I. TEKSTUR TANAH
1. Pengertian Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkkan kasar dan halusnya tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan antara butir–butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah
dikelompokkkan kedalam 12 kelas tekstur dibedakan berdasarkan presentase
kandungan pasir, debu dan liat. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya
tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-
butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam
kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung. Kelas agak
kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. Tanah-tanah
yang bertekstur pasir, karena butiran - butirannya berukuran lebih besar, maka
setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih
kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah
bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi
kimia dari pada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003).
1|D A S A R IL M U TAN A H
3. Kelas Tekstur
Pembagian tekstur berdasarkan kelas tekstur ada 12. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Hanafiah (2005).
1. Pasir (sandy/S) => Pasir mempunyai ukuran > 2 mm dan bersifat kasar dan
tidak lekat.
2. Pasir berlempung (loam sandy/LS) => Tanah pasir berlempung ini
memiliki tekstur yang kasar. Akan membentuk bola yang mudah hancur
karena daya ikat pada partikel-partikel pasir berlempung tidak kuat. Dan
juga akan sedikit sekali lengket karena memang kandungan lempungnya
sedikit.
3. Lempung berpasir (Sandy loam/SL) => Rasa kasar pada tanah lempung
berpasir akan terasa agak jelas dan juga akan membentuk bola yang agak
keras tetapi akan mudah hancur.
4. Lempung (Loam/L) => Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa
licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat sedikit digulung
dengan permukaan yang mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat melekat.
5. Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam/SCL) => Lempung liat berpasir
terasa agak jelas. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan juga
dapat membentuk gulungan jika dipilin dan gulungan akan mudah hancur
serta dapat melekat.
6. Lempung liat berdebu (Silty-clay-loam/SiCL) => Lempung liat berdebu
memiliki rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola teguh dan gulungan
yang mengkilat serta dapat melekat.
2|D A S A R IL M U TAN A H
7. Lempung berliat (Clay loam/SL) => Lempung berliat akan terasa agak
kasar. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan membentuk
gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah hancur, serta daya lekatnya sedang.
8. Lempung berdebu (Silty loam/SiL) => Lempung berdebu akan terasa agak
licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat melekat
9. Debu (Silt/Si) => Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola
yang teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap
serta terasa agak lekat.
10. Liat berpasir (Sandy-clay/SC) => Liat berpasir akan terasa licin tetapi
agak kasar. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar
untuk dipijit tetapi mudah digulung serta memilliki daya lekat yang
tinggi (melekat sekali).
11. Liat berdebu (Silty-clay/SiC) => Liat berdebu akan terasa agak licin.
Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar dipijit tetapi
mudah digulung serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
12. Liat (Clay/C) => Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik.
Serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
3|D A S A R IL M U TAN A H
c. Topografi/Relief
Kemiringan pada lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah
curam, maka runoff dan erosi tanah semakin besar. Hal ini menyebabkan
terhambatnya genesis tanah, pelapukan menjadi terhambat begitu juga dengan
pembentukan liat. Dengan kata lain, tanah lebih tipis dan kurang berkembang
di daerah lereng
d. Waktu
Pembentukan tanah alami membutuhkan proses yang memakan waktu
yang lama dari tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua.
e. Bahan Induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi
tanah. Dalam pembentukannya terdapat 2 proses yaitu :
1. Bahan induk terangkut (prinsip erosi dan pengendapan)
Berdasarkan pada aliran air dan partikel tanah serta fragmen bahan
sedimen. Jika air mengalir cepat, maka membawa partikel besar dan
sedimen lebih banyak.
2. Bahan diendapkan air
Seperti endapan aluvial yang terbentuk akibat aliran air terhenti
sehingga sedimen terjadi cepat dan umumnya banyak terjadi di
daerah pegunungan, begitu juga dengan delta yang terbentuk jika sedimen
halus yang dibawa sungai diendapkan.
4|D A S A R IL M U TAN A H
2. Macam-Macam Tipe Struktur Tanah
Tabel 1. Macam-macam Struktur Tanah
Tipe Kode Kriteria (definisi)
Satuan struktur Tanah Alami (struktur pedogenik)
Granular Gr Polihedral kecil dengan permukaan melengkung atau sangat
tidak beraturan
Gumpal GS Polihedral dengan permukaan (bidang) yang saling tegak lurus
Bersudut
Gumpal GB Polihedral dengan agak bulat dan bidang permukaan bersudut
Membulat kurang tajam
Lempeng Lp Satuan struktur datar dan berbentuk tabung
Baji Bj Berbentuk bulat panjang yang bersambungan satu dengan
lainnya yang berujung dengan sudut lancip, terikat oleh
bidang-luncur (slickenside); tidak hanya terbatas pada bahan
vertik
Prisma Pr Satuan struktur yang memanjang secara vertikal dengan ujung
bagian atas rata
Kolumnar Kl Satuan strukrur yang memanjang secara vertikal dengan ujung
bagian atas membulat
Tidak Berstruktur
Butir Tidak memiliki satuan struktur; seluruhnya tidak saling-
tunggal berlekatan; misal pasir lepas
Masip Ms Tidak memiliki satuan struktur; bahan-bahan merupakan
massa yang saling berlekatan (tidak harus tersementasi)
Fragmen Tanah Buatan atau Klod (struktur non-pedogenik)
Klod Kl Bongkahan tidak beraturan yang disebabkan oleh gangguan
buatan; misal oleh pengolahan tanah atau pemadatan
5|D A S A R IL M U TAN A H
Gambar 2. Contoh Macam Struktur Tanah
6|D A S A R IL M U TAN A H
b. Kadar Air
Air berperan dalam pembentukan struktur tanah dengan cara:
a. Pembengkakan dan pengerutan
b. Tegangan muka
c. Pendinginan dan pembekuan secara cepat
d. Air merupakan persyaratan hidup bagi mikrobia dan tumbuhan
e. Air sebagai faktor iklim
c. Aktifitas Biologi
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka
tanah akan menjadi gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi lemah.
d. Bahan Organik
Dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organik berfungsi
sebagai perekat atau lem.Bahan organik mempunyai sifat mengikat,
memperbesar kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat
individual. Bahan organik berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah
sehingga jika bahan tersedia dalam jumlah banyak partikel tanah sehingga
mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur egregat yang kuat
kemantapannya.
7|D A S A R IL M U TAN A H
METODOLOGI
Bahan :
a. Tanah
Tanah dari Jatikerto (Tanah Alfisols) dan Wajak (Tanah Entisols) sebagai
spesimen yang diamati.
b. Hidrogen peroksida, 30 % (H2O2)
Hidrogen peroksida berfungsi membakar bahan organik sehingga ikatan
antara partikel tanah yang satu dengan lainnya bisa terpisah.
c. Aquades (H2O)
Satu liter aquades berfungsi sebagi pengencer setiap sampel.
d. Kalgon 5 % (Na4P2O7))
Larutkan 40 g NaPO3 (Natrium Metafosfat) dalam kira - kira 750 ml
aquades ke dalam labu ukur 1000 ml dengan cara menaburkan bubuk
tersebut secara perlahan-lahan sambil dikocok. Kemudian tambahkan 10 g
Na2CO3 (natrium karbonat) dan isi aquades sampai tanda batas. Bahan ini
berfungsi untuk mencegah adanya penggumpalan/penyatuan antar partikel
tanah.
d. Asam khlorida (HCl), 2M
Masukan 90 ml HCl pekat ke dalam labu ukur 1000 ml dan dengan
perlahan-lahan masukkan air suling (aquadest) sampai tanda batas. Asam
klorida ini hanya digunakan untuk menghilangkan ikatan karbonat pada
tanah alkali (tanah yang bersifat basa, misalnya tanah kapur)
8|D A S A R IL M U TAN A H
Cara kerja tekstur tanah
9|D A S A R IL M U TAN A H
Tampung dalam gelas ukur 1 liter dan tambahkan air aquades
sampai garis batas
10 | D A S A R I L M U T A N A H
Cara kerja kadar air
Keringkan pada suhu 105°C atau 1100C pada oven selama 24 jam
100+𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
% Pasir = 100 – ((R1-B1) + 0.36(T1-20)) x ( )
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑊)
100+14,86
= 100 - ((23 – 1) + 0.36 (27 – 20)) x ( )
50
= 44 %
11 | D A S A R I L M U T A N A H
100+𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
% Liat = ((R2-B2) + 0.36(T2-20) x (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑊))
100+14,86
= ((16 – 1) + 0,36 (27 – 20)) x ( )
50
= 40%
Keterangan :
R = pembacaan hidrometer
B = pembacaan blangko (konsentrasi Na4P2O7)
T = pembacaan suhu
M = % kadar air
W = Berat tanah yang di analisa
0,36 = Faktor koreksi suhu
20 = suhu kalibrasi hidometer
12 | D A S A R I L M U T A N A H
Gambar 4. Segitiga Tekstur (USDA) untuk penetapan kelas tekstur
13 | D A S A R I L M U T A N A H
FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf yang mencakup latar belakang pentingnya melakukan
praktikum tentang tekstur dan struktur serta tujuan dan manfaat praktikum)
BAB II METODOLOGI
2.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
2.2 Analisa Perlakuan
14 | D A S A R I L M U T A N A H
3.1.3 Tabel Kelas Tekstur Sampel Tanah
Sampel %Pasir %Debu %Liat Kelas Tekstur
Alfisols 1
Alfisols 2
Alfisols 3
Entisols 1
Entisols 2
Entisols 3
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(Lampiran berisikan cara perhitungan kadar air dan tekstur tanah, penentuan
tekstur tanah pada segitiga tekstur dan dokumentasi kegiatan)
Note:
- Sumber tidak boleh dari blog, wordpress, wikipedia
- Margin 3,2,2,2
- Ditulis dengan pulpen biru pada kertas HVS A4
- Cover sama seperti materi sebelumnya, hanya berbeda nama materi
- Dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum
15 | D A S A R I L M U T A N A H