Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAH HUTAN


ACARA I
PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Disusun oleh :

Nama : MUHAMMAD IQBAL KHOLIQ


NIM : 18/430149/KT/08838
Co-Ass :
Shift : Selasa, 15.00

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN TANAH HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA I

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengambilan tanah
2. Mahasiswa mengetahui perbedaan pengambilan contoh tanah yang
disesuaikan dengan sifat-sifat tanah yang akan disidik.

II. DASAR TEORI

Terdapat beberapa pengertian mengenai tanah. Menurut Dewi WS (2000) tanah


merupakan habitat yang kompleks bagi organisme tanah, dan saling berinteraksi, serta
memiliki aktivitas yang dapat menentukan sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi.
Menurut Cahyono Agus pada pematerian kuliah ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan tanah. Faktor-faktor tersebut dapat disingkat menjadi
C,P,R,O,T yaitu :
1. Climate (Iklim)
2. Parent Material (Bahan Induk)
3. Relief (Bentang Alam)
4. Organism ( Makhluk Hidup)
5. Time (Waktu)
Lima hal tersebut yang mempengaruhi pembentukan tanah sehingga memiliki beberapa
lapisan horizon.
Horizon tanah yang berada diatas bahan induk disebut “Solum”. Solum pada
umumnya memiliki 4 lapisan horizon utama yaitu:
a. Horizon O merupakan horison yang terdiri dari bahan-bahan organik.
b. Horizon A merupakan horizon yang mengandung bahan organik lumayan banyak
tetapi miskin unsur terlarut karena mengalami pencucian (eluviasi).
c. Horizon B merupakan horizon yang mengandung bahan organik rendah tetapi
kaya akan bahan terlarut yang merupakan penumpukan eluviasi horizon A.
d. Horizon C merupakan horizon yang terdiri dari hancuran bahan induk.
Empat Horizon tersebut disebut juga sebagai top soil (Islami, Titiek & Utomo, Wadi.
1995).
Warna dapat memberi tahu banyak tentang suatu tanah. Secara umum semakin gelap
warna tanah maka akan semakin tinggi produktivitasnya. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya kandungan bahan organik dan mineral hasil pencucian unsur terlarut dalam
tanah. Selain kandungan bahan organik dan mineral, warna tanah juga dipengaruhi oleh
iklim dimana iklim hangat dapat membuat tanah menjadi berwarna kemerah-merahan
karena terjadi pencucian zat besi dalam tanah(Kohnke, Helmut. 1968). Lapisan Horizon
O memiliki banyak kandungan bahan organik dari seresah-seresah sehingga memiliki
warna yang gelap dan memiliki kemampuan untuk mengikat mineral. Di lapisan Horizon
A memiliki warna lebih terang karena kemampuan untuk mengikat air sangat sedikit
sehingga sering mengalami pencucian unsur hara. Di Lapisan Horizon B warna sangat
gelap karena menjadi tempat penumpukan mineral dan unsur hara.
Pada tanah Rengosol mempunyai tekstur yang kasar dengan kadar pasir > 60 %
dengan pori makro (pori drainase) yang dominan , sehingga pada kondisi kadar air tinggi
proses drainasenya jauh lebih cepat. Pergerakan air tanah sangat dipengaruhi oleh tektur
tanah. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pada
kondisi kadar air tinggi, pergerakan air tanah pada tanah yang bertekstur kasar dengan
pori yang didominasi pori makro jauh lebih cepat dibandingkan dengan pergerakan air
pada tanah bertektur halus dengan dominasi pori mikro ( Anas, Iswandi dkk. 2007)
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh
tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat
yang akan diteliti lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah ada dua teknik
dasar yaitu pengambilan contoh tanah utuh dan tidak utuh. Sebagamana dikatakan dimuka
bahwa pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk
penetapan sifat-sifat fisika tanah ada tiga macam pengambilan contoh tanah yaitu :
1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk
analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran
pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)
2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil
aggregate) yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad
kemantapan agregat (aggregate stability).
3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan
kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar
lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik
tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat keterosian) tanah
menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator).
Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N,P,K dll), kapasitas tukar
kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh tanah terusik.
(Agus, Cahyono 2009)
Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk
bertahan terhadap gaya-gaya yang akan merusaknya. Agregat tanah yang mantap akan
mempertahankan sifat-sifat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, seperti
porositas dan ketersediaan air lebih lama dibandingkan dengan agregat tanah tidak
mantap. Agregat yang stabil dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk
perkembangan akar tanaman. Tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan
maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan
menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan
permeabilitas menjadi lambat (Junaedi, Heri. 2015).
Agregat tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam tanah.
Bahan organik tanah sangat penting dalam mempertahankan stabilitas struktur tanah,
membantu infiltrasi udara dan air, mempromosikan air retensi, dan mengurangi erosi
(Gregorich et al., 1994). Hal ini sejalan dengan Goenadi (2006), yang menyebutkan
bahwa bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik tanah yaitu dapat meningkatkan
stabilitas agregat tanah, sehingga menciptakan struktur tanah yang mantap dan ideal bagi
pertumbuhan tanaman yang berakibat pada tingkat porositas yang baik dan mengurangi
tingkat kepadatan tanah (Utomo, Satya Budi dkk. 2015)

III. ALAT DAN BAHAN


 Bor
 Tabung berbentuk silinder (cincin) yang terbuat dari kuningan
 Sekop
 Balok kayu
 Pisau yang tipis dan tajam
 Tangkai penjepit tabung (cincin)
 Kantong plastik
 Cangkul
IV. CARA KERJA
A. Pengambilan Contoh Tanah Terusik Dengan Bor
1. Mata bor diletakkan di permukaan tanah.
2. Pegangan bor perlahan-lahan diputar ke arah kanan dengan disertai tekanan
sampai seluruh kepala bor terbenam.
3. Kepala bor perlahan-lahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar
pegangan bor tanah ke arah kiri dengan disertai tarikan.
4. Contoh tanah yang terbawa kepal bor dilepaskan perlahan sampai bersih dan
diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah.
5. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan 20 cm sampai kedalaman yang
dikehendaki.
6. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20 cm itu diletakkan
tersusun menurut kedalaman aslinya, sehingga aka n diperoleh gambar profil
tanah.
7. Sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dimasukkan dalam plastik yang beretiket
Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa
lainnya.

B. Pengambian Contoh Tanah Tidak Terusik


1. Permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupan tumbuhan,
seresah, dan batu dibersihkan terlebih dahulu.
2. Tabung silinder diletakkan pada permukaan tanah yang akan disidik dengan
bagian tajam berada di sisi yang bersinggungan.
3. Perlahan-lahan ditekan dengan tekanan merata sampai terbenam ¾ nya.
4. Tabung silinder kedua diletakkan diatasnya, kemudian tekan sampai tabung
pertama mencapai kedalaman yang diinginkan.
5. Tanah disekeliling tabung digali hingga tabung-tabung tersebut dapat diambil
secara bersamaan dalam keadaan bertautan.
6. Tanah lebihan di sisi depan dan belakang dirapikan dengan menggunakan pisau
tajam.
7. Kedua mulut tabung silinder ditutup dengan tutup tersedia, kemudian isolasi dan
beri label: kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor pelapisan, dan ciri-
ciri istimewa lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

 WS, Dewi.2002. Pengaruh Cacing Tanah dan Bahan Organik Terhadap Dinamika
Populasi Mikroba Beberapa Jenis Tanah. Sain Tanah. 2. hal. 43-52.
 Islami, Titiek & Utomo, Wadi. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.
 Agus, Cahyoni. 2018. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
 Kohnke, Helmut. 1968. Soil Physics. McGraw-Hill, lnc. New York
 Anas, Iswandi dkk. 2007. Soil Moisture Characteristics on Several Soil Tyipes.
Journal Soil and Environment.. 9. hal. 77-81.
 Junaedi, Heri. 2015. Improvement of Aggregate Stability in Ultisol through
Application of China Violet (Asystasia gangetica (L.) T. Anders.). 979-587-580-9.
 Utomo, Budy Satya. 2015. Kajian Kemantapan Agregat Tanah Pada Pemberian
Beberapa Jenis Bahan Organik di Perkebunan Kopi Robusta. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. 2.hal. 111-117.

Anda mungkin juga menyukai