Anda di halaman 1dari 46

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya perairan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan

ikan, peranan lain dari budidaya perairan bagi pelaku budidaya bisa meningkatkan

taraf ekonomi dengan menjadikan budidaya ikan sebagai usaha untuk

mendapatkan keuntungan, dengan cara membudidaya ikan komoditas yang

disukai dikalangan masyarakat dari tekstur daging ikan dan kandungan protein

yang tinggi

Ikan selais merupakan ikan air tawar yang mempunyai arti ekonomis

penting. Ikan tersebut disukai oleh masyarakat dan dapat dibeli dalam bentuk

segar maupun ikan asap (salai). Menurut informasi nelayan dari salah satu daerah

penyebaran ikan selais yaitu di Sungai Kampar Kiri propinsi Riau, ikan selais

akhir akhir ini semakin sedikit yang tertangkap dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Hal ini menyebabkan harga ikan selais semakin mahal sehingga para

nelayan berusaha menangkap ikan tersebut tanpa memperhatikan ukurannya lagi.

Penangkapan dengan tidak mempertimbangkan ukuran ikan, tentu mengakibatkan

turunnya kepadatan populasi ikan. Besar kemungkinan ikan-ikan kecil yang

tertangkap adalah ikan yang belum sempat bereproduksi. Hal ini pada akhirnya

akan dapat menyebabkan kepunahan. Oleh sebab itu usaha pelestarian perlu

dilakukan sebelum terjadi kepunahannya di alam. Berdasarkan hal-hal tersebut di

atas maka perlu dilakukan pelestarian terhadap ikan lais khususnya Cryptopterus

sp, antara lain melalui pembudidayaannya.(Roza, 2004)


2

Untuk menunjang perkembangan budidaya ikan selais dibutuhkan

manajemen pembenihan untuk menghasilkan benih ikan yang memadai secara

kuantitas maupun kualitasnya, usaha yang dilakukan untuk memproduksi benih

ikan selais dengan cara melakukan pemuliaan ikan melalui tekhnik reproduksi

secara alami maupun buatan. Adapun faktor yang menjadi penentu keberhasilan

pembenihan ikan selais adalah pada sistem pemeliharaan larva karna pada tahapan

larva benih bersifat rentan kematian karna faktor yang tidak mendukung kelulus

hidupan larva ikan selais tersebut. Seperti faktor pakan yang harus didapatkan

ikan untuk proses perkembangan dan energy yang dibutuhkan larva dari pakan,

lalu perawatan lingkungan perairan yang ditinjau dari parameter pendukung

kehidupan larva sehingga membuat lingkungan yang sehat bagi larva dan larva

jauh dari penyakit yang menyebabkan kematian

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui secara langsung

kegiatan tekhnik pemeliharaan larva ikan selais (Ompok hypopthalmus) di BBIS

Balai Benih Ikan Sentral., Sei Tibun Kampar.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari praktek magang ini adalah dapat melakukan

praktek tekhnik pemeliharaan larva ikan selais (Ompok hypopthalmus) secara

langsung, menambah wawasan, pengalaman dan keterampilan mahasiswa dalam

menerapkan ilmu yang ditekuni untuk dijadikan bekal kedepannya dalam

kehidupan sehari-hari.
3

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klassifikasi dan Morfologi Ikan Selais (Ompok Hypopthalmus)

Sistimatika ikan selais Ompok hypopthalmus. yang termasuk kelompok

ikan catfish ini, menurut Saanin (1984) adalah :

Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Pisces, Ordo : Siluriformes, Sub

Ordo : Siluroidea, Famili : Siluridae, Genus : Ompok, Spesies: Ompok

hypopthalmus

Gambar 1. Ikan Selais (Ompok Hypopthalmus)


Sumber: Bataram Mahalder (www.bdfish.org)

Nama daerah ikan selais ini di Indonesia bermacam-macam antara lain

dikenal dengan nama selais padi, selais tunggul, limpok, padgiat, mahor, bentilap,

léé, selais timah dan selais putih. Selanjutnya Saanin (1984) dan Kottelat et al.,

(1993) menjelaskan ciri-ciri Ompok hypopthalmus antara lain adalah tidak

bersisik, ujung belakang lubang hidung di muka pinggiran depan mata. Gigi-gigi

pada tulang mata bajak satu tumpuk. Sungut dua pasang. Sirip punggung

rudimenter atau tidak ada. Bersirip perut. Tidak mempunyai sirip lemak. Sirip

anal sangat panjang.


4

2.2 Ekologi Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

Salah satu aspek habitat adalah kualitas air seperti suhu, oksigen terlarut,

pH dan arus yang mempengaruhi kemampuan hidup ikan di perairan. Suhu

optimum untuk pertumbuhan ikan di daerah tropis berkisar 25-30 ºC (Boyd dan

Kopler, 1979). Sedangkan untuk golongan ikan catfish suhu air berkisar antara

26,0-32,0 °C (Varikul dan Sritongsok, 1980). Semakin tinggi suhu, kadar garam

dan tekanan parsial gas yang terlarut dalam air maka kelarutan oksigen dalam air

akan semakin berkurang (Wardoyo, 1981).

Ikan-ikan ini sebagian besar waktu hidupnya dihabiskan di perairan air

hitam. Perairan air hitam dicirikan oleh warna perairan yang coklat tua sampai

kehitaman yang disebabkan oleh adanya asam humat, pH relatif lebih rendah tapi

tidak keruh (transparansinya tinggi). Perairan danau oxbow dan perairan rawa

gambut termasuk perairan air hitam (Hartoto, Sarnita et al, 1998).

Keasaman air disebut juga dengan pH (puissance negatif de Hidrogen)

yang dinyatakan dalam angka 1,0 sampai 14,0. pH adalah log 10 (l/(H+)), dimana

(H+) adalah konsentrasi ion hidrogen. Dalam hal ini yang diukur adalah

kemampuan suatu larutan air dalam memberikan ion hidrogen. Nilai pH yang

lebih rendah menunjukkan keasaman yang lebih tinggi sedangkan nilai pH 7,0

menunjukkan larutan air dalam keadaan netral. Semakin banyak (H+) kondisi

semakin asam. Apabila O2 tinggi maka pH tinggi, sedangkan bila O2 rendah

maka pH rendah (Sutisna dan Sutarmanto, 1995).

Pada umumnya pH yang cocok bagi kehidupan ikan berkisar antara 6,7-

8,6. Namun beberapa jenis ikan yang karena lingkungan hidup aslinya berada di

rawa-rawa mempunyai ketahanan untuk hidup pada pH yang rendah (Susanto,


5

1991). Ikan C. limpok mampu hidup pada air dengan pH sedikit asam yaitu

ratarata berkisar 5,5-6,0 (Elvyra, 2004).

2.3 .Pemeliharaan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)

Pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling mentukan

keberhasilan dari suatu pembenihan ikan Selais. (Roza, 2004), mengatakan bahwa

pada periode larva, ikan mengalami dua fase perkembangan, yaitu prolarva dan

pasca larva.Ciri-ciri prolarva adalah masih adanya kuning telur, tubuh transparan

dengan beberapa pigmen yang belum diketahui fungsinya, serta adanya sirip dada

dan sirip ekor walaupun bentuknya belum sempurna.Mulut dan rahang belum

berkembang dan ususnya masih merupakan tabung halus, pada saat tersebut

makanan didapatkan dari kuning telur yang belum habis terserap.Biasanya larva

ikan yang baru menetas berada dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya

masih mengandung minyak.Gerakan larva hanya terjadi sewaktu-waktu dengan

menggerakkan ekornya ke kiri dan ke kanan.

Selanjutnya Effendie (1997) mengatakan bahwa pada masa pasca larva

ikan adalah masa dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuk organ-

organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang ada.Pada akhir

fase tersebut, secara morfologis larva telah memiliki bentuk tubuh hampir seperti

induknya.Pada tahap pasca larva ini sirip dorsal (punggung) sudah mulai dapat

dibedakan, sudah ada garis bentuk sirip ekor dan anak ikan sudah lebih aktif

berenang.Kadang-kadang anak ikan ini memperlihatkan sifat bergerombol

walaupun tidak selamanya. Setelah masa pasca larva berakhir ini berakhir, ikan

akan memasuki masa juvenil.


6

2.3.1. Pemberian Pakan

Keberadaan ikan pada suatu perairan sangat tergantung pada ketersediaan

makanan yang dibutuhkannya. Makanan adalah salah satu aspek ekologis yang

mempunyai peranan penting dalam menentukan besarnya populasi, pertumbuhan

dan reproduksi ikan (Effendie, 1992).

Makanan yang dimakan oleh ikan dapat diketahui dari analisis isi

lambungnya. Jika suatu macam organisme makanan ikan banyak terdapat dalam

suatu perairan belum tentu menjadi bagian penting dalam komposisi makanan

ikan. Ikan memilih makanan tertentu, yaitu dengan ditemukannya macam

makanan tersebut sebagai bagian makanan terbesar di dalam lambungnya

(Effendie, 1992).

Komunitas ikan dapat dikelompokkan menjadi kelompok ikan herbivora

atau detritivora, karnivora dan omnivora berdasarkan bahan makanan yang

dimakannya. Kelompok ikan herbivora atau detritivora memakan detritus dan 7

plankton sebagai makanan utamanya. Kelompok ikan omnivora memakan pakan

alami berupa serangga air, udang, anak ikan dan tumbuhan air. Sedangkan ikan

karnivora makanan utamanya ialah udang dan anak ikan (Purnomo, Satria dan

Azizi, 1992).

Ikan selais Ompok hypopthalmus termasuk ikan karnivora dimana indeks

bagian terbesar makanan dalam lambungnya berupa juvenil ikan sebanyak 98 %

(Hartoto, Sjafei dan Kamal, 1999). Dari hasil penelitian Utomo et al., (1990) pada

jenis ikan lais C. limpok dan C. micronema juga termasuk jenis ikan karnivora.

Saat musim penghujan pada alat pencernaan ikan selais ini lebih banyak jenis

makanan berupa serangga air dibanding musim kemarau, karena ikan selais saat
7

air besar akan menyebar sampai ke daerah lebak yang banyak terdapat serangga

air Ikan-ikan pada habitat foodplain mempunyai kebiasaan makanan yang sangat

fleksibel dan menyesuaikan dengan variasi fase pada siklus genangan

Ikan selais menyukai makanan yang spesifik pada setiap tahapan

pertumbuhannya. (Roza, 2004) membagi tahapan ini berdasarkan umur ikan,

antara lain:

1) 4 hari -15 hari Jika ikan sudah mengempis kantong telurnya, posisi

badannya seperti merangkak dengan perut dibawah dengan dan berenang kian

kemari mencari umpan lezat maka telah tiba saatnya untuk memberi pakan. Untuk

kebutuhan protein, bisa diberikan sejenis kutu air karena bentuknya yang kecil,

transparan dengan kaki-kaki pengait persis kutu kepala. Atau ada yang biasa

menggunakan kuning telur. Menurut Tutur tinutur telur ayam atau bebek diambil

kemudian di rebus (hanya kuning telur). Letakkan potongan kuning telur didalam

kain dan diperas kain beserta telur di dalamnya sehingga sebagian telur keluar di

sela jalinan kain. Gantung pakan ini dekat anak ikan. Gantilah pakan ini beberapa

hari kemudian supaya tidak membusuk.

2) 15 hari - 2 bulan Cacing sutra umumnya biasa diambil di selokan-

selokan sawah yang ukurannya kecil-kecil atau cacing sutra dibudidayakan dibuat

melalui media pupuk kandang seperti kotoran ayam yang digenangi air lalu

ditebar indukan cacing sutra sehingga membentuk kumpulan cacing sutra yang

baru sehingga bisa dimanfaatkan untuk benih ikan selais

3) Diatas 3 Bulan Pada tahap ini biasanya mulai disesuaikan dengan

ukuran mulut daripada ikan. Makanan yang biasanya digunakan oleh para

petanipun berfariasi antara lain: ulat, rayap, ikan rucah, pakan buatan seperti pelet.
8

2.3.2 Hama dan Penyakit

Timbulnya penyakit adalah suatu proses dinamis yang merupakan

interaksi antara inang, jasad renik (pathogen), dan lingkungan. Penyakit timbul

apabila lingkungan jelek atau terjadi ketidakstabilan atau keseimbangan

terganggu.(Anonymous, 1993).

Menurut Afrianto dan Liviawati (1992), penyakit yang sering menyerang

ikan dapat diklasifikasikan sebagai: 1). Penyakit menular, yaitu penyakit yang

disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan

protozoa. 2). Penyakit tidak menular yaitu penyakit yang bukan disebabkan oleh

mikroorganisme, melainkan hal lain seperti kekurangan pakan, keracunan, dan

konsentrasi oksigen terlarut dalam air rendah.Ikan yang dipelihara tidak akan

lepas dengan gangguan atau serangan hama dan penyakit yang bias datang dan

menyerang ikan secara tiba-tiba tanpa diketahui sebelumnya.

Djarijah (2001), mengatakan bahwa ikan yang terserang penyakit memiliki

kelainan fisik atau perilaku, kelainan tersebut dapat digunakan sebagai sasaran

diagnosis infeksi parasit.Ikan dan benih yang terinfeksi parasit biasanya berenang

secara bergerombol di permukaan air.Permukaan kulit pada ikan yang terinfeksi

parasit tampak gelap (kusam dan kotor) dan terjadi kematian secara tragis.

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

pencegahan dan pengobatan. Pencegahan adalah upanya untuk menjaga agar tidak

terjadi serangan sedangkan pengobatan merupakan upanya untuk mengobati ikan-

ikan yang terserang hama dan penyakit agar sehat kembali (Jangkaru, 2004).

Pencegahan hama dan penyakit ikan merupakan cara yang efektif

dibandingkan dengan pengobatan karena biaya lebih murah dan tidak ada efek
9

sampingan terhadap ikan dan orang yang mengkonsumsi ikan. Penyakit yang

menyerang ikan merupakan suatu proses hubungan antara tiga faktor yaitu

lingkungan, ikan dan jasad penyakit.

Beberapa jenis penyakit yang sering dijumpai menyerang gurami, antara lain :

a. Penyakit Bintik Putih

Penyakit bintik putih (white spot) menimbulkan bercak-bercak putih

disekujur tubuh ikan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ichthyopthtirius sp.

Bakteri ini menyerang bakteri dengan cara bersarang pada lapisan lendir kulit,

sirip, hingga lapisan lender pada insang. Ikan yang diserang penyakit ini banyak

mengeluarkan lender dan tubuhnya pucat.

b. Cacing Insang dan Cacing Kulit

Penyakit ini umumnya ditemukan dibagian insang dan kulit

gurami.Penyebabnya adalah parasit dactylogyrus yang menyerang insang dan

kulit gurami dan parasit Gyrodacctylus sp yang menyerang kulit gurami. Gejala

gurami yang diserang oleh parasit ini antara lain ikan sering berenang ke

permukaan air dan tubuhnya melompat-lompat. Selain itu, ikan banyak

mengeluarkan lendir dan tubuhnya pucat.

c. Bercak Merah

Penyakit bercak merah disebut juga dengan penyakit aeromonas.Ada dua

aeromonas yang menyerang gurami, yakni Aeromonas punctata dan Aeromonas

hydrophilla.Ikan yang terserang oleh bakteri ini warna tubuhnya menjadi gelap

dan kulitnya kasar karena kehilangan lendir.Gejala lainnya, ikan sering muncul

kepermukaan air, berenang sangat lemah, dan napasnya terenggah-enggah

(megap-megap).
10

2.4 Kualitas Perairan

Menurut Boyd (1982). Kualitas air bagi perikanan didefinisikan sebagai

air yang sesuai untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan, dan biasanya

hanya ditentukan dari beberapa parameter. Selanjutnya menurut Cahyono (2000),

kebersihan air sangat berpengaruh terhadap kesehatan ikan. Sumber air yang

bersih adalah: 1).Sumber air yang bukan berasal dari sungai yang digunakan

untuk pembuangan limbah industry, 2).Sumber air yang bukan berasal dari

comberan pada umumnya banyak mengandung kuman-kuman penyakit yang

dapat menyerang ikan, 3).Sumber air yang belum terpolusi oleh bahan berbahaya.

Kualitas perairan yang mendukung untuk kehidupan indukan ikan tapah

dimana kecerahan berkisar antara 0,90 – 1,10 m, suhu antara 27 – 28, O2 terlarut

antara 5,80 – 6,20 ppm, CO2 terlarut antara 3,20 – 3,65 dan pH antara 6,4 –

6,6.(Menurut Yurisman et al, 2010)

Perubahan suhu dapat terjadi antara siang dan malam atau ketika terjadi

perubahan suhu yang ekstrim.Toleransi perubahan suhu tidak lebih dari 5oC.

Perubahan suhu lebih dari 5oC dapat mengganggu metabolisme dan fisiologi ikan

karena suhu air berpengaruh terhasap proses metabolisme (Saparinto, 2013).

Perairan akan lebih kaya Kandungan oksigen terlarut yang lazim pada

suatu perairan sebanyak 4 – 6 ppm.Konsentrasi oksigen terlarut opimal sebanyak

5 mg/liter (Saparinto, 2013).


11

III.METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek magang ini akan dilakukan pada bulan 21 Januari sampai 15

Februari 2018 yang dilaksanakan di Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih

Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dipergunakan untuk praktek magang pemeliharaan

larva ikan selais di Dinas Perikanan dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral

(BBIS) , Sei Tibun , Kampar, Riau seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat dan Bahan yang digunakan pada saat Praktek Magang di Dinas
Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun
Kampar, Riau
ALAT BAHAN

 pH meter  Larva Ikan Selais


 Thermometer  Cacing Sutra
 Alat tulis  Arthemia
 Kamera  Ovaprim(sGrNh)
 Baskom  NaCl 0,9%
 DO meter  Tissue
 Kamera  Aquades
 Timbangan
 Selang sipon
 Aquarium
 Selang dan Batu Aerasi
 Saringan Larva
 Penggaris
 Trai

Alat yang diatas dipergunakan sesuai peruntukannya masing –

masing.seperti pH meter untuk mengukur derajat keasaman air (pH), thermometer

untuk mengukur suhu, DO meter untuk menghitung oksigen terlarut, kamera

untuk dokumentasi, alat tulis untuk mencatat hasil dan keterangan yang
12

diperlukan,akuarium sebagai wadah pemeliharaan, baskom untuk pemindahan

larva keakuarium, Saringan Larva untuk mengelompokkan benih ikan selais

sesuai ukuran kedalam tempat yang berbeda, Selang Sipon Berfungsi untuk

membersihkan kotoran feses dan sisa pakan didasar akuarium, Penggaris

Berfungsi untuk mengukur panjang badan larva, Trai berfungsi untuk

menempelkan telur pada saat proses penetasan.

Bahan yang digunakan dalam praktek magang adalah larva ikan selais

yang berumur setelah 3 hari lepas dari kuning telur, lalu pakan alami yang

digunakan untuk mendukung kelulus hidupan larva seperti arthemia yang

digunakan untuk larva yang berumur 4-5 hari , lalu 5-15 hari larva ikan selais

memiliki bukaan mulut agak besar sehingga bisa diberi cacing Tubifex, Ovaprim

digunakan untuk merangsang penyeragaman kematangan gonad bertujuan untuk

proses ovulasi, NaCl digunakan untuk Menambah Jumlah konsentrasi sperma,

Tissue digunakan untuk mengeringkan tubuh ikan selais agar tidak ada air yang

menetes pada saat proses striping dilakukan, Aquades digunakan untuk media

yang netral untuk terjadinya proses peleburan proses fertilisasi.

3.3 Metode Praktek

Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah praktek

langsung. Yaitu melakukan praktek magang langsung di lapangan terhadap ikan

Selais. Selain itu, juga dilakukan pengumpulan data sekunder dan data primer.

Data primer diperoleh dari praktek magang secara langsung yaitu dengan cara

wawancara dengan pegawai di di Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih

Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau serta mengikuti aktivitas dan

melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan budidaya. Sedangkan data


13

sekunder diperoleh dari instansi di Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih

Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau dan melakukan wawancara dengan

dengan pegawai lapangan kemudian ditabulasi dalam tabel dan dianalisa dan

kemudian baru bisa ditarik kesimpulan.

3.4. Analisis Data

Data yang di peroleh selama praktek magang di analisa secara deskriptif

dan ditabulasikan untuk memberikan gambaran tentang teknik pemeliharaan larva

serta permasalahannya, kemudian dicari alternatif sebagai pemecahan sesuai

dengan kenyataan di lapangan yang mengacu pada literatur-literatur yang ada.

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung di lokasi magang.Untuk pemijahan induk

ikan selais diperlukan data asal lokasi induk ikan selais yang akan dilakukan

pemijahan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Asal Indukan Ikan Selais Yang dipijahkan dilokasi Dinas Perikanan
Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun
Kampar, Riau
No Induk Ikan Asal
1. Jantan
2. Betina

Setelah mengetahui asal lokasi indukan ikan selais maka dibutuhkan juga

data jumlah indukan yang dipijahkan dan berapa berat indukan jantan dan betina

ikan tapah yang dipijahkan. Seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Induk Ikan Selais Yang Dipijahkan.


BeratSampelInduk (gram) Media
No Induk
1 2 3 Pemijahan
1 Jantan
2 Betina
14

Diperlukan pengamatan perlakuan bagi indukan yang akan dipijahkan agar

mengetahuibagaimana ciri ciri tingkah laku indukan ikan selais yang sudah bisa

dilakukan proses pemijahan seperti pada tabel 4.

Tabel 4. Perlakuan Yang Dilakukan Untuk Induk Ikan Selais.


No IndukIkan Perlakuan

1 Jantan

2 Betina
.
Setelah mengetahui perlakuan yang diberikan untuk indukan ikan selais

maka selanjutnya perlu dilakukan pengamatan tingkah laku pemijahan untuk

mengetahui indukan yang telah memasuki tahapn tkg yang siap untuk dipijahkan

seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. TingkahLaku Pemijahan induk ikan selais


No IndukIkan TingkahLakuPemijahan

1 Jantan

2 Betina

perlu dilakukan penghitungan sampel telur untuk mengetahui hasil

oviposisi dari jumlah telur indukan ikan selais pada tabel 6.

Tabel 6. Oviposisi Pada Ikan Selais


No Berat Waktu Penyuntikan Berat Berattelur ∑telur Oviposisi
induk Laten Dosis ∑telur sampel sample
(gr) (Jam) (gr)
1 2
1
2
3
Menurut Effendie (1997), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Oviposisi = berat total telur (gr) x jumlahtelursampel (butir)


Berat total sampling (gr)
15

FR adalah penghitungan jumlah sampel telur yang terbuahi atau tidak

terbuahi adapun ciri-ciri telur yang terbuahi yaitu berwarna kuning cerah atau

bening transparan sedangkan telur yang tidak terbuahi atau telur yang gagal

menetas berwarna putih suram dan tidak transparan

Tabel 7. Penghitungan % FR (Fertilisasi Rate)


No ∑Total ∑Telur terbuahi (telur ∑Telur tidakterbuahi (telur yang %
. telur yang berwarna berwarnaputihsuram/tidaktrans
kuningcerah/transparan) paran) F
R
1.
2
3.

.Menurut Effendie (1997), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% FR = ∑ Telur Terbuahi x 100 %

∑ Total Telur

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui nilai % FR 9-10 jam setelah proses

pemijahan berlangsung.

HR adalah penghitungan jumlah telur yang menetas yang bertujuan untuk

mengetahui persentase jumlah telur yang menetas dari total telur terbuahi.

Tabel 8. Penghitungan % HR (Hatching Rate)


No. ∑Total telur ∑Banyak ∑Telur ∑Telur tidak % HR
sampel Telur menetas menetas
terbuahi
1.
2.
3.

HR adalah penghitungan jumlah telur yang menetas. Menurut Effendie

(1997), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% HR= ∑ TelurMenetas x 100 %

∑ Banyak sampel TelurTerbuahi


16

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui nilai % HR 9-10 jam setelah

terjadinya fertilisasi di Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral

(BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau.

Untuk dapat diketahui nilai % SR umur 4 hari setelah telur menetas

sebelum diberi pakan alami karena larva masih memiliki cadangan makanan

berupa kuning telur seperti pada Tabel 9.

Tabel 9. Perhitungan % SR (Tingkat Kelulushidupan) umur 4 Hari


No. ∑Telur menetas ∑Larva hidup umur 4 hari % SR

1.
2
3.
Menurut Effendie (1997), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% SR = ∑ Larva Hidup umur 4 hari x 100 %

∑ TelurMenetas

SR umur 10 hari adalah penghitungan yang dilakukan untuk mengetahui

kelulus hidupan larva pada umur 10 hari seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Penghitungan % SR (Tingkat Kelulushidupan) umur 10 Hari


No. ∑Telur menetas ∑Larva hidup umur 10 hari % SR

1.

Menurut Effendie (1997), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% SR = ∑ Larva Hidup umur 10 hari x 100 %

∑ TelurMenetas

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui nilai % SR umur 10 hari setelah telur

menetas setelah diberi pakan alami karena cadangan makanan larva sudah habis.
17

SR umur 15 hari adalah penghitungan yang dilakukan untuk mengetahui

kelulushidupan larva pada umur 15 hari seperti pada Tabel 11.

Tabel 11. Penghitungan % SR (Tingkat Kelulus hidupan) umur 15 Hari


No. ∑Telur menetas ∑Larva hidup umur 15 hari % SR

1.
2
3
Menurut Effendie (1997), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% SR = ∑ Larva Hidupumur 10 hari x 100 %

∑ TelurMenetas

Untuk menjaga kesehatan yang mendukung kelulus hidupan larva ikan

dibutuhkan lingkungan perairan yang baik diukur dari parameter yang bisa dilihat

dari Tabel 12.

Tabel 12. Parameter Kualitas Air Pada Kolam Pemeliharaan Induk Ikan
Selais di Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan
Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau
No Parameter AlatPengukur HasilPengukuran

1 Ph pH meter

2 DO (ppm) DO meter

3 Suhu (oC) Thermometer

4 TDS (ppm) TDS meter

5 Salilnitas (ppm)

Setelah mengetahui parameter kualitas air yang mendukung kelulus

hidupan larva, maka selanjutnya dibutuhkan pakan alami sebagai energy bagi

larva ikan untuk memasuki tahapan perkembangan organ pada tubuh larva seperti

pada Tabel 13.


18

Tabel 13. Pakan yang Diberikan Pada Masa larva Ikan Selais di Dinas
Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun
Kampar, Riau
No Larva umur Jenis pakan Dosis Frekuensi

1 4 hari
2 10 hari
3 15-20 hari

Diperlukan wadah pemeliharaan larva ikan selais untuk mengetahui berapa

larva ikan selais yang akan ditebar menyesuaikan dengan ukuran wadah

pemeliharaan yang digunakan Seperti pada Tabel 14.

Tabel 14.Wadah Pemeliharaan Larva Ikan Selais (Cryptopterus sp) di Dinas


Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun
Kampar, Riau
Wadah Ukuran Wadah
No Padat Tebar
pemeliharaan Pemeliharaan
1
2
3

Adapun parameter yang diukur Adapun data yang dihitung selama praktek

magang adalah Pertumbuhan Panjang Mutlak Larva, Pertambahan Berat Mutlak

Larva, dan Kelulushidupan Larva. Adapun rumus yang dipakai adalah :

a. Pertumbuhan Panjang Mutlak Larva

Untuk memperoleh pertumbuhan panjang mutlak larva ikan selais dapat

menggunakan rumus berikut (Effendi, 1997) :

L = Lt – Lo

Keterangan :

L = Pertambahan panjang mutlak ikan (mm)

Lt = Panjang rata-rata pada hari ke-t (mm)

Lo = Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (mm)


19

b. Pertambahan Berat Mutlak Larva

Untuk memperoleh pertumbuhan berat larva ikan selais dapat menggunakan

rumus berikut(Effendi, 1997) :

Wm = Wt – Wo

Keterangan :
Wm = Pertambahan berat mutlak ikan (gram)

Wt = Berat rata-rata ikan pada hari ke-t (gram)

Wo = Berat rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (gram)

c. Tingkat Kelulushidupan Larva

Untuk memperoleh kelulushidupan (Survival Rate) larva ikan selais dapat

menggunakan rumus berikut (Effendi, 1997) :


𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜x 100%

Keterangan :
SR = Survival Rate / tingkat kelulushidupan ikan (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)

No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang didapatkan melalui wawancara langsung di lapangan

dengan pegawai di Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral

(BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis

secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui keadaan Dinas Perikanan Dan

Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau ditinjau

dari SDM Tenaga Pelaksana Yang ada, Fasilitas sarana dan prasarana, Jumlah

Luas kolam yang digunakan. .

Adapun tabel yang diperlukan seperti pada Tabel 15.


20

Tabel 15. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana di Dinas Perikanan Dan


Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar,
Riau
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Magister
2 Sarjana
3 Diploma
4 SLTA
5 SLTP

Dari Tabel 15.dapat diketahui tingkat pendidikan tenaga pelaksana Dinas

Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar,

Riau Ini berguna untuk mengetahui perkembangan pendidikan pekerja-pekerja

dalam usaha pengembangan Budidaya air tawar.

Berdasarkan Tabel 16. dapat diketahui status kepegawaian dan jumlah

pegawai yang ada Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral

(BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau, Status kepegawaian yang didata meliputi

teknisi, pegawai, tata usaha dan lain-lainnya. Dari tabel ini juga dapat diketahui

jumlah keseluruhan pegawai yang ada dan persentasenya yang digunakan untuk

melihat kelayakan Operasional.

Tabel 16. Jumlah Pegawai dan Status Kepegawaian Di Dinas Perikanan


Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun
Kampar, Riau
No Status Kepegawaian Jumlah Persentase
1 Teknisi
2 Pegawai
3 Tata Usaha
4 Dll
Jumlah
21

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui keahlian tenaga pelaksana di Dinas

Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun

Kampar,Riau sehingga mempunyai bidang keahlian masing-masing untuk

pengembangan ikan yang intensif untuk mencapai hasil budidaya yang optimal

Tabel 14. Tingkat Keahlian Tenaga Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai
Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 TenagaAhli

2 TenagaTerampil

3 TenagaPembantu

Untuk mengetahui berapa jumlah, bentuk, ukuran, dan luas Kolam yang

ada dan perkembangannya, hal ini erat kaitannya dengan kegiatan budidaya ikan

selais di Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei

Tibun Kampar,Riau..Dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 15. Jumlah dan Luas Tambak/Kolam Dinas Perikanan Dan


Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar,Riau

No JenisKeramba/kolam Jumlah Bentuk Ukuran Volume


1
2
Dst
Jumlah

Untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana yang ada di Dinas

Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar,

Riau Sarana dan prasarana yang ada merupakan fasilitas yang dapat mendukung

semua kegiatan yang ada. Dapat dilihat pada Tabel 19.


22

Tabel 19. Keadaan Sarana dan Prasaran yang ada di Dinas Perikanan
Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun
Kampar,Riau
No SaranadanPrasarana Jumlah (unit) Keadaan
1
2
3

Dst
Jumlah
23

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E. 1982. Water Quality In Warm Water Fish Fand. Agriculture
Experiment Station.AuburnUniversity.Department Fisheries and Allied
Aquaculture.359 p.

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Ikan Gurami, Nila, Mas. Penerbit
Kanisisus. Yogyakarta. 113 hal.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico Bandung, 130 hal.

Djarijah, S. A. 2001. BudidayaIkanBawal. Kanisius.Yogyakarta.86 hal.

Efendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bagian I, Study Natural History. Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 105 hal

Effendie, M. I, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia Bogor.

Elvyra, R. 2004. Beberapa Aspek Ekologi Ikan Selais Cryptopterus limpok (Blkr.)
di Sungai Kampar Kiri Riau. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas
Andalas. Padang.

Kottelat, M. , A. J. Whitten. , S. N. Kartikasaridan S.W. Atmojo. 1993. Ikan Air


Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition. Bogor.
293 hal.

Rahardjo, M.F, Syafei, D.S, 2006. Prosiding Seminar Nasional IkanIV. Pusat
Penelitian Biologi LIPI, 389 hal.

Roza, 2004. E-journal Aspek Habitat dan Makanan dan Reroduksi ikan selais. IPB
Bogor.

Saparinto, C. dan R. Susiana. 2013. Sukses Pembenihan 6 Jenis Ikan Air Tawar
Ekonomis. Lyli Publisher, Yogyakarta.

Sutisna, D.H. dan R. Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.

Varikul, V. dan Sritongsok. 1980. A Review at Induced Fin Fish


Breeding\Practises in Thayland. Singapore (Nov.): 25-28.

Yurisman, Sukendi, Dkk. 2010. Domestikasi Dan Pematangan Gonad Ikan Tapah
(Wallago Sp) Dari Perairan Sungai Kampar. Riau.

Welcomme, R.L. 1979. Fisheries Ecology of Floodplain Rivers. Longman Inc.


NewYork
24

LAMPIRAN
25

Lampiran 1.Susunan Organisasi Praktek Magang

1. Pelaksana Praktek Magang

Nama Lengkap : M Imam choiri


NIM : 1504115512
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat :Jl.Hr Soebrantas Km 12 Panam

2. Dosen Pembimbing

Nama Lengkap : Ir. Nuraini,M.S


NIP : 196105061986032002
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau
Alamat : Jl. Kamboja No. 8, Panam, Pekanbaru
26

Lampiran 2.Anggaran Biaya Magang

1 Biaya Persiapan

1. Pengerjaan Proposal Rp. 100.000


2. Memperbanyak Proposal RP. 100.000

3. Kertas alat Tulis Rp. 50.000

Rp. 250.000
2. Biaya Pelaksanaan

1. Tranportasi Rp. 500.000


2. Sewa kamar selama magang Rp. 300.000
3. Konsumsi Rp. 1.000.000
4. Dokumentasi Rp. 100.000
Rp. 1.900.000
3 Biaya Penulisan Laporan
1. Pengetikan Laporan Rp.100.000
2. Perbanyakan Laporan Rp.100.000
3. Biaya ujian Rp.400.000
Rp. 600.000
4. Biaya tidak Terduga Rp.500.000 +
Rp.3.250.000

Total Biaya”Tiga Juta Dua Ratus Lima Ribu Rupiah”


27

Lampiran 3.Outline Sementara Usulan Magang

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat

II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasih Dan Morfologi Ikan Selais(Cryptopterus sp)
2.2. Ekologi Ikan Selais(Cryptopterus sp)
2.3. Pemeliharaan Larva Ikan Selais (Cryptopterus sp)
2.3.1 Pemberian Pakan
2.3.2 Hama dan Penyakit
2.4.Kualitas Perairan

III. METODE PRATEK


3.1. Waktu Dan Tempat
3.2. Bahan Dan Alat
3.3. Metode praktek
3.4. Analisis Data
3.4.1. Data Primer
3.4.2. Data Sekunder

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
28

Lampiran 4 Jadwal Praktek Magang

Praktek magang ini direncanakan selama 1 bulan. Adapun jadwal praktek

dari awal sampai akhir magang ini adalah sebagai berikut :

Bulan

Desember Januari Februari


No Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan √ √ √
1
Pelaksanaan praktek √ √ √ √
2
Penyelesaian Laporan √ √
3
29

Lampiran 5. Daftar Quisioner


KEADAAN UMUM DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN, BALAI
BENIH IKAN SENTRAL (BBIS), DAERAH SEI TIBUN KAMPAR,
PROVINSI RIAU

1. Lokasi Praktek Magang


- Secara Geografis
LetakGeografis : ºLU ºLS
ºBT ºBB
Sebelah Barat :
SebelahTimur :
Sebelah Utara :
Sebelah Selatan :
Luas Areal : M, Km, Ha
Areal Perkolaman : M, Km, Ha
- Secara Administratif
Desa :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kotamadya :
Provinsi :
- Secara Ekonomis / Teknis

JarakLokasidariIbukotaKecamatan : Km
JarakLokasidariIbukotaKabupaten : Km
JarakLokasikeJalan Raya : Km
JarakLokasidariPemukiman : Km
JarakLokasidariPasar : Km
JarakLokasidari Sungai : Km
JarakLokasidariLaut : Km
- Secara Ekologi

Topografi : Dpl
Suhu : ºC
pH :
Salinitas : ppt
Vegetasi : Ada, Tidak Ada
Ada jenisTumbuhan
a. kelapa b. UbiKayu c. Pisang d. Sayuran Lain
2. Sejarah Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS),
Sei Tibun Kampar, Riau

Tahun BBI Pertama Kali Didirkan :


LatarBelakangdidirikan :
DinaungiOleh :
Kedudukan/Peran :
Wilayah Kerja :
30

3. Struktur Organisasi Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan


Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau

Status Kepemilikan
a. MilikSendiri b. KerjasamaPersero c. KerjasamadenganPemerintah
d. MilikPemerintah
KepalaBalai : Orang
Tata Usaha : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
PelayananTeknis : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
StandardisasidanInformasi : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
JabatanFungsional : Orang
IkanDomestik : Orang
IkanKultur : Orang
KesehatandanLingkungan : Orang
4. Sumber Daya Manusia (SDM)

LatarBelakangPendidikan
Magister : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
Sarjana : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
Diploma : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
SLTA : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
SLTP : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
Status Kepegawaian
Teknisi : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
Pegawai : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
Tata Usaha : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
31

Tingkat KeahlianTenagaPelaksana Dinas Perikanan Dankelautan, Balai


Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau

TenagaAhli : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
TenagaTerampil : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang
TenagaPembantu : Orang
Laki – Laki : Orang
Perempuan : Orang

5. Sarana dan Prasarana di Sejarah Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai


Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau

SaranaPokok / Produksi
 WadahPemeliharaanInduk
JenisWadah
a. Kolam b. Bak c. Akuarium
Letak
a. Di LuarRuanganb. Di dalamRuanganc. Di dalamdanluarRuangan

Jumlah : Buah
Jenis Konstruksi
a. Kolam Tanah b. KolamBeton c. KolamTerpal d. Keramba
Ukuran
a. Panjamg : meter
b. Lebar : meter
c. Ketinggian : meter
d. Volume : Ton
Bentuk
a. Persegi b. PersegiPanjang c. Bulat d. Kerucut

 WadahPemijahan
Jenis
a. Kolam b. Bak c. Akuarium
Letak
a. Di LuarRuangan b. Di dalamRuanganc. Di dalamdanluarRuangan
Jumlah : Buah
JenisKonstruksi
a. Kolam Tanah b. KolamBeton c. KolamTerpal d. Keramba
Ukuran
a. Panjang : meter
b. Lebar : meter
c. Ketinggian : meter
- Volume : Ton
Bentuk
32

a. Persegi b. PersegiPanjang c. Bulat d. Kerucut


 WadahPemindahanInduk (Inkubasi)
Jenis
a. Bak b. Akuarium c. Tabung d. Kolam
letak
a. Indoor b. Outdoor
- jumlah : Buah
JenisKonstruksi
a. Kolam Tanah b. KolamBeton c. KolamTerpal d. Keramba
Ukuran
a. Panjamg : meter
b. Lebar : meter
c. Ketinggian : meter
Volume : Ton
Bentuk
a. Persegi b. PersegiPanjang c. Bulat d. Kerucut
 WadahPenetasanTelur
Jenis :
a. Kolam b. Bak c. Akuarium
Letak :
a. Indoor b. Outdoor c. Di dalamdanluarRuangan
Jumlah : Buah
JenisKonstruksi
a. Kolam Tanah b. KolamBeton c. KolamTerpal d. Keramba
Ukuran
a. Panjamg : meter
b. Lebar : meter
c. Ketinggian : meter
Volume : Ton
Bentuk
a. Persegi b. PersegiPanjang c. Bulat d. Kerucut
 WadahPemeliharaan Larva
Jenis
a. Kolam b. Bak c. Happa d. Akuarium
Jumlah : Buah
JenisKonstruksi
a. Kolam Tanah b. KolamBetonc c. KolamTerpal d. Keramba
- Ukuran
a. Panjang : meter
b. Lebar : meter
c. Ketinggian : meter
Volume : Ton
Bentuk
a. Persegi b. PersegiPanjang c. Bulat d. Kerucut
 KolamPakanAlami
Jenis
a. Bak b. Kolam c. Tong
Jumlah : Buah
33

JenisKonstruksi
a. Kolam Tanah b. KolamBeton c. KolamTerpal d. Keramba
Ukuran
a. Panjamg : meter
b. Lebar : meter
c. Ketinggian : meter
Volume : Ton
Bentuk
a. Persegi b. PersegiPanjang c. Bulat d. Kerucut
SaranaAdministrasi
Kantor
Jumlah : Buah
Luas : M2
SistemKearsipan
ArsipPegawai :
Inventarisbahandanalat
a. Kendaraan b. Mess
Keuangan
a. Gaji Perbulan/Persiklus/Pertahun
b. Pinjaman Ada/Tidakada
c. Kas Ada/Tidakada
Produksi Mingguan/Bulanan/Siklus/Tahunan
Penjualan Mingguan/Bulanan/Siklus/Tahunan
SaranaTransportasi
Kendaraan : Buah
RodaEnam : Buah
RodaEmpat : Buah
RodaTiga : Buah
RodaDua : Buah
SaranaPenunjang
RumahPompa
Jumlah : Buah
Luas : M2
RumahGenset
Jumlah : Buah
Luas : M2
Rumah Blower
Jumlah : Buah
Luas : M2
Cool Room
Jumlah : Buah
Luas : M2
Common Room
Jumlah : Buah
Luas : M2
FasilitasGreading
Jumlah : Buah
Luas : M2
34

Workshop
Jumlah : Buah
Luas : M2
Laboratorium
Jumlah : Buah
Luas : M2
Dapur
Jumlah : Buah
Luas : M2
Toilet
Jumlah : Buah
Luas : M2
Mess
Jumlah : Buah
Luas : M2
KolamPerlakuan Air
Jumlah : Buah
Luas : M2
Area Parkir
Jumlah : Buah
Luas : M2
FasilitasPanen
Jumlah : Buah
Luas : M2

6. Program Kerja Sejarah Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih


Ikan Sentral (Bbis), Sei Tibun Kampar, Riau

Penelitian :
Pelatihan/Magang :
Penyuluhan :
Restocking :

7. Visidan Misi Sejarah Dinas Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan
Sentral (BBIS), Sei Tibun Kampar, Riau

Visi :
Misi :
35

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN TAPAH DI DINAS PERIKANAN DAN


KELAUTAN, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Daerah Sei Tibun Kampar,
Provinsi Riau.

1. TEKNIK PEMELIHARAAN INDUK

- Wadah tempat pemeliharaan induk

a) Bentuk wadah yang digunakan : Bulat/ Persegi/ Persegi

panjang

b) Jenis wadah yang digunakan : Fiber/ Kolam tanah/

kolam/ semen/ Bak terpal

c) Ukuran wadah yang digunakan : m2

d) Jumlah wadah yang digunakan :

- Air yang digunakan

a) Sumber air : sumur/ sungai/

gunung/.............

b) Kebutuhan air :

c) Kualitas air

- Suhu : ºC, Alat yang diguna :

- DO : ppm. Alat yang digunakan :

- Warna air : Alat yang digunakan :

- pH : Alat yang digunakan :

- Kekeruhan : cm. Alat yang digunakan :

- Pakan yang diberikan

a) Jenis pakan yang diberikan :

b) Kandungan protein :

c) Frekuensi pemberian pakan :


36

d) Banyak pakan yang diberikan :

e) Cara pemberian pakan : Mengunakan alat/

manual (mengunakan tangan)

f) Sistem pemberian pakan : adlibitum/ at station/ resisten

g) Waktu pemberian pakan : pagi/ siang/ sore/ malam

- Manajemen air

a) Pergantian air : Periode pergantian air :

b) Volume pergantian air :

c) Apakah mengunakan system tersirkulasi :

d) Waktu pengecekan kualitas airnya : Pagi/ sore hari

- Lama pemeliharaan induk : Ekor

- Hasil yang diperoleh : induk berkualitaas baik/ kurang bagus

- Ciri-ciri induk jantan :

- Ciri- cirri induk betina :

- Kendala yang dihadapi :

- Jenis penyakit yang menyerang induk :

- Ciri ciri induk yang terserang penyakit :

- Penanganan yang dilakukan :

- Obat yang diberikan : dosis :

ml

- Produksi

a) Jumlah yang dipelihara :Jantan : ………ekor,betina

:………ekor
37

b) Jumlah induk matang gonad dihasilkan : jantan : ……

ekor,betina…….. ekor

c) Jumlah induk yang akan dipijahkan : jantan :…….. ekor,

betina …….:ekor

d) Faktor yang mempengaruhi jumlah ikan yang akan

dipijahkan :

2. SELEKSI INDUK

- Ciri-ciri induk yang matang gonad :

- Bobotinduk yang digunakan : jantan :….. gram, Betina

:…..gram

- Umur induk yang baik digunakan :

- Induk ikan dapat digunakan berapa kali produksi :

3. TEKNIK PEMIJAHAN

- Wadah pemijahan :

a) Bentuk wadah yang digunakan : bulat/ persegi/ persegi

panjang

b) Jenis wadah yang digunakan : Fiber/ kolam tanah/ kolam

semen

c) Ukuran wadah yang digunakan : M2

d) Jumlah wadah yang digunakan :

- Kualitas air yang digunakan

a) Sumber air : sumur/ sungai/

gunung/.............

b) Kebutuhan air :
38

c) Kualitas air

- Suhu : ºC, Alat yang digunak :

- DO : ppm. Alat yang digunakan :

- Warna air : Alat yang digunakan :

- pH : Alat yang digunakan :

- Kekeruhan : cm. Alat yang digunakan :

- Teknik pemijahan : alami/ semi buatan / buatan

- Pemijahan alami :

a) Perbandingan induk yang akan dipijahkan : jantan .......ekor,

betina .......ekor

b) Tritmen yang dilakukan sebelum pemijahan :

- Pemijah semi buatan

a) Jenis hormon yang dilakukan :

b) Dosis hormon yang digunakan :

c) Perbandingan induk yang akan dipijahkan : jantan.........ekor,

betina........ekor

- Pemijahan buatan

a) Perbandingan induk jantan dan betina yang digunakan

dalam pemijah/ m2

b) Waktu pemijahan : pagi/ siang/ sore/ malam hari

- Pengunaan hormon

a) Jenis hormon yang digunakan :

b) Dosis yang diguanakan :

c) Tujuan penyuntikan hormon :


39

d) Keungulan hormon tersebut :

e) Efek hormon :

- Ciri-ciri induk yang telah memijah

a) Jantan :

b) Betina :

- Kendala saat memijah :

- Produksi :

a) Jumlah telur hasil strifing :…..butir

b) Jumlah sperma/ 1kg induk :……ml

4. PENETASAN TELUR

- Wadah penetasan :

a) Bentuk wadah yang diguanakan : bulat/ persegi/ persegi

panjang

b) Jenis wadah yang digunakan : fiber/ bak terpal/ corong

c) Ukuran wadah yang digunakan : m2

d) Jumlah wadah yang digunakan :

- Kualitas air yang digunakan

a) Sumber air : sumur/ sungai/

gunung/.............

b) Kebutuhan air : terus menerus (mengalir)

c) Kualitas air

- Suhu : ºC, Alat yang diguna :

- DO : ppm. Alat yang digunakan :

- pH : Alat yang digunakan :


40

- Kekeruhan : cm. Alat yang digunakan :

- Sifat telur : tengelam/ melayang/ mengapung

- Tritmen apa yang dilakukan sebelum penetasan :

a) Pengunaan obat : jenis : dosis :

b) Apakah memerlukan air mengalir :

- Berapa padat penebaran telur/m2 :

- Cara perhitungan telur :

- Ciri-ciri telur yang terbuahi :

- Ciri-ciri telur yang tidak terbuahi :

- Angka pembuahan :

- Perkembangan embrio :

- Angka penetasan :

- Waktu sampai telur menetas : jam

- Daya tetas telur :

- Bagaimana cara pembuangan telur yang tidak tebuahi :

- Kendala saat penetasan telur :


41

DAFTAR ISI

Isi Hal

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................................................2
1.3 Manfaat ...................................................................................................2

II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klassifikasi dan Morfologi Ikan Selais (Cryptopterus sp).....................3
2.2 Ekologi Ikan Selais (Cryptopterus sp) ....................................................4
2.3 .Pemeliharaan Larva Ikan Selais (Cryptopterus sp) ................................5
2.3.1. Pemberian Pakan .............................................................................6
2.3.2 Hama dan Penyakit ..........................................................................8
2.4 Kualitas Perairan ...................................................................................10

III.METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................11
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................................11
3.3 Metode Praktek .....................................................................................12
3.4. Analisis Data ........................................................................................13
3.4.1. Data Primer ...................................................................................13
3.4.2. Data Sekunder ..............................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
42

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.Alat dan Bahan ................................................................................................ 11

2. Asal Indukan Selais ......................................................................................... 13

3. Jumlah Induk Ikan Selais ................................................................................ 13

4. Perlakuan Terhadap Ikan Selais ...................................................................... 13

5. Pengamatan Tingkah Laku Indukan................................................................ 14

6. Oviposisi pada Ikan Selais .............................................................................. 13

7. Penghitungan % FR (Fertilisasi Rate) ............................................................. 15

8. Penghitungan % HR (Hatching Rate) ............................................................. 15

9. Perhitungan % SR (Tingkat Kelulushidupan) umur 4 Hari ............................ 15

10. Perhitungan % SR (Tingkat Kelulushidupan) umur 10 Hari ........................ 15

11. Perhitungan % SR (Tingkat Kelulushidupan) umur 15 Hari ........................ 15

12. Parameter Kualitas Air ............................................................................. 16

13. Pakan yang Diberikan Pada Larva ............................................................. 17

14. Wadah Pemeliharaan larva ........................................................................... 17

15.Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana........................................................... 20

16. JumlahPegawai dan Status Kepegawaian ..................................................... 20

17.Tingkat Keahlian Tenaga Pelaksana .............................................................. 20

18. Jumlah dan Luas Tambak/Kolam .................................................................

Error! Bookmark not defined.

19. Keadaan Sarana dan Prasaran .......................................................................

Error! Bookmark not defined.


43
44

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Ikan Selais (Cryptopterus sp) .......................................................................... 3


45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1.Susunan Organisasi Praktek Magang ............................................................... 25

2.Anggaran Biaya Magang.................................................................................. 26

3.Outline Sementara Usulan Magang ................................................................. 27

4 Jadwal Praktek Magang ................................................................................... 28

5. Daftar Quisioner .............................................................................................. 30


46

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan

rahmat dan karunianyalah penulis dapat menyelesaikan proposal praktek magang

ini dengan judul “Teknik Pemeliharaan Larva Ikan Selais (Cryptopterus sp) Dinas

Perikanan Dan Kelautan, Balai Benih Ikan Sentral (BBIS), Sei Tibun

Kampar,Riau”.Proposal magang ini dibuat sebagai syarat dan pedoman untuk

melaksanakan praktek magang nantinya.

Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada

Ir.Nuraini, M.S. yang telah memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada

penulis dalam menyelesaikan usulan proposal praktek magang ini dan seluruh

pihak dan rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyusunan proposal

praktek magang ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari penulisan usulan

magang ini , maka dari itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun

sehingga untuk pembuatan penulisan proposal selanjutnya akan lebih baik dari

sebelum sebelumnya.

Pekanbaru, Januari 2018

M Imam Choiri

Anda mungkin juga menyukai