Anda di halaman 1dari 9

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan


1. Hasil Pengamatan Fisiografi dan Morfologi Tanah
Data yang didapatkan mengenai informasi fisiografi tanah pada penggunaan
lahan agroforestri, tegalan, dan perkebunan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Fisiografi Lahan Pengamatan
No Fisiografi Lahan Kondisi Lahan
Agroforestri Titik 1
1. Altitude; Longitude A: 7° 21 - 7° 31 LS L: 110° 10 - 111° 40 BT
2. Kelerengan (Slope) 31%
3. Ketinggian 760 mdpl
4. Kondisi Batuan Permukaan tidak terdapat batuan di permukaan
Tegalan Titik 1
5. Altitude; Longitude A: 7° 21 - 7° 31 LS L: 110° 10 - 111° 40 BT
6. Kelerengan (Slope) 23%
7. Ketinggian 760 mdpl
8. Kondisi Batuan Permukaan tidak terdapat batuan di permukaan
Perkebunan Titik 1
9. Altitude; Longitude A: 7° 21 - 7° 31 LS L: 110° 10 - 111° 40 BT
10. Kelerengan (Slope) 5%
11. Ketinggian 760 mdpl
12. Kondisi Batuan Permukaan tidak terdapat batuan di permukaan
Berdasarkan data yang didapatkan pada ketiga lahan memiliki perbedaan
kelerengan. Kelerengan merupakan perbedaan ketinggian relief pada bentuk
lahan. Lahan agroforestri titik 1 dan tegalan titik 1 dengan bentuk lahan yang
berbukit memiliki laju erosi yang lebih cepat dibandingkan dengan lahan
perkebunan titik 1 dengan bentuk lahan datar. Sesuai dengan yang dijabarkan
dalam Masruroh (2021), kelerengan lahan dibagi menjadi lima tipe yaitu
bergunung dengan kelerengan lebih dari 45%, berbukit dengan kelerengan 25-
45% bergelombang dengan kelerengan 15-25%, landai dengan kelerengan 8-15%,
dan datar dengan kelerengan 0-8 % dimana besar kemiringan lereng
mempengaruhi laju kecepatan aliran air di permukaan lahan, semakin curam suatu
lereng akan semakin cepat aliran air di permukaan lahan.
Data yang didapatkan mengenai informasi fisiografi tanah pada penggunaan
lahan agroforestri, tegalan dan perkebunan dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Morfologi Tanah Lahan
No. Morfologi Tanah Horizon
1 2 3 4
Agroforestry Titik 1
1. Simbol 1 2 3 4
2. Kedalaman (Cm) 0-10 10-30 30-40 40-60
3. Batas Horizon (A, R) (B, T) (A, R) (B, R)
(Kejelasan,Topografi)
4. Warna 7,5 YR 2,5/2 10 YR 2/2 7,5 YR 4/4 7,5 YR 3/3
5. Tekstur SiCl SiCl Cl Cl
6. Konsistensi (Lembab, (Lp, aL/aP) (G, L/aP) (T, sL/P) (T, L/P)
Basah)
7. Struktur (Tipe, (Gb, (Gb, (Gb, (Kl,
Ukuran)
8. Perakaran (Jumlah, (Ba, Sd) (Sd, Ha) (Sd, Ha) (Sd, Ka)
Ukuran)
9. Pori Tanah (Jumlah, (Ba, (-) ( -) (Sd)
Jenis)
Tegalan Titik 1
1. Simbol 1 2 3 4
2. Kedalaman (Cm) 0- 12 12-30 30-44 44-Dst
3. Batas Horizon (A, R) (B, R) (A, R) (B,R)
(Kejelasan,Topografi)
4. Warna 10 YR 3/2 10 YR 3/2 10 YR 3/2 10 YR 3/2
5. Tekstur SiL SiL SiL SiL
6. Konsistensi (Lembab, (G, L/aP) (G, L/aP) (G, L/aP) (G, L/aP)
Basah)
7. Struktur (Tipe, (GB, (GB, (GB, (GB,
Ukuran) Medium) Medium) Medium) Medium)
8. Perakaran (Jumlah, (Ba, Ha) (Bi, Ha) (Bi, Ha) (Sd, Ha)
Ukuran)
9. Pori Tanah (Jumlah, (Ba, Mikro) (Bi, Mikro) (Bi, Mikro) (Bi, Mikro)
Jenis)
Perkebunan Titik 1
1. Simbol 1 2 3 4
2. Kedalaman (Cm) 0-10 10-30 30-40 40-60
3. Batas Horizon (J, R) (J, R) (A, R) (B, R)
(Kejelasan,Topografi)
4. Warna 7,5 YR 2,5/2 10 YR 2/2 7,5 YR 3/1 7,5 YR 2,5/1
5. Tekstur SC SC C SC
6. Konsistensi (Lembab, (Lp, L) (Ln, L) (Ln, tL) (aK, aL)
Basah)
7. Struktur (Tipe, (Gr, (Gr, (Gs. (Gs.
Ukuran)
8. Perakaran (Jumlah, (Ba, Ha) (Ba, Ha) (Sd, Sd) (Sd, Ha)
Ukuran)
9. Pori Tanah (Jumlah, (-, TD) (Ba, TD) (Sd, TT) (-, TT)
Jenis)
Berdasarkan data tabel tersebut, didapatkan hasil identifikasi bahwa terdapat
beberapa perbedaan morfologi tanah di antaranya warna, tekstur, dan tanah.
Penentuan warna tanah dilakukan dengan membandingkan warna tanah dengan
buku Soil Munsell Color Chart. Warna tanah pada lahan Agroforestri dan
perkebunan didominasi oleh spektrum warna 7,5 YR. Pada lahan tegalan memiliki
warna spektrum 10 YR. Ketiga lahan memiliki tekstur tanah yang berbeda
dimana di Agroforestri didominasi oleh lempung liat berdebu dan lempung berliat
yang terasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, dan melekat
serta terasa agak kasar, membentuk bola agak teguh, dan membentuk gulungan
jika dipirid tetapi mudah hancur, serta melekat sedang. Pada tekstur tegalan
didominasi oleh lempung berdebu, yang terasa licin, membentuk bola teguh, dapat
sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat. Pada tekstur
perkebunan didominasi oleh liat berpasir, dimana teksturnya terasa licin agak
kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijat, mudah digulung serta
melekat sekali.
2. Hasil Pengamatan Fisika Tanah
Pengamatan yang telah dilakukan pada tiga penggunaan menghasilkan data
berat isi, berat jenis, dan porositas yang dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Hasil Berat Isi, Berat Jenis dan Porositas
No. Penggunaan Lahan Berat Isi Berat Jenis Porositas
(g/cm3) (g/cm3) (%)
1. Agroforestri Titik 1 0,6039 2,25 73,2
2. Tegalan Titik 1 0,7 2,22 68,5
3. Perkebunan Titik 1 0,6394 2,47 74,2
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari ketiga plot, didapatkan
data seperti terlampir pada tabel di atas. Ditinjau dari besarnya nilai berat isi, plot
agroforestri memiliki nilai terendah yaitu sebesar 0,6039 g/cm 3 dan nilai tertinggi
pada plot tegalan yaitu sebesar 0,7 g/cm 3. Nilai tersebut berhubungan dengan
kandungan bahan organik tanah, pada plot agroforestri memiliki kandungan bahan
organik tertinggi, sedangkan pada plot tegalan memiliki kandungan bahan organik
terendah.
Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ketiga
penggunaan lahan mengenai erosi, drainase, dan permeabilitas dapat dilihat pada
tabel 10.
Tabel 10. Hasil Pengamatan Erosi, Drainase dan Permeabilitas
No. Penggunaan Lahan Erosi Drainase Permeabilitas
1. Agroforestri Titik 1 Percikan Baik Cepat
2. Tegalan Titik 1 Percikan dan Agak Cepat Agak Cepat
Alur
3. Perkebunan Titik 1 Percikan Baik Sangat Lambat
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada 3 penggunaan lahan,
didapatkan hasil bahwa erosi yang paling banyak terjadi yaitu erosi percikan
meskipun pada tegalan terdapat erosi alur. Drainase yang didapatkan pada ketiga
lahan yang diamati dikategorikan dalam baik dan agak cepat. Drainase yang baik
menunjukkan bahwa tanah pada penggunaan lahan agroforestri dan perkebunan
mampu mengurangi kelebihan air dan mengalirkan air permukaan ke badan air
dengan baik. Penggunaan lahan tegalan yang memiliki drainase agak cepat
menandakan bahwa air lebih cepat menuju ke dalam tanah. Pengamatan yang
telah dilakukan juga mendapat hasil bahwa permeabilitas pada ketiga lahan sangat
beragam. Agroforestri dan tegalan yang memiliki permeabilitas agak cepat dan
cepat menunjukkan bahwa tanah pada kedua lahan tersebut memiliki porositas
yang cukup baik sehingga laju infiltrasi juga akan tinggi. Permeabilitas yang
sangat lambat pada lahan perkebunan menunjukkan bahwa air lambat mengalir
kedalam tanah.
3. Hasil Pengamatan Biologi Tanah
Data yang didapatkan melalui pengamatan yang telah dilakukan pada ketiga
plot (agroforestri, tegalan, dan perkebunan) mengenai vegetasi lahan dapat dilihat
pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil Pengamatan Vegetasi Lahan
No Penggunaan Lahan Vegetasi Populasi
.
1. Agroforestri Titik 1 Pohon Pinus (pinus) >1000
Pohon Singkong (Manihot >100
esculenta)
Pohon Pisang (Musa >100
paradisiaca)
Tanaman Paku (Pteridophyta) >1000
Pohon Kopi (Coffea sp.) >1000
Rimbang (Solanum torvum) ±50
2. Tegalan Titik 1 Pohon Jeruk (Citrus) 100
Pohon Pisang (Musa 7
Paradisiaca) <100
Tanaman Tebu (Saccharum
officinarum)
Pohon Jeruk (Citrus) <100
Pohon Pepaya (Carica Papaya) <10
3. Perkebunan Titik 1 Pohon Pisang (Musa <20
paradisiaca) ±20
Tanaman Ubi Kayu (Manihot
utillisima Pohl.)
Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan bahwa jenis vegetasi paling
banyak terdapat di lahan Agroforestri dengan jumlah jenis vegetasi sebanyak 6
sedangkan jenis vegetasi dengan jumlah yang paling sedikit, yaitu pada lahan
Tegalan. Pada ketiga lahan terdapat tanaman yang sama yaitu Pohon Pisang
(Musa paradisiaca) dengan populasi tertinggi terdapat pada lahan Agroforestri
dengan jumlah populasi lebih dari seribu. Pohon Pisang adalah tanaman yang
berbuah sekali lalu mati, Tanaman pisang tumbuh dengan baik pada ketiga lahan
karena Pohon pisang dapat ditanam dan tumbuh pada berbagai jenis topografi
tanah.
Pengamatan yang telah dilakukan pada ketiga penggunaan lahan
(agroforestri, tegalan, dan perkebunan) mengenai berat dan ketebalan seresah
mendapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Hasil Pengamatan Seresah pada Agroforestri
Berat Seresah Tebal
No Penggunaan Lahan Frame
Biomassa Nekromassa Seresah
1. Agroforestri Titik 1 1 55 gram 70 gram 1,5 cm
2. Agroforestri Titik 1 2 90 gram 130 gram 2,5 cm
3. Agroforestri Titik 1 3 60 gram 165 gram 5 cm
4. Agroforestri Titik 1 4 30 gram 120 gram 3,7 cm
5. Agroforestri Titik 1 5 60 gram 30 gram 1 cm
6. Agroforestri Titik 1 6 70 gram 100 gram 2 cm
7. Agroforestri Titik 1 7 135 gram 50 gram 1,3 cm
8. Agroforestri Titik 1 8 210 gram 115 gram 5,9 cm
9. Agroforestri Titik 1 9 130 gram 50 gram 2 cm
10. Agroforestri Titik 1 10 75 gram 55 gram 1,5 cm
Rata-rata tebal 2,64 cm
Berat Seresah Tebal
No Penggunaan Lahan Frame
Biomassa Nekromassa Seresah
1. Tegalan Titik 1 1 85 gram 35 gram 0,8 cm
2. Tegalan Titik 1 2 215 gram 20 gram 3 cm
3. Tegalan Titik 1 3 95 gram 25 gram 4 cm
4. Tegalan Titik 1 4 55 gram 35 gram 4 cm
5. Tegalan Titik 1 5 85 gram 10 gram 0,3 cm
6. Tegalan Titik 1 6 265 gram 75 gram 1,9 cm
7. Tegalan Titik 1 7 65 gram 25 gram 2,6 cm
8. Tegalan Titik 1 8 165 gram 35 gram 1,4 cm
9. Tegalan Titik 1 9 225 gram 25 gram 2,3 cm
10. Tegalan Titik 1 10 55 gram 0 gram 0,3 cm
Rata-rata tebal 2,06 cm

Tabel 13. Hasil Pengamatan Seresah pada Tegalan

Tabel 14. Hasil Pengamatan Seresah pada Perkebunan


Berat Sampel Tebal
No Penggunaan Lahan Frame
Biomassa Nekromassa Seresah
1. Perkebunan titik 1 1 9,5 gram 30,7 gram 1 cm
2. Perkebunan titik 1 2 4,2 gram 26,7 gram 0,7 cm
3. Perkebunan titik 1 3 2,5 gram 19,6 gram 0,8 cm
4. Perkebunan titik 1 4 6,5 gram 29,1 gram 1,8 cm
5. Perkebunan titik 1 5 2,3 gram 6,9 gram 0,2 cm
6. Perkebunan titik 1 6 1,2 gram 8,7 gram 0,3 cm
7. Perkebunan titik 1 7 1,1 gram 4,2 gram 0,2 cm
8. Perkebunan titik 1 8 2,7 gram 4,7 gram 0,2 cm
9. Perkebunan titik 1 9 3,3 gram 26,6 gram 2 cm
10. Perkebunan titik 1 10 5,3 gram 24,6 gram 1,5 cm
Rata-rata tebal 0,87 cm
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di 3 lahan tersebut ditemukan
lahan agroforestri memiliki rerata tebal seresah yang paling tebal diantara lahan
lainnya dan lahan perkebunan memiliki rerata tebal seresah terendah yaitu 0,87
cm. Jumlah produksi biomassa pohon agroforestri tergantung pada jenis spesies,
jumlah pohon per hektar, umur pohon, pengelolaan tanaman dan faktor tempat
tumbuh. Produksi serasah pada tegalan lebih rendah daripada agroforestri karena
berdasarkan komposisi penyusun tegalan selain tanaman jeruk, pisang, dan tebu
yang mana sebagai tanaman semusim, sehingga kepadatan tanaman tidak
didominasi oleh pepohonan.
Data yang didapatkan melalui pengamatan pada ketiga plot mengenai
understorey dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Hasil Pengamatan Understorey
No Penggunaan Lahan Understorey Populasi
1. Agroforestri Titik 1 Pakis Kandung (Cystopteris > 10
fragilis)
2. Tegalan Titik 1 Rumput Belulang (Eleusine <5
indica)
Ketul (Bidens pilosa) 3
3. Perkebunan Titik 1 Gelang Biasa (Common <10
purslane)
Jotang Kuda (Synedrella) <25
Legetan (Calyptocarpus <15
vialis)
Pegagan (Centella asiatica) <25
Rumput Kebo (Paspalum <30
conjugatum)
Rumput Teki (Cyperus <30
rotundus L)
Tepung Otot (Stellaria <15
Media)
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil identifikasi paling banyak
ditemukan populasi understorey pada lahan Perkebunan Titik 1 yaitu ada 7 jenis
tumbuhan. Sedangkan, populasi understorey paling sedikit terdapat pada lahan
Tegalan Titik 1. Jenis tanaman yang tumbuh di tegalan umumnya rumput dan
tumbuhan liar akibat kurangnya dari intensitas pemeliharaan.
Data yang diperoleh dari pengamatan kelimpahan biota tanah pada ketiga
penggunaan lahan (agroforestri, tegalan, dan perkebunan) dapat dilihat pada tabel
16.
Tabel 16. Kelimpahan Biota Tanah di Agroforestry, Tegalan, dan Perkebunan
No. Penggunaan Lahan Mikrobiota Tanah Populasi
Cacing Tanah (Lumbricina) 8
1. Agroferestry Titik 1 Kumbang Tanduk (Orytes 2
rhinoceros)
Semut Permanen 6
Semut Tukang Kayu 3
(Camponotus pennsylvanivus)
Cacing (Lumbricina) 2
2. Tegalan Titik 1 Kelabang (Scolopendra) 2
Semut (Formicidae) 2
Laba-Laba (Araneae) 1
Cacing Tanah (Lumbricina) 6
3. Perkebunan Titik 1 Kepik (Hemiptera) 1
Semut (Formicidae) 5
Pada pengamatan yang telah dilakukan di tiga lahan berbeda, didapatkan
hasil bahwa mikrobiota tanah yang mendominasi lahan Agroforestry titik 1 adalah
cacing tanah dengan jumlah 8 ekor, pada lahan Tegalan didominasi oleh cacing,
kelabang, dan semut dengan jumlah masing-masing 2 ekor, dan pada lahan
Perkebunan titik 1 didominasi oleh cacing tanah dengan jumlah 6 ekor. Cacing
tanah berperan dalam proses dekomposisi bahan organik dan juga berkontribusi
dalam siklus unsur hara yang terjadi di dalam tanah.
4. Hasil Pengamatan Kimia Tanah
Data yang didapatkan melalui pengamatan kimia tanah mengenai pH, bahan
organik, dan kapur pada ketiga plot pengamatan dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Hasil Pengamatan pH, Bahan Organik dan Kapur
No. Penggunaan Lahan pH Bahan Organik Kapur

1. Agroforestri 1 7,5 Sedikit Tidak ada

2. Tegalan 1 4,5 Tidak ada Tidak ada

3. Perkebunan 1 6 Banyak Sangat


Sedikit
Berdasarkan pada data hasil pengamatan yang didapat dari fieldtrip atau
kunjungan lahan pada ketiga lahan yakni agroforestri, tegalan, dan perkebunan
memiliki perbedaan pada pH, bahan organik, dan kapur. Ini membuktikan
bahwasanya ketiga aspek pada yang ada saling mempengaruhi. Dapat dilihat pada
lahan tegalan tidak terdapat bahan organik sehingga pH tanah 4,5 atau cenderung
asam, sedangkan pada lahan agroforestri bahan organik sedikit maka pH tanah 7,5
atau netral, kemudian pada lahan perkebunan bahan organik banyak sehingga pH
tanah 6 atau netral cenderung asam. Pada aspek kapur memang sedikit sulit
ditemukan pada ketiga lahan namun, kapur juga mempengaruhi terhadap kondisi
pH dalam tanah, Kapur pada tanah bermanfaat untuk menaikkan derajat keasaman
(pH) tanah pada lahan-lahan yang reaksi tanahnya asam menjadi netral.
Pengamatan yang telah dilakukan di ketiga plot mengenai defisiensi unsur
hara pada ketiga penggunaan lahan didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel
18.
Tabel 18. Hasil Pengamatan Gejala Kekurangan Unsur Hara
No. Penggunaan Lahan Defisiensi atau Gejala
Keracunan
1. Agroforestri Titik 1 Defisiensi Kalsium Terdapat beberapa
(Ca) bagian permukaan
daun yang berwarna
cokelat, ada yang
seperti bitnik-bintik
pada permukaan daun
dan terdapat juga
bagian daun yang
mengering dan
berbentuk seperti
mangkuk.
2. Tegalan Titik 1 Defisiensi Kalium (K) Daun mengering, ada
bercak coklat yang
mengering.
Defisiensi Nitrogen (N) Daun menguning
pada bagian ujung
dan samping
mengering.
3. Perkebunan Titik 1 Defisiensi Besi (Fe) Klorosis pada daun
tetapi tulang daun
masih nampak
kehijauan.
Defisiensi Kalium (K) Daun tua akan
mengerut dan
keriting, pada daun
akan timbul bercak
merah dan
kecokelatan, lalu
daun akan mengering
dan mati.
Defisiensi Mangan Adanya klorosis
(Mn) diantara tulang daun.
Pada ketiga lahan didapatkan hasil bahwa ketiganya memiliki keracunan
pada daun yang berbeda-beda. Lahan agroforestri terdapat keracunan kalsium
saja, untuk keracunan kalium pada daun terdapat pada lahan tegalan dan
perkebunan, lahan tegalan juga memiliki keracunan nitrogen pada daunnya, dan
lahan perkebunan juga ada keracunan besi juga mangan pada daunnya. Sehingga
diketahui perbedaan pada ketiga lahan, lahan dengan tingkat keracunan pada daun
yang tertinggi ada pada perkebunan titik 1 selanjutnya tegalan titik 1, sedangkan
keracunan dengan tingkat racun yang tidak beragam terdapat pada lahan
agroforestri titik 1. Setiap lahan sendiri memiliki hubungan faktor lingkungan
yang berbeda-beda dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setiap
organ pada tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai