1. Hasil Pengamatan Fisiografi dan Morfologi Tanah Data yang didapatkan mengenai informasi fisiografi tanah pada penggunaan lahan agroforestri, tegalan, dan perkebunan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Hasil Fisiografi Lahan Pengamatan No Fisiografi Lahan Kondisi Lahan Agroforestri Titik 1 1. Altitude; Longitude A: 7° 21 - 7° 31 LS L: 110° 10 - 111° 40 BT 2. Kelerengan (Slope) 31% 3. Ketinggian 760 mdpl 4. Kondisi Batuan Permukaan tidak terdapat batuan di permukaan Tegalan Titik 1 5. Altitude; Longitude A: 7° 21 - 7° 31 LS L: 110° 10 - 111° 40 BT 6. Kelerengan (Slope) 23% 7. Ketinggian 760 mdpl 8. Kondisi Batuan Permukaan tidak terdapat batuan di permukaan Perkebunan Titik 1 9. Altitude; Longitude A: 7° 21 - 7° 31 LS L: 110° 10 - 111° 40 BT 10. Kelerengan (Slope) 5% 11. Ketinggian 760 mdpl 12. Kondisi Batuan Permukaan tidak terdapat batuan di permukaan Berdasarkan data yang didapatkan pada ketiga lahan memiliki perbedaan kelerengan. Kelerengan merupakan perbedaan ketinggian relief pada bentuk lahan. Lahan agroforestri titik 1 dan tegalan titik 1 dengan bentuk lahan yang berbukit memiliki laju erosi yang lebih cepat dibandingkan dengan lahan perkebunan titik 1 dengan bentuk lahan datar. Sesuai dengan yang dijabarkan dalam Masruroh (2021), kelerengan lahan dibagi menjadi lima tipe yaitu bergunung dengan kelerengan lebih dari 45%, berbukit dengan kelerengan 25- 45% bergelombang dengan kelerengan 15-25%, landai dengan kelerengan 8-15%, dan datar dengan kelerengan 0-8 % dimana besar kemiringan lereng mempengaruhi laju kecepatan aliran air di permukaan lahan, semakin curam suatu lereng akan semakin cepat aliran air di permukaan lahan. Data yang didapatkan mengenai informasi fisiografi tanah pada penggunaan lahan agroforestri, tegalan dan perkebunan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Pengamatan Morfologi Tanah Lahan No. Morfologi Tanah Horizon 1 2 3 4 Agroforestry Titik 1 1. Simbol 1 2 3 4 2. Kedalaman (Cm) 0-10 10-30 30-40 40-60 3. Batas Horizon (A, R) (B, T) (A, R) (B, R) (Kejelasan,Topografi) 4. Warna 7,5 YR 2,5/2 10 YR 2/2 7,5 YR 4/4 7,5 YR 3/3 5. Tekstur SiCl SiCl Cl Cl 6. Konsistensi (Lembab, (Lp, aL/aP) (G, L/aP) (T, sL/P) (T, L/P) Basah) 7. Struktur (Tipe, (Gb, (Gb, (Gb, (Kl, Ukuran) 8. Perakaran (Jumlah, (Ba, Sd) (Sd, Ha) (Sd, Ha) (Sd, Ka) Ukuran) 9. Pori Tanah (Jumlah, (Ba, (-) ( -) (Sd) Jenis) Tegalan Titik 1 1. Simbol 1 2 3 4 2. Kedalaman (Cm) 0- 12 12-30 30-44 44-Dst 3. Batas Horizon (A, R) (B, R) (A, R) (B,R) (Kejelasan,Topografi) 4. Warna 10 YR 3/2 10 YR 3/2 10 YR 3/2 10 YR 3/2 5. Tekstur SiL SiL SiL SiL 6. Konsistensi (Lembab, (G, L/aP) (G, L/aP) (G, L/aP) (G, L/aP) Basah) 7. Struktur (Tipe, (GB, (GB, (GB, (GB, Ukuran) Medium) Medium) Medium) Medium) 8. Perakaran (Jumlah, (Ba, Ha) (Bi, Ha) (Bi, Ha) (Sd, Ha) Ukuran) 9. Pori Tanah (Jumlah, (Ba, Mikro) (Bi, Mikro) (Bi, Mikro) (Bi, Mikro) Jenis) Perkebunan Titik 1 1. Simbol 1 2 3 4 2. Kedalaman (Cm) 0-10 10-30 30-40 40-60 3. Batas Horizon (J, R) (J, R) (A, R) (B, R) (Kejelasan,Topografi) 4. Warna 7,5 YR 2,5/2 10 YR 2/2 7,5 YR 3/1 7,5 YR 2,5/1 5. Tekstur SC SC C SC 6. Konsistensi (Lembab, (Lp, L) (Ln, L) (Ln, tL) (aK, aL) Basah) 7. Struktur (Tipe, (Gr, (Gr, (Gs. (Gs. Ukuran) 8. Perakaran (Jumlah, (Ba, Ha) (Ba, Ha) (Sd, Sd) (Sd, Ha) Ukuran) 9. Pori Tanah (Jumlah, (-, TD) (Ba, TD) (Sd, TT) (-, TT) Jenis) Berdasarkan data tabel tersebut, didapatkan hasil identifikasi bahwa terdapat beberapa perbedaan morfologi tanah di antaranya warna, tekstur, dan tanah. Penentuan warna tanah dilakukan dengan membandingkan warna tanah dengan buku Soil Munsell Color Chart. Warna tanah pada lahan Agroforestri dan perkebunan didominasi oleh spektrum warna 7,5 YR. Pada lahan tegalan memiliki warna spektrum 10 YR. Ketiga lahan memiliki tekstur tanah yang berbeda dimana di Agroforestri didominasi oleh lempung liat berdebu dan lempung berliat yang terasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, dan melekat serta terasa agak kasar, membentuk bola agak teguh, dan membentuk gulungan jika dipirid tetapi mudah hancur, serta melekat sedang. Pada tekstur tegalan didominasi oleh lempung berdebu, yang terasa licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat. Pada tekstur perkebunan didominasi oleh liat berpasir, dimana teksturnya terasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijat, mudah digulung serta melekat sekali. 2. Hasil Pengamatan Fisika Tanah Pengamatan yang telah dilakukan pada tiga penggunaan menghasilkan data berat isi, berat jenis, dan porositas yang dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Hasil Berat Isi, Berat Jenis dan Porositas No. Penggunaan Lahan Berat Isi Berat Jenis Porositas (g/cm3) (g/cm3) (%) 1. Agroforestri Titik 1 0,6039 2,25 73,2 2. Tegalan Titik 1 0,7 2,22 68,5 3. Perkebunan Titik 1 0,6394 2,47 74,2 Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari ketiga plot, didapatkan data seperti terlampir pada tabel di atas. Ditinjau dari besarnya nilai berat isi, plot agroforestri memiliki nilai terendah yaitu sebesar 0,6039 g/cm 3 dan nilai tertinggi pada plot tegalan yaitu sebesar 0,7 g/cm 3. Nilai tersebut berhubungan dengan kandungan bahan organik tanah, pada plot agroforestri memiliki kandungan bahan organik tertinggi, sedangkan pada plot tegalan memiliki kandungan bahan organik terendah. Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ketiga penggunaan lahan mengenai erosi, drainase, dan permeabilitas dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Hasil Pengamatan Erosi, Drainase dan Permeabilitas No. Penggunaan Lahan Erosi Drainase Permeabilitas 1. Agroforestri Titik 1 Percikan Baik Cepat 2. Tegalan Titik 1 Percikan dan Agak Cepat Agak Cepat Alur 3. Perkebunan Titik 1 Percikan Baik Sangat Lambat Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada 3 penggunaan lahan, didapatkan hasil bahwa erosi yang paling banyak terjadi yaitu erosi percikan meskipun pada tegalan terdapat erosi alur. Drainase yang didapatkan pada ketiga lahan yang diamati dikategorikan dalam baik dan agak cepat. Drainase yang baik menunjukkan bahwa tanah pada penggunaan lahan agroforestri dan perkebunan mampu mengurangi kelebihan air dan mengalirkan air permukaan ke badan air dengan baik. Penggunaan lahan tegalan yang memiliki drainase agak cepat menandakan bahwa air lebih cepat menuju ke dalam tanah. Pengamatan yang telah dilakukan juga mendapat hasil bahwa permeabilitas pada ketiga lahan sangat beragam. Agroforestri dan tegalan yang memiliki permeabilitas agak cepat dan cepat menunjukkan bahwa tanah pada kedua lahan tersebut memiliki porositas yang cukup baik sehingga laju infiltrasi juga akan tinggi. Permeabilitas yang sangat lambat pada lahan perkebunan menunjukkan bahwa air lambat mengalir kedalam tanah. 3. Hasil Pengamatan Biologi Tanah Data yang didapatkan melalui pengamatan yang telah dilakukan pada ketiga plot (agroforestri, tegalan, dan perkebunan) mengenai vegetasi lahan dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Hasil Pengamatan Vegetasi Lahan No Penggunaan Lahan Vegetasi Populasi . 1. Agroforestri Titik 1 Pohon Pinus (pinus) >1000 Pohon Singkong (Manihot >100 esculenta) Pohon Pisang (Musa >100 paradisiaca) Tanaman Paku (Pteridophyta) >1000 Pohon Kopi (Coffea sp.) >1000 Rimbang (Solanum torvum) ±50 2. Tegalan Titik 1 Pohon Jeruk (Citrus) 100 Pohon Pisang (Musa 7 Paradisiaca) <100 Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) Pohon Jeruk (Citrus) <100 Pohon Pepaya (Carica Papaya) <10 3. Perkebunan Titik 1 Pohon Pisang (Musa <20 paradisiaca) ±20 Tanaman Ubi Kayu (Manihot utillisima Pohl.) Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan bahwa jenis vegetasi paling banyak terdapat di lahan Agroforestri dengan jumlah jenis vegetasi sebanyak 6 sedangkan jenis vegetasi dengan jumlah yang paling sedikit, yaitu pada lahan Tegalan. Pada ketiga lahan terdapat tanaman yang sama yaitu Pohon Pisang (Musa paradisiaca) dengan populasi tertinggi terdapat pada lahan Agroforestri dengan jumlah populasi lebih dari seribu. Pohon Pisang adalah tanaman yang berbuah sekali lalu mati, Tanaman pisang tumbuh dengan baik pada ketiga lahan karena Pohon pisang dapat ditanam dan tumbuh pada berbagai jenis topografi tanah. Pengamatan yang telah dilakukan pada ketiga penggunaan lahan (agroforestri, tegalan, dan perkebunan) mengenai berat dan ketebalan seresah mendapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Hasil Pengamatan Seresah pada Agroforestri Berat Seresah Tebal No Penggunaan Lahan Frame Biomassa Nekromassa Seresah 1. Agroforestri Titik 1 1 55 gram 70 gram 1,5 cm 2. Agroforestri Titik 1 2 90 gram 130 gram 2,5 cm 3. Agroforestri Titik 1 3 60 gram 165 gram 5 cm 4. Agroforestri Titik 1 4 30 gram 120 gram 3,7 cm 5. Agroforestri Titik 1 5 60 gram 30 gram 1 cm 6. Agroforestri Titik 1 6 70 gram 100 gram 2 cm 7. Agroforestri Titik 1 7 135 gram 50 gram 1,3 cm 8. Agroforestri Titik 1 8 210 gram 115 gram 5,9 cm 9. Agroforestri Titik 1 9 130 gram 50 gram 2 cm 10. Agroforestri Titik 1 10 75 gram 55 gram 1,5 cm Rata-rata tebal 2,64 cm Berat Seresah Tebal No Penggunaan Lahan Frame Biomassa Nekromassa Seresah 1. Tegalan Titik 1 1 85 gram 35 gram 0,8 cm 2. Tegalan Titik 1 2 215 gram 20 gram 3 cm 3. Tegalan Titik 1 3 95 gram 25 gram 4 cm 4. Tegalan Titik 1 4 55 gram 35 gram 4 cm 5. Tegalan Titik 1 5 85 gram 10 gram 0,3 cm 6. Tegalan Titik 1 6 265 gram 75 gram 1,9 cm 7. Tegalan Titik 1 7 65 gram 25 gram 2,6 cm 8. Tegalan Titik 1 8 165 gram 35 gram 1,4 cm 9. Tegalan Titik 1 9 225 gram 25 gram 2,3 cm 10. Tegalan Titik 1 10 55 gram 0 gram 0,3 cm Rata-rata tebal 2,06 cm
Tabel 13. Hasil Pengamatan Seresah pada Tegalan
Tabel 14. Hasil Pengamatan Seresah pada Perkebunan
Berat Sampel Tebal No Penggunaan Lahan Frame Biomassa Nekromassa Seresah 1. Perkebunan titik 1 1 9,5 gram 30,7 gram 1 cm 2. Perkebunan titik 1 2 4,2 gram 26,7 gram 0,7 cm 3. Perkebunan titik 1 3 2,5 gram 19,6 gram 0,8 cm 4. Perkebunan titik 1 4 6,5 gram 29,1 gram 1,8 cm 5. Perkebunan titik 1 5 2,3 gram 6,9 gram 0,2 cm 6. Perkebunan titik 1 6 1,2 gram 8,7 gram 0,3 cm 7. Perkebunan titik 1 7 1,1 gram 4,2 gram 0,2 cm 8. Perkebunan titik 1 8 2,7 gram 4,7 gram 0,2 cm 9. Perkebunan titik 1 9 3,3 gram 26,6 gram 2 cm 10. Perkebunan titik 1 10 5,3 gram 24,6 gram 1,5 cm Rata-rata tebal 0,87 cm Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di 3 lahan tersebut ditemukan lahan agroforestri memiliki rerata tebal seresah yang paling tebal diantara lahan lainnya dan lahan perkebunan memiliki rerata tebal seresah terendah yaitu 0,87 cm. Jumlah produksi biomassa pohon agroforestri tergantung pada jenis spesies, jumlah pohon per hektar, umur pohon, pengelolaan tanaman dan faktor tempat tumbuh. Produksi serasah pada tegalan lebih rendah daripada agroforestri karena berdasarkan komposisi penyusun tegalan selain tanaman jeruk, pisang, dan tebu yang mana sebagai tanaman semusim, sehingga kepadatan tanaman tidak didominasi oleh pepohonan. Data yang didapatkan melalui pengamatan pada ketiga plot mengenai understorey dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Hasil Pengamatan Understorey No Penggunaan Lahan Understorey Populasi 1. Agroforestri Titik 1 Pakis Kandung (Cystopteris > 10 fragilis) 2. Tegalan Titik 1 Rumput Belulang (Eleusine <5 indica) Ketul (Bidens pilosa) 3 3. Perkebunan Titik 1 Gelang Biasa (Common <10 purslane) Jotang Kuda (Synedrella) <25 Legetan (Calyptocarpus <15 vialis) Pegagan (Centella asiatica) <25 Rumput Kebo (Paspalum <30 conjugatum) Rumput Teki (Cyperus <30 rotundus L) Tepung Otot (Stellaria <15 Media) Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil identifikasi paling banyak ditemukan populasi understorey pada lahan Perkebunan Titik 1 yaitu ada 7 jenis tumbuhan. Sedangkan, populasi understorey paling sedikit terdapat pada lahan Tegalan Titik 1. Jenis tanaman yang tumbuh di tegalan umumnya rumput dan tumbuhan liar akibat kurangnya dari intensitas pemeliharaan. Data yang diperoleh dari pengamatan kelimpahan biota tanah pada ketiga penggunaan lahan (agroforestri, tegalan, dan perkebunan) dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Kelimpahan Biota Tanah di Agroforestry, Tegalan, dan Perkebunan No. Penggunaan Lahan Mikrobiota Tanah Populasi Cacing Tanah (Lumbricina) 8 1. Agroferestry Titik 1 Kumbang Tanduk (Orytes 2 rhinoceros) Semut Permanen 6 Semut Tukang Kayu 3 (Camponotus pennsylvanivus) Cacing (Lumbricina) 2 2. Tegalan Titik 1 Kelabang (Scolopendra) 2 Semut (Formicidae) 2 Laba-Laba (Araneae) 1 Cacing Tanah (Lumbricina) 6 3. Perkebunan Titik 1 Kepik (Hemiptera) 1 Semut (Formicidae) 5 Pada pengamatan yang telah dilakukan di tiga lahan berbeda, didapatkan hasil bahwa mikrobiota tanah yang mendominasi lahan Agroforestry titik 1 adalah cacing tanah dengan jumlah 8 ekor, pada lahan Tegalan didominasi oleh cacing, kelabang, dan semut dengan jumlah masing-masing 2 ekor, dan pada lahan Perkebunan titik 1 didominasi oleh cacing tanah dengan jumlah 6 ekor. Cacing tanah berperan dalam proses dekomposisi bahan organik dan juga berkontribusi dalam siklus unsur hara yang terjadi di dalam tanah. 4. Hasil Pengamatan Kimia Tanah Data yang didapatkan melalui pengamatan kimia tanah mengenai pH, bahan organik, dan kapur pada ketiga plot pengamatan dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Hasil Pengamatan pH, Bahan Organik dan Kapur No. Penggunaan Lahan pH Bahan Organik Kapur
1. Agroforestri 1 7,5 Sedikit Tidak ada
2. Tegalan 1 4,5 Tidak ada Tidak ada
3. Perkebunan 1 6 Banyak Sangat
Sedikit Berdasarkan pada data hasil pengamatan yang didapat dari fieldtrip atau kunjungan lahan pada ketiga lahan yakni agroforestri, tegalan, dan perkebunan memiliki perbedaan pada pH, bahan organik, dan kapur. Ini membuktikan bahwasanya ketiga aspek pada yang ada saling mempengaruhi. Dapat dilihat pada lahan tegalan tidak terdapat bahan organik sehingga pH tanah 4,5 atau cenderung asam, sedangkan pada lahan agroforestri bahan organik sedikit maka pH tanah 7,5 atau netral, kemudian pada lahan perkebunan bahan organik banyak sehingga pH tanah 6 atau netral cenderung asam. Pada aspek kapur memang sedikit sulit ditemukan pada ketiga lahan namun, kapur juga mempengaruhi terhadap kondisi pH dalam tanah, Kapur pada tanah bermanfaat untuk menaikkan derajat keasaman (pH) tanah pada lahan-lahan yang reaksi tanahnya asam menjadi netral. Pengamatan yang telah dilakukan di ketiga plot mengenai defisiensi unsur hara pada ketiga penggunaan lahan didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Hasil Pengamatan Gejala Kekurangan Unsur Hara No. Penggunaan Lahan Defisiensi atau Gejala Keracunan 1. Agroforestri Titik 1 Defisiensi Kalsium Terdapat beberapa (Ca) bagian permukaan daun yang berwarna cokelat, ada yang seperti bitnik-bintik pada permukaan daun dan terdapat juga bagian daun yang mengering dan berbentuk seperti mangkuk. 2. Tegalan Titik 1 Defisiensi Kalium (K) Daun mengering, ada bercak coklat yang mengering. Defisiensi Nitrogen (N) Daun menguning pada bagian ujung dan samping mengering. 3. Perkebunan Titik 1 Defisiensi Besi (Fe) Klorosis pada daun tetapi tulang daun masih nampak kehijauan. Defisiensi Kalium (K) Daun tua akan mengerut dan keriting, pada daun akan timbul bercak merah dan kecokelatan, lalu daun akan mengering dan mati. Defisiensi Mangan Adanya klorosis (Mn) diantara tulang daun. Pada ketiga lahan didapatkan hasil bahwa ketiganya memiliki keracunan pada daun yang berbeda-beda. Lahan agroforestri terdapat keracunan kalsium saja, untuk keracunan kalium pada daun terdapat pada lahan tegalan dan perkebunan, lahan tegalan juga memiliki keracunan nitrogen pada daunnya, dan lahan perkebunan juga ada keracunan besi juga mangan pada daunnya. Sehingga diketahui perbedaan pada ketiga lahan, lahan dengan tingkat keracunan pada daun yang tertinggi ada pada perkebunan titik 1 selanjutnya tegalan titik 1, sedangkan keracunan dengan tingkat racun yang tidak beragam terdapat pada lahan agroforestri titik 1. Setiap lahan sendiri memiliki hubungan faktor lingkungan yang berbeda-beda dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setiap organ pada tumbuhan.