Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan suatu sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan
beragam berbeda dengan bahan-bahan di bawahnya, yang juga tidak baku dalam hal
warna, bangunan fisik, struktur, susunan kimiawi, sifat biologi, proses kimia, ataupun
reaksi-reaksi.
Tekstur tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri atas tiga
fase yaitu padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir 50% menempati volume tanah
yang terdiri atas bahan-bahan mineral dan bahan organik. Dalam tanah terdapat pori-
pori tanah yang berada antara butiran fase padat yang diisi oleh fase cair dan gas.
Data tekstur tanah juga sangat diperlukan untuk evaluasi tata air tanah, retensi air,
konduktifitas dan kekuatan tanah.
Penetapan tekstur tanah dapat secara lapangan (kualitatif) dan secara laboratorik
(kuantitatif). Penetapan secara lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil
tanah yang basah kemudian diletakkan di antara telunjuk, gosok-gosokkan dan
apabila melincir terasa sangat liat dan melekat, tandanya kadar liat (tanah liat)
banyak. Apabila terasa kasar, tak dapat dibentuk menandakan kelas tekstur pasir.
Sedangkan debu akan terasa licin pula, seperti sabun basah, dan apabila mongering
terasa seperti tepung.
Penetapan secara laboratorik dilakukan dengan cara mengambil sejumlah tanah
kemudian dipecah-pecahkan sampai halus, untuk memisahkan pasir yang sangat
halus dipergunakan saringan. Persentase berat (kadar) debu dan liat akan diperoleh
dengan perlakuan fisika-kimiawi serta berdasarkan atas cepatnya pengendapan dalam
suspense tanahnya.
Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butir-butir
tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia tanah.
Sebagai contoh, besarnya lapangan pertukaran dari ion-ion di dalam tanah amat
ditentukan oleh tekstur tanah.
Berdasarkan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat, maka kita perlu
memahami pentingnya pengetahuan tentang tekstur tanah. Dimana sifat fisik tanah
tergantung pada jumlah ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-
partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume, dan bentuk pori-porinya
serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu.

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai
dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi lebih
keras dan menyangga kapasitas drainase, menyimpan air, plastisitas, mudah untuk
ditembus akar, aerase dan kemampuan untuk menahan retensi unsur-unsur hara
tanaman. Semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Salah satu sifat
fisik tanah yang terpenting adalah tekstur tanah. .
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu
dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan
berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan
sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan
lain-lain (Anonim I, 2009).
Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt),
pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah
dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang.
Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin
banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur
hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah
tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air
sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng
erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat
menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis
ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya
tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang
merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula
fraksi tanah yang lebih besar / kasar dari pasar.Berdasarkan uraian diatas maka
praktikum penetapan tekstur tanah perlu diadakan untuk mengetahui jenis tekstur
tanah pada lapisan I, II, dan III pada tanah Alfisol.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, yaitu untuk mengetahui persen atau
perbandingan relatif pasir, debu, dan liat pada tiap lapisan tanah alfisols serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, adalah sebagai bahan informasi
untuk pengolahan lebih lanjut berdasarkan kelas tekstur tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tekstur Tanah


Tekstur tanah adalah perbandingan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan liat. Suatu kelas
tekstur mempunyai batas susunan tertentu dari fraksi pasir, debu, dan liat.Pembagian
kelas tekstur tanah menurut USDA dibagi kedalam 12 tekstur. Pembagian ini
didasrkan banyaknya susunan fraksi tanah. (Yulius dkk,
2001).

Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran pada lapisan tanah. Kasar atau
halusnya tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat
didalam tanah. Tekstur tanah juga memberikan pengertian persentase relatif dari
ketiga unsur batuan yang meliputi pasir, geluh, dan lempung. (Prawirahartono, dkk,
1991).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif
pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia
penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi kimia pada permukaan
tanah (Foth, 1994).
Di dalam tanah ditemukan butir-butir primer tanah berbagai ukuran yang dapat
dikelompokkan antara lain sesebagai berikut yaitu fraksi tanah halus (fine earth
fraction) dan fragmen batuan (rock fragment). Fraksi tanah halus adalah fraksi tanah
berukuran < 2 mm yang terdiri dari pasir (50 µ - 2 mm), debu (2 µ - 50 µ), dan liat (<
2 µ) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Fragment batuan adalah fraksi tanah berukuran ≥ 2 mm hingga ukuran horizontalnya
lebih kecil dari sebuah pedon (kerikil, kerakal, dan batu-batu kecil). Kecuali itu,
sering ditemukan juga fragmen batuan semu (para rock fragment) yang berukuran
sama dengan batuan, tetapi dapat hancur menjadi ukursn > 2 mm pada persiapan
tanah untuk analisa pada tanah, sehingga dianggap sebagai fraksi tanah halus
(Hardjowigeno, 2003).
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih besar,
maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang
lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah
bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan
unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada
tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).
Telah diketahui bahwa pasir dan debu berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah
yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas
permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat
pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar
daripada pasir. Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat.
Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air
tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-
mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan
dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).

2.2. Karakteristik Tekstur Tanah


Adapun karakteristik tekstur tanah menurut USDA yaitu pasir > 0,05 debu 0,02 –
0,05 dan liat <0,02.Telah diketahui bahwa pasir dan debu terutama berasal dari
pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah
dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari luas
permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur hara
untuk diserap akar lebih besar daripada pasir. (Hakim, dkk. 1986).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan
atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah
dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari pasir
dan pasir berlempung. Kelas agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung
berpasir halus. (Hakim, dkk. 1986).
Kelas sedang terdiri dari lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,
dan debu. Kelas agak halus terdiri dari lempung liat, lempung liat berpasir, dan
lempung liat berdebu. Dan yang terakhir, kelas halus terdiri dari liat berpasir, liat
berdebu, dan liat (Hardjowigeno, 2003)
Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah di antara jari-
jari, sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir, debu,
dan liat. Pasir terasa kasar sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola
dan gulungan. Pasir berlempung terasa kasar jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat
dibentuk bola yang mudah sekali hancur. Lempung berpasir terasa kasar agak jelas,
agak melekat. (Hardjowigeno, 2003)
Lempung terasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola
agak teguh, dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Lempung
berdebu terasa licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibuat
gulungan dengan permukaan mengkilat. Debu terasa licin sekali, agak melekat, dan
dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
(Hardjowigeno, 2002).
Lempung berliat terasa agak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk agak teguh,
dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur. Lempung liat berpasir terasa halus
dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, dapat
dibentuk gulungan mudah hancur. Lempung liat berdebu terasa halus agak licin,
melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat. Liat berpasir terasa
halus, berat, tetapi terasa sedikit kasar, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh,
mudah digulung. (Hardjowigeno, 2002).
Liat berdebu terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dan dapat dibentuk bola
teguh artinya bola yang mudah pecah, mudah digulung. Dan yang terakhir adalah liat,
terasa berat, halus, sangat lekat, dan dapat dibentuk bola dengan baik, mudah
digulung (Hardjowigeno, 2002).
Klasifikasi partikel-partikel menurut USDA dan ISSS
Nama Tekstur Diameter *) Diameter **)
Mm Micron Mm Micron
Pasir sangat kasar 1-2 1000-2000
Pasir kasar 0,5-1 500-1000 0,2-2 200-2000
Pasir sedang 0,25-0,5 250-500
Pasir halus 0,10-0,25 100-250 0,02-0,2 20-200
Pasir sangat halus 0,05-0,10 50-100
Debu 0,02-0,05 2-50 0,002-0,2 2-20
Liat kecil dari 0,002 kecil dari 2 kecil dari ,002 2

2.3. Hubungan Tekstur dengan pertumbuhan tanaman


Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, tanah dengan aerasi, drainase, serta
kemampuan menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus memiliki komponen
pasir, debu, dan liat yang seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh dalam
keadaan yang optimal. (Anonim, 2011)
Hubungan antara tanah-tanah yang bertekstur pasir dengan pertumbuhan tanaman
yaitu karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat
(misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit
menyerap (menahan) air dan unsur hara. keadaan tanah yang memiliki tekstur yang
dominan pasir, maka daya ikat tanah terhadap air serta bahan organik lainnya kecil.
(Hakim, dkk. 1986).
Tanah dengan tekstur dominan pasir ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara
yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini, pertumbuhan akar
tanaman akan berkembang dengan baik. Akar mudah untuk melakukan penetrasi ke
dalam tanah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah dominan berpasir ini cukup baik,
namun tekstur tanah ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman.Dengann demikian tanaman akan sulit mendapatkan unsur hara, sehingga
pertumbuhan tanaman akan mudah terganggu. (Anonim, 2011)
Hubungan antara tanah-tanah bertekstur liat dengan pertumbuhan tanaman yaitu
karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih
besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar
(Hardjowigeno, 2002). Dalam keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman
akan sulit untuk melakukan penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket
pada saat basah dan mengeras pada saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga
pertukaran udara maupun masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu.
Pada keadaan basah, tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses
fisiologi karena pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi
yang mampu beradaptasi di lingkungan yang tergenang air). Air pada tanah dominan
liat ini tidak mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena kurangnya
unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis yang
semestinya. (Anonim, 2011).
Hubungan antara tanah-tanah bertekstur debu dengan pertumbuhan tanaman yaitu
partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung (powder) dan kurang melekat.
Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat.
Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air
tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-
mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan
dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada penentuan penggunaan tanah. Khususnya
dalam bidang pertanian, variasi budidaya tanaman ditentukan oleh kesesuaian
teksturnya. Data ini sangat dibutuhkan dalam evaluasi tata air, retensi air,
konduktifitas hidrolik dan kekuatan tanah. Hasil pertanian memiliki hubungan yang
erat dengan tekstur tanah. Beberapa penelitian di daerah geografik membuktikan
bahwa tanah bertekstur pasir ternyata dapat memberikan hasil tanaman yang tinggi
dengan irigasi.(Kasman 2007)
Tekstur tanah perlu di lakukan mengingat adanya berbagai jenis tanah yang
terdapat di permukaan bumi dan masing-masing memiliki penggunaan yang berbeda
satu sama lain. Upaya memaksimalkan hasil-hasil pertanian dapat dipenuhi jika
penunjang pokok kesuburan tanaman dapat terpenuhi, dalam hal ini tanah yang sesuai
dengan karakteristik tanaman sehingga irigasi, pemupukan dan upaya-upaya lain
untuk meningkatkan produktifitas tanaman dapat berlangsung dengan baik
(Hardjowigeno 2003).
BAB III
BAHAN DAN METODA

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum di laksanakan di laboratorium Fisika Tanah,Fakultas
Pertanian,Universitas Andalas. Kegiatan di lakukan pada hari Kamis,tanggal 20
September 2018.
B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan adalah Adapun alat dan bahan yang
digunakan pada praktikun kali ini adalah gelas piala 800 ml, penyaring berkefeld,
ayakan 50 mikron, oven, gelas ukur 500 ml, pipet 20 ml, H2O2 30%, H2O2
10%, HCl 2N 37%, Larutan Na4P2O7.
C. Cara Kerja
Ditimbang tanah 10,000 gram yang telah lolos ayakan < 2mm, dimasukan ke
dalam gelas piala 800 ml, ditambah 50 ml H2O2 10%, kemudian dibiarkan
semalam. Keesokan harinya ditambah 25 ml H2O2 30%, dipasnaskan sampai
tidak berbusa, selanjutnya ditambhakan 180 ml air bebas ion dan 20 mlHCl 2N.
Didihkan di atas pemanas listrik selama lebih kurang 10 menit. Angkat dan
setelah agak dingin diencerkan dengan air bebas ion menjadi 700 ml. Lalu dicuci
dengan air bebas ion dengan menggunakan penyaring berkefeld atau dienap-
tuangkan sampai bebas asam, kemudian ditambah 10 ml larutan peptisator
Na4P2O7 4%.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2013.tekstur_tanah..http://tinniedon2-sifatfisiktanah.blogspot.com/ diakses
pada Jumat, 1 November 2013 pukul 23.10 WITA
Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo
Persada:Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.
Buckman, H.O. dan N.C. Brandy, 1982. Ilmu Tanah. Brata Karya Aksara, Jakarta.
Foth, H.D., 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.. Edisi VI. Erlangga, Jakarta.
Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul,
M.A.Diha, G.B.Hong, N.H.Balley., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Pairunan ,A.K., JL.Nanere, Arifin. S.R.Samosir, R.Tangkai Sari, J.R.Lalopouo,
B.Ibrahim, H.Asmadi., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Ujung Pandang.

Anda mungkin juga menyukai