PENDAHULUAN
BAB II
1
PEMBAHASAN
1. Metode USLE
2
A=RxKxLxSxCxP
Keterangan :
Keterangan :
3
Arsyad (2010) menjelaskan bahwa erodibilitas tanah (K)
menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi yaitu mudah tidaknya
tanah mengalami erosi, erodibilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur (pasir
sangat halus, debu dan liat), struktur tanah, permeabilitas tanah dan
kandungan bahan organik tanah. Erodibilitas tanah dapat dihitung dengan
persamaan Wischmeier dan Smith (1978) yaitu ::
Keterangan :
K : erodibilitas tanah
C : kelas permeabilitas
Besarnya nilai faktor K ini ditentukan dgn menganalisis sifat fisik tanah:
a. tekstur,
b. struktur,
c. permeabilitas dan
d. kandungan bahan organik.
a) Tekstur tanah
4
1) Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan
kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu.
2) Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan
halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai
dengan 2 mm.
debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai
dengan 0,050 mm.
liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 m
5
Kelas tekstur tanah ada 12 kelas tekstur berdasarkan usda
1. Pasir
2. Pasir berlempung
3. Lempung berpasir
4. Lempung liat berpasir
5. Lempung berdebu
6. Lempung
7. Lempung liat berpasir
8. Liat liat berdebu
9. Lempung berliat
10. Liat berpasir
11. Liat berdebu
12. Liat
b) Struktur Tanah
6
Tabel 2. Tipe struktur tanah
2. Granular halus 2
3. Granular kasar 3
c) Permeabilitas Tanah
d) Bahan Organik
7
Tabel 4. Persentase kelas kandungan bahan organik
1 >1–2 Rendah
Nilai faktor panjang lereng (L) dan faktor kemiringan lereng (S)
diintegrasikan menjadi faktor LS dan dihitung dengan formula yang
dikemukakan oleh Asdak (1995) sebagai berikut :
Keterangan:
8
lereng. Flowaccumulation didapat dengan menggunkan watershed
delineation sedangkan kecuraman lereng dihitung dengan menggunakan
3D Analyst, adapun persamaan itu ialah sebagai berikut:
Keterangan:
LS = Faktor Lereng
A 0-5 0.25
B 5 – 15 1.20
C 15 – 35 4.25
D 35 – 50 9.50
E > 50 12.00
9
D. Faktor Tanaman Penutup dan Manajemen Tanaman (C)
10
15 Pola tanam berurutan 2 ]+ mulsa sisa 0,347
tanam
11
.
1 Teras bangku
a. Sempurna 0.04
b. Sedang 0.15
c. Jeleh 0.35
5 Countur croping
a. kemiringan 0-8% 0,5
b. kemiringan 9-20% 0,75
c. kemiringan 20% 0,9
7 Tanaman perkebunan
a. Penutupan tanah rapat 0,1
b. Penutupan tanah sedang 0,5
12
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan
Sukartaatmadja S. (1992)
2. Metode GUEST
Keterangan :
SL: total tanah yang hilang (kg.m-3);
λ : efisiensi pengangkutan; S adalah kemiringan lahan (%);
C :persentase penutupan lahan;
Q : volume aliran permukaan (m3).
13
Sejalan dengan perkembangan ilmu komputer, model GUEST
disempurnakan menjadi event-based proses model untuk erosi lembar (sheet
erosion). Namun demikian model tersebut dapat juga diaplikasikan untuk
erosi alur (rill erosion). Model ini dapat pula dianggap sebagai semi-
static model, karena erosi dapat diprediksi per kejadian hujan (event by
event) (Schmitz dan Tameling, 2000).
Q = VA
14
Keterangan :
Keterangan:
15
hubungan tanah yang tererosi dengan tanaman penutup dan tanpa tanaman
(bera) dengan permukaan kontak seperti tersaji dalam persamaan 12.
Keterangan:
Skala Plot size (ukuran plot) Plot dan small catchments bila
di opresikan dengan program
16
geostatistik yang dinamik
Sumber: disarikan dari ICRAF, 2001
17
Tabel 9. Kelas tingkat bahaya erosi
Kelas erosi
Solum I II III IV V
tanah (cm)
Erosi (ton/ha/thn)
Dalam SR R S B SB
>90 0 I II III IV
Sedang R S B SB SB
60-90 I II III IV IV
Dangkal S B SB SB SB
30-60 II III IV IV IV
Sangat B SB SB SB SB
dangkal
III IV IV IV IV
<30
Keterangan :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
lahan tersebut agar terjadi kerusakan tanah yang sekecil-kecilnya (Arsyad,
2010). Menurut Asdak (2010), besarnya erosi dilakukan pengukuran secara
kualitatif dilakukan dengan cara mengamati tanda-tanda di lapangan yang
dapat menunjukkan adanya erosi seperti terbukanya akar-akar pohon dan
semak, adanya jalur erosi, adanya real dan atau gully erosion, sedimen tanah
dalam saluran/parit
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakan ke
tiga. Dargama, Bogor.
19
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan
Pertama. Gadjah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.
Baja,S. 2012a. Tata guna lahan dan pengembangan wilayah. Pendekatan spasial
dan aplikasinya. Andi Yogyakarta.
Franti, T. G., Peter, C. J., Tierney, D. P., Fawcett, R. S., and Myers, S. A. (1998).
Reducing herbicide losses from tile-outlet terraces. Journal of Soil and
Water Conservation. 53 (1): 25-31.
Indarto. 2010. Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Jacob, J., Disnar, J., Arnaud, F., Gauthier, E., Billaud, Y., Chapron, E., and
Bardoux,
20
Kadir,S. 2002. Pengelolaan DAS Terpadu di Kawasan Lindung Riam Kanan
Provinsi Kalimantan Selatan, Jurnal Tropika. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Malang 10 (1): 87-99.
21