Anda di halaman 1dari 51

1

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAH

DISUSUN OLEH :
Nama : Adya Restina Prameswari
NIM : H0816005
Kelompok : 49

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN UNS
SURAKARTA
2016

1
2

Laporan Praktikum Ilmu Tanah 2016

A. Jumantono

1. Hasil Pengamatan

a. Pencandraan Bentang Lahan


Lokasi : Jumantono
Hari/Tanggal : Sabtu, 1 Oktober 2016
Pukul : 07.00 08.00 WIB
Nomor Profil : Pedon
Surveyor : 49
Jenis Tanah : Alfisol
Tabel 1.1 Deskripsi Lingkungan Profil Tanah Jumantono

Sumber: Boardlist

2
3

b. Penyidikan Profil Tanah Jumantono

Gambar 1.1 Gambar Profil Tanah Alfisol


Tabel 1.2 Deskripsi Umum Profil Tanah Jumantono

Sumber: Boardlist
4

c. Pengamatan Sifat Fisika Tanah


Tabel 1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah
N Lapisan
Parameter
o 1 2 3 4
1. Tekstur CL(Clay L(Loam) C(Clay) C(Clay)
Struktur loam)
2. a. Tipe ABK(An ABK(An ABK(An ABK(Ang
gularblo gularblo gularblo ularblocky
cky) cky) cky) )
b. Ukuran M(Medi C(Coars M(Medi F(Fine)
um) e) um)
c. Derajat 3 3 2 1
3. Konsentrasi Gembur Teguh Teguh Sangat
teguh
sekali
4. Warna 5 YR 3/4 7,5 YR 10 YR 10 YR 4/6
Dark 3/4 Dark 3/6 Dark Dark
Yellowis Yellowis Brown Redish
h h Brown
5. Penetrasi
a. Vertikal 0,5 0,5 0,5 0,5
b. Horizontal 1,5 2 2,5 4
Sumber : Boardlist
d. Pengamatan Sifat Kimia Tanah

Gambar 1.2 Pengamatan Sifat Kimia Tanah


5

Tabel 1.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Jumantono

Sumber : Boardlist
2. Pembahasan
a. Penyandraan Bentang Lahan
Tanah dapat dipandang sebagai sebidang bentang lahan dengan
permukaan dan bentuk lahannya sendiri, serta mempunyai profil tanah
dan karakteristik internal yang khas, seperti komposisi mineral dan
sifat kimiawi, dan sifat-sifat geofisika. Tanah juga dapat dipandang
sebagai tubuh alam yang gembur yang menyelimuti sebagian besar
permukaan bumi dan mempunyai peran sangat penting untuk
kehidupan sebagai media tumbuh tanaman yang menjadi sumber
makanan manusia. Sebagian besar aktivitas kehidupan manusia telah,
sedang, dan akan terus berlangsung di atas tanah bukan di atas
batuan,medan es, udara, ataupun air (Juhadi 2007).
Pengamatan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan
dilaksanakan di Jumantono, Karanganyar pada hari Sabtu, 1 Oktober
2016 pada pukul 07.00 s.d. 08.00 WIB. Tanah di lokasi Jumantono
adalah jenis Alfisol. Alfisol merupakan ordo tanah yangtelah
mengalami proses perkembangan tanahagak lanjut, sedangkan tanah
6

tanah dengan perkembangan yang lebih lanjut adalah ultisol dan


oxisol. Tanahtanah tersebut telah memiliki horison penciri yang kaya
akan lempung (horison Bt). Alfisol cenderung mengalami
perkembangan tanah yang belum stabil dibandingkan dengan ultisol
maupun oxisol, karena pada alfisol masih mengandung sejumlah
mineral primer yang mudah lapuk dan kaya akan hara. Sehingga dari
sisi kesuburan tanahnya, alfisol relatif lebih subur dibandingkan dua
ordo tanah yang lain (Raditia, Sudjono, Mujiyo 2011).
Kondisi cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan berawan
sebagian (PC). Titik pengamatan profil terletak pada 7o 37 49LS dan
110o 56 54BT di ketinggian 197 m dpl. Lahan yang diamati
mempunyai kemiringan yang agak curam dengan besar lereng adalah
20%. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Arah pedonnya
adalah 280o dari Barat Laut dan panjang lerengnya adalah 5,6 m.
Fisiografi lahannya adalah vulkanik (V).
Sistem hidrologi atau keadaan perairan di lokasi praktikum adalah
tidak pernah karena tidak ada catatan terjadinya genangan atau terjadi
kurang dari 1 kali dalam 500 tahun. Tutupan lahan yang paling
dominan pada lokasi pengamatan adalah tutupan tanaman (C), yaitu
antara lain mangga, kelapa sawit, singkong, jagung, rumput, kacang
tanah, kelengkeng, dan lainnya.
Hasil dari praktikum kali ini tercatat bahwa geologinya adalah Abu
Gunung Api. Erosi yang terjadi adalah erosi alur (R) dengan tingkat
erosi rendah (R). Batuan permukaan di Jumantono termasuk ke dalam
kelas 1 dimana jumlahnya <0,1% dari luas permukaan; jarak antar
batuan kecil > 8 m dan antar batuan besar sekitar 20 m. Vegetasi yang
terdapat di lokasi diantaranya Mangga 5%, kelapa sawit 2%, pohon
singkong 1%, pohon jagung 20%, rumput 60%, kacang tanah 5%,
pohon kelengkeng 3%, dan tanaman lainnya 4%.
b. Penyidikan Profil Tanah / Pedon Tanah
Profil tanah dibuat ditengah-tengah kisaran (range in
characteristic) agar representatif sehingga dapat mewakili satuan
7

analisis dari area penelitian yang direncanakan. Profil tanah terutama


pada lahan kering terdegradasi dapat diidentifikasi dari sifat fisik dan
kimia tanah pada masing-masing horison tanahnya. Profil tanah dibuat
dengan sisi penampang tegak lurus kebawah dengan ukuran panjang x
lebar (1,5m x 1,5 m ) dan kedalaman 1,5 m. Pengamatan profil tanah
dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi profil pada salah satu sisi
lubang profil yang tidak terkena langsung sinar matahari untuk melihat
batas horison, kedalaman efektif, warna tanah dan bahan induk
tanah.Tanah bekas galian profil tidak boleh ditimbun diatas sisi
penampang yang akan diamati, karena akan mengganggu
pengamatan/pemeriksaan dan pengambilan contoh tanah
(Asfan, Kusriningrum, Sucipto 2012).
Profil tanah merupakan penampang vertikal tanah yang terdiri atas
horizon-horizon atau lapisan-lapisan tanah, yang dibedakan atas solum
(horizon A dan B), bahan induk (horizon C) dan batuan induk (R,
singkatan dari rock). Tanah-tanah yang ditumbuhi vegetasi lebat
(misalnya hutan, padang rumput, dan lain-lain) di atas horizon A
seringkali dijumpai horizon O. Solum tanah (horizon A dan B) adalah
bagian profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah
(proses pedogenik) (Rayes 2006).
Hasil dari praktikum, pengamatan dilakukan dengan metode
pengamatan Parit (Trench) yaitu dibuat galian pedon. Pembuatan
profil atau pedon, yang perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal)
dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Pada pedon yang
diamati mempunyai jeluk 135 cm. Kedalaman lapisan 1 sedalam 0-36
cm, lapisan 2 sedalam 36-71 cm, lapisan 3 sedalam 71-102 cm, dan
lapisan 4 sedalam 102-135 cm.
Batas-batas lapisan dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu
dengan memperhatikan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah
dengan pisau belati atau dengan memukul-mukul tanah dengan gagang
pisau belati sambil meremas gumpalan tanah untuk mengetahui
konsistensi dan tekstur tanah serta perbedaannya. Batas lapisan 1 dan
8

lapisan 2 adalah jelas, batas lapisan 2 dan lapisan 3 yaitu baur. Lapisan
3 dengan lapisan 4 yaitu berangsur. Bentuk/topografi batas lapisan 1
yaitu rata. Lapisan 2 dan lapisan 3 yaitu berombak.
Profil perakaran ini dijumpai di semua lapisan. Lapisan 1
jumlahnya banyak. Lapisan 2 jumlahnya biasa, pada lapisan 3 dan 4
memiliki jumlah akar yang sedikit. Sedangkan lapisan 1 ukurannya
halus. Ukuran akar pada lapisan 2, 3, dan 4 sangat halus. Kondisi
perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit dan ukuranya
sangat halus.
c. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah,
konsistensi,warna, dan penetrasi. Tekstur tanah merupakan
perbandingan relatif fraksi-fraksi penyusun tanah, yaitu partikel pasir,
debu, danlempung. Tekstur tanah mempunyai sifat yang hampir tidak
dapat berubah, berlainan dengan struktur tanah. Tekstur tanah
didefinisikan sebagai perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi
pasir, debu dan liat (Resman 2011).
Sifat fisika tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
hasil tanaman. Kondisi fisika tanah menentukan penetrasi akar di
dalam tanah, retensi air, drainase aerasi, dan nutrisi tanaman. Fisika
tanah juga mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah
(Manfarizah et.al 2011).
Tekstur tanah penting untuk diketahui karena komposisi ketiga
fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat fisika, sifat
kimia dan kimia tanah. Lapisan 1 memiliki tekstur tanah geluh
lempungan, lapisan 2 memiliki tekstur tanah geluh. Lapisan 3 dan 4
tekstur tanahnya lempung. Dari hasil pengamatan dapat dilihat sruktur
dari masing-masing lapisan. Lapisan 1, 2, 3, dan 4 memiliki struktur
tanah gumpal menyudut. Ukuran tanah pada lapisan 1 adalah sedang,
pada lapisan 2 kasar, pada lapisan 3 sedang, dan pada lapisan 4 halus.
Derajat struktur tanah pada lapisan 1 dan 2 kuat, pada lapisan 3
sedang, dan pada lapisan 4 lemah.
9

Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang


menunjukkan adanya daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada
berbagai kandungan air dan ketahanannya terhadap perubahan bentuk.
Konsistensi profil dari lapisan 1 adalah lembab gembur karena dengan
sedikit tekanan dari ibu jari dan telunjuk dapat hancur. Lapisan pada
lapisan 2 adalah lembab teguh karena massa tanah hancur dengan
tekanan sedang, sedangkan pada lapisan 4 adalah lembab sangat teguh
sekali.
Warna tanah dari tiap lapisan ditentukan dengan mengambil
sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini diletakkan pada
bagan warna MSCC dimana ketiga sumbu komponen warna itu berada
dan ditentukan berapa nilai hue, value dan chromanya. Sesuai
pengamatan didapat lapisan 1 adalah 5 YR 3/4(Dark Yellowish),
lapisan 2 adalah 7,5 YR 3/4 (Dark Yellowish), lapisan 3adalah 10 YR
3/6 (Dark Brown), pada lapisan 4 adalah 10 YR 4/6 (Dark Reddish
Brown).
Ketahanan penetrasi tanah atau daya topang tanah adalah
kemampuan sistem tanah untuk memberikan reaksi terhadap tekanan
atau beban yang diterimanya. Hasil dari pengamatan didapat untuk
vertikalnya 0,5, lalu secara horizontal untuk lapisan 1 didapat 1,5,
pada lapisan 2 didapat 2, pada lapisan3 didapat 2,5, lapisan 4 didapat
4. Daya topang untuk setiap horizon berbeda-beda.Hal ini dipengaruhi
oleh konsistensi tanah karena semakin lekat dan semakin teguh tanah
berpengaruh pada tingkat daya mekanik selain itu banyak sedikitnya
ketersediaan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi daya
topang tanah.
d. Sifat Kimia Tanah
Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat
dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan
aktif dari tanah yang berperan dalammenjerap dan mempertukarkan
ion adalah bahan yang berada dalam bentuk koloidal, yaitu liat dan
bahan organik. Kedua bahan koloidal ini berperan langsung atau tidak
10

langsung dalam mengatur dan menyediakan hara bagi tanaman


(Herman 2013).
Redoks atau Aerasi dan drainase tanah merupakan kemampuan
tanah dalam hal tata udara dan air tanah. Baik buruknya aerasi dan
drainase tanah dapat diketahui dengan menetesi dua sampel tanah
dengan larutan HCl 1,2 N, kemudian yang satu ditetesi KCNS 10%
dan yang satunya ditetesi K4Fe(CN)6 0,5 %. Tanah yang ditetesi
KCNS berwarna merah, yang ditetesi K4Fe(CN)6 berwarna biru. Jika
dominan warna merah maka aerasi dan drainase baik.Jika dominan
warna biru maka aerasi dan drainase buruk. Hasilnya, makin ke bawah
tanah makin mengandung lempung, agregat mantap, tanahnya
mengeras, air yang dapat diserap sedikit karena pori-porinya kecil,
maka udara yang terkandung pun juga hanya sedikit menyebabkan
aerasi dan draenasi buruk. Hasil pengamatan menunjukan bahwa
lapisan 1, 2, 3, dan 4 adalah baik (O2).
Senyawa kimia yang terkandung dalam tanah pada horizon sangat
berpengaruh dan penting. Khususnya pada tingkat kesuburan tanah.
Reaksi tanah (pH) adalah parameter tanah yang dikendalikan kuat
oleh sifat-sifat elektro kimia koloid-koloid tanah. Istilah ini
menunjukkan kemasaman atau keabasahan tanah, yang derajatnya
ditentukan oleh kadar ion hidrogen dalam larutan tanah
(Resman 2011).
........Penentuan pH pada praktikum ini dengan menggunakan pH stick
(pH aktual dan pH potensial). pH aktual dianalisis dengan mencampur
tanah dengan air (H2O) dengan perbandingan 1: 2,5. Dari hasil
pengamatan maka didapat pH H2O pada semua lapisan mempunyai pH
yang sama yaitu sebesar 5-6. Menurut dari hasil yang didapat maka
tingkat keasaman tanah adalah cukup asam.
Selain penentuan pH pada pengamatan kali ini juga mengamati
jumlah bahan organik (BO) secara kualitatif, yaitu dengan cara
mengamati buih yang timbul setelah ditetesi dengan H2O2 10 %.
Lapisan 1, 2, dan 3 memiliki kandungan bahan organik yang sangat
11

banyak, sedangkan lapisan 4 memiliki banyak kandungan bahan


organik. Buih yang dihasilkan pada tiap tiap lapisan berbeda.
Lapisan1, 2, 3, dan 4 tidak terdapat buih. Analisis kadar kapur
(CaCO3) tidak ditemukan pada seluruh horison.
12

B. Jatikuwung

1. Hasil pengamatan

a. Pencandraan Bentang Lahan


Lokasi :Jatikuwung
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 September 2016
Pukul : 07.00 08.00 WIB
Nomor Profil : Pedon
Surveyor : 49
Jenis Tanah : Vertisol
Tabel 1.1 Deskripsi Lingkungan Profil Tanah

Sumber: Boardlist
13

b. Penyidikan Profil Tanah

Gambar 1.1 Gambar Profil Tanah Vertisol


Tabel 1.2 Deskripsi Umum Profil Tanah
Lapisan
No Parameter
1 2
1 Metode Observasi SP (Smallpit) SP (Smallpit)

2 Jeluk 0-33 33-118


3 Horison
a. Batas C (Clear) D (Diffuse)
b. Topografi W (Wavy) W (Wavy)
4 Perakaran
a. Ukuran F (Fine) -
b. Jumlah 3 -

Sumber: Boardlist

c. Pengamatan Sifat Fisika Tanah


14

Tabel 1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah


Lapisan
No Parameter
1 2
1. Tekstur C (Clay) LS (Loamysand)

2. Struktur
a. Tipe PL (Platy)
ABK (Angular
b. Ukuran blocky) M (Medium)
c. Derajat M (Medium)
3. Konsentrasi
4. Warna 10 YR 3/3
2,5 YR 2,5/2 Yellowish Red
5. Penetrasi Yellowish Red
a. Vertikal 0,5
b. Horizontal 0,5 2,5
0,5
Sumber : Boardlist
d. Pengamatan Sifat Kimia Tanah

Gambar 1.2 Pengamatan Sifat Kimia Tanah

Tabel 1.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Colomadu


Lapisan
No Parameter
1 2
1. Redoks O2 (Baik) O2 (Baik)
2. Kadar
a. Bahan Organik ++++ (Sangat Banyak) +++ (Banyak)
b. Kapur 0 (Tidak Ada) 0 (Tidak Ada)
3. Konsentrasi
15

a. Jenis
b. Ukuran
2. c. Macam
Sumber : Boadlist
2. Pembahasan
a. Penyandraan Bentang Lahan
Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan suatu sistem usaha pertanian karena hampir
semua usaha pertanianberbasis pada sumber daya lahan. Bentang
lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua
watak yang melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan,
hidrologidan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat
mantap maupun yang bersifat mendaur, serta kegiatan manusia di
atasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri alami dan budaya (Nasih 2009).
Banyak definisi yang diberikan terhadap istilah bentang lahan
tergantung sudut pandang dan pendekatan yang dilakukan. Bentang
lahan merupakan dasar dari lingkungan manusia. Manusia sendiri
dalam hidupnya tidak dapat terlepas dari hewan dan tumbuhan.
Bentang lahan dapat didefinisikan sebagai karakteristik alami suatu
area dari dan atau dekat permukaan bumi yang terbentuk oleh adanya
interaksi antara faktor abiotik (batuan, air, udara, tanah) dan faktor
biotik (tumbuhan, hewan dan manusia) yang saling mempengaruhi
dan dipengaruhi. Kajian bentang lahan fokus pada kajian hubungan
antara ruang dan waktu antara fenomena alam dan proses di dalam
bentang lahan atau geosfer termasuk komunitas tumbuhan, hewan dan
manusia (Soeprobowati 2011).
Praktikum hari kedua berlangsung pada Sabtu, tanggal 24
September 2016 pada pukul 07.00-08.00 di Jatikuwung. Lokasi ini
terletak pada ketinggian 176 m dpl dengan latitude 7o 31 04,9 LS
dan longitude 110o 50 43,0 BT. Cuaca pada saat praktikum dalam
keadaan berawan sebagian (PC). Lokasi praktikum merupakan lereng
yang sangat miring yaitu sekitar 10% dan menghadap ke barat
tepatnya barat daya.
16

Dilihat dari fisiografi lahannya, tanah ini merupakan tanah Alluvial


yang terbentuk dari hasil aliran/fluvial dan atau gravitas/koluvial.
Tutupan lahan yang terdapat di lokasi praktikum antara lain rumput
(G). Lokasi kedua ini sangat jarang terdapat genangan dan sangat
singkat durasi genangan.
Tanah Jatikuwung merupakan tanah vertisol yang lokasinya masuk
dalam geologi Quarter Alluvial Bengawan Solo dimana erosi yang
terbentuk merupakan erosi permukaan dengan tingkat bahaya yang
rendah. Batuan di permukaan jumlahnya <0,1% dari luas permukaan;
jarak antar batuan kecil > 8 m dan antar batuan besar sekitar 20 m.
Vegetasi yang terdapat di lokasi ini meliputi rumput gajah, mangga,
rumput, dan pohon pisang.
b. Penyidikan Profil Tanah/Pedon tanah
Pengamatan di lapang biasanya dimulai dengan membedakan
lapisan-lapisan tanah atau horizon-horizon. Horizon tanah adalah
lapisan dalam tanah lebih kurang sejajar dengan permukaan tanah dan
terbentuk karena proses pembentukan tanah. Masing-masing horizon
diamati ciri-cirinya antara lain : warna, tekstur, struktur, konsistensi,
pH tanah, kutan, konkresi dan nodul, pori-pori, dan batas-batas horizon
(Mega et.al 2010).
Sebagian besar tanah memiliki beberapa horizon, yaitu lapisan-
lapisan tanah yang masing-masing berbeda dalam hal komposisi kimia,
fisik, atau kandungan bahan organik. Horizon tanah terbentuk karena
interaksi antara iklim, makhluk hidup, dan perubahan bentuk
permukaan daratan. Potongan vertikal tanah yang menunjukkan
horizon-horizon tanah disebut profil tanah (Ernawati 2008).
Hasil dari pengamatan dapat diketahui bahwa jeluk tanah sedalam
118 cm. Jeluk merupakan kedalaman profil tanah yang diukur dari
permukaan tanah sampai pada batas akhir lapisan bawah meliputi
lapisan top soil dan lapisan sub soil. Profil tanah yang diamati terdapat
empat horizon dengan masing-masing horizon terdiri atas dua lapisan.
Kedalaman pada lapisan 1 yaitu 0-33 cm dan lapisan 2 yaitu 33-118
cm.
17

Berdasarkan hasil pengamatan juga diketahui bahwa batas-batas


lapisan yang meliputi ketegasan dan bentuk yaitu ketegasan batas
antara lapisan 1 dan lapisan 2 adalah jelas serta batas antara lapisan 2
dengan lapisan lainnya adalah baur. Bentuk dari batas-batas masing-
masing horizon semuanya adalah berombak. Penarikan batas dan garis
horizon tanah ditentukan dengan melihat warna pada pedon yang
diamati atau dilakukan dengan cara memukul-mukulkan gagang pisau
belati ke profil tanah untuk membedakan suaranya. Suara yang
berbeda menunjukkan adanya horizon yang berbeda pula.Selain itu
dapat juga dengan melakukan tusukkan-tusukkan pada profil tanah
tersebut.Semakin ke dalam tanahnya semakin keras, hal ini disebabkan
oleh konsistensi dan struktur tanahnya yang semakin kuat. Adanya
tingkat kekerasan yang berbeda menunjukkan adanya horizon yang
berbeda. Perakaran pada profil banyak dijumpai di semua horizon.
Mulai dari lapisan 1 dan lapisan 2 jumlahnya banyak dan halus.
Perakaran penting bagi tumbuhan karena bila jumlah perakaran banyak
maka daya serap tanaman terhadap unsur hara dan mineral dalam tanah
menjadi tinggi dan itu berguna bagi pertumbuhan tanaman.
c. Sifat Fisika Tanah
Tanah memiliki sifat-sifat fisik yang dapat diukur atau
diidentifikasi, yaitu warna, tekstur, struktur, konsistensi, lengas tanah,
udara tanah, suhu tanah, permeabilitas, porositas, dan drainase. Warna
tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kadar
bahan organik, kadar mineral, kadar lengas, dan tingkat drainase tanah.
Sifat fisik tanah lainnya adalah tekstur tanah. Tekstur tanah
menyatakan kasar halusnya tanah atau menunjukkan perbandingan
fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir. Struktur tanah yaitu sifat fisik
tanah yang menyatakan cara terikat butir tanah yang satu dengan yang
lain. Konsistensi tanah yaitu sifat fisik tanah yang menyatakan derajat
kohesi dan adhesi di antara fraksi-fraksi tanah atau daya massa tanah
terhadap gaya-gaya yang menyebabkan perubahan bentuk
(Yani dan Mamat 2007).
18

Sifat fisik tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab


terhadap pengangkutan udara,panas, air dan bahan terlarut dalam
tanah. Sifat fisik tanah sangat bervariasi pada tanah tropis. Beberapa
sifat fisik tanah dapat berubah dengan pengolahan seperti temperatur
tanah , permeabilitas, kepekaan terhadap aliran permukaan (run-off),
dan erosi, kemampuan mengikat air dan menyuplai air untuk tanaman
(Erwita 2013).
Pengamatan pada sifat fisika tanah meliputi tekstur tanah, struktur
tanah, konsistensi, dan warna.Tekstur tanah merupakan perbandingan
relatif dari pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay) atau
merupakan kelompok partikel yang ukurannya lebih kecil dari kerikil.
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah dan juga
menunjukkan daya tahan tanah terhadap air. Hasil dari pengamatan
diperoleh bahwa tanah lapisan 1 bertekstur lempung dan tanah pada
lapisan 2 bertekstur pasir geluhan. Cara yang digunakan untuk
mengetahui tekstur tanah ini adalah dengan membasahi tanah
kemudian memijit-mijit dengan jari sambil merasakan unsur-unsur
mana yang terkandung di dalamnya.
Struktur tanah merupakan susunan ikatan-ikatan partikel tanah
antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur tanah ini yang diamati
adalah tipe, ukuran, dan derajad strukturnya. Cara menentukan struktur
tanah ini adalah dengan mengambil gumpalan tanah, dipecah dengan
jari, kemudian pecahan tersebut merupakan agregat yang selanjutnya
dari agregat tersebut dapat ditentukan tipe, ukuran, dan derajad
strukturnya. Menurut hasil pengamatan didapat tipe struktur pada
lapisan 1 adalah gumpal menyudut dan lapisan 2 yaitu lempeng,
sedangkan ukuran tanah pada lapisan 1 dan lapisan 2 ukurannya
medium/sedang. Derajad struktur tanah pada lapisan1 adalah
medium/sedang.
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah
untuk ditentukan. Cara menentukan warna tanah ini dengan
menggunakan Munsell Soil Colour Chart (MSCC). Umumnya untuk
19

tanah jenis vertisol pada bagian permukaannya mempunyai warna


hitam, ini merupakan ciri khas tanah vertisol. Warna hitam atau gelap
tersebut dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, dimana jika tanah
tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi maka
warnanya akan lebih gelap. Pengamatanini diperoleh pada tanah
lapisan 1 adalah 2,5 YR 2,5/2 (Yellowish Red) dan tanah lapisan 2
adalah 10 YR 3/3 (Yellowish Red).
Ketahanan penetrasi tanah atau daya topang tanah adalah
kemampuan sistem tanah untuk memberikan reaksi terhadap tekanan
atau beban yang diterimanya. Hasil dari pengamatan didapat untuk
vertikalnya 0,5, lalu secara horizontal untuk lapisan 1 didapat 0,5 dan
pada lapisan 2didapat 2,5.Hal ini dipengaruhi oleh konsistensi tanah
karena semakin lekat dan semakin teguh tanah berpengaruh pada
tingkat daya mekanik selain itu banyak sedikitnya ketersediaan bahan
organik dalam tanah juga mempengaruhi daya topang tanah
d. Sifat Kimia tanah
Nilai pH atau aktivasi ion hidrogen (H) adalah ciri kimia yang
paling penting dari tanah sebagai media tumbuh tanaman. Penetapan
pH dengan air menunujukkan kemasaman aktif (kemasaman akibat
ion H dalam larutan tanah). Sedangkan dengan KCl ditujukan untuk
pH potensial (kemasaman akibat ion H dan Al pada kompleks jerapan).
Kandungan Al-dd pada tanah asam sering jauh melebihi kandungan H-
dd sehingga menimbulkan keracunan bagi tanaman. Dan sering pula
menyebabkan kelarutan unsur fosfor (P) berkurang
(Hakim 2009).
Permasalahan pada tanah yang bersuasana masam dapat
ditanggulangi dengan pemberian kapur. Kemasaman tanah dapat
ditekan dengan pengapuran dan atau dengan pengembalian sisa
tanaman ke dalam tanah tersebut. Pemberian kapur setara 1x Al-dd
(C1) sangat nyata menurunkan Al-dd di dalam tanah
(Wahjudin 2006).
Redoks atau aerasi dan drainase adalah kemampuan sirkulasi
udara dalam tanah, sedangkan drainase menunjukkan kecepatan
20

meresapnya air dari tanah. Pengamatan ini digunakan reagen HCl 1,2
N, KCNS 10%, dan K4Fe(CN)6 0,5 %. Raksinya akan membentuk
warna merah dan biru. Bila warna merah dominan dibanding warna
biru maka aerasi dan drainasenya baik dan sebaliknya. Hasil
pengamatan didapat aerasi dan drainase pada tanah lapisan 1 dan
lapisan 2 ternyata baik.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah
karena bahan organik merupakan sumber sekaligus penyangga dari
kesuburan tanah. Kadar bahan organik dalam analisis kualitatif
ditunjukkan dengan adanya reaksi (proses pembuihan) pada tanah pada
saat diberikan larutan H2O2 10% atau lebih. Pemberian larutan ke
contoh tanah, apabila semakin besar/hebat reaksi yang terjadi maka
kadar bahan organik dalam tanah semakin tinggi. Demikian pula
sebaliknya, apabila tidak terjadi reaksi apa-apa maka kadar bahan
organik dalam tanah bisa dikatakan tidak ada.Kandungan bahan
organik di lapisan 1 terdapat sangat banyak buih yang terlihat dan
pada lapisan 2 mengalami penurunan buih yang terlihat.
Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan
agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain
yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Analisis
kadar kapur tanah secara kaulitatif atau yang biasa dilakukan di
lapangan, yaitu meneteskan contoh tanah dengan larutan HCl 10 %.
Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi reaksi atau
pembuihan. Semakin banyak kandungan kapur dalam tanah maka
reaksi yang terjadi semakin besar atau hebat. Kadar kapur (CaCO3)
pada semua horizon tidak terdapat kandungan kapur karena tidak
terjadi reaksi setelah penetesan HCl 10%.
Horizon Senyawa kimia yang terkandung dalam tanah sangat
berpengaruh dan penting. Khususnya pada tingkat kesuburan tanah.
Penentuan pH pada praktikum ini dengan menggunakan pH stick (pH
aktual dan pH potensial). pH aktual dianalisis dengan mencampur
tanah dengan air (H2O) dengan perbandingan 1: 2,5. Hasildari
21

pengamatan maka didapat pH H2O pada semua horison mempunyai pH


yang sama yaitu sebesar 5. pH KCl pada horison semua horison sama,
yaitu sebesar 5. Hasil yang didapat maka dapat diketahui tingkat
keasaman tanah adalah cukup asam.
22

C. Colomadu

1. Hasil Pengamatan

a. Pencandraan Bentang Lahan


Lokasi : Colomadu
Hari/Tanggal : Minggu, 25 September 2016
Pukul : 08.30-10.00 WIB
Nomor Profil : Pedon
Surveyor : 49
Jenis Tanah :Inseptisol
Tabel 1.1 Deskripsi Lingkungan Profil Tanah

Sumber: Boardlist
b. Penyidikan Profil Tanah

Gambar 1.1 Gambar Profil Tanah Inseptisol


Tabel 1.2 Deskripsi Umum Profil Tanah
23

Sumber: Boardlist
c. Pengamatan Sifat Fisika Tanah
Tabel 1.3 Pengamatan Sifat Fisika Tanah

Sumber : Boardlist
24

d. Pengamatan Sifat Kimia Tanah

Gambar 1.2 Pengamatan Sifat Kimia Tanah


Tabel 1.4 Pengamatan Sifat Kimia Tanah Colomadu

Sumber : Boardlist
2. Pembahasan
a. Penyandraan Bentang Lahan
Banyak definisi yang diberikan terhadap istilah bentang lahan,
tergantung sudut pandang dan pendekatan yang dilakukan. Bentang
lahan merupakan dasar dari lingkungan manusia. Manusia sendiri
dalam hidupnya tidak dapat terlepas dari hewan dan tumbuhan.
Bentang lahan dapat didefinisikan sebagai karakteristik alami suatu
area dari dan atau dekat permukaan bumi yang terbentuk oleh adanya
interaksi antara faktor abiotik (batuan, air, udara, tanah) dan faktor
biotik (tumbuhan, hewan dan manusia) yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi. Kajian bentang lahan fokus pada kajian hubungan antara
ruang dan waktu antara fenomena alam dan proses di dalam bentang
25

lahan atau geosfer termasuk komunitas tumbuhan, hewan dan manusia


(Tri 2011).
Peranan tanah penting bagi lingkungan karena berfungsi sebagai
penyaring, penyangga, dan sistem transformasi sehingga mampu
melindungi kita dari pengaruh pencemaran akibat kegiatan industri
modern. Banyak bahan residu padat dan bahan lain yang berpotensi
sebagai bahan pencemar seperti debu dan sedimen, kotoran ternak,
maupun limbah pabrik. Tanahdiperlukan untuk digunakan sebagai
penyaring (filter), tanah yang mempunyai kemampuan tinggi sebagai
penyaring adalah tanah lempungan dan debuan arena teksturnya yang
halus.Tanah juga berfungsi sebagai penyangga, adapun tanah yang
memiliki kapasitas penyangga yaitu pada tanah lempungan dan debuan
karena kandungan bahan organic yang tinggi. Bahan pencemar di
dalam tanah juga kemungkinan besar akan mengalami proses alihrupa
dan terpecah menjadi senyawa yang tidak meracuni karena telah
mengalami pemurnian oleh kegiatan mikroorganisme di dalam
tanah(Rachman Sutanto 2006).
Praktikum Ilmu Tanah pada Hari Minggu, tanggal 25 September
2016 pada pukul 8.30 10.00 WIB di Colomadu. Lokasi ini terletak
pada ketinggian 150 m dpl dengan latitude 7o 31 57,3 LS dan
longitude 110o 45 33,2 BT. Cuaca pada saat praktikum dalam
keadaan Cerah / Bersih. Lokasi praktikum merupakan lereng yang
agak miring yaitu sekitar 6% dan menghadap ke barat.
Dilihat dari fisiografi lahannya, tanah ini merupakan tanah
Vulkanik yang terbentuk dari hasil aktivitas atau endapan materi
gunung vulkanik. Tutupan lahan yang terdapat di lokasi praktikum
antara lain tutupan tanaman. Lokasi kedua ini sangat jarang terdapat
genangan dan sangat singkat durasi genangannya.
Tanah Colomadu merupakan tanah vertisol yang lokasinya masuk
dalam geologi QVM dimana erosi yang terbentuk merupakan erosi
permukaan dengan tingkat bahaya yang rendah. Batuan permukaan
berjumlah15-50% dari luas permukaan; jarak antar batuan kecil sekitar
26

0,3m dan antara batu-batu besar kira-kira 0,5 m. Vegetasi yang


terdapat di lokasi ini meliputi pohon pisang dan rerumputan.
b. Penyidikan Profil Tanah/pedon tanah
Tanah merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk
mengungkapkan mengenai horizon tanah dan proses pembentukan
profil secara sistematis. Tanah termasuk deskripsi profil dan deskripsi
kondisi permukaan.Keadaan permukaan yang umum diberikan adalah
kondisi geologi, geomorfologi, iklim, vegetasi, hidrologi, penggunaan
lahan untuk local dan di sekeliling profil.Karena deskripsi dilakukan
secara simultan maka terjadi tumpang-tindih antara pengumpulan data
untuk survei sumber daya tanah dan survei sumber daya lahan.
Deskripsi profil dan keadaan permukaan lahan diperlukan untuk
interpretasi horizon sebagai proses pedogenesis atau lapisan yang
belum mengalami proses pembentukan tanah, tetapi sebagai hasil
proses geologi (Rachman Sutanto 2006).
Profil tanah adalah penampang melintang (vertikal) tanah yang
terdiri atas lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Ada pun
solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk sebagai
akibat proses pembentukan tanah. Perbedaan horizon tanah disebabkan
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau penyucian
tanah (leached) dan karena proses pembentukan tanah (Hartono 2007).
Pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan
metode pengamatan lubang kecil (SP). Pembuatan profil atau pedon,
yang perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal), baru, tidak
terkena sinar matahari secara langsung. Pedon yang diamati
mempunyai jeluk 112cm. Kedalaman lapisan 1 sedalam 0-17 cm,
lapisan 2 sedalam 17-43 cm, lapisan 3 sedalam 43-70cm, dan lapisan 4
sedalam 70-112 cm.
Batas-batas lapisan dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu
dengan memperhatikan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah
dengan pisau belati atau dengan memukul-mukul tanah dengan gagang
pisau belati sambil meremas gumpalan tanah untuk mengetahui
konsistensi dan tekstur tanah serta perbedaannya. Batas lapisan tanah
27

ini dinyatakan dalam ketegasannya dan bentuknya. Batas horizon


dapat dibedakan menjadi tajam, jelas, berangsur, dan berbaur. Bentuk
batas horizon dapat rata datar, rata miring, berombak, bergelombang,
atau tak beraturan. Batas lapisan 1 dan lapisan 2 adalahsangat tajam,
batas lapisan 2 dan lapisan 3 yaitutajam. Lapisan 3dengan lapisan 4
yaituberombak. Bentuk/topografi batas lapisan 1dan lapisan 2 yaitu
rata. Lapisan 3dan lapisan 4yaitu berombak.Pada profil ini perakaran
dijumpai di semua lapisan yang ukurannya sedang dan banyak.
Kondisi perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit dan
ukuranya sangat halus.
c. Sifat Fisika Tanah
Pengaruh luar terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti pengolahan
tanah dan jenis penggunaan lahan dapat diuraikan menurut ruang dan
waktu. Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan
bahan pembenah tanah, dapat secara nyata mempengaruhi variasi hasil
pengukuran baik menurut ruang maupun waktu. Sebagai contoh
pengolahan tanah adalah mencampur tanah, yang berarti cenderung
mengurangi berat isi tanah menurut ruang, namun pengaruhnya
berubah menurut waktu akibat proses pemadatan (Undang 2006).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus.
Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, liat
maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur.
Klasifikasi tanah tingkat famili kasar halusnya tanah ditunjukkan
dalam kelas sebaran besar butir yan mencakup seluruh tanah. Kelas
besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi
dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fragsi
tanah yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran
butienya lebuh halus maka setiap satuan berat mempunyai luas luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif
dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar
(Hardjowigeno 2007).
28

Pengamatan pada sifat fisika tanah meliputi tekstur tanah, struktur


tanah, konsistensi, dan warna.Tekstur tanah merupakan perbandingan
relatif dari pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay) atau
merupakan kelompok partikel yang ukurannya lebih kecil dari
kerikil.Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah dan
juga menunjukkan daya tahan tanah terhadap air. Pengamatan ini
diperoleh hasil bahwa pada lapisan 1 dan lapisan 2 adalah geluh
lempungan, pada lapisan 3 lempung pasiran, dan pada lapisan
4lempung. Cara yang digunakan untuk mengetahui tekstur tanah ini
adalah dengan membasahi tanah kemudian memijit-mijit dengan jari
sambil merasakan unsur-unsur mana yang terkandung di dalamnya.
Struktur tanah merupakan susunan ikatan-ikatan partikel tanah
antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur tanah ini yang diamati
adalah tipe, ukuran, dan derajad strukturnya. Cara menentukan struktur
tanah ini adalah dengan mengambil gumpalan tanah, dipecah dengan
jari, kemudian pecahan tersebut merupakan agregat yang selanjutnya
dari agregat tersebut dapat ditentukan tipe, ukuran, dan derajad
strukturnya. Menurut hasil pengamatan didapat tipe struktur pada
lapisan 1,2, dan 3 yaitu kersai/granular, sedangkan pada lapisan 4
adalah gumpal menyudut. Ukuran tanah untuk lapisan 1, 2, dan 4
adalah sangat halus sedangkan lapisan 3 ukuran tanahnya adalah
halus.Derajad struktur tanah pada semua lapisan (lapisan 1, 2, 3, 4)
adalah lemah.
Konsistensi tanah adalah derajad kohesi dan adhesi partikel tanah
dan ketahanan atau resistensi tanah terhadap perubahan bentuk atau
perpecahan. Hasil dari praktikum ini didapatkan lahan di daerah
tersebut berkonsistensi lembab dengan kategori atau tingkat yang
berbeda-beda. Konsistensi pada semua lapisan adalah sangat lekat
Konsistensi tanah ini ditentukan dengan meremas, memijit, dan
memirit tanah dengan ibu jari dan telunjuk.
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah
untuk ditentukan. Cara menentukan warna tanah ini dengan
29

menggunakan Munsell Soil Colour Chart (MSCC).Umumnya untuk


tanah jenis vertisol pada bagian permukaannya mempunyai warna
hitam, ini merupakan ciri khas tanah vertisol. Warna hitam atau gelap
tersebut dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, dimana jika tanah
tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi maka
warnanya akan lebih gelap. Pengamatan ini memperoleh data warna
yaitu pada lapisan 1 adalah 5 YR 2,5/1 (black), pada lapisan 2 adalah
10 YR 3/3 (Dark Brown), pada lapisan 3 adalah 10 YR 4/4 (Dark
Yellowish Brown), pada lapisan 4 adalah 10 YR 5/4 (Yellowish Brown).
Ketahanan penetrasi tanah atau daya topang tanah adalah
kemampuan sistem tanah untuk memberikan reaksi terhadap tekanan
atau beban yang diterimanya. Hasil dari pengamatan didapat untuk
vertikalnya 1,75, lalu secara horizontal untuk lapisan 1 didapat 1,75
dan pada lapisan 2 dan lapisan 3didapat 3.Hal ini dipengaruhi oleh
konsistensi tanah karena semakin lekat dan semakin teguh tanah
berpengaruh pada tingkat daya mekanik selain itu banyak sedikitnya
ketersediaan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi daya
topang tanah
d. Sifat Kimia tanah
Kandungan bahan organik dan tipe vegetasi juga akan
mempengaruhi kemasaman tanah. Hal ini karenakan proses
dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik
maupun asam-asam anorganik, sehingga menimbulkan suasana asam.
Banyaknya seresah menyebabkan peningkatan kemasaman atau pH
tanah (Sisca 2011).
Kadar bahan organik yang diindikasikan sebagai tingkat kesuburan
tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat
kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah.
Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukan
agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain
yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Mikrobiologi
tanah juga mempengaruhi perkembangan tanah (Sutopo2007).
30

Redoks atau Aerasi dan drainase adalah kemampuan sirkulasi


udara dalam tanah, sedangkan drainase menunjukkan kecepatan
meresapnya air dari tanah. Pengamatan ini menggunakan reagen HCl
1,2 N, KCNS 10%, dan K4Fe(CN)6 0,5 %. Reaksinya akan
membentuk warna merah dan biru. Bila warna merah dominan
dibanding warna biru maka aerasi dan drainasenya baik dan
sebaliknya. Pengamatan ini didapat aerasi dan drainase pada lapisan 1
dan 3 ternyata baik, dan pada lapisan 2 dan 4 didapatkan hasil sedang.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah
karena bahan organik merupakan sumber sekaligus penyangga dari
kesuburan tanah.Kadar bahan organik dalam analisis kualitatif
ditunjukkan dengan adanya reaksi (proses pembuihan) pada tanah
pada saat diberikan larutan H2O2 10% atau lebih. Pemberian larutan ke
contoh tanah, apabila semakin besar/hebat reaksi yang terjadi maka
kadar bahan organik dalam tanah semakin tinggi. Demikian pula
sebaliknya, apabila tidak terjadi reaksi apa-apa maka kadar bahan
organik dalam tanah bisa dikatakan tidak ada.
Kandungan bahan organik di lapisan 1 terdapat banyak buih yang
terlihatan, pada lapisan 2 terdapat sangat banyak buih, pada lapisan 3
buih yang tampak sedikit, dan sampai lapisan 4 hanya beberapa buih
yang terlihat. Adanya ketidakseimbangan atau perbedaan bahan
organik pada horizon karena peningkatan bahan organik yang
terbentuk dari sisa-sisa tanaman maupun organisme dalam tanah.
Semakin ke dalam kandungan bahan organiknya semakin sedikit, hal
ini disebabkan karena aktivitas mikroorganisme semakin ke dalam
semakin berkurang karena ikatan-ikatan partikel atau butir-butir tanah
yang semakin kuat sehingga ruang udara yang menyediakan oksigen
bagi kehidupan mikroorganisme tersebut juga terbatas.
Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan
agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain
yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Analisis
kadar kapur tanah secara kaulitatif atau yang biasa dilakukan di
31

lapangan, yaitu meneteskan contoh tanah dengan larutan HCl 10 %.


Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi reaksi atau
pembuihan. Semakin banyak kandungan kapur dalam tanah maka
reaksi yang terjadi semakin besar atau hebat. Kadar kapur (CaCO3)
pada semua horizon tidak terdapat kandungan kapur karena tidak
terjadi reaksi setelah penetesan HCl 10%.
Horizon senyawa kimia yang terkandung dalam tanah sangat
berpengaruh dan penting. Khususnya pada tingkat kesuburan tanah.
Penentuan pH pada praktikum ini dengan menggunakan pH stick (pH
aktual dan pH potensial). pH aktual dianalisis dengan mencampur
tanah dengan air (H2O) dengan perbandingan 1: 2,5. Hasildari
pengamatan maka didapat pH H2O pada semua horison mempunyai
pH yang sama yaitu sebesar 5. pH KCl pada horison semua horison
sama, yaitu sebesar 5. Hasil dari praktikum didapati bahwa tingkat
keasaman tanah adalah cukup asam.

D. Analisis Laboratorium
1. Hasil Pengamatan
a. Jumantono
1) Analisis Lengas Tanah
32

Sumber: analisis lab

2) Analisis pH Tanah

Tabel 4.5 pH Tanah Jumantono

CTKA Sumber : analisis lab


NO Parameter
0,5 2 3) Analis
1 pH H2O 6,25 -
2 pH KCl 6,81 - is
Struktur Tanah
Tabel 4.6 Bobot Volume Tanah Jumantono

Ctka Ulangan A B P Q BV
(mm) (gram) (gram) (cc) (cc)
Bongkah 1 1,772 2,114 30 31,5 1,371
Sumber: analisis lab
Tabel 4.7 Bobot Jenis Tanah Jumantono

Sumber: analisis lab


33

Tabel 4.7 Porositas Tanah

BV BJ N
1,371 2,287 38,4
Sumber: analisis lab
34

b. Jatikuwung
1) Analisis Lengas Tanah

Sumber: analisis lab


35

2) Analisis pH Tanah

Tabel 4.5 pH Tanah Jatikuwung

CTKA
NO Parameter
0,5 2
1 pH H2O 6,433 -
2 pH KCl 6,830 -
Sumber : analisis lab
3) Analisis Struktur Tanah
Tabel 4.6 Bobot Volume Tanah Jatikuwung

Ctka Ulangan A B P Q BV
(gram) (cc)
(mm) (gram) (cc)
Bongkah 1 0,905 1,085 30 31 1,140
Sumber: analisis lab
Tabel 4.7 Bobot Jenis Tanah Jatikuwung

Sumber: analisis lab


Tabel 4.7 Porositas Tanah

BV BJ N
1,140 2,408 53%
Sumber: analisis lab
36

c. Colomadu
1) Analisis Lengas Tanah

Sumber: analisis lab


37

2) Analisis pH Tanah

Tabel 4.5 pH Tanah Colomadu

CTKA
NO Parameter
0,5 2
1 pH H2O 7,47 -
2 pH KCl 7,26 -
Sumber : analisis lab
3) Analisis Struktur Tanah
Tabel 4.6 Bobot Volume Tanah Colomadu

Ctka Ulangan A B P Q BV
(gram) (gram) (cc)
(mm) (cc)
Bongkah 1 4,170 4,971 30 33 1,765
ml ml
Sumber: analisis lab
Tabel 4.7 Bobot Jenis Tanah Colomadu

Sumber: analisis lab


Tabel 4.7 Porositas Tanah

BV BJ N
1,765 2,273 22,5
Sumber: analisis lab

2. Pembahasan
a. Analisis Lengas Tanah
Kadar lengas tanah adalah kandungan uap air dalam pori-pori
tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar legas tanah adalah
38

pengaruh temperatur terhadap sifat-sifat tanah lebih kecil


dibandingkan curah hujan, karena sebagian energi digunakan untuk
evaporasi dan transpirasi. Jadi pengaruh temperatur berpengaruh
terhadap kegiatan perombakan bahan organik serta laju reaksi
pelapukan kimia. Iklim merupakan faktor yang mempengaruhi kadar
lengas tanah. Curah hujan dan temperatur merupakan anasir iklim yang
berpengaruh pada kandungan lengas tanah dalam mempercepat
kehilangan lengas atau sebaliknya, yaitu mengawetkan (Ferri2011).
Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh ruang
pori tanahdan teradsorbsi pada permukaan zarah tanah. Lengas
berperan sangat pentingdalam proses genesa tanah, kelangsungan
hidup tanaman dan jasad renik tanah serta siklus hara. Setiap reaksi
kimia dan fisika yang terjadi di dalam tanahhampir selalu melibatkan
air sebagai media pelarut garam-garam mineral, senyawa asam dan
basa serta ion-ion dan gugus organik maupun anorganik. Keadaan
tidak jenuh yang dialami menyebabkan lengas tanah hana berupa
selaput tipis yang menyelimuti zarah tanah. Semakin tipis selaput
lengas tersebut, maka gaya ikat tanah yang bekerja semakin kuat
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture)
yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas
tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan
istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas
tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air)
dan cairan; (b) air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam
tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water)
yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam
(Handayani 2009).
Analisis lengas tanah kering angin daerah Jumantono dilakukan 2
kali ulangan dengan menggunakan semua ukuran tanah, yaitu 0,5 mm,
2 mm, dan bongkahan. Kadar lengas tanah kering angin pada ukuran
tanah 0,5 mm ketika ulangan pertama adalah 14,147% dan pada
ulangan kedua adalah 10,740%, sehingga dapat diperoleh rata-rata
39

kadar lengas tanah yaitu 12,443%. Selanjutnya, kadar lengas tanah


kering angin pada ukuran tanah 2 mm ketika ulangan pertama adalah
34,550% dan pada ulangan kedua adalah 11,413%, sehingga dapat
diperoleh rata-rata kadar lengas tanah yaitu 22,981%. Kadar lengas
tanah kering angin pada bongkahan tanah yang didapat dari ulangan
pertama adalah 15,918% dan pada ulangan kedua adalah 17,567%,
sehingga dapat diperoleh rata-rata yaitu 16,742%. Penghitungan
kapasitas lapang dan kadar lengas maksimum menggunakan tanah
dengan ukuran 2 mm dan hanya dilakukan satu kali ulangan. Kapasitas
lapang di tanah Jumantono adalah 32,354% sedangkan kadar lengas
maksimumnya adalah 19,23%. Pengukuran batas berubah warna
menggunakan tanah dengan ukuran 0,5 mm dan dilakukan dengan satu
kali ulangan, sehingga diperoleh 12,702%.
Analisis lengas tanah kering angin daerah Jatikuwung hanya
dilakukan 1 kali ulangan dengan menggunakan semua ukuran tanah,
yaitu 0,5 mm, 2 mm, dan bongkahan. Kadar lengas tanah kering angin
pada ukuran tanah 0,5 mm adalah 7,9%. Selanjutnya, kadar lengas
tanah kering angin pada ukuran tanah 2 mm adalah 9,3%. Kadar lengas
tanah kering angin pada bongkahan tanah adalah 8,1%. Penghitungan
kapasitas lapang dan kadar lengas maksimum menggunakan tanah
dengan ukuran 2 mm dan hanya dilakukan satu kali ulangan. Kapasitas
lapang di tanah Jatikuwung adalah 31,6% sedangkan kadar lengas
maksimumnya adalah 46,7%. Pengukuran batas berubah warna
menggunakan tanah dengan ukuran 0,5 mm dan dilakukan dengan satu
kali ulangan, sehingga diperoleh 9,56%.
Analisis lengas tanah kering angin daerah Colomadu dilakukan 2
kali ulangan dengan menggunakan semua ukuran tanah, yaitu 0,5 mm,
2 mm, dan bongkahan. Kadar lengas tanah kering angin pada ukuran
tanah 0,5 mm ketika ulangan pertama adalah 7,12% dan pada ulangan
kedua adalah 12,01%, sehingga dapat diperoleh rata-rata kadar lengas
tanah yaitu 9,565%. Selanjutnya, kadar lengas tanah kering angin pada
ukuran tanah 2 mm ketika ulangan pertama adalah 5,74% dan pada
40

ulangan kedua adalah 7,43%, sehingga dapat diperoleh rata-rata kadar


lengas tanah yaitu 6,585%. Kadar lengas tanah kering angin pada
bongkahan tanah yang didapat dari ulangan pertama adalah 27,39%
dan pada ulangan kedua adalah 9,12%, sehingga dapat diperoleh rata-
rata yaitu 18,255%. Penghitungan kapasitas lapang dan kadar lengas
maksimum menggunakan tanah dengan ukuran 2 mm dan hanya
dilakukan satu kali ulangan. Kapasitas lapang di tanah Colomadu
adalah 9,45% sedangkan kadar lengas maksimumnya adalah 82,65%.
Pengukuran batas berubah warna menggunakan tanah dengan ukuran
0,5 mm dan dilakukan dengan satu kali ulangan, sehingga diperoleh
13,92%.
b. Analisis pH Tanah
Kemasaman tanah (pH) pada semua pedon, baik tanah kering dan
tanah yang disawahkan memiliki pH yang netral, yaitu berkisar antara
6,16-7,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses penyawahan tidak
mengakibatkan perubahan nilai pH tanah pada tanah yang semula telah
mempunyai pH netral. Secara keseluruhan nilai pH pada tanah yang
disawahkan menurun dengan meningkatnya kedalaman tanah,
walaupun tidak terlalu besar. Hal ini diduga karena proses
penggenangan menyebabkan dekomposisi bahan organik lebih lambat
sehingga menurunkan pH tanah. Proses penggenangan yang dilakukan
pada tanah sawah akan berpengaruh pada tanah tanah masam dan
alkalis (Rahayu 2014).
Berdasarkan tingkat kemasaman tanah, tanah dipisahkan kedalam
beberapa kelas kemasaman dan kebasaan. Biasanya tanah-tanah
masam umum dijumpai didaerah iklim basah. Tanah tersebut memiliki
konsentrasi H+ melebihi konsentrasi ion OH-. Tanah tersebut dapat
mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Tanah alkali
kebanyakan terdapat didaerah iklim agak kering hingga kering. Akibat
reaksi alkali tanah tersebut hanya mengandung sedikit Al, Fe, dan Mn
terlarut. Al memiliki peranan dalam kemasaman tanah
(Soeprobowati 2011).
41

Pengukuran analisis pH tanah menggunakan pH meter. Prinsipnya


pengukuran suatu pH didasarkan pada potensial elektro kimia yang
terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah
diketahui dengan larutan yang terdapat di luar elektroda gelas yang
tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca
akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan
aktif.
Pengukuran pH tanah menggunakan tanah yang berukuran 0,5 mm.
Parameter pH yang digunakan ada 2 macam yaitu pH H2O dan pH
KCL. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data bahwa tanah
alfisol di daerah Jumantono memiliki pH H2O yaitu 6,25 dan pH KCl
yaitu 6,81 sehingga dapat disimpulkan bahwa pH tanah alfisol di
Jumantono bersifat netral. pH netral dapat menjadi indikator dalam
pertumbuhan tanaman yang optimal.Tanah vertisol di Jatikuwung
memilik pH H2O sebesar 6,433 dan pH KCl sebesar 6,830, sedangkan
tanah Inseptisoldi Colomadu memilik pH H2O sebesar 7,47 dan pH
KCl sebesar 7,26.
c. Analisis Struktur Tanah
Kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot massa partikel
padat persatuan volume tanah, biasanya tanah memiliki kerapatan
partikel 2,6 gr/cm3. Kerapatan partikel erat hubungannya dengan
kerapatan massa. Hubungan kerapatan partikel dan kerapatan massa
dapat menentukan pori-pori pada tanah (Hanafiah 2010).
Tanah memiliki beberapa sifat-sifat fisik, salah satunya adalah
struktur tanah. Struktur tanah merupakan salah sastu sifat morfologi
tanah yang dapat di amati secara langsung. Morfologi tanah adalah
deskripsi tubuh tanah yang menunjukan kenampakkan- kenampakkan.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-
agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang
dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur tanah
berhubungan dengan cara dimana partikel pasir. Debu dan liat relatif
disusun satu sama lain. Tujuannya dengan menentukan berat volume
42

(BV), berat jenis (BJ) dan porositas tanah yaitu agar dapat
membedakan antara struktur yang ada. Kaitannya dengan daya serap
air, struktur tanah mempengaruhi karena berdasarkan dari pori-pori
tanah yang besar bermanfaat untuk aerasi dan lufiltrasi. Sedangkan
pori-pori yang kecil untuk menyimpan lengas (Ananto 2010).
Bobot volume merupakan perbandingan antara bobot dengan
volume tanah. Bobot volume didapat dari tanah berukuran bongkah
dengan satu kali ulangan. Berat bongkah tanah dengan benang adalah
1,772 gram. Berat tanah yang sudah dicelupkan ke dalam lilin adalah
2,114 gram. Volume tabung ukur yang diisi dengan aquades adalah 30
ml, sedangkan setelah ditambah tanah volumenya menjadi 31,5 ml.
Setelah dihitung dengan rumus, bobot volume yang diperoleh pada
tanah alfisol di Jumantono adalah 1,371.
Bobot jenis merupakan perbandingan antara bobot partikel
tanah dengan volume partikel tanah (tanpa pori-pori). Bobot jenis
didapat dari tanah berukuran 2 mm dengan satu kali ulangan. Berat
piknometer kosong adalah 21,755 gram, sedangkan setelah diisi
aquades beratnya menjadi 47,111 gram. Berdasarkan data diperoleh
bobot jenis pertama adalah 0,9957, sedangkan bobot jenis kedua
adalah 0,9958. Sehingga, diperoleh nilai bobot jenis akhir pada tanah
alfisol di Jumantono adalah 2,287.
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah yang terdapat dalam
suatu volume tanah. Ruang pori tanah tersebutdapat ditempati oleh
air dan udara, sehingga indikator drainase dan aerasi tanah. Porositas
pada tanah alfisol di Jumantono diperoleh hasil sebesar 38,4%.
Bobot volume di Jatikuwung didapat dari tanah berukuran
bongkah dengan satu kali ulangan. Berat bongkah tanah dengan
benang adalah 0,905 gram. Berat tanah yang sudah dicelupkan ke
dalam lilin adalah 1,085 gram. Volume tabung ukur yang diisi dengan
aquades adalah 30 ml, sedangkan setelah ditambah tanah volumenya
43

menjadi 31 ml. Setelah dihitung dengan rumus, bobot volume yang


diperoleh pada tanah vertisol di Jatikuwung adalah 1,140
Bobot jenis di Jatikuwung didapat dari tanah berukuran 2 mm
dengan satu kali ulangan. Berat piknometer kosong adalah 23,088
gram, sedangkan setelah diisi aquades beratnya menjadi 54,461 gram.
Berdasarkan data diperoleh bobot jenis pertama adalah 0,9953,
sedangkan bobot jenis kedua adalah 0,9957. Sehingga, diperoleh nilai
bobot jenis akhir pada tanah vertisol di Jatikuwung adalah 2,408.
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah yang terdapat dalam
suatu volume tanah.Ruang pori tanah tersebutdapat ditempati oleh air
dan udara, sehingga indikator drainase dan aerasi tanah. Porositas
pada tanah vertisol di Jatikuwung diperoleh hasil sebesar 21,33%.
Bobot volume di Colomadu didapat dari tanah berukuran
bongkah dengan satu kali ulangan. Berat bongkah tanah dengan
benang adalah 4,170 gram. Berat tanah yang sudah dicelupkan ke
dalam lilin adalah 4,971 gram. Volume tabung ukur yang diisi dengan
aquades adalah 30 ml, sedangkan setelah ditambah tanah volumenya
menjadi 33 ml. Setelah dihitung dengan rumus, bobot volume yang
diperoleh pada tanah Inseptisoldi Colomadu adalah 1,765.
Bobot jenis tanah di Colomadu didapat dari tanah berukuran 2
mm dengan satu kali ulangan. Berat piknometer kosong adalah 19,944
gram, sedangkan setelah diisi aquades beratnya menjadi 44,341 gram.
Berdasarkan data diperoleh bobot jenis pertama adalah 0,9960,
sedangkan bobot jenis kedua adalah 0,9963. Sehingga, diperoleh nilai
bobot jenis akhir pada tanah Inseptisol di Colomadu adalah
19,944.Porositas adalah proporsi ruang pori tanah yang terdapat
dalam suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara,
sehingga indikator drainase dan aerasi tanah. Porositas pada
tanahInseptisoldi Colomadu diperoleh hasil sebesar 22,5%.

E. Komprehensif
44

Pengamatan yang dilakukan pada praktikum ilmu tanah meliputi


pencandraan bentang lahan, penyidikan profil tanah, sifat fisika tanah, sifat
kimia tanah, analisis lengas tanah, analisis pH tanah, dan analisis struktur
tanah. Pengamatan tersebut diamati karena memiliki hubungan yang saling
terkait antara satu dengan yang lain. Pengamatan pencandraan bentang
lahan meliputi keadaan medan atau fisiografi lahan dapat mempengaruhi
aerasi dan drainase. Aerasi dan drainase semakin ke bawah semakin buruk.
Sedangkan kemiringan lahan akan berpengaruh pada proses pembentukan
tanah yang akhirnya akan ikut menentukan sifat sifat tanah itu sendiri.
Kemiringan yang berpengaruh pada sifat bahan induk dan taraf erosi yang
terjadi.
Lahan di Jumantono dengan ketinggian 197 m dpl ini memiliki
jenis tanah Alfisol dengan bentuk lahan vulkanik. Adanya campur tangan
manusia terhadap tanah yang menyebabkan erosi tanah yang terjadi adalah
erosi alur dalam tingkat yang rendah. Kondisi lahan yang bebas banjir
berpengaruh pada genangan yang sifatnya bebas juga. Erosi yang bersifat
rendah karena adanya batuan permukaan.. Jenis vegetasi yang terdapat
adalah pohon mangga, kelapa sawit, pohon singkong, pohon jagung,
rumput, kacang tanah, poho kelengkeng, dan tanaman lain.
Tanah di Jatikuwung merupakan jenis tanah Vertisol dengan bentuk
lahan alluvial yang terbentuk dari Quarter Alluvial Bengawan Solo.
Teksturnya adalah pasir geluhan dan lempung. Terletak di ketinggian 176
mdpl, lahan ini memiliki jenis vegetasi berupa rumput, pohon mangga,
pohon jambu, pohon pisang, dan rumput gajah.
Tanah di daerah Colomadu dengan ketinggian 150 mdpl terbentuk
dari tanah jenis Inseptisol dengan bentuk lahan vulkanik. Lereng di daerah
Colomadu agak miring dengan presentase 6%. Tingkat erosi yang terjadi
sedikit dengan tingkat bahaya erosi rendah. Jenis vegetasi berupa
rambutan, rumput, sawit, semak, pohon jati, nangka, mangga.
Sifat-sifat alfisol, memiliki horison argilik dan terdapat di kawasan
yang tanahnya lembab paling sedikit dalam setengah tahun. Kebutuhan
akan kejenuhan basa lebih dari 35% di dalam horison argilik alfisol berarti
45

bahwa basa-basa yang terlepas karena terurai. Iklim yang menguntungkan


dan tanah dengan kesuburan serta sifat fisika yang agak baik menjadikan
alfisol salah satu ordo tanah yang paling produktif untuk pertanian.
Dapat dikatakan semua profil tanah memperlihatkan perubahan
warna dari suatu horison berikutnya. Tampakan ini paling nyata dalam
tanah matang. Tanah muda dan yang sangat tua tampakan seperti ini
kurang nyata. Tanah muda, waktu belum mencukupi untuk menghasilkan
deferensiasi horison. Tanah sangat tua, diferensiasi horison menghilang
karena perlindian dan pelapukan yang telah sangat lanjut yang cenderung
menyamaratakan tampakan diseluruh profil. Konsistensi berkaitan erat
dengan struktur. Faktor-faktor yang menentukan struktur tanah, seperti
tekstur, macam-macam lempung dan kadar bahan organik juga ikut
menentukan konsistensi tanah. Tanah bertekstur sama dapat berbeda
konsistensinya karena berbeda macam lempungnya.
Kesuburan tanah alluvial baik karena daerah dengan fisiologi tanah
alluvial mempunyai daerah yang luas dan terdapat disepanjang aliran
sungai. Selain itu tanah alluvial juga sangat produktif dan tingkat aerasi-
drainasenya yang baik, sehingga tanah jenis ini sangat baik untuk
pertanian. Kesuburan tanah alfisol agak baik karena tanah ini merupakan
tanah tua yang telah lama mengalami pelapukan dan memiliki sifat fisika
tanah yang baik pula. Kesuburan tanah vertisol ini relatif rendah karena
merupakan tanah dengan kandungan BO relatif rendah. Jadi tanah ini
kurang baik untuk pertanian karena mengandung lempung dimana
lempung dapat menahan air yang diterimanya dari lapisan diatasnya,
karena susunan partikel tanah lempung yang teguh sehingga tanah jenis ini
susah untuk meloloskan air kelapisan yang ada dibawahnya.

F. Kesimpulan
1. Jumantono
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
46

a. Tanah di Jumantono, Karanganyar terbentuk dari hasil aktivitas


endapan materi gunung berapi yang mempunyai ketinggian 197 mdpl
dengan kemiringan agak curam.
b. Erosi yang terjadi merupakan erosi alur dengan tingkat erosi rendah.
c. Tanah di lahan Jumantono tidak adagenangan.
d. Batuan permukaan jumlah <0,1% dari luas permukaan; jarak antar
batuan kecil > 8 m dan antar batuan besar sekitar 20 m.
e. Profil tanah yang diamati mempunyai empat horizon dengan ketegasan
batas antar lapisan tanah yang jelas, baur,dan berangsur. Topografi
dominasi ratadan berombak.
f. Perakaran yang terlihat dari atas ke bawah semakin banyak dengan
ukuran yang halus, disebabkan derajat tanah yang semakin ke bawah
semakin kuat sehingga sulit ditembus akar.
g. Tekstur tanahnya adalah lempung, geluh, dan geluh lempung.
h. Konsistensi tanah di Jumantono adalah gembur, teguh, dan sangat teguh
sekali.
i. Warna tanah di Jumantono 5 YR 3/4 dark Yellowish, 7,5 YR 3/4 dark
Yellowish, 10 YR 3/6 dark Brown, dan 10 YR 4/6 dark Redish Brown.
j. Redoks baik.
k. Daya topang tanah vertikal rata-rata 0,5 kg/cm2 dan horizontal
1,5kg/cm2, 2 kg/cm2, 2,5 kg/cm2, dan 4 kg/cm2.
l. Tanah di lahan pengamatan tidak ada kadar kapur (CaCO3).
m. Bahan organik semakin ke dalam semakin sedikit.
n. Dari lapisan atas ke bawah, terlihat adanya bercak-bercak hitam yang
semakin banyak dengan ukuran yang semakin membesar.
2. Jatikuwung
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Tanah di Jatikuwung keadaaan fisiografinya terbentuk akibat hasil
aliran/fluvial dan atau gravitasi/koluvial dan mempunyai ketinggian 176
mdpl dengan kemiringan 10%.
47

b. Erosi yang terjadi merupakan erosi permukaan dengan tingkat erosi


rendah.
c. Tanah di lahan Jatikuwung sangat jarang terdapat genangan dan durasi
genangan sangat singkat.
d. Batuan permukaanjumlah <0,1% dari luas permukaan; jarak antar batuan
kecil > 8 m dan antar batuan besar sekitar 20 m..
e. Profil tanah yang diamati mempunyai dua horizon dengan masing-
masing dengan ketegasan batas antar lapisan tanah yang jelas dan baur,
serta memiliki topografi lahan yang berombak.
f. Perakaran yang terlihat halus dengan jumlah yang banyak.
g. Tekstur tanahnya geluh pasiran dan lempung.
h. Warna tanah Jatikuwung memiliki tipe yang berbeda yaitu 2,5 YR
2,5/2Yellowish Red dan 10 YR 3/3 Yellowish Red.
i. Tanah di lahan pengamatan tidak ada kadar kapur (CaCO3).
j. Redoks pada lahan pengamatan di Jatikuwung adalah baik.

3. Colomadu
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Tanah di Colomadu terbentuk dari hasil aktivitas/ endapan materi
gunung berapi yang mempunyai ketinggian 150 mdpl dengan
kemiringan 6 %.
b. Erosi yang terjadi merupakan erosi permukaan dengan tingkat erosi
permukaan yang rendah.
c. Tanah di lahan Colomadu sangat jarang ada genangan.
d. Profil tanah yang diamati mempunyai 4 lapisan tanah dengan ketegasan
batas antar lapisan tanah yang semakin berangsur.
e. Perakaran yang terlihat dari atas ke bawah adalah sedang dengan
jumlah yang banyak.
f. Tekstur tanahnya geluh lempungan, lempung pasiran, dan
lempungdengan tipe struktur tanah adalahkersai dan gumpal.
g. Konsistensi tanah di Colomadu adalah basah dengan kategori agak
lekat.
48

h. Penentuan warna tanah menggunakan Munsell Soil Colour Chart


(MSCC) dan hasilnya adalah 5 YR 2,5/1 Black, 10 YR 3/3 dark Brown,
10 YR 4/4 dark Yellowish Brown, dan 10 YR 5/4 Yellowish Brown.
i. Aerasi dan drainase ada yang sedang dan baik.
j. Tanah di lahan pengamatan tidak ada kadar kapur (CaCO3).
k. Bahan organik sedang dan semakin ke bawah semakin sedikit.

Daftar Pustaka

Asfan, Kusriningrum, Sucipto. (2012). Identifikasi Lahan KeringAlfisol Terdegradasi


di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Rekayasa Vol IV, No.1,1-10. Surabaya
Ernawati. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMA dan MAK kelas X. Jakarta:
Erlangga
Ferri R.(2011). Kadar Lengas Tanah. http://rendika-ferri-k.blog.ugm.ac.id.Diakses
pada tanggal 1 Desember 2016.
Hakim, Nurhajati. (2009). Penuntun Ringkas Dasar Dasar Ilmu
Tanah. Universitas Andalas: Padang.
Hanafiah, Kemas. (2010). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta:PT Rajagrafindo
Persada
Handayani, S. (2009). Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Hartono. (2007). Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra
Praya.
Herman. (2013). Sifat-Sifat Kimia Tanah.
https://www.academia.edu/5319462/25_Sifat Sifat_Kimia_Tanah.Diakses
pada 1 Desember 2016.
Juhadi. (2007). Pola-Pola Pemanfaatan Lahan dan Degradasi Lingkungan pada
KawasanPerbukitan Vol. IV(1). Semarang.
49

Manfarizah, dkk.(2011). Karakteristik Sifat Fisika tanah di University Farm


Stasiun Bener Meriah. Jurnal Agrista Vol. XV (1): 1-9.
Minardi, Slamet, Sutopo. (2000).Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Surakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Universitas Sebelas
Maret
Pardosi, Erwita. (2013).Kandungan Bahan Organik dan Beberapa Sifat Fisik
Tanah Sawah pada Pola Tanam Padi-Padi dan Padi Semangka.Jurnal
Online Agroekoteknologi.Vol(3): 1-8.
Rachman Sutanto. (2006). Dasar-dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan).
Kanisius. Yogyakarta.
Raditia, Sudjono, dan Mujiyo. (2011). Pendugaan Perkembangan Alfisols Di
Kecamatan Jatipuro, KaranganyarDengan Model Kestabilan Geneti.
Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1). Surakarta.
Rahayu A, SR Utami, ML Rayes.(2014). Karakteristik Dan Klasifikasi Tanah
Pada Lahan Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang. J Tanah dan Sumberdaya Lahan 1(2): 77-87.
Rayes M. L.(2006). Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Unit Penerbitan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya: Malang.
Resman. (2011). Morfologi dan Karakteristik Tanahdi Pugeran, Yogyakarta. Jurnal
AgroteknosVol. 1 No. 2. Hal 102-106. Kendari
Soeprobowati, Tri Retnaningsih. (2011). Ekologi Bentang Lahan. Jurnal
BiomaISSN: 1410-8801, Vol. 13, No. 2, Hal. 46-53
Sutopo.(2007). Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah. Jakarta
Tri. (2011). Jurnal BiomaVol. 13 (2): 46 53.
Wahjudin. (2006).Pengaruh Pemberian Kapur dan Kompos Sisa Tanaman
terhadap Aluminium dapat Ditukar dan Produksi Tanaman Kedelai pada
Tanah Vertic Hapludult dari Gajrug, Banten.Jurnal Agronomi. Vol(3 ):
141-147
Winda Kumalasari, Sisca. (2011).Studi Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Tanah
pada Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman di Sub DAS Solo Hulu.
Jurnal Ilmu Tanah.Vol(1): 34-35
Yani A dan Mamat Ruhimat.(2007). Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer
untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Grafindo
Media Pratama: Bandung.
Yuwono Widya, Nasih. (2009).Membangun Kesuburan Tanah di Lahan
Marginal.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol(9): 137-141.
50

Lampiran
51

Anda mungkin juga menyukai