Anda di halaman 1dari 11

Laporan Fisika Tanah

Hari : Kamis
Pukul : 12.00 WIB
Asisten : 1. Anna Bella
2. Shintya Malik
3. Dhea Pratiwi
4. M. Hifzan Azka

PENETAPAN KEMANTAPAN AGREGAT TANAH

SAFRIADI
1805108010033

LABORATORIUM FISIKA TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi
oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada
ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan
penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas
agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanaga permukaan agregat pada saat
rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah.
Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin
kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.
Agregat tanah terbentuk jika partikel-partikel tanah menyatu membentuk unit-unit
yang lebih besar. Definisikan agregat tanah sebagai kesatuan partikel tanah yang melekat
satu dengan lainnya lebih kuat dibandingkan dengan partikel sekitarnya. Dua proses
dipertimbangkan sebagai proses awal dari pembentukan agregat tanah, yaitu flokulasi dan
fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan
terdispersi, kemudian bergabung membentuk agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika
tanah dalam keadaan masif, kemudian terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih
kecil. Tanah yang teragregasi dengan baik biasanya dicirikan oleh tingkat infiltrasi,
permeabilitas, dan ketersediaan air yang tinggi. Sifat lain adalah tanah tersebut mudah
diolah, aerasi baik, menyediakan media respirasi akar dan aktivitas mikrobia tanah yang
baik.
Sejumlah factor-faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat tersebut antara
lain pengolahan tanah, aktivitas mikrobia tanah, dan tajuk tanaman terhadap permukaan
tanah dari hujan. Pengolahan tanah yang berlebihan cenderung memecah agregat mantap
menjadi agregat tidak mantap. Sangat sering terjadi kemantapan agregat tanah menurun
pada sistem pertanian tanaman semusim, seperti pada tanaman jagung. Dalam penuntun ini
akan dikemukakan dua metode penetapkan kemantapan agregat.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Untuk mengetahui jumlah volume per-
tetes sampai agregat mulai pecah dan juga untuk mengetahui jumlah tetesan air sehingga
mampu memecahkan dan sampai menghancurkan agregat tanah.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum penetapan kemantapan agregat tanah ini adalah
untuk memberikan gambaran tentang kemantapan agregat tanah serta sebagai bahan
masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Agregat tanah merupakan partikel-partikel primer di dalam tanah tergabung dalam


suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah, yang merupakan satuan dasar
struktur tanah. Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan
partikel-partikel primer membentuk kelompok atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan
adanya sesuatu yang dapat mengikat menjadi lebih kuat (sementasi). Pembentukan agregat
tanah melalui proses penjonjotan yang dilanjutkan dengan agregasi dengan atau tanpa
diikuti proses sementasi (Notohadiprawiro, 1996).
Kemantapan agregat merupakan kemampuan agregat tanah untuk bertahan terhadap
pengaruh tetesan air hujan atau pembenaman dalam air. Pengukuran kemantapan agregat
dapat dilakukan dengan metode pengayakan basah dan pengayakan kering (kuantitatif)
atau dengan metode pembenaman dalam air dan alkohol (kualitatif). Kemantapan agregat
sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan. Agregat yang stabil akan menciptakan
kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik
yang baik untuk perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas,
aerasi dan daya menahan air. Pada tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena
gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil
hancuran akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi
buruk dan permeabilitas menjadi lambat (Septiawan, 1987).
Kemantapan agregat juga sangat menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap
erosi. Kemampuan agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat
ditentukan secara kuantitatif melalui Aggregate Stability Index (ASI). Indeks ini
merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap kemantapan agregat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemantapan agregat antara lain pengolahan tanah, aktivitas
mikroorganisme tanah, dan penutupan tajuk tanaman pada permukaan tanah yang dapat
menghindari splash erotion akibat curah hujan tinggi (Safuanto, 1991).

.
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu


Adapun praktikum ini di laksanakan di laboratorium Fisika Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh pada hari kamis, 21 November
2019 pada pukul 12.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang di gunakan dala praktikum ini adalah.
1. Contoh tanah dengan agregat utuh
2. Timbangan
3. Ayakan
4. Buret
5. Kapur pertanian
6. Oven
7. Eksikator

3.3 Cara Kerja


A. Pengayajn kering
1. Dikering anginkan contoh tanah dengan agregat utuh.
2. Ditimbang tanah 100 gram ,kemudian masukkan ke dalam ayakan ukuran 8mm, 2,0
dan 1,0, secara bertutut-turut.
3. Ditumbuk tanah dan di saring.
4. Ditimbang masing-masing fraksi yang telah di ayak sebelumnya.
5. Dilangi perlakuan ini sesuai kebutuhan.

B. Pengayakan Basah
1. Ditimbang semua tanah yang di ayak kemudian masing-masing tanah dimasukkan
kedalam cawan alumunium. Banyaknya agregat tersebut harus memiliki total 100
gram.

Contoh perhitungan
Agregat antara 8 dan 2,0 mm = 63 gram
Agregat antara 2,0 dan 1,0 mm = 37 gram
2. Diteteskan air pada tanah dalam cawan aluminum sampai kapasitas lapang dari
buret 30 cm.
3. Dipindahkan tiap agregatdari cawan alumunium keayakan sebagai berikut
Agregat antara 8 dan 2.0 diatas ayakan 2,0
Agregat antara 2,0 dan 1,0 diayakan 1,0

4. Dipasang susunan ayakan-ayakanpada alat pengayak basah yang telah diisi oleh air
terlebih dahulu. Air yang digunakan harus menggunakan Ca2+ kurang-kurangnya 2
x 10-3.
5. Dilakukan pengayaka selama 25 menit.
6. Dipindahkan agregat-agregat tanah tersebut kedalam cawan alumuniun yang telah
di kethu beratnya.
7. Dimasukan kedalam oven dan setelahnya ke eksikator lalu di timbang.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Rata-rata diameter agregat dari pengayakan keing
- Agregat antrara 8 dan 2,0 = 0,5
- Agregat antara 2,0 dan 0,1 =1,5

Rata-rata berat diameter


[(63𝑥5,0) + (37𝑥1,5)
100
37,5
= 100

= 3,71

Rata-rata agregat dari pengayakan basah


- Agregat antara 2,0 dan 1,0 mm = 1,5
- Agregat antara 1,0 dan 0,500 mm= 0,75
- Agregat antara 0,0500 dan 0,250 mm =0,325
- Agregat antara 0,250 dan 0,106 mm = 0,178
- Agregat antara 0,106 dan 0 mm =0,053

Berat agregat
- Agregat 2,0 =10,4 gram
- Agregat 1,0=10,4 gram
- Agregat 0,500=6,7 gram
- Agregat 0,250=4,1 gram
𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 0,168 =4,1 𝑔𝑟𝑎𝑚
-
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙=35,7 𝑔𝑟𝑎𝑚

Rata-rata berat diameter


[(10,4𝑥1,5) + (10,4𝑥0,75) + (6,7𝑥0,325) + (4,1𝑥0,175) + (4,1𝑥0,053)]
100
15,6 + 7,8 + 2,1775 + 0,7175 + 0,2173
100
=12,41
=1,241 mm

Maka indeks stabilitasunya adalah 3,71- 1,24 =2,47


Jadi indekstabilitasnya adalah ½,47x100 = 40

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum kali ini mengenai penentuan kemantapan agregat tanah
menggunakan metode ayakan yakni di adakan 2 ayakan yaitu ayakan basah dan ayakan
kering. Pada penghitungan tiap tetes air, kita harus mengamati tanah agregat tersebut. Pada
tetesan keberapa tanah yang diuji lepas dari agregat tersebut. Pada saat itulah kita mampu
menjelaskan tingkat agregat tanah menggunakan metode ini. Setiap tetes air dihitung
banyaknya milliliter (ml) air yang dibutuhkan untuk membuat tanah menjadi lunak dan
kemudian hancur.
Penetapan kemantapan agregat tanah dilakukan secara berkali-kali pada jenis tanah
yang sama namun agregatnya berbeda. Mula-mula tanah harus ditimbang sesuai kebutuhan
dalam percobaan ini tanah yang di timbang adalah 100 gram. Tanah 100 gram di timbang
sebanyak 3 kali dan kemudian tanah di saring dengan penyaringan dengan ukuran 8 mm
,2.0 mm dan 1,0mm. semua tanah di saring sehingga tanah telah terpisah-pisah sesuai
denagan tingkat kehalusannya. Tanah harus di ayak sesuai urutan. Setelah pengayakan
kering dilakukan maka pengayakan basah pun selanjutnya di lakukan denagn 5 ukuran
ayakan yang masing-masing adalah 0.200, 0.100, 0.500, 0,250, 0.106.
Penyaringan ini dilakukan didalam air yang sudah di beri kapur pertanian.
Percobaan untuk penyaringan basah ini di lakukan kira-kira 20 menit untuk memisahkan
bagian-bagian dari tanah tersebut.untuk perhitungannya maka kita sebagai praktikan harus
mencari rata-rata diameter dari tanah tersebut baik melalui ayakan kering maupun ayakan
basah. Kemudian harus mengetahui rata-rata agregatnya dan selanjutnya mengetahui berat
agregatnya darisitulah kita bias mengetahui indek stabilitasnya.
Dari pengamatan didapat rata-rata untuk diameter agregat nya adalah 3,71. Untuk
nilai dari rata-rata agregat dari pengayakan basahnya adalah 0,053mm. untuk berat agregat
tanah didapat 53,7 gram .untuk rata-rata berat diameternya adalah sejumlah 1,24 dari
perhitungan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa indeks stabilitas suatu tanah
yang diamati adala berkisar 40. Maka dapat di simpulkan bahwa tanah yang diamati ini
kurang stabil dan dapat di katakana agregatnya tidak baik atau kurang baik.
4.3 Manfaat dibidang pertanian
Adapun manfaat mengetahui agregat tanah di bidang pertanian adalah sebagai
pembanding suatu tanah sehingga apa bila di ketahui tanah tersebut memiliki kemantapan
agregat yang tinggi atau stabil maka tanah tersebut tidak bagus menjadi budidaya tanaman
karena tidak cocok bagi tanaman karena tanah yang agregatnya mantap biasanya sulit
untuk menyerap unsur hara.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1. Tingkat kemantapan agregat dapat diketahui dengan cara tanah ditesi menggunakan
air.
2. Lamanya kehancuran tanah berdasarkan banyaknya tetesan air tersebut.
3. Tanah yang lama hancurnya berarti tanah tersebut memiliki tingkat kemantapan
yang tinggi.

5.2 Saran
Sebaiknya cara kerja dalam praktikum harus dilakukan dengan sesuai dan teliti agar
mendapatkan hasil yang benar serta praktikan harus lebih memerhatikan apa yang
disampaikan oleh asisten saat asisten memberikan arahan.
DAFTAR PUSTAKA

Notohadiprawiro, 1996. Dasar-Dasar ilmu tanah. Jakarta : Erlangga.


Septiawan, 1987. Penetapan kemantapan agregat tanah. Jakarta : Erlangga.
Safuanto, 1991. Struktur tanah dan Agregat tanah. Bandung : Penerbit Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai