TANAH
DI SUSUN
OLEH:
ANISA RAHMA JHORDY MUHAMMAD RIKI FADLI TEGUH
SARI FARHANTO RIFKY PRANATA IRFANDY
184210164 154210029 184210217 184210190 184210188
AGRIBISNIS 3B
FAKULTAS PERTANIAN
Tabe; 3.1 Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi – fraksi tanah
menurut system USDA dan system internasional (identifikasi dari Feth, 1984)`
TEKSTUR TANAH
Tabel 3.1 ini memperlihatkan bahwaa makin kecil ukuran separat berarti makin banyak
jumlah dan makin luas permukaannya per satuan bobot tanah, yang menunjukan makin
padatnya partikel – partikel per satuan volume tanah. Hal ini berarti makin banyak ukuran
pori mikro yang terbentuk, sebaliknya ukuran separat makin besar. Tanah yang
didominasi pasir akan banyak mempunyai pori – pori makro(besar) (disebut lebih
poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori – pori meso (sedang)
(agak poreus), sedangkan tanah yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori – pori
mikro(kecil) atau tidak poreus. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang
terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air,
energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin keci daya
menahan tanah terhadap ketiga material ini, dan sebaiknya jika liat yang dominan.
TEKSTUR TANAH
Sebagai hasilnya, maka:
1. Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi,
serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulsi(drainase dan
aerase baik, air dan udara banyak tersedia bagi tanaman), tetapi
makin mudah pula air untuk hilang dari tanah dan sebaliknya.
2. Makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk
berpenetrasi, serta makin sulit air dan udara untuk
bersirkulsi(drainase dan aerase buruk: air dan udara sedikit
tersedia), tetapi air yang ada idak mudah hilang dari tanah.
TEKSTUR TANAH
3. Oleh karena itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh
komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga tanah
bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan
yang optimum bagi tanaman, namun dadri segi nutrisi tanah
lempung lebih baik ketimbang tanah bertekstur debu.
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh
mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan
terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu
biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika
yang cepat lapuk, pada saatpelapukannya akan
membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah
berstekstur debu umumnya lebih subur
ketimbang tanah bertekstur pasir.
Uraian ini menunjukan bahwa fraksi pasir dan debu
lebih berperan secara fisik, sedangkan karena sebagian
fraksi liat yang berukuran <1 m merupakan koloid atau
partikel bermuatan listrik yang aktif sebaagai situs
pertukaran anion dan kation, maka fraksi liat lebih
berperan secara kimiawi ketimbang secara fisik.
Perbedaan jumlah dan luas permukaan partikel –
partikel per satuan volume tanah, maka dilapangan jika
tanah yang telah dibasahi akan dirasakan dengaan kulit
jari – jari tangan , maka fraksi pasir akan terasa kasar
dan tidak lekat, fraaksi debu akan terasa agak halus
dan agak lekat, tetapi tiak licin, sedangkan fraksi liat
akan terasa halus, lekat, dan licin.
TEKSTUR TANAH
Tekstiur tanah diagi menjadi 12 kelas seperti tertera pada Tabel
3.2 dan pada diagram segitiga tekstur tanah USDA (cit. Khonke,
1980) (Gambar 3.1). Tabel ini menunjukan bahwa suatu tanah
disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir,
bertekstur debu apabila mengandung minimal 80% debu dan
bertekstur liat apabila berkadar minimal 40% liat. Tanah yang
berkomposisi ideal yaitu 22,5 – 52,5% pasir, 30 – 50% debu dan
10 – 30% liat disebut lempung.
TEKSTUR TANAH
Berdasrkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan
menjadi :
1. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti
tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau
bertekstur psir atau pasir berlempung(3 macam).
2. Tanah bertekstur halus atau tanah yang berlia berarti
tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau
bertektur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).
TEKSTUR TANAH
3. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri
dari.
a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasr meliputi
tanah yang bertekstur lempung berpasir (Sandy Loam)
atau lempung berpasir halus (2 macam).
TEKSTUR TANAH
b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur
lempung berpasir sangat halus, lempung (loam),
lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (silt) (4
macam), dan
c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup
lempung liat (Clay Loam), lempung liat berpasir (Sandy
clay Loam) atau lemung liat berdebu (Sandi silt Loam)
(3 macam)
Kelas Tekstur Tanah Proporsi (%) Fraksi Tanah
Pasir Debu Liat
1. Pasir (Sandy) >85 <15 <10
2. Pasir Berlempung(Loam Sandy) 70 – 90 <30 <15
3.Lempung Berpasir(Sandy Loam) 40 – 87,5 <50 <20
4. Lempung(Loam) 22,5 – 57,5 30 – 50 10 – 30
5. Lempung Liat Berpasir (Sandy Clay Loam) 45 – 90 <30 20 – 37,5
6. LempungLiat Berdebu (Sandy Silt Loam) <20 40 – 70 27,5 – 40
7. Lempung Berliat (Clay Loam) 20 – 45 15 – 52,5 27,5 – 40
8. LembungBerdebu (Silt Loam) <47,5 50 – 87,5 <27,5
9. Debu (Silt) <20 >80 <32,5
10. Liat Berpasir(Sandy Clay) 45 – 62,5 <20 37,5 – 57,5
11. Liat Berdebu (Silty Clay) <20 40 – 60 40 – 60
Tabel 3.2 Proporsi fraksi menurut
12. Liat (Clay) <45 kelas
<40 tanah
>40
1. Terasa kasar tanpa rasa licin dan tanpa rasa
lengket, serta tidak membentuk gulungan
atau lempengan kontinu, maka berarti tanah
bertekstur pasir.
2. Sebaalliknya jika partikel tanah terasa halus,
lengket dan dapat dibuat gulungan atau
lempengan kontinu, maka berarti tanah
bertekstur liat.
3. Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel –
partikel yang terasa agak halus dan licin tetapi tidak
lengket serta gulungan atau lempengan yang
terbentuk rapuh atau mudah hancur.
4. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel –
partikel yang mempunyai rasa ketiganya secara
proporsional, apabila yang terasa lebih dominan
adalah sifat pasir, maka berarti tanah bertekstur
lempung berpasir , dan seterusnya.
Gambar 3.1 Diagram segitiga kelas tekstur tanah USDA
Hasil penetapan menurut metode rasa ini akan makin baik apaila
untuk setiap titik pengmatan dilakukan beberapa kali, paling tidak
tiga kali(tiga ulangan).
Dilaboratorium, tekstur tanah umumnya ditetapkan melalui dua
metode, yaitu metode pipet (kurang teliti), yang kedua didasarkan
pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel – partikel tanah
didalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel
yang berkerapatan (density) sama dalam suatu larutan akan
meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara
kuadratik.
Asumsi diformulasikan oleh Stokes (Foth, 1984) sebagai berikut.
2 𝑔𝑟 (𝑑𝑝 − 𝑑)
𝑉=
𝑔𝑛
1 ton m3
BOBOT TANAH
Apabila tanah mempunyai BI = 1,0 (tetapi sangat jarang),
maka sehektar tanah berkedalaman 20cm akan
mempunyai bobot:
(100m x100m x 0,2 m) x 1 gr/cm3 = 2000 m3
1 ton m3 = 2000 ton ha
Apabila tanah ini mengandung 1% bahan organik, maka
verarti terdapat 20 ton bahan organik per hektar
5.
POROSITAS
TANAH
POROSITAS TANAH
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong)
yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat
ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan
indicator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang
poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori
untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah
secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak poreus.
POROSITAS TANAH
Porositas dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:
1. Selisih bobot tanah jenuh dengan bobot tanah
kering oven, misalnya bobot tanah jenuh =
100g/cm3 dan bobot tanah kering oven 50g/cm3,
maka berarti ruang pori total tanah = 100% x
(100-50) = 50% atau
POROSITAS TANAH
2. Nisbah BI : BP adalah ukuran volume tanah yang
ditempati bahan padat, misalnya tanah
mempunyai BI = 1,3 g/cm3 dan BP = 2,6 g/cm3,
maka proporsi bahan padat tanah = (1,3 : 2,6) x
100% = 50% dan ruang pori total = 100%-
50%=50%
POROSITAS TANAH
Berdasarkan diameter ruangnya, pori-pori tanah dipilah
menjadi 3 kelas, yaitu:
1. Makropori (pori-pori makro) apabila berdiameter
≥90mm,
2. Mesopori (90-30mm) dan
3. Mikropori(<30 µm) (jongerius, 1957),
POROSITAS TANAH
Sedangkan Greenland (1977) berdasarkan pengaruhnya
terhadap air memilahkannya menjadi 5 kelas yaitu:
1. Pori pengikat jika berdiameter < 0,005 µm,
2. Pori residual (0,005-0,1µm)
3. Pori penyimpanan (0,1-50µm)
4. Pori transmisi (50-500µm)
5. Celah(>500µm) (cit.Lal, 1979).
POROSITAS TANAH
Dalam masalah porositas persatuan volume tanah ini ada tiga fenomena yang perlu
diperhatikan secara seksama, yaitu:
1. Dominasi fraksi pasir akan menyebabkan terbentuknya sedikit pori-pori makro (dari
5700 partikel per g tanah terbentuk sekitar 1400 pori makro), sehingga luas
permukaan yang disentuh bahan menjadi sangat sempit (hanya 45 cm2 per g tanah).
(Tabel 3.1), sehingga daya pegangnya terhadap air sangat lemah. Kondisi ini
menyebabkan air dan udara mudah masuk-keluar tanah, hanya sedikit air yang
tertahan. Pada kondisi lapangan, sebagian besar ruang pori terisi oleh udara,
sehingga pori-pori makro disebut juga pori aerasi, atau dari segi kemudahannya
dilalui air (permeabilitas) disebut juga sebagai pori drainase. =
POROSITAS TANAH
2. Dominasi fraksi liat akan menyebabkan terbentuknya banyak pori-pori makro (dari
90.250,853 juta partikel g per tanah terbentuk sekitar 22.500 juta pori makro),
sehingga luas permukaan sentuhnya menjad sangat luas (8 juta cm2 per g tanah,
hamooir 200.000 kali liat) (Tabel3.1) sehingga daya pegang terhadap air sangat kuat.
Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera terperangkap dan udara
sulit masuk. Pada kondisi lapangan, sebagian besar ruang pori terisi air, sehingga
pori mikro disebut juga pori kapiler. Pada fenomena 2) ini meskipun ketersediaan air
dan nutrisi baik, ketersediaan udara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan
tanaman dan mikrobia tanah.
POROSITAS TANAH
3. Dominasi fraksi debu akan menyebabkan terbentuknya pori-pori meso
dalam jumlah sedang (dari 5,776 juta partikel per g tanah terbentuk
sekitar 1250 pori meso), sehingga luas situs-sentuhnya menjadi cukup luas
(45 cm2 g per tanah) (Tabel 3.1), menghasilkan daya pegang terhadap air
yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup mudah masuk-
keluar tanah, sebagian air akan tertahan. Dilapangan, sebagian besar
ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang, sehingga
pori-pori meso termasuk juga pori-pori drainase, sehingga cukup
permeable. Pada fenomena 3) ini problemnya=fenomena 1).
Kelas Permeabilitas Perloksi (menit/inchi(=2,54
(mm/jam) menit))
Lambat :
1. Sangat lambat <1,25 <1.200
2. Lambat 1,25-5,0 300-1.200
Sedang:
3. Agak lambat 5,0-16 75-300
4. Sedang 16-50 24-75
5. Agak cepat 50-160 12-24
Cepat:
6. Cepat 160-250 6-12
7. Sangat cepat >250 <6
Tabel 3.5 Kelas permeabilitas dan perkolasi tanah
Apabila dikaitkan dengan tekstur tanah, maka permeabilitas atau perloksi:
1.Lambat merupakan karakter tanah bertekstur halus atau tanah mengandung minimal
37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir,
2.Sedang mrupakan karakter tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri
dari:
a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meiputi tanah yang berstekstur
lempung berpasir atau lempung berpasir halus,
b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat
halus, lempung, lempung berdebu atau debu, dan
c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung
liat berpasir atau lempung liat berdebu.
3.Cepat merupakan karakter tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, yaitu tanah
yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
Kemudian apabila dikaitkan dengan praktik pemupukan atau ameliorant
(bahan penyubur tanah, seperti kapur dan pupuk organic), maka pada
tanah yang berpermeabilitas daan berperkolasi cepat, bahan-bahan
yang diberikan akan cepat hilang sehingga menjadi tidak efesien. Oleh
karena itu dalam rekomendasi pemupukan antisipasi hal ini harus
diperhiungkan.
Laju infiltrasi (masuknya) air hujan dan perkolasinya dalam tanah
dipengaruhi oleh jenis tanaman yang tumbuh diatasnya, sebagaimana
dikemukakan Pereiracit.Lal (1979) pada Tabel 3.6. Tabel ini
menunjukkan bahwa rapatnya perakaran tanaman ternyata mendorong
laju infiltrasi air hujan dan laju perkolasinya di dalam tanah.
Jenis tanaman Laju infiltrasi Laju perkolasi