Ikan pelangi yang umumnya dikenal dengan Nama ikan rainbow atau
“rainbowfish” merupakan salah satu jenis ikan hias yang sangat populer bagi
kalangan pencinta ikan hias akuarium. Ikan ini termasuk dalam famili
Sejauh ini, sudah ada sekitar 76 spesies dari 7 genus yang telah berhasil
tersebut terdapat beberapa spesies yang terdaftar dalam redlist IUCN, salah satu
danau yang terletak di Kabupaten Bintuni Papua Barat. Ikan ini pertama kali
dideskripsikan oleh G.R. Allen pada tahun 1990, memiliki warna yang sangat
tubuhnya (Tappin 2010). Oleh karena keindahannya tersebut, ikan ini banyak
diburu oleh para penggemar ikan hias akuarium. Pemenuhan kebutuhan ikan hias
pada umumnya masih mengandalkan tangkapan dari alam, termasuk spesies ikan
1
Apabila hal ini tetap berlangsung dikhawatirkan dapat membahayakan
kelestarian ikan rainbow yang di alam. Adanya pengetahuan dan teknologi untuk
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan teknik
2
II TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Osteichthyes
Class : Actinopterygii
Subclass : Neopterygii
Infraclass : Teleostei
Superorder : Acanthopterygii
Order : Atheriniformes
Suborder : Athernoidea
Family : Melanotaeniidae
Genus : Glossolepis
3
Ikan pelangi kurumoi (Melanotaenia parva)
Sumber: BPPBIH Depok
sedangkan pada indukan pelangi betina memiliki panjang dan ukuran tubuh relatif
kecil jika di bandingkan dengan pelangi jantan. Ikan pelangi mempunyai bentuk
tubuh yang panjang dan pipih ke samping. Mempunyai dua buah sirip punggung
yang pertama letaknya paling depan ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan
kekuningan pada bagian perut. Selain itu pada sisi badannya terdapat banyak
4
2.1.2 Habitat
Irian Jaya, Papua New Guinea, dan Australia dengan habitat kebanyakan air
bersih pada ketinggian di bawah 1500 meter, baik di sungai, danau, dan rawa
(Said dan Hidayat 2005). Ikan ini aktif pada siang hari (diurnal) untuk mencari
mengkonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan (Saputra 2007). Pada benih,
dan Moina sp. (Amri dan Khairuman 2003). Ikan pelangi aktif mencari makan
pada siang hari (diurnal) (Allen 1995). Pada malam hari, ikan pelangi lebih
banyak beristirahat (Amri dan Khairuman 2008). Ikan pelangi juga merupakan
merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup suatu
terjadi persatuan sel reproduksi organ seksual yang berupa telur dari ikan betina
dan spermatozoa dari ikan jantan membentuk zigot. Persatuan kedua macam sel
5
tersebut ada yang terjadi di dalam tubuh dan ada pula yang terjadi di luar tubuh,
Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut
pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari
komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium
sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Sementara beberapa kelenjar
endokrin mempunyai peranan dalam mengatur sistem reproduksi (Hoar & Randall
1983).
pakan dan genetik. Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pola
kontrol pemijahan (Elseth & Baumgardner 1984 dalam Said et al. 1997; Bromage
et al. 2001). Sependapat dengan hal tersebut, Carrillo et al. 1989; Gillet 1994;
Brown et al. 1995 dalam Brooks et al. (1997), menyatakan bahwa faktor
lingkungan seperti fotoperiod, suhu, pH, dan salinitas pada media budidaya juga
6
Tingkah Laku Reproduksi
lingkunan tertentu setiap tahun. Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi
hari selama pemijahan. Hal ini berkaitan dengan sifat alami ikan pelangi yang
Kegiatan reproduksi dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra pemijahan,
fase pemijahan, fase pasca pemijahan. Berdasarkan hal ini maka tingkah
laku ikan itu dapat pula dibagi menjadi tiga yaitu tingkah laku pada fase pra
pemijahan, tingkah laku ikan pada fase pemijahan dan tingkah laku ikan pada fase
pasca pemijahan. Tingkah laku reproduksi ini berhubungan erat dengan sifat ikan
itu sendiri. Apakah ikan itu melakukan perlindungan terhadap keturunannya atau
tidak. Tingkah laku ikan yang menjaga keturunannya dapat dikatakan relatif lebih
banyak variasinya dari pada ikan ovipar, terutama tingkah laku pasca pemijahan
(Effendi 1997). Spesies ikan yang berasal dari famili Melanotaeniidae umumnya
1984; Huword dan Huglus 2001; Pusey et al. 2001; McGuigan et al. 2005).
7
Macam-macam tingkah laku ikan pada fase pra pemijahan diantaranya ialah:
laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah: Bersamaan dengan pengeluaran
produk seksual ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan
ikan jantan atau ikan betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan
atau ikan betina ke dalam sarang, gua, bagian pada tubuh, pada busa, tumbuh-
tumbuhan dan lain-lain. Tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan diantarany
a ialah penyempurnaan penutupan sarang, penjagaan sarang yang berisi telur yang
telah dibuahi atau telur yang sedang berkembang, menjauhi daerah pemijahan dan
lain-lain (Effendi 1997). Proses pemijahan pada ikan pelangi kurumoi berlangsun
g dengan sangat cepat dan hampir tidak diketahui. Diperkirakan terjadi dalam
keadaan gelap pada malam hari atau menjelang pagi. Tanda-tanda induk akan
memijah dapat dikenali dari sifatnya yang tampak akrab berduaan. Warna tubuh
induk jantan berubah menjadi lebih tajam (kontras). Perkenalan induk jantan dan
induk betina terkadang berlangsung lama. Mula-mula induk jantan akan mengejar
(Nasution 2000). Induk betina biasanya hanya mampu memijah sekali dalam
sehari, sedangkan induk jantan biasanya mampu memijah lebih dari satu kali
motoris yaitu rangsangan eksternal dan rangsangan internal berasal dari sekresi
8
hormon, sedangkan rangsangan luar berasal dari berbagai macam sumber seperti
faktor lingkungan, zat kimia dan lain-lain yang dimediasikan melalui organ-organ
merupakan suatu fenomena yang dinamik, termasuk tingkah laku "hibernasi" dan
"aestivasi" musim panas (Effendi 1997) dan pada spesies ikan yang berasal dari fa
mili Melanotaiidae memperlihatkan pola pemijahan yang bervariasai berdasarkan
musim yaitu musim basah (Allen 1991 in Huword Hughes 2001), musim kering
erat dengan interaksi tingkah laku. Yang memegang peranan penting dalam sifat
seksual sekunder ini adalah steroid_yang dihasilkan gonad. Hal ini meliputi
structural pada tubuh yang mrliputi timbulnya semacam jerawat di atas kepala
eksternal yaitu persatuan sperma denan sel telur terjadi diluar tubuh.
9
Perkembangan embrio diawali saat proses impregnesi, dimana sel telur
(ovum) dimasuki sel jantan (spermatozoa). Proses pembuahan pada ikan bersifat
membuahi sel telur pada pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dengan
inti sel jantan. Kedua macam inti sel ini masing masing mengandung gen
(pembawa sifat keturunan) sebanyak satu set (haploid). Sel telur dan sel jantan
yang berbeda dalam cairan fisiologis masing masing dalam tubuh induk betina
dan jantan masih bersifatnon aktif. Ada beberapa hal yang mendukung
berlangsungnya pembuhan dengan baik. Pada saat sel telur dan spermatozoa
dikeluarkan kedalam air mereka menjadi aktif. Spermatozoa yang tadinya non
aktif bergerak (motil) dengan mengunakan ekornya yang berupa cambuk. Berjuta
juta sepermatozoa dikeluarkan pada saat memijah dan menempel pada sel telur,
tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil satu satunya lubang masuk
spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa masuk melalui mikropil dan
bersatu dengan inti sel telur sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikropil
tersebut, dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah sel sel jantan yang lain
berlangsung dengan cepat sekali supaya persatuan kedua inti sel kelamin tersebut
dapat terjadi, karena inti sel telur bergerak dan daya gerak sperma itu sendiri
sangat terbatas 1─2 menit saja (Effendi 2009). Spermatozoa lainnya yang
makanan sel telur yang telah dibuahi atau zigot. Tetapi ada pula yang mengatakan
dibuang, didorong keluar oleh reaksi korteks. Demikian juga halnya dengan
10
dapat menggangu proses pernapasan (metabolisme) zigot yang sedang
korteks (Horvath 2003). Percampuran inti sel telur dan spermatozoa terjadi dalam
sitoplasma telur. Persatuan kedua inti (pronuklei) dari sel betina dan sel jantan
bersatu dalam proses yang disebut amfimiksis (Effendi 2009). Ada dua fungsi
utama fertilisasi yaitu fungsi reproduksi dan fungsi perkembangan. Pada fungsi
tetuanya. Jika pada gametogenesis terjadi reduksi unsur genetik dari 2n (diploid)
unsur genetiknya, n dari tetua jantan dan dari tetua betina sehingga diperoleh
betina yang melebur dengan pronukleus jantan membentuk zigot. Jika tidak
terjadi fertilisasi atau pembuahan, maka sel telur tetap bertahan pada tahap
Pengelolaan kualitas air dibutuhkan agar ikan yang dipelihara dapat terjaga
dan terpelihara dengan baik. Pengelolaan kualitas air dengan cara melakukan
penyiphonan yaitu dengan cara membersihkan sisa pakan yang tidak termakan
oleh ikan. Menurut Effendi (2000) suhu sangat berperan dalam mengendalikan
11
kondisi ekosistem perairan termaksud bagi kelangsungan hidup ikan. Menurut
Kadarusman et al. (2007) suhu yang ideal untuk kelangsungan hidup ikan pelangi
adalah berkisar 25−26 oC. Menurut Tappin (2010) pH ideal untuk kelangsungan
hidup ikan pelangi berkisar 6,5−7,8. Tappin (2010) mengatakan DO ideal untuk
12
III METODE
Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil PKPM yang telah
dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2016 di BPPBIH Depok.
13
18
.
Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsinya pada kegiatan pembenihan ikan
pelangi kurumoi (Melanotaenia parva)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah
yang berupa observasi, wawancara, dan partisipasi aktif dan data sekunder untuk
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan teknik
14
memakai instrumen pengukuran yang khusus sesuai tujuan (Sigian dan Sugiarto
2002).
A. Observasi
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto
B. Wawancara
dan santai tapi serius, artinya bahwa wawancara dilakukan dengan sesungguh-
C. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan secara langsung dan aktif dalam suatu
ikan pelangi. Kegiatan tersebut diikuti secara langsung mulai dari persiapan
penanganan telur, perawatan larva, pengukuran kualitas air (pH, Suhu, dam
15
Oksigen terlarut) serta kegiatan lainnya yang berkaitan dengan Pengalaman Kerja
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain, yang pada umumnya
disajikan dalam bentuk diagram. Data ini dapat diperoleh dari laporan-laporan,
pustaka yang menunjang, data dokumentasi, data lembaga penelitian dan data dari
Wadah Pemijahan
dibilas dan dikeringkan. Proses pengeringan wadah dilakukan selama 3−4 jam,
hal tersebut dilakukan agar kotoran tidak menempel kemabali kedalam wadah
16
pemijahan diisi air setinggi 30 cm. Air yang digunakan untuk pengisian air wadah
pemijahan induk pelangi berasal dari air sumur yang ditampung di dalam bak
Filter Pemijahan
Untuk itu diperlukan pompa air untuk membuat kondisi tempat pemijahan
mengalir. Selain pompa tersebut harus dilengkapi dengan filter air yang berperan
untuk menyaring sisa pakan dan feses pada perairan sehingga kualitas air yang
Substrat
pelangi. Seperti habitat aslinya dimana pelangi biasa menempelkan telur pada
tanaman air maupun bebatuan. Substrat yang dapat digunakan untuk tempat
menempelkan telur dapat berupa tanaman air, seperti enceng gondok, ijuk halus
17
atau tali rafia yang dibuat serabut. Sebelum digunakan substrat tersebut harus
dicuci terlebih dahulu agar terhindar dari penyakit, parasit atau bahan kimia. Dari
ketiga substrat tersebut substrat yang paling baik adalah dari tali raffia. Tali raffia
yang di potong-potong sepanjang 30 cm, kemudian diikat pada salah satu ujung
dan disikat dengan sikat kawat sehingga berbentuk serabut memiliki kelebihan
tidak busuk dan memiliki daya lekat yang baik untuk telur.
dipelihara sudah siap untuk dipijahkan atau belum, juga untuk mengetahui induk
yang dipijahkan memiliki kualitas yang baik atau tidak. Pemijahan dapat
dilakukan apabila induk yang digunakan baik jantan atau betina sudah berumur 8
bulan – 1 tahun. Untuk mendapatkan hasil telur yang lebih baik, induk yang
digunakan berumur 1 tahun. Kegiatan pengukuran panjang dan bobot induk perlu
menggunakan larutan phenoxy etanol yang dilarutkan dengan air sebanyak 0,3
phenoxy selama 2−5 menit, hingga induk menjadi lemas. Perendaman pada
larutan phenoxy bertujuan agar ikan yang disampling tidak stress, sehingga dapat
18
memudahkan pengukuran serta penimbangan apabila ikan dipingsankan terlebih
dahulu.
Setelah ikan pingsan, dilakukan pencatatan panjang total, dan bobot dari
induk yang akan dipijahkan. Induk yang sudah disampling, disadarkan kembali
dengan dimasukkan kedalam air bersih dan diberikan aerasi kuat. Setelah induk
3.4.3 Pemijahan
wadah pemijahan ini menggunakan perbandingan 1:1 dengan jumlah induk yang
diberikan substrat yang berupa tali rafia berwarna gelap yang dipotong sebanyak
19
10−20 lembar dan diberikan pemberat berupa batu agar susbtrat dapat tenggelam
mempercepat proses induk untuk matang gonad. Pakan yang diberikan untuk
induk berupa cacing darah atau bloodworm (Gambar 4). Frekuensi pemberian
pakan induk pelangi dilakukan sebanyak 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari dan
pemberian pakan.
Gambar 3 Cacing
Wadah yang digunakan pada proses penetasan telur adalah baskom plastik
20
substrat yang telah ditempeli oleh telur. Substrat yang terdapat telur langsung
diangkat dan dipindahkan ke wadah inkubasi. Sebelum substrat yang ada pada
Kemudian baskom diisi air dari akuarium asal substrat. Substrat yang telah di
tempeli telur diinkubasi dan dilakukan pengecekan telur yang tidak terbuahi.
Penetasan telur menjadi larva terjadi selama 5−8 hari. Pengecekan substrat
dilakukan setiap hari untuk mengetahui jumlah telur yang mati selama di wadah
inkubasi. Telur yang telah menetas pada wadah inkubasi dihitung dan di
kurumoi adalah berat induk, panjang tubuh, kualitas air, derajat pembuahan
21
Penghitungan parameter tersebut menggunakan metode yang dilakukan Said
(2008):
1. Jumlah telur ovulasi (Number of Ovulated Eggs/NOE): jumlah telur total yang
∑ Total Telur
22
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
visual terhadap induk ikan yang matang gonad. Ikan hias dengan kualitas yang
tinggi salah satunya ditentukan oleh kualitas dari induk. Untuk ciri induk yang
Tabel 3. Perbedaan induk jantan dan betina ikan pelangi kurumoi (Melanotaenia
parva) yang sudah matang gonad
Jantan Betina
Warna tubuh Warna lebih kontras dan tajam dan Berwarna oranye kemerahan
didominasi oleh warna oranye yang lebih pudar
Bentuk tubuh Lebar dan lebih besar. Bentuk perut Ramping dan relatif lebih
proporsional kecil pada bagian perut lebih
besar
Tingkah laku Lincah (lebih agresif) Kurang agresif
Bentuk alat Lonjong Membulat
genital
Bentuk sirip Sirip punggung berdekatan / sampai Sirip punggung tidak sampai
pada pangkal ekor pada pangkal ekor
Sumber: BPPBIH Depok
4.2 Pemijahan
betina adalah 1:1, hingga jumlah induk yang digunakan sebanyak 3 pasang .
Ukuran dan bobot induk diukur dan ditimbang terlebih dahulu sebelum
23
Tabel 4. Ukuran dan bobot induk jantan dan betina ikan pelangi kurumoi
(Melanotaenia parva)
Jantan Betina
Panjang Bobot
Induk Panjang Total (cm) Bobot (gram) Total (cm) (gram)
1 7,2 6,8 6,5 4,6
2 6,8 5,9 6,5 4,5
3 6,8 5,7 7 5,2
pelangi kurumoi dapat memijah dalam lingkungan yang terkontrol. Data hasil
24
Tabel 5. Data hasil pemijahan tiga pasang induk ikan pelangi kurumoi
Pe Jumlah Telur
No. mijah Yang Tidak Mati
Dikeluar ter Ter FR selama Me HR (%)
Pasang an hari
kan buahi buahi (%) inkubasi netas
an ke-
(Kali) (Butir) (Butir) (Butir) (Butir) (Butir)
1 94 0 94 100 1 93 98,93
2 86 0 86 100 1 85 98,83
3 60 0 60 100 7 53 88,33
4 54 0 54 100 2 52 96,29
1 5 72 0 72 100 1 71 98,61
6 55 0 55 100 1 54 98,18
7 36 0 36 100 0 36 100
8 34 0 34 100 0 34 100
9 100 0 100 100 1 99 99
Jumlah 591 0 591 900 14 577 878,17
Rata- 65,67 0 65,67 100 1,5 64,1 97,63
rata
1 92 0 92 100 1 91 98,91
2 32 0 32 100 1 31 96,87
3 68 0 68 100 2 68 100
4 26 0 26 100 0 26 100
2 5 23 0 23 100 0 23 100
6 33 0 33 100 2 31 93,93
7 19 0 19 100 0 19 100
8 34 0 34 100 0 34 100
9 85 0 85 100 0 85 100
10 22 0 22 100 0 22 100
Jumlah 434 0 434 1000 6 430 989,71
Rata- 43,4 0 43,4 100 0,6 43 99,07
rata
1 53 0 53 100 1 52 98,11
2 24 0 24 100 0 24 100
3 26 0 26 100 0 26 100
3 4 46 0 46 100 12 34 79,91
5 31 0 31 100 0 31 100
6 26 0 26 100 2 24 92,30
Jumlah 206 0 206 600 15 191 570,32
Rata- 34,33 0 34,33 100 2,5 31,83 95,05
rata
25
Aktivitas pemijahan ikan pelangi kurumoi berlangsung setiap hari selama
pemijahan. Hal ini diduga berkaitan dengan sifat alami ikan pelangi yang
memijah secara parsial (Pusey et al. 2001). Partial spawner yaitu spesies ikan
yang mengeluarkan telur matang secara bertahap pada satu periode pemijahan.
ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi
curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada
umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau
pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan
(Redding & Reynaldo 1993). Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon
steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) dan
Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup dalam tubuh untuk memacu
Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak
bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher 1995) Faktor lingkungan
merupakan stimuli yang dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti kulit, mata
dan hidung. Informasi berasal dari lingkungan sampai di otak melalui reseptor
26
aliran darah akan menuju ke gonad, kemudian akan merangsang pertumbuhan
Jumlah telur yang dihasilkan dari 3 pasang induk yang dipijahkan selama
13 hari secara terus menerus diperoleh masing-masing 591 butir, 434 butir dan
206 butir dengan rata-rata 65,67, 43.4, dan 34,33. Besar kecilnya jumlah telur
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor makanan, ukuran ikan, tingkat
rangsangan terhadap induk betina. Woynarovich & Horvath (1980) dalam Nur
(2011) menyatakan bahwa jumlah telur ikan dapat dipengaruhi oleh bobot tubuh
induk betina dan ukuran diameter telur. Tappin (2010) menambahkan bahwa
jumlah telur yang dikeluarkan oleh satu ekor betina berkaitan dengan ukurannya,
jumlah total telur yang dikeluarkan dapat meningkat seiring meningkatnya ukuran
rata-rata sebesar 100 %, 100 % dan 100 % (Tabel 5). Pemijahan yang dilakukan
karena sperma yang dihasilkan induk jantan efektif membuahi sel telur tanpa
adanya faktor penghalang seperti arus maupun turbiditas air. Tingginya derajat
pembuahan dikarena jumlah telur yang dihasilkan sedikit dan tidak adanya faktor
dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas sperma (faktor fisiologis) serta ada
tidaknya faktor penghalang dari lingkungan seperti arus dan turbiditas air (Tappin
2010). Selain faktor fisiologis dan lingkungan, faktor anatomi, morfologi dan
27
genetik juga berpengaruh terhadap derajat pembuahan telur. Hosken (1998)
dipengaruhi oleh perilaku jantan, anantomi dan fisiologi. Azwar (1994) dalam
Daya tetas telur adalah kemampuan telur untuk berkembang dalam proses
embriogenesis hingga telur menetas. Daya tetas telur atau derajat penetasan
embrio dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari embrio itu sendiri dan juga
faktor eksternal atau lingkungan tempat embrio tersebut diinkubasi (Said 2008).
Menurut Effendie (1997) bahwa daya tetas telur dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain kualitas telur, media penetasan, dan kualitas air yang meliputi: suhu,
Daya tetas telur ikan pelangi kurumoi yang diperoleh pada praktek ini
rata-rata sebesar 97,63 %, 99,07 % dan 95,05 %. Nilai tersebut cukup tinggi, hal
ini menunjukkan bahwa kualitas telur hasil pemijahan ikan pelangi kurumoi relatif
28
sampai berlangsungnya penetasan, disamping kualitas air media yang digunakan
pada penetasan telur ikan pelangi adalah suhu air, dimana suhu air harus dijaga
agar fluktuasinya tidak lebih dari 1 °C. Pada PKPM ini suhu air media penetasan
telur berada pada kisaran 27,9−28,1 °C. Beberapa parameter kualitas air yang
terukur pada media pemeliharaan selama kegiatan pemijahan dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan ikan rainbow kurumoi
(Melanotaenia parva)
DO Suhu Amonia (NH3) Nitrit (NO2)
Jenis pH
(ppm) ( 0C ) (ppm) (ppm)
Tandon 4.40−4,5 27,5−8 6,0 0,001−0.005 0,002−0,015
Induk 5−5,28 28−28.7 6,5 0,001−0.017 0,009−0,018
Sumber: Alexander (2016)
Pengelolaan kualitas air harus terus dijaga pada masa pemeliharaan induk.
Penyiponan dapat dilakukan terus selama 3 hari sekali. Jika dirasa air yang
digunakan terlalu buruk dapat dilakukan pergantian air yang dilakukan secara
rainbow tidak stress menghadapi pergantian air yang ekstrem (Nasution 2000).
29
Menurut Effendi (2000) suhu angat berperan aktif dalam mengendalikan kondisi
Kadarusman et al. (2007) suhu yang ideal untuk kelangsungan hidup ikan
rainbow adalah berkisar 25−26 oC, sedangkan suhu pada wadah pemijahan induk
berkisar 28−28,7 oC. Hal ini menunjukkan suhu pada wadah pemijahan terbilang
hidup ikan rainbow berkisar 6,5−7,8, sedangkan pH pada wadah pemijahan 6,5.
Hal ini menunjukkan bahwa pH wadah pemijahan berada pada kisaran normal.
sedangkan DO pada wadah pemijahan berkisar 5−5,28 ppm. Hal ini juga
mengatakan Amonia (NH3) ideal untuk ikan rainbow bernilai 0,001−0,01 ppm,
ppm. Hal ini menunjukkan bahwa Amonia (NH 3) berada pada kisaran normal.
Tappin (2010) mengatakan Nitrit (NO2) ideal untuk ikan rainbow bernilai < 20
ppm, sedangkan kisaran Nitrit (NO2) pada wadah pemijahan bernilai 0,009−0,018
ppm. Hal ini juga menunjukkan bahwa Nitrit (NO2) berada pada kisaran normal.
30
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
kurumoi adalah:
3. Jumlah larva yang didapatkan selama 27 hari pengamatan adalah 1,198 ekor
4. Parameter kualitas air yang diperoleh selama pengamatan berada pada kisaran
normal kecuali, parameter suhu yang berada pada kisaran yang cukup tinggi.
5.2 Saran
pengelolaan parameter kualitas air lebih dikontrol terutama pada parameter suhu
31
DAFTAR PUSTAKA
APSOR. 2010. Penemuan jenis baru ikan pelangi Papua Melanotaenia fasinensis
Dari Sorong Selatan, penemuan kembali M. ajamaruensis dan status kritis
hampir punah M. parva di Danau Kurumoi Kabupaten Bintuni. Warta Riset.
Akademi
Perikanan Sorong. http://www.apsordkp.ac.id. 3 p.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Vol XIII. PT.
Rineka Cipta. Jakarta. 370 hal
Amri, K., dan khairuman, A. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta
Amri, K., dan Khairuman, 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agro
Media Pustaka. Jakarta
32
Daelami, Deden 2010. Usaha pembenihan ikan hias air tawar. Jakarta : Penebar
Swadaya
IUCN. 2011. The IUCN red list of threatened species Melanotaenia parva (Lake
Kurumoi Rainbowfish). http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/130
72/0
(diakses 10/09/2011). 1 p.
Kadarusman dkk. 2007. Studi Pendahuluan Diversitas Jenis, Habitat, Domestikasi
dan Konservasi Ex-Situ Ikan Rainbow; Melanotaenia di Kawasan Vogelkop
Papua.
Nasution, S.N.. 2000. Ikan Hias Air Tawar : Rainbow. Jakarta. Penebar Swadaya.
Rosidi, I. 2008. Sukses Menulis Karya Tulis Ilmiah Suatu Pendekatan Teori dan
Praktik. Pustaka Sidogiri. Pasuruan. 128 hal.
Said, D. S dan Hidayat. 2005. Kekerabatan Beberapa Spesies Ikan PeLangi Irian
(Famili Melanotaenidae) Berdasarkan Karyotipe. Penelitian limnologi.LIPI.
Fakultas perikanan dan kelautan. Jurnal ikhtiologi Indonesia, volume 5
nomor 1. Institut Pertanian Bogor
Sigian, D. Dan Sugiarto. D. 2002. Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 414 hal.
33
Telmatherina ladigesi melalui habitat buatan. Prosiding Seminar Nasional
Tahunan IV. Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. BI-2, 1-9 pp.
Tappin, A.R. 2010. Rainbowfishes Their Care and Keeping In Capyivity. Art
Publication. 489 p.
Yustina, Arnentis & Darmawati. 2003. Daya tetas dan laju pertumbuhan larva
ikan hias Betta splendens di habitat buatan. Jurnal Natur Indonesia. 5(2): 129-132
pp.
34
LAMPIRAN -
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Deskripsi Umum Instansi Tempat Pengalaman Kerja Praktek
Mahasiswa (PKPM)
1. Sejarah
berdiri sejak tahun 1957 dan mengalami perubahan nama instansi sebanyak 10
kali hingga pada tahun 2010 menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Ikan Hias Depok (BPPBIH). Berikut perubahan nama instansi selama
Tahun 2002 : Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (Maret
2002)
Tahun 2005 : Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (Agustus 2005)
Tahun 2009 : Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok (Oktober 2009)
36
2. StrukturOrganisasi
dan hasil pemasaran, sedangkan teknisi lapangan sebagai tenaga yang membantu
peneliti dalam kegiatan pembenihan dan pemeliharaan ikan yang selalu sesuai
pemasarannya.
37
Gedung Administrasi Luas Jumlah
- Ruang Kepala 15 m2 1 unit
- Aula 54 m2 1 unit
- Bendahara PNBP 9 m2 1 unit
- Ruang Administrasi 18 m2 1 unit
- Ruang Bendahara 6 m2 1 unit
- Ruang KTU 6 m2 1 unit
Gedung Peneliti Luas Jumlah
- Peneliti 278,1 m2 1 unit
Gedung Teknis Luas Jumlah
- Perpustakaan 36 m2 1 unit
- Lab Basah 84 m2 1 unit
- Laboratorium 68 m2 1 unit
Lab. Biologi Luas Jumlah
- Ruang Alga 10,95 m2 1 unit
- Ruang Foto 9,45 m2 1 unit
Green House Luas Jumlah
- Hatchery Botia 150 m2 1 unit
Hanggar 2 Luas Jumlah
- Ruang Gen Set 19,6 m2 1 unit
- Ruang Peneliti 41,5 m2 1 unit
- Ruang Pembenihan 59,5 m2 1 unit
- Ruang Teknisi 58,1 m2 1 unit
- Ruang Peneliti 5 m2 1 unit
- Kamar Mandi 9,99 m2 1 unit
- Bak Pembenihan 5,0 m x 1,80 m 2 bh
- Bak Tandon Air 7,0 m x 2,0 m 1 bh
- Resirkulasi 11 set
- Gen Set 2 bh
- Blower 2 bh
- Frezeer 1 bh
Lab. Basah 3 Luas Jumlah
- Ruangan Kantor 14,0125 m2 1 bh
- Bak Beton 2,30 m x 2,30 m 6 bh
- Bak Beton 4,90 m x 3,30 m 1 bh
- Bak Beton 3,20 m x 2,0 m 2 bh
Kolam Luas Jumlah
- Kolam Tanah 17 m x 12 m 23 bh
- Kolam Tanah 11.50 mx 8,60 m 8 bh
- Kolam Tanah 8 m x 9,8 m 12 bh
- Kolam Tanah 43 m x 7 m 1 bh
38
- Bak Resirkulasi 13 m x 17 m 1 bh
Lampiran 2 Dokumentasi
Tandon Air
phenoxy etanol
39
Substrat / Selter Lampu Penerang
Pinset Konter
40
Milimeter Blok Timbangan Digital
41