Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEKNIK PONDASI I

OLEH :
MAKSIMUS TALLE
22011723279
KELAS/SEMESTER : A/III

TEKNIK SIPIL
AKADEMI TEKNIK KUPANG
TAHUN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan,
yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi
akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan
lamanya waktu pertumbuhan.
Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor
pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara-cara pengamatan tanah di
lapangan disebut pedologi. Apabila tanah yang dipelajari berkaitan dengan
pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara,
dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya.
Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefenisikan suatu konstruksi
bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan
di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk
itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban–beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti tekanan
angin, gempa bumi dan lain – lain.
Dengan meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah dan pondasi maka Ilmu
Tanah dan ilmu pondasi menjadi ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat
mempelajari dengan baik perlu pengelompokan lebih lanjut ke dalam bidang-bidang
yang lebih khusus. Beberapa bidang khusus dalam Ilmu Tanah dan ilmu pondasi
tersebut salah satunya adalah fisika tanahdan fisik pondasi. Fisika tanah dan fisik
pondasi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tanah danpondasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat – sifat tanah?
2. Apa saja jenis jenis pondasi dangkal dan penerapan dalam duna industri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sifat – sifat tanah
2. Mengetahui jenis pondasi dangkal dan penerapan dalam dunia industri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasaran atau kehalusan bahan
mineral yang menyusun tanah.Tekstur tanah ditentukan oleh proporsi tiga jenis partikel
tanah,yaitu pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.pembagian ini berdasarkan
ukuran partikel ketiga jenis tanah tersebut.Pasir memiliki ukuran partikel paling besar
sedangkan lempung memiliki ukuran partikel paling kecil.
Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama dalam dalam hal
kemampuannya menahan air. Tekstur tanah merupakan gambaran tinkat kekasaran atau
kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.disini tekstur tanah ditentukan 3 jenis
partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan
oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok
ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran
2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan kasar-halusnya suatu tanah, yaitu
perbandingan pasir, liat, debu serta pertikel-partikel yang ukurannya lebih kecil
daripada kerikil. Partikel-partikel tersebut dapat berupa bahan-bahan induk yang belum
terurai sempurna..
1) Jenis-jenis Tekstur Tanah
Tekstur merupakan sifat yang sangat penting karna berpengaruh pada sifat–sifat
kimia, fisik dan biologi tanah. Tanah secara garis besar dapat dibagi menjadi 2
kelas yaitu tanah bertekstur kasar dan tanah bertekstur halus. Tanah bertekstur
halus (dominant liat) memiliki permukaan yang lebih halus dibanding dengan tanah
bertekstur kasar (dominan pasir). Sehingga tanah-tanah yang bertekstur halus
memiliki kapasitas adsorpsi unsur-unsur hara yang lebih besar. Dan umumnya
lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karna banyak
mengandung unsure hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah
bertekstur kasar lebih porus dan laju infiltrasinya lebih cepat. Walaupun demikian
tanah bertekstur halus memiliki kapasitas memegang air lebih besar dari pada tanah
pasir karna memiliki permukaan yang lebih luas. Tanah-tanah berliat memiliki
persentase porus yang lebih banyak yang berfungsi dalam retensi air (water
retension). Tanah-tanah bertekstur kasar memiliki makro porus yang lebih banyak,
yang berfungsi dalam pergerakan udara dan air.
2) Cara Penetapan Tekstur Tanah
Penetapan tekstur tanah dapat ditentukan dengan metode analisis kualitatif,
dengan merasakan tanah langsung dengan menggunakan jari tangan sehingga dapat
diketahui tingkat kehalusan dan kekasarannya. Hal ini disebabkan karena
penentuan tekstur tanah merupakan perbandingan fraksi tanah yang meliputi
kandungan liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah yang memiliki bentuk
partikel yang berbeda-beda. Bila terasa halus maka tanah memiliki kandungan liat
yang dominan dan bila kasar maka kandungan pasirnya dominan.
Penetapan tekstur tanah secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu:

1. Penetapan kasar yaitu menurut perasaan di lapang.


2. Penetapan di laboratorium.
Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah
keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan
komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari
ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar
yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran <
0.002 mm.
Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir merupakan penyusun
yang dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang terbesar.
Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung terdapat sama
banyaknya.
Tekstur tanah merupakan satu sifat fisik tanah yang secara praktis dapat dipakai
sebagai alat evaluasi atau jugging (pertimbangan) dalam suatu potensi penggunaan
tanah. Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara Pasir (sand)
berukuran 2 mm – 50 mikron, debu (silt) berukuran 50 – 2 mikron dan liat (clay)
berukuran < 2 mikron. Klasifikasi tekstur ini berdasarkan jumlah partikel yang
berukuran < 2 mm. Jika dijumpai partikel yang > 2 mm dengan jumlah yang nyata,
maka penambahan / penyisipan kata – kata berkerikil atau berbatu ditambahkan
pada nama kelas tekstur tadi. Sebagai contoh lempung berbatu. Untuk keperluan
pemilihan ada 12 kelas tekstur tanah. Dan pembagian itu kemudian disederhanakan
menjadi 7 kelas yang terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung halus, debu kasar,
debu halus, liat debu dan liat sangat halus.
Fraksi tanah adalah sekelompok butir-butir tanah yang mempunyai kisaran
tanah yang sama, yang digolongkan menjadi 3 yaitu fraksi pasir debu dan lempung
dan klasifikasi sebagai berikut : 1. Pasir (sand) : 2-0,05mm, 2. Debu () : 0,05 mm-
0,002 mm, dan 3. Lempung (clay) : < 0,002 mm.
Adapun klasifikasi tekstur tanah menurut USDA antara lain sebagai berikut :
a. Klasifikasi Dasar Tekstur
Kasar : Pasir & pasir bergeluh, Pasir, Pasir bergeluh, Pasir & pasir
bergeluh, geluh berpasir, dan geluh berpsir halus.
Sedang : Geluh, Geluh berpasir sangat halus, Geluh, Geluh berdebu,
dan
Agak berat : Geluh lempung berpasir, Geluh berlempung, dan Geluh
lempung berdebu.
Halus : Lempung, Lempung berpasir, Lempung berdebu dan
Lempung.
b. Adapun ciri-ciri dari masing-masing tekstur
Tekstur Pasir : kadar pasir 70%, bersifat lepas-lepas, tidak liat dan
tidak lekat, terasa kasar kalau dipilin dan tidak
meninggalkan selaput, aerasi dan drainase baik.
Tekstur Geluh : mengandung ke 3 fraksi secara se-imbang sehingga
sifat-sifatnya terletak diantara 2 tekstur yang ekstrem, tanah ini yang paling disukai
oleh tanaman.
Tanah Lempung : mengandung lempung 35 %, berat bila diolah, sangat
liat dan lekat, aerasi dan drainase buruk.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.
Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat.
Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur
dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat.
Tabel : Proporsi Fraksi menurut Kelas Tekstur Tanah
Nama Kandungan Fraksi (%)
Pasir (Sand) Debu (Silt) Liat (Clay)
Pasir (Sandy) 87 – 100 0 -13 0 - 10
Pasir 70 -87 0 - 30 0 15
Berlempung
(Loam Sand)
Lampung 43 – 85 0-50 0-20
Berpasir
( Loam)
Lempung Liat 45 – 80 0 - 28 20 – 25
Berpasir (Sandy
Clay Loam)
Liat Berpasir 45 – 65 0 - 20 35 – 55
(Sandy Clay)
Lempung 23 – 52 28 - 50 7 – 27
(Loam)
Lempung 20 – 45 15 - 52 27 -40
Berliat (Clay
Loam)
Liat (Clay) 0 – 45 0 -40 40 -100
Liat Berdebu 0 – 20 40 - 60 40 – 60
(Silty Clay )
Lempung Liat 0 – 20 40 -73 27-40
Berdebu (Silty
Clay Loam)
Lempung 0 -50 50-88 0-27
Berdebu (Silty
Loam)
Debu (Silty) 0-20 80-100 0-12

Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan
memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan
halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat,
dengan cara sebagai berikut:

1. Pasir (sandy) => Pasir mempunyai ukuran >2mm dan bersifat kasar dan tidak
lekat. Pasir mengikat sedikit air karena pori-porinya besar sehingga banyak air
yang keluar dari tanah akibat gaya gravitasi.
2. Pasir berlempung (loam sandy) => Tanah pasir berlempung ini memiliki
terkstur yang kasar. Pasir berlempung ini akan membentuk bola yang mudah
hancur karena daya ikat pada partikel-partikel di pasir berlempung tidak kuat.
Dan juga akan sedikit sekali lengket karena memang kandungan lempungnya
yang sedikit.
3. Lempung berpasir (Sandy loam) => Rsa kasar pada tanah lempung berpasir
akan terasa agaklas dan juga akan membentuk bola yang agak keras tetapi akan
mudah hancur.
4. Lempung (Loam) => Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin.
Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat sedikit digulung dengan
permukaan yang mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat melekat.
5. Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam) => Lempung liat berpasir terasa agak
jelas. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan juga dapat
membentuk gulungan jika dipilin dan gulungan akan mudah hancur serta dapat
melekat.
6. Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam) => Lempung liat berdebu memiliki
rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola teguh dan gulungan yang
mengkilat serta dapat melekat.
7. Lempung berliat (clay loam) => Lempung berliat akan terasa agak kasar.
Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan membentuk gumpalan bila
dipilin tetapi pilinan mudah hancur. Daya lekatnya sedang.
8. Lempung berdebu (Silty Loam) => Lempung berdebu akan terasa agak licin.
Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat melekat.
9. Debu (Silt) => Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang teguh
dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa
agak lekat.
10. Liat berpasir (Sandy-clay) => Liat berpasir akan terasa licin tetapi agak kasar.
Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar untuk dipijit tetapi
mudah digulung serta memilliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
11. Liat berdebu (Silty-clay) => Liat berdebu akan terasa agak licin. Dapat
membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar dipijit tetapi mudah
digulung serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
12. Liat (clay) => Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta
memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).

3. Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah


a. Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim
atau perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu
waktu berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan masimal
semusim atau seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan
pengankut maka air hujan akan mempengarugi (1) komposisi kimiawi mineral
penyusun tanah, (2) kedalaman dan diferensiasi profil tanah, (3) sifat fsik tanah.
Pengaruh temperature setiap kenaikan temperatur akan meningkatkan
penigkatannya laju reaksi kimiawi menjadi 2x lipat. Meningkatkan
pembentukan dan pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan
peningkatannya temperature.
Hubungan antara temperature dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi
bahan organic cukup kompleks. Kandungan bahan organic tanah adalah jumlah
antara hasil penambha bahan organik + laju mineralisasi bahan organic +
kapasitas tanah melidungi bahan organic dari mineralisasi (liat amorf)
(Hanafiah, 2005).
b. Topografi
Topografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu
area/wilayah. Perbedaan topografi akan mempengaruhi jenis tanah yang
terbentuk. pada daerah lereng infiltras. Sedangkan pada daerah datar/rendah,
menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk proses
genesis tanah.
a. Pengaruh slope/lereng
Kemiringan dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah
curam lereng makin besar runcff dan eros tanah. Hal yang mengakibatkan
terhambatnya genesis tanah oleh karena pertumbuhan tanaman terhambat dan
sumbangan bahan organik juga lebh kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu
pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang.
Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.
b. Pengaruh tinggi muka air dan drainase
Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah
permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang
muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan
reduksi. Tanah yang bedrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna
gelap olh karena tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya
cenderung kelabu (gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang
warnanya lebih terang dan horison bawahnya seragam lebih gelap.(Hanafiah,
2005)
c. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik
bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air.
Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan
pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa
partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara,
meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil.
Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses
pembusukan bahan organik menjadi humus.(Hanafiah, 2005)
d. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis)
sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah tanah
yang semakin tua juga akan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung
unsure hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang
sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus
berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda,
tanah dewasa dan tanah tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan
horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan horizon B yang masih muda
(Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian yang terus menerus
berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam. Perlu diketahui
bahwa tingkat perkebangan tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah.
Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan horizon
horizon tanah, sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat
pelapukan mineral dalam tanah (Hardjowigeno, 1992).
e. Bahan Induk
Pembentuk bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di
dominasi oleh proses disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel
mineral dalam batuan tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada
batu kapur, tanah terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium
dan magnesium karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat d
temui pada batu kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus.
Bahan induk yang di turunkan dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen
koluvial terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah kekuatan utama yang
menyebabkan gerakan dan sedimentasi.sedimen koluvial adalah bahan induk
yang penting di areal bergunung/berbukit. Sedimen alluvial biasa ditemui
dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai. Contoh:
kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman
alluvial adalah bahan induk yang dominan. Pengaruh bahan induk terhadap
genesis tanah, Perkembangan horison terutama horison B tergantung pada
translokasi partikel halus oleh air. Bahan induk yang tersusun 100% pasir kuarsa
tidak akan hancur untuk mengahasilkan partikel koloid. Bahan induk yang
bertekstur pasir akan mendukung perkembangan horison bahasa daerah (humid).
Bahan induk yang tersusun atas partikel inter media akan berkembang menjadi
berbagai jenis tanah. Tekstur dan struktur tanah akan mempengaruhi genesis
tanah melalui proses infiltrasi dan erosi. Permeabilitas dan translokasi material
dalam air, proteksi dan akumulasi bahan organik dan ketebalan solum (horison
A+B).
B. Pengertian Pondasi Dangkal
Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah.
Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban dari semua unsur bangunan yang
dipikulkan kepadanya ke tanah. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa agar
dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap :
A. Beban bangunan
B. Berat sendiri
C. Beban berguna
D. Gaya-gaya luar :
· Angin
· Gempa bumi
· Beban termis
· Beban dinamis
· Penurunan pondasi
Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi bangunan. Fungsi
pondasi adalah meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah
pondasi dan tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan
tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan
terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakkan konstruksi yang berada di
atas pondasi.

C. Jenis Dan Fungsi Pondasi Dangkal


Pondasi dangkal digunakan apabila lapisan tanah keras yang mampu mendukung
beban bangunan di atasnya, terletak dekat dengan permukaan, sedangkan pondasi dalam
dipakai pada kondisi yang sebaliknya. Suatu pondasi akan aman apabila :
1. Penurunan (settlement) tanah yang disebabkan oleh beban masih dalam batas yang
diperbolehkan.
2. Keruntuhan geser dari tanah di mana pondasi berada tidak terjadi.
Secara umum, yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai
perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi sekitar kurang dari 4 (Df/B < 4)
dan bentuk pondasi biasanya dipilih sesuai dengan jenis bangunan dan jenis tanahnya
dan secara umum pondasi dangkal dapat berbentuk:
- Pondasi telapak (square foudations)
- Pondasi menerus (continus foudations)
- Pondasi lingkaran (circle foudations)
- Pondasi rakit (raft foudations)
Bangunan lainnya yang dikategorikan sebagai konstruksi yang erat hubungannya
dengan pondasi dangkal, seperti :
- Dinding penahan tanah atau turap
- Bendung elak sementara (penurapan pada pembuatan pilar jembatan di dasar sungai
- Bentuk segi-empat
- Bentuk Trapesium

D. Syarat-syarat Perencanaan Pondasi Dangkal.


Di dalam merencanakan suatu pondasi harus memperhatikan beberapa persayaratan
di bawah ini :
 Syarat yang berhubungan dengan konstruksi dan beban yang diterima oleh pondasi,
adalah :
 Beban maksimum yang diterima.
 Muatan sedapat mungkin merata.
 Tanah dasar pondasi terlindung dari penggerusan air.
 Syarat yang berhubungan dengan perencanaan dan perluasan pondasi, adalah :
 Galian tanah sekecil-kecilnya.
 Lubang pondasi harus dapat dikeringkan.
 Menghindari kemungkinan terjadinya kebocoran dari air tanah.
 Pondasi yang terbuat dari kayu harus terletak pada muka air tanah terendah.
 Syarat yang berhubungan dengan stabilitas dan deformasi, adalah :
 Kedalaman pondasi harus cukup untuk menghindari kerusakan tanah dalam
arah lateral di bawah pondasi.
 Kedalaman pondasi harus di bawah daerah yang mempunyai sifat
kompresibilitas yang tinggi.
 Konstruksi harus aman terhadap guling, geser, rotasi dan keruntuhan geser
tanah.
 Konstruksi harus aman terhadap korosi atau kegagalan akibat bahan-bahan
kimia yang ada di dalam tanah.
 Konstruksi diharapkan mudah untuk dimodifikasi jika terdapat perubahan
geometri konstruksi.
 Pondasi harus dapat memberikan toleransi terhadap pergerakan diferensial
akibat pergerakan tanah.
 Pondasi harus memenuhi persyaratan standar.
 Pondasi harus ekonomis dalam pelaksanaan.

E. Macam-macam Pondasi Menurut Fungsi dan Perletakannya


Terdapat dua klasifikasi pondasi, ada pondasi dangkal, ada pondasi dalam.
Pondasi dangkal adalah pondasi yang tidak membutuhkan galian tanah terlalu dalam
karena lapisan tanah dangkal sudah cukup keras, apalagi bangunan yang akan dibangun
hanya rumah sederhana. Sedangkan pondasi dalam adalah pondasi yang membutuhkan
pengeboran dalam karena lapisan tanah yang baik ada di kedalaman, biasanya
digunakan oleh bangunan besar, jembatan, struktur lepas pantai, dsb.
Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini berfungsi
untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima oleh tanah. Pondasi
dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan ke tanah tidak terlalu besar.
Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua lantai, bangunan ATM, pos satpam, dan
sebagainya.
1. Pondasi Menerus/Memanjang
Pondasi menerus biasa digunakan untuk pondasi dinding, terutama digunakan
pada bangunan rumah tinggal tidak bertingkat, seluruh beban atap/ beban bangunan
umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus
sepanjang dinding bangunan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dapat dibuat dari
pasangan batu bata dengan lebar 2-3 kali tebal pasangan bata dan pondasi dinding
setengah bata cukup diletakan pada kedalaman 60 - 80 cm. Selain itu bahan pondasi
yang mendukung beban bangunan yang lebih besar dan banyak yang dipakai adalah
pasangan batu kali. Lebar dasar pondasi umumnya tidak kurang dari dua setengah
kali tebal
Diatas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang berfungsi
sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang
memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil digunakan pondasi
jalur pelat beton. Untuk menambah ketahanan bangunan terhadap gempa , pondasi
sebaiknya dibuat menerus pada sekeliling bangunan tanpa terputus.
Batu kali ini diikat menjadi satu kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan
perekat dari campuran 1 kp : 1 pc : 5 ps. Sebelum pasangan batu kali dibuat
bangunan bawahnya diberi pasir urug setebal 20 cm dan batu kosong satu lapis.
Kemudian setelah pasangan batu kali selesai dikerjakan, lubang sisa di kanan kiri
diurug dengan pasir

2. Pondasi Setempat/bidang
Kadang – kadang sering dijumpai pada lapisan tanah keras. Letaknya pada
kedalaman lebih dari 1.50 m dari permukaan tanah setempat. Bila digunakan pondasi
menerus akan sangat mahal dan tidak efisien. Untuk mengatsinya dapat digunakan
pondasi yang dibuat dibawah kolom – kolom pendukung bangunan disebut pondasi
setempat. Jadi yang merupakan pondasi utma pendukung bangunan adalah pondasi
setempat. Semua beban bangunan yang diterima kolom – kolom pendukung
langsung dilimpahkan padanya. Pondasi setempat dapat dibuat bentuk :
· Pondasi pilar dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung
· Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk bulat sampai
kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu –
batu besar
· Pondasi telapak, dibuat dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat persegi
atau di sebut voetplat
· Beban total dialihkan ke kolom
· Syarat – syarat penggunaan :
1. Beban cukup ringan dan masih dapat dipikul oleh tanah sesuai dengan
kemampuan daya dukungnya
2. Biasanya pada bangunan sementara atau bangunan permanent hingga
bertingkat satu atau bangunan yang didirikan didaerah berair / rawa –
rawa dan berkondisi daya dukung yang tidak merata

F. Macam-macam Pondasi Menurut Bahan yang Digunakan


1. Pondasi Pasangan Batu Kali,
adalah pondasi yang dibuat dari pasangan batu kali dengan menggunakan
perekat aau spesie berupa campuran antara bahan pasir, semen/ PC, dan kapur.
Pondasi batu kali ini mempunyai sifat kekuatan terhadap gaya tekan tetapi tidak
mampu menahan beban tarikan, sehingga pondasi dari pasangan batu kali tidak
kuat menahan momen. Pondasi ini hanya sesuai untuk lokasi dengan kondisi
tanah cukup baik. Tanah dapat dikatakan mempunyai kondisi cukup baik apabila
mempunyai daya dukung lebih dari 1kg/cm2.
2. Pondasi Beton Bertulang
merupakan pondasi yang dibuat dari bahan beton bertulang. Pondasi ini
mempunyai kekuatan atau tahanan terhadap gaya tekan dan tarik. Dengan
demikian, maka pondasi ini mampu menahan mohen hingga batas tertentu.
Pondasi ini dapat dipasang di semua keadaan tanah, dengan catatan perlu
dihitung luas tampangnya.
3. Pondasi dengan bahan baja
merupakan pondasi yang dibuat khusus untuk tiang pancang. Jenis pondasi ini
tidak dapat berdiri sendiri, maka harus dikombinasikan dengan pondasi lain
yang mempunyai permukaan cukup lebar.

G. Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman Pondasi

1. Pondasi Dangkal ( Shallow Foundation )


Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif
dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang
sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat
dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom
bangunan ke tanah keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis :

a. Pondasi Setempat ( Single Footing )


b. Pondasi Menerus ( Continuous Footing )
c. Pondasi Pelat ( Plate Foundation )
d. Pondasi Cakar Ayam
e. Pondasi Sarang Laba-laba
f. Pondasi Grid
g. Pondasi Gasing
h. Pondasi Hypar
2. Pondasi Setempat (Single Footing)
Pondasi setempat; dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom
pendukung/kolom struktur, tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi
bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga
digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas
permukaan tanah yang diratakan.
Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah :
1. Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter
2. Pondasi dibuat hanya di bawah kolom
3. Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof,
tidak digunakan untuk mendukung beban.

3. Pondasi Menerus (Continuous Footing)


Pondasi menerus (Pondasi Langsung) dapat digunakan pada tanah yang
seragam.
Ciri-ciri Pondasi menerus adalah :
 Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama;
 Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom;
 Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat;
 Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah
diperlebar menjadi pelat.

4. Pondasi Pelat (Plate Foundation)


Pondasi pelat biasanya seluas ukuran gedung. Pondasi ini membagi beban secara
merata ke tanah bangunan.
Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:
 Daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi;
 Raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter;
 Beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas;
 Pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air
dari bawah (tanah).
5. Pondasi Cakar Ayam
Merupakan salah satu rekayasa keteknikan di bidang pondasi, hasil
temuan Prof. Dr. Ir. Sedijatmo. Kostruksi ini terdiri dari plat beton bertulang
dengan tebal 10 - 12 cm dan bagian bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang
yang menempel kuat pada plat tersebut. Mirip seperti akar serabut pada tanaman
kelapa yang dapat tumbuh tinggi menjulang di pantai berpasir yang daya ikatnya
rendah, pile atau pipa-pipa beton mencengkeram ke dalam tanah dan plat
betonnya mengikat pile-pile tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang
monolit.
Dasar pemikiran Iahirnya pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan
tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan. Plat
beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan
kekakuan plat ini dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan
tanah pasif. Dengan demikian maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah
bengkok.
Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya
cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan.
Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainasi dan
sambungan kembang susut.

6. Pondasi Sarang Laba-laba


Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi
konvensional yang lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik
dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi
rakit (full plate) lainnya, mampu memperkecil penurunan bangunan karena
dapat membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu membuat tanah
menjadi bagian dari struktur pondasi, berpotensi digunakan sebagai pondasi
untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang mungkin terjadi
dan tanah dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih sedikit
alat-alat berat dan bersifat padat karya, waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan
dapat dilaksanakan secara industri (pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari
80% tanah dan 20% beton bertulang dan yang paling penting adalah ramah
lingkungan karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan sedikit
menggunakan kayu dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak
menimbulkan kebisingan disekitarnya.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan
hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu
yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup,
bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan.
Fisika tanah adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstrur
tanah, struktur tanah, konsistensi, bulk density, porositas tanah, warna tanah dan
lain-lain.
Menurut Mosher (1966) pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas
yang didasarkan proses pertumbuhan tanaman dan hewan yang dilakukan oleh
petani dalam suatu usahatani sebagai suatu perusahaan. Pertanian menjadi sektor
yang penting dalam menunjang perekonomian suatu negara. Berbagai produk
pertanian diekspor dan diimpor ke luar maupun dalam negeri. Dari kegiatan
tersebut suatu negara dapat menghidupi rakyatnya. Negara yang bergerak di sektor
pertanian dan di dukung dengan sumberdaya alam yang melimpah, dapat menjadi
negara yang maju dan kaya. Namun, kenyataannya negara dengan sumberdaya
alam yang melimpah justru tertinggal jauh dari negara yang minim sumberdaya
alam seperti Indonesia.
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal,
hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering
digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton
atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah
keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :

a. Pondasi Setempat ( Single Footing )


b. Pondasi Menerus ( Continuous Footing )
c. Pondasi Pelat ( Plate Foundation )
d. Pondasi Cakar Ayam
e. Pondasi Sarang Laba-laba
f. Pondasi Grid
g. Pondasi Gasing
h. Pondasi Hypar
Semua jenis pondasi diatas digunakan sesuai dengan kebutuhan, tergantung pada
struktur tanah, kekuatan tanah, kedalaman yang dipilih, dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. 2006. Penerapan Agropolitan dan Agribisnis dalam Pembangunan


Ekonomi Daerah. Jurnal Inovisi. Vol 5 No. 2, Oktober 2006.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26493/3/Chapter%20II.pdf
http://www.scribd.com/doc/47949817/PENGERTIAN-PONDASI
http://www.scribd.com/doc/13568272/Desain-Dan-Analisis-Pondasi-Dangkal
Ariestadi, Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 258 – 266.

Anda mungkin juga menyukai