PENDAHULUAN
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai
dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi lebih
keras dan menyangga kapasitas drainase, menyimpan air, plastisitas, mudah untuk
ditembus akar, aerase dan kemampuan untuk menahan retensi unsur-unsur hara
tanaman. Semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Salah satu sifat
fisik tanah yang terpenting adalah tekstur tanah. .
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu
dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan
berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan
sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan
lain-lain (Anonim I, 2009).
Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt),
pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah
dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang.
Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin
banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur
hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah
tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air
sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng
erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat
menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis
ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya
tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang
merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula
fraksi tanah yang lebih besar / kasar dari pasar.Berdasarkan uraian diatas maka
praktikum penetapan tekstur tanah perlu diadakan untuk mengetahui jenis tekstur
tanah pada lapisan I, II, dan III pada tanah Alfisol.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, yaitu untuk mengetahui persen atau
perbandingan relatif pasir, debu, dan liat pada tiap lapisan tanah alfisols serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, adalah sebagai bahan informasi
untuk pengolahan lebih lanjut berdasarkan kelas tekstur tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran pada lapisan tanah. Kasar atau
halusnya tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat
didalam tanah. Tekstur tanah juga memberikan pengertian persentase relatif dari
ketiga unsur batuan yang meliputi pasir, geluh, dan lempung. (Prawirahartono, dkk,
1991).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif
pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia
penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi kimia pada permukaan
tanah (Foth, 1994).
Di dalam tanah ditemukan butir-butir primer tanah berbagai ukuran yang dapat
dikelompokkan antara lain sesebagai berikut yaitu fraksi tanah halus (fine earth
fraction) dan fragmen batuan (rock fragment). Fraksi tanah halus adalah fraksi tanah
berukuran < 2 mm yang terdiri dari pasir (50 µ - 2 mm), debu (2 µ - 50 µ), dan liat (<
2 µ) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Fragment batuan adalah fraksi tanah berukuran ≥ 2 mm hingga ukuran horizontalnya
lebih kecil dari sebuah pedon (kerikil, kerakal, dan batu-batu kecil). Kecuali itu,
sering ditemukan juga fragmen batuan semu (para rock fragment) yang berukuran
sama dengan batuan, tetapi dapat hancur menjadi ukursn > 2 mm pada persiapan
tanah untuk analisa pada tanah, sehingga dianggap sebagai fraksi tanah halus
(Hardjowigeno, 2003).
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih besar,
maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang
lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah
bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan
unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada
tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).
Telah diketahui bahwa pasir dan debu berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah
yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas
permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat
pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar
daripada pasir. Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat.
Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air
tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-
mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan
dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).
Adapun alat dan bahan yang di gunakan adalah Adapun alat dan bahan yang
digunakan pada praktikun kali ini adalah gelas piala 800 ml, penyaring berkefeld,
ayakan 50 mikron, oven, gelas ukur 500 ml, pipet 20 ml, H2O2 30%, H2O2
10%, HCl 2N 37%, Larutan Na4P2O7.
C. Cara Kerja
Ditimbang tanah 10,000 gram yang telah lolos ayakan < 2mm, dimasukan ke
dalam gelas piala 800 ml, ditambah 50 ml H2O2 10%, kemudian dibiarkan
semalam. Keesokan harinya ditambah 25 ml H2O2 30%, dipasnaskan sampai
tidak berbusa, selanjutnya ditambhakan 180 ml air bebas ion dan 20 mlHCl 2N.
Didihkan di atas pemanas listrik selama lebih kurang 10 menit. Angkat dan
setelah agak dingin diencerkan dengan air bebas ion menjadi 700 ml. Lalu dicuci
dengan air bebas ion dengan menggunakan penyaring berkefeld atau dienap-
tuangkan sampai bebas asam, kemudian ditambah 10 ml larutan peptisator
Na4P2O7 4%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2013.tekstur_tanah..http://tinniedon2-sifatfisiktanah.blogspot.com/ diakses
pada Jumat, 1 November 2013 pukul 23.10 WITA
Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo
Persada:Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.
Buckman, H.O. dan N.C. Brandy, 1982. Ilmu Tanah. Brata Karya Aksara, Jakarta.
Foth, H.D., 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.. Edisi VI. Erlangga, Jakarta.
Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul,
M.A.Diha, G.B.Hong, N.H.Balley., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Pairunan ,A.K., JL.Nanere, Arifin. S.R.Samosir, R.Tangkai Sari, J.R.Lalopouo,
B.Ibrahim, H.Asmadi., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Ujung Pandang.