r
k k
u u
l l
u u
m m
9 9
5 5
/ /
m m
e e
n n
it it
l l
e e
b b
i i
h h
l l
a a
m m
b b
a a
t t
d d
a a
ri ri
s s
e e
b b
e e
l l
u u
m m
n n
y y
a a
, ,
G G
e e
r r
a a
k k
a a
n n
i i
k k
a a
n n
l l
e e
b b
i i
h h
s s
e e
ri ri
n n
g g
d d
i i
a a
m m
d d
it it
e e
m m
p p
a a
t, t,
I I
k k
a a
n n
l l
e e
b b
i i
h h
b b
a a
n n
y y
a a
k k
d d
i i
d d
a a
e e
r r
a a
h h
t t
e e
n n
g g
a a
h h
a a
k k
u u
a a
ri ri
u u
m m
d d
a a
n n
ti ti
d d
a a
k k
b b
e e
r r
g g
e e
r r
o o
m m
b b
o o
l. l.
Berdasarkan hasil tabel diatas menjelaskan bahwa tingkah laku ikan nila
setiap jamnya memiliki tingkah laku yang berbeda-beds. Kepadatan setiap
perlakuan memiliki hasil yang berbeda-beda. Semakin kepadatan ikan nila
disuatu tempat memberi hasil akan mempengaruhi pertumbuhan ikan, dan
akan menurunkan nilai oksigen terlarut akibat tingginya kebutuhan oksigen
karena proses respirasi. Suhu dapat juga mempengaruhi laju kematian ikan
nila. Tetapi yang paling utama adalah peningkatan padat penebaran. Jika
faktor tersebut dapat dikendalikan maka peningkatan kepadatan akan
mungkin dilakukan tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan .
Peningkatan padat penebaran akan diikuti dengan peningkatan jumlah pakan,
buangan metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan dapat menurunkan kualitas air.
Penurunan kualitas air akan mengakibatkan ikan menjadi stress sehingga
pertumbuhan menurun dan ikan rentan mengalami kematian.
5.2 Saran
Untuk akang teteh aslab sabar yaaa dalam menghadapi praktikan dan di
mohon jangan memberi info secara dadakan kepada praktikan tetep
semangat dan untuk praktikan di mohon untuk memeperhatikan aslab Ketika
menjelaskan agar tidak terjadi miskom.
DAFTAR PUSTAKA
Diansari, V. R., Endang, A dan Tita, E. 2013. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda
Terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) pada Sistem Resirkulasi dengan Filter Zeolit. Jurnal Manajemen
Akultur. Vol 2 (3): 37-45
Agus, M., T. Yusufi dan B. Nafi. 2010. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami
Arifin, M.Y. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain
Merah dan Strain Hitam yang dipelihara pada Media Bersalinitas. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari. Vol 16 (1): 159-167.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi