Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN

ACARA 1

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Disusun oleh :
Nama : Ferdaus Hardiyantono
NIM : 14/366549/KT/07802
Shift : Senin, 15.00 WIB
Co.Ass : Anandya Sarvyana Putri


LABORATORIUM ILMU TANAH HUTAN
BAGIAN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
A. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengambilan contoh tanah.
2. Mahasiswa mengetahui perbedaan pengambilan contoh tanah yang disesuaikan
dengan sifat-sifat tanah yang akan disidik.
B. Dasar Teori
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, berdimensi tiga, menduduki sebagian (besar)
permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk pada kondisi
topografi/relief tertentu dan selama waktu tertentu (Donahue, 1970). Studi perihal tanah di setiap
lokasi di permukaan bumi memperlihatkan lima faktor utama yang aktif mengendalikan
pembentukan tanah. Ke lima faktor itu adalah iklim, jasad hidup, bahan induk, topografi, dan
waktu. Ke lima faktor ini tidak sama pengaruhnya terhadap pembentukan tanah. Meskipun
beberapa faktor diantaranya amat berpengaruh dalam menentukan perkembangan tanah di bawah
kondisi tertentu, faktor-faktor tersebut berhubungan erat satu sama lainnya.
Profil tanah adalah penampang melintang (vertical) tanah yang terdiri dari lapisan tanah
(solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagian dari proffil tanah yang terbentuk
akibat proses pembentukan tanah (horizon A dan B). Sifat tanah berubah, baik ke arah vertikal
maupun lateral. Perubahan vertikal ditunjukkan oleh perubahan susunan horizon dalam tanah.
Perubahan lateral adalah perubahan sifat-sifat tanah ke arah tanah lain yang berbeda. (Sarwono,
1993)
Ada enam horizon tanah (dan lapisan) utama dalam tanah yang masing-masing
diberi simbol dengan satu huruf besar yaitu (dari atas ke bawah): O, A, E, B, C, dan R.
(Soil Survey Staff, 1990).
1. Horizon O : horizon atau lapisan yang didominasi oleh bahan organik, baik yang
selalu jenuh air, yang drainase telah diperbaiki, ataupun yang tidak pernah jenuh
air.
2. Horizon A : horizon mineral di permukaan tanah atau di bawah horizon O dan
mempunyai salah satu atau kedua sifat berikut.
Merupakan akumulasi bahan organik halus yang tercampur dengan bahan
mineral dan tidak didominasi oleh sifat horizon E atau B.
Menunjukkan sifat sebagai hasil pengolahan tanah.
3. Horizon E : horizon mineral dengan sifat utama terjadi pencucian liat, besi,
aluminium, atau kombinasinya, bahan organik, dan lain-lain sehingga tertinggal
pasir dan debu, dan umumnya berwarna pucat. Warna tersebut lebih terang
daripada horizon A di atasnya atau horizon B di bawahnya.
4. Horizon B : horizon yang terbentuk di bawah horizon A, E, atau O.
5. Horizon C : tidak termasuk batuan keras yang sedikit dipengaruhi oleh proses
pedogenik, dan tidak mempunyai sifat horizon O, A, E, atau B. Bahan lapisan C
dapat serupa dengan bahan yang membentuk solum di atasnya. Termasuk lapisan
C adalah bahan endapan, saprolit, batuan yang tidak padu, dan bahan geologi
yang agak keras tetapi pecahan kering udara atau lebih kering dapat hancur bila
direndam dalam air selama 24 jam, sedangkan bila lembab dapat digali dengan
cangkul.
6. Horizon R : lapisan batuan yang keras, pecahan kering udara atau lebih kering
tidak dapat hancur bila direndam dalam air selama 24 jam, dan batuan yang
lembab tidak dapat digali dengan cangkul. Batuan ini mungkin pecah-pecah tetapi
jumlah retakan sedikit sehingga hanya sedikit akar yang dapat menembus lewat
retakan.
Untuk mengetahui sifat fisik tanah maka diambil contoh tanah. Pengambilan
contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di
laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,
misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang
menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam
suatu peta tanah. Pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk memperoleh data
karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh langsung dari pengamatan lapangan.
Lokasi pengambilan contoh tanah harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili
areal yang diambil contoh tanahnya. Penetapan sifat fisik dan kimia tanah memerlukan 3
macam contoh tanah, yaitu:
1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample): untuk penetapan bobot isi
(bulk density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas tanah.
2. Contoh tanah keadaan agregat tidak terusik (undisturbed soil aggregate): untuk
penetapan stabilitas agregat.
3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample): untuk penetapan kandungan air,
tekstur angka Atterberg, dan sifat-sifat kimia.
C. Alat dan Bahan
1. Tabung berbentuk silinder (cincin)
2. Pisau yang tipis dan tajam
3. Sekop
4. Tangkai penjepit tabung (cincin)
5. Kotak dari aluminium atau seng atau kayu
6. Sekop dan cangkul
7. Kantong plastik
D. Cara Kerja
1. Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terusik
a. Permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil, dibersihkan dari
penutupan tumbuhan, seresah, dan batu.
b. Tabung silinder diletakkan pada permukaan tanah yang akan disidik
dengan bagian tajam berada pada sisi yang bersinggungan.
c. Perlahan-lahan ditekan dengan tekanan merata sampai terbenam sampai
3/4-nya.
d. Tabung kedua diletakkan di atasnya, kemudian ditekan sampai tabung
pertama mencapai kedalaman yang diinginkan.
e. Tanah di sekeliling tabung digali hingga tabung-tabung tersebut dapat
diambil secara bersamaan dalam keadaan bertautan.
f. Tanah lebihan di sisi depan dan belakang dirapikan dengan menggunakan
pisau tipis tajam.
g. Kedua mulut tabung silinder ditutup dengan tutup yang tersedia, kemudian
isolasi dan diberi label: kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor
perlapisan, dan ciri-ciri istimewa lainnya.
2. Pengambilan Contoh Tanah Terusik dengan Bor
a. Mata bor diletakkan di permukaan tanah.
b. Pegangan bor diputar perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai
tekanan sampai seluruh kepala bor terbenam.
c. Kepala bor perlahan-lahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar
pegangan bor tanah ke arah kiri dengan disertai tarikan.
d. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih
dan diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah.
e. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm.
f. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20 cm itu diletakkan
tersusun menurut kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran
profil tanah.

Anda mungkin juga menyukai