BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pelaksanaan
Dasar pelaksanaan praktikum ini adalah Kurikulum 1992 semester
ganjil dengan jam praktek lapang 40 jam. Sub pokok bahasan ini yang akan
di praktekkan yaitu genesa tanah, morfologi tanah, konserfasi tanah,
penggunaan tanah, dan survey tanah. Praktek ini untuk mensinergikan antara
teori yang diterima mahasiswa di kelas dengan kondisi yang nyata di
lapangan sehingga mahasiswa dapat memahami secara baik konsep tanah
dalam kaitannya dengan Ilmu Tanah.
B. Tujuan Praktek
1. Tujuan Instruksional Umum
Pelaksanaan praktek lapang ini di maksudkan untuk melatih
mahasiswa menerapkan dan membandingkan antara teori dan kenyataan
di lapangan dan terampil dalam memecahkan masalah yang berhubungan
dengan mata Kuliah Ilmu Tanah, serta di harapkan dapat membantu dan
menumbuhkan sikap cinta Lingkungan sekitarnya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Pelaksanaan praktek lapang ini di harapkan mahasiswa :
1) Dapat mengetahui faktor-faktor pembentuk tanah di lokasi praktek
lapang.
2) Dapat menggambarkan morfologi tanah di lokasi praktek lapang.
3) Dapat mengetahui praktek lapang tentang konservasi lahan yang
harus di lakukan dalam pengelolahan lahan di lokasi praktek lapang.
4) Dapat mengenal jenis penggunaan jenis lahan di lokasi praktek
lapang.
BAB II
KAJIAN TEORI
tanah. Di samping itu unsure nitrogen dapat di ikat dalam tanah dari udara
oleh mahluk hidup baik hidup sendiri di dalam tanah maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman. Demikian juga dengan tanaman atau
vegetasi yang tumbuh pada tanah tersebut dapat merupakan penghalang
untuk terjadinya erosi, sehingga mengurangi jumlah tanah permukaan
yang hilang.
3. Bahan Induk
Sifat-sifat bahan induk masih dapat terlihat, bahkan pada daerah
humid yang telah mengalami pelapukan sangat lanjut, misalnya tanah
yang bertekstur pasir adalah akibat dari kandungan pasir yang tinggi dari
bahan induk susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya
mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan, tetapi kadang-kadang jenis
vegetasi alami yang tumbuh di atasnya. Terdapatnya batu kapur di daerah
humid akan menghambat tingkat keasaman tanah, disamping vegetasi
yang hidup di atas tanah berasal dari batu kapur biasanya banyak
mengandung basa-basa. Dengan adanya basa-basa lapisan tanah atas
melalui sensah dari vegetasi tersebut akan proses pengasaman menjadi
lambat.
4. Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi dan bentuk wilayah suatu
daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecurahan dan bentuk lereng.
Relief ini sangat mempengaruhi pembentukan tanah dengan cara :
1. Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan massa
tanah.
2. Mempengaruhi dalamnya air tanah
3. Mempengaruhi besarnya erosi
4. Mengerahkan gerakan air serta bahan-bahan yang terlarut di
dalamnya.
(immature atau young soil), tanah dewasa (mature soil), dan tanah tua
(old soil).
C. Proses Pelapukan
Pelapukan adalah perubahan sifat fisik maupun kimia batuan atau
mineral pada atau dekat permukaan bumi. Pelapukan merupakan proses-
proses perubahan batuan dan mineral dari yang stabil pada berbagai kondisi
kelembaban, temperature, dan aktifitas biologis yang berlangsung di
permukaan bumi. Ada dua pelapukan yaitu pelapukan fisika dan pelapukan
kimia.
1. Pelapukan Fisik
Mekanisme umum dari semua proses pelapukan fisika adalah
pembentukan tekanan yang cukup terhadap batuan yang menyebabkan
pecah sepanjang bidang belahan yang menghasilkan berbagai ukuran
baik berbentuk blok atau lembaran. Dengan demikian garis lemah
sepanjang batas-batas butiran mineral, dapat terlapuk secara fisika,
menghasilkan berbagai ukuran material, ukuran kecil kemungkinan dapat
terjadi jika mineral-mineral terpotong menyilang pada skala kecil. Di
beberapa tempat proses ini efektif untuk pelapukan fisika bila air bisa
masuk pada celah-celah antara butiran-butiran. Proses ini efektif pada
lingkungan yang mempunyai temperature permukaannya fluktuatif. Pada
suhu 4o C volumenya 1,0013 cc, akan meningkat menjadi 1,09083 cc
pada suhu 0o C, jadi naik sekitar 9%.
2. Pelapukan Kimia
Terjadinya pelapukan kimia pada batuan atau mineral karena
adanya ketidaksetimbangan pada permukaan dengan air, temperature
(suhu) dan tekanan. Beberapa perubahan yang terjadi selama pelapukan
kimia diperlihatkan oleh bukti-bukti di lapangan seperti oksidasi dab
o Curam : 45-65%
o Sangat curam : diatas 65%
Materal induk
o Jenis batuan dan macam batuan : batu beku, batu sediment,
batu metamort.
o Formasi batuan
o Komposisi material batuan utama.
Drainase
Klasifikasi drainase tanah yaitu :
o Kelas 0 : sangat buruk
o Kelas 1 : buruk
o Kelas 2 : agak buruk
o Kelas 3 : sedang
G. Sistem Klasifikasi
Klasifikasi tanah adalah usaha untuk untuk membeda-bedakan
tanah berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki. Membedakan tanah menjadi tanah
merah, tanah hitam, kelabu, tanah liat, atau tanah berpasir dan debu, berarti
kita melakukan pengklasifikasian tanah meskipun dengan cara yang sangat
sederhana.
Klasifikasi alami adalah klasifikasi tanah yang berdasarkan atas
tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan
tanah tersebut. Klasifikasi teknis ialah klasifikasi tanah yang didasarkan atas
sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk penggunaan
tertentu.
1. jenis-jenis klasifikasi tanah
ada beberapa jenis klasifikasi tanah yaitu :
system pusat penelitian bogor
taksonomi tanah (USDA) oleh amerika Serikat
system FAO/UNESCO
2. klasifikasi tanah khomprehensif baru
sistem baru ini mempunyai dua hal yang diperkuat penggunaannya. Ada
dua hal yang berguna untuk mempelajari ilmu tanah yaitu :
kenyataan dasar pokok untuk menentukan berbagai macam kelas
dalam system ini. Sifat tanah yang terdapat di lapangan, yaitu sifat
yang dapat diukur secara kuantitatif.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Lokasi pertama
Kecamatan Bontomarannu Kab. Gowa merupakan titik pertama
pengamatan profil tanah, tepatnya di daerah Pakkatto. Adapun titik
koordinatnya yaitu 5° 15' 57,3'' LS dan 119° 32' 14,6'' BT, dengan ketinggian
480 meter DPL. Kemiringan lahan mencapai 20 0 dengan jenis tanah dominan
litosol coklat. Dari hasil pengamatan profil tanah, dapat diketahui bahwa jenis
horizon yang terbentuk dilokasi ini terdiri atas dua lapisan yaitu horizon C dan
R.
Horison C merupakan lapisan bahan induk yang berasal dari batuan
induk yang ada di bawahnya. Lapisan ini berada pada kedalaman 0-180 cm.
Dari hasil uji pH tanah yang dilakukan dilaboratorium geografi dapat diketahui
bahwa nilai pH tanah ketika dilarutkan dengan aquades adalah 6 dan ber pH
5 ketika dilarutkan dengan larutan KCl. Ini membuktikan bahwa sampelk
tanah ini bersifat masam. Selain menguji nilai pH-nya juga dilakukan
pengujian bahan organic tanah, dimana ketika dilarutkan sampel tanah
dengan larutan H2O2 terjadi reaksi yang menghasilkan sedikit buih namun
tidak ada percikan, hal ini membuktikan bahwa pada horizon C ini
mengandung sedikit bahan organik. Secara teori, pada horizon C seharusnya
tidak ditemukan bahan organic, tetapi melainkan hanya ditemukan bahan
dasar batuan induk yang telah melapuk. Namun faktanya terdapat bahan
organic walaupun hanya sedikit. Hal ini disebabkan karena posisi horizon C
pada profil tanah lokasi ini berada paling di atas, dimana posisi tersebut
meruipakan tempat pengendapan sisa-sisa organik.
Horizon R merupakan batuan induk yang belum mengalami
pelapukan. Posisi horizon ini beradsa tepat di bawah horizon C. adapun
kedalamannya yaitu lebih dari 180 cm dari permukaan tanah. Jenis batuan di
daerah ini berdasarkan peta geologi yaitu batuan gunung api formasi camba
yang warnanya agak gelap.
B. Lokasi kedua
Objek wisata hutan pinus di daerah Benttengtinggia Kecamatan
Malino merupakan lokasi ke-2 dari titik pengamatan. Adapun titik koordinat
dari lokasi ini yaitu 5° 15' 12,4'' LS dan 119° 50' 46,0'' BT, dengan ketinggian
920 meter DPL. Kemiringan lahan mencapai 8,5 0 dengan jenis tanah dominan
andosol. Dari hasil pengamatan profil tanah, dapat diketahui bahwa jenis
horizon yang terbentuk dilokasi ini terdiri atas empat lapisan yaitu horizon A,
B, BC dan C.
Horizon A yaitu lapisan tanah yang berada paling atas pada lokasi
tersebut yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral.
Horizon A merupakan tempat terjadinya proses elluviasi yaitu proses
pencucian unsur-unsur halus seperti lempung Al dan Fe, sehingga horizon ini
memiliki tekstur pasir berlempung. Adapun sturuktur tanah pada horizon ini
adalah remah. Horizon ini memiliki kedalam 0-45 cm. Permeabilitas tanah
pada horizon ini memiliki nilai yang lebih besar dari horizon-horison yang ada
di bawahnya, sedangkan berat volume tanahnya lebih kecil jika dibandingkan
dari horison-horison yang ada di bawahnya. Hal ini disebabkan karena
porositas tanah pada lapisan ini sangat besar
Dibawah horizon A, terdapat horizon B yang memiliki warna agak
kecoklatan dan memiliki tekstur lempung, hal ini disebabkan karena di lapisan
ini merupakan tempat terjadinya proses illuviasi yaitu penimbunan bahan-
bahan material halus yang berasal dari prose pencucian horizon A yang ada
di atasnya. Horizon ini memiliki kedalam dari 45 cm sampai 91 cm.
Horison selanjutnya yang diamati pada profil tanah, yaitu horizon BC,
yang merupakan horizon peralihan antara horizon B dengan horizon C yang
lebih condong menyerupai horizon B. Kedalaman horizon ini yaitu dari 91 cm
sampai 95 cm. Dari hasil analisis laboratorium diketahui bahwa kandungan
bahan organik pada horizon ini sangat besar, hal ini dibuktikan dengan
terjadinya reaksi ketika diteteskan dengan larutan H 2O2, dimana pada reaksi
tersebut terlihat banyak buih dan terjadi percikan. Dari hasil analisis
laboratorium juga diketahui nilai pH pada horizon ini, dimana ketika sampel
tanah pada horison BC dilarutkan dengan menggunakan aquades nilai pHnya
yaitu 5. Sedangkan jika dilarutkan dengan larutan KCl nilai pHnya 4. Ini
membuktikan bahwa tanah pada lapisan ini bersifat sangat masam.
Horizon yang keempat dari profil tanah pada lokasi ini yaitu horizon
C. Horizon C merupakan bahan induk yang berasal dari batuan induk yang
mengalami pelapukan. Warna bahan induk ini memiliki warna putih kekuning-
kuningan. adapun kedalaman dari horizon ini yaitu lebih besar dari 195 cm.
C. Lokasi ketiga
Lokasi ketiga dari praktek lapang ini adalah daerah Batu Lapisi
kecamatan Malino. Adapun titik koordinatnya yaitu 5° 14' 26,3'' LS dan 119°
53' 1,6'' BT, dengan ketinggian 1300 meter DPL. Kemiringan lahan mencapai
200 dengan jenis tanah dominan andosol. Dari hasil pengamatan profil tanah,
dapat diketahui bahwa jenis horizon yang terbentuk dilokasi ini terdiri atas
empat lapisan yaitu horizon A, AB, B dan C.
Horizon A yaitu lapisan tanah yang berada paling atas pada lokasi
tersebut yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral.
Horizon A merupakan tempat terjadinya proses elluviasi yaitu proses
pencucian unsur-unsur halus seperti lempung Al dan Fe, sehingga horizon ini
memiliki tekstur pasir berlempung. Adapun struktur tanah pada horizon ini
adalah remah. Horizon ini memiliki kedalam 0-40 cm. Dari hasil analisis
D. Lokasi keempat
Lokasi keempat adalah desa Kandreapia. Adapun titik koordinatnya
yaitu 5° 14' 30,8'' LS dan 119° 56' 19,9'' BT, dengan ketinggian 1522 meter
DPL. Kemiringan lahan mencapai 0,9 0. Jenis vegetasi yang hidup di atasnya
adalah rerumputan, serta jenis tanah yang ada pada lokasi ini adalah jenis
tanah andosol. Dari hasil pengamatan profil tanah, dapat diketahui bahwa
jenis horizon yang terbentuk dilokasi ini terdiri atas empat lapisan yaitu
horizon A, AB, B, C dan R.
Horizon A yaitu lapisan tanah yang berada paling atas pada profil
tanah lokasi tersebut, yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan
mineral. Horizon A merupakan tempat terjadinya proses elluviasi yaitu proses
pencucian unsur-unsur halus seperti lempung Al dan Fe, sehingga horizon ini
memiliki tekstur pasir berlempung. Permeabilitas tanah pada horizon ini
memiliki nilai yang lebih besar dari horizon-horison yang ada di bawahnya,
sedangkan berat volume tanahnya lebih kecil jika dibandingkan dari horison-
horison yang ada di bawahnya. Hal ini disebabkan karena porositas tanah
pada lapisan ini sangat besar. Adapun sturuktur tanah pada horizon ini
adalah remah. Horizon ini memiliki kedalam 0-30 cm.
Horison selanjutnya yang diamati pada profil tanah, yaitu horizon AB,
yang merupakan horizon peralihan antara horizon A dan horizon B yang lebih
condong menyerupai horizon A. kedalaman horizon ini yaitu dari 30 cm
sampai 67 cm.
Horizon yang ketiga dari profil tanah pada lokasi ini adalah horizon
C. horizon C merupakan bahan induk yang berasal dari batuan induk yang
mengalami pelapukan, adapun kedalaman dari horizon ini yaitu lebih besar
dari 130 cm.
E. Lokasi kelima
Lokasi ke lima adalah desa Kandreapia. Dari hasil pengamatan profil
tanah, dapat diketahui bahwa jenis horizon yang terbentuk dilokasi ini terdiri
atas empat lapisan yaitu horizon AP, B, BC dan C.
Horizon AP yaitu lapisan tanah yang berada paling atas pada profil
tanah lokasi tersebut, yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan
mineral. Horizon AP merupakan tempat terjadinya proses elluviasi yaitu
proses pencucian unsur-unsur halus seperti lempung Al dan Fe, sehingga
horizon ini memiliki tekstur pasir berlempung. Dari hasil analisis yang
dilakukan dalam laboratorium, dapat diketahui bahwa permeabilitas tanah
pada horizon ini memiliki perbedaan yang sangat besar dengan lapisan B
yang ada di bawahnya, dimana nilai permeabilitas horizon AP yaitu mencapai
12,21 cm/jam, sedangkan pada horizon B hanya mencapai 0,314 cm/jam. Hal
ini disebabkan karena tanah horizon AP telah terusik, mengingat lokasi
tersebut merupakan lahan perkebunan masyarakat setempat. Selain
mempengaruhi nilai permeabilitas, juga dapat mempengaruhi nilai kerapatan
linda tanah, dimana nilai kerapatan linda tanah pada horizon A berkisar 1,87
gr/cm3 sedangkan kerapatan linda tanah pada horizon B yang ada di
bawahnya berkisar 2,30 gr/cm 3. Adapun struktur tanah pada horizon ini
adalah remah. Horizon ini memiliki kedalam 0 – 15 cm.
Dibawah horizon A terdapat horizon B yang memiliki warna coklat
kemerah-merahan Lapisan ini merupakan tempat terjadinya proses illufiasi
yaitu penimbunan bahan-bahan material halus yang berasal dari prose
pencucian horizon yang ada di atasnya. Horizon ini memiliki kedalam dari 15
cm sampai 90 cm. Dari hasil analisis laboratorium diketahui bahwa
kandungan bahan organic pada horizon ini sangat sedikit, hal ini dibuktikan
dengan terjadinya reaksi ketika diteteskan dengan larutan H 2O2 dimana pada
reaksi tersebut terlihat sedikit buih dan terjadi sedikit percikan.
Horison selanjutnya yang diamati pada profil tanah, yaitu horizon BC,
yang merupakan horizon peralihan antara horizon B dan horizon C yang lebih
condong menyerupai horizon B. kedalaman horizon ini yaitu dari 90 cm
sampai 118 cm.
Horizon yang keempat dari profil tanah pada lokasi ini yaitu horizon
C. Horizon C merupakan bahan induk yang berasal dari batuan induk yang
mengalami pelapukan, walaupun di lokasi ini hanya ditemukan sedikit. Bahan
induk ini memiliki warna agak keabu-abuan. adapun kedalaman dari horizon
ini yaitu lebih besar dari 118 cm. Dari hasil analisis laboratorium diketahui
nilai pH pada horizon ini, dimana ketika sample tanah pada horison C
dilarutkan dengan menggunakan aquades nilai pHnya yaitu 5. Begitupun juga
ketika dilarutkan dengan larutan KCl nilai pHnya 5. Ini membuktikan bahwa
tanah pada lapisan ini bersifat masam.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil praktek lapang, dapat disimpulkan bahwa :
Lokasi I adalah Kecamatan Bontomarannu Kab. Gowa tepatnya di
daerah Pakkatto. Adapun titik koordinatnya yaitu 5° 15' 57,3'' LS dan
119° 32' 14,6'' BT dilokasi ini terdiri atas dua lapisan yaitu horizon C
dan R.
Lokasi II adalah Objek wisata hutan pinus di daerah Benttengtinggia
Kecamatan Malino, titik koordinat dari lokasi ini yaitu 5° 15' 12,4'' LS
dan 119° 50' 46,0'' BT, jenis horizon yang terbentuk dilokasi ini terdiri
atas empat lapisan yaitu horizon A, B, BC dan C.
Lokasi III adalah daerah Batu Lapisi kecamatan Malino. Adapun titik
koordinatnya yaitu 5° 14' 26,3'' LS dan 119° 53' 1,6'' BT, jenis horizon
yang terbentuk dilokasi ini terdiri atas empat lapisan yaitu horizon A,
AB, B dan C.
Lokasi IV adalah desa Kandreapia. Adapun titik koordinatnya yaitu 5°
14' 30,8'' LS dan 119° 56' 19,9'' BT, jenis horizon yang terbentuk
dilokasi ini terdiri atas empat lapisan yaitu horizon A, AB, B, C dan R.
Lokasi V adalah desa Kandreapia. Adapun titik koordinatnya yaitu
5° LS dan 119° 56' BT, jenis horizon yang terbentuk dilokasi ini terdiri
atas empat lapisan yaitu horizon AP, B, BC dan C.
B. Saran
Sarana dan pra sarana praktek baik di lapangan maupun di
laboratorium sebaiknya dibenahi dan ditangani dengan sebaik-baiknya.
Kelengkapan dan ketersediaan alat-alat praktek sangat membantu dalam
baik tidaknya atau berhasil tidaknya suatu praktek.
DAFTAR PUSTAKA
NO NAMA NIM
1. Eka Hijrawati Darwis 051504001
2. Anwar 051504002
3. Samsutin 051504003
4. Wardana 051504004
5. Armilawati Amran 051504005
6. Herma 051504006
7. Andi Usdariati 051504007
8. Indah Susilawati 051504008
9. Nursyamsi Zainuddin 051504009
10. Martini 051504010
11. Zul Fadli Ramli 051504012
12. Norma 051504013
13. Nur Asmirawati Bakkang 051504014
14. Nurhadiansyah 051504015
15. Nur Rahman Harun 051504016
16. Fitriani 051504017