Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR KERJA MAHASISWA

PRAKTIKUM MK DASAR ILMU TANAH


Struktur Tanah dan Kemantapan Agregat

Disusun Oleh
Nama : Elmi Tumorang
NIM : 205040200111150
Asisten Praktikum : Novandy Rizky Prasetya

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
1. Definisi struktur tanah menurut para ahli (3) dan berdasarkan definisi tersebut
jelaskan apa yang disebut dengan struktur tanah menurut saudara.
Jawaban :
1. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
keruangan partikel-partikel tanah yang bergantung satu dengan yang lain
membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan
sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel
(cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta
mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak
teragregasi (Wiyono et al, 2006).
2. Pada dasarnya struktur tanah adalah kondisi fisik yang berbeda dari bahan
awalnya dan dapat berhubungan dengan proses-proses pembentukan tanah.
Untuk tanah tersebut menggambarkan struktur dalam profil tanah yang
terbaik adalah untuk memeriksa seberapa jauh mengenali unit structural
yang lebih besar (Kohnke, 1986).
3. Struktur tanah dapat dibagi ke dalam tiga bentuk yaitu berbutir tunggal,
massif, dan beragregat. Apabila keseluruhan partikel tanah saling lepas
satu sama lain, seperti yang dapat kita jumpai pada tanah berkelas tekstur
pasir, struktur tanahnya dikatakan berbutir tunggak. Dalam pustaka lama,
masih disebut sebagai tanah yang tidak bertekstur atau berbutir lepas.
Sebaliknya apabila partikel-partikel tanah saling beriaktan kuat, maka
struktur tanahnya disebut massif (Indranada, 1986).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa struktur tanah
adalah  perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir,
debu dan liat. Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga
tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya
kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur.

2. Jelaskan pengaruh antara struktur dan kemantapan agregat. Penjelasan


disertakan
contoh dari macam-macam struktur tanah dan bagaimana keterkaitannya
dengan
kemantapan agregat.
Jawaban :
Menurut Dian ( 2015), Sifat fisika tanah lain yang diamati dilapangan
adalah struktur tanah. Struktur tanah adalah gumpalan-gumpalan kecil alami
dari tanah yang terbentuk akibat melekatnya butir-butir tanah. Tanah dapat
mempunyai struktur jika terbentuk ped (satu unit struktur tanah alami) dan
dapat juga tidak mempunyai struktur. Tanah yang tidak mempunyai struktur
terdiri dari butir tunggal (butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain, contoh
pasir) ataupun berbentuk massif (pejal) yaitu jika butir-butir tanah sangat
melekat satu sama lain. Struktur tanah yang diamati meliputi 3 aspek yaitu
bentuk, tingkat perkembangan dan ukuran. Bentuk struktur tanah terdiri dari:
1. Lempeng (platy)

Lempeng (platy) yaitu bentuk struktur tanah jika sumbu vertikal struktur
tanah lebih pendek dari sumbu horizontal.
2. Prismatik (prismaix)

Prismatik (prismaix) yaitu jika struktur tanah memiliki sumbu vertikal


lebih panjang dari sumbu horizontal dan sisi atas tidak membulat.
3. Tiang (columnar)
Tiang (columnar) yaitu jika struktur tanah memiliki sumbu vertikal lebih
panjang dari sumbu horizontal dan sisi-sisi atas membulat.

4. Gumpal bersudut (angular blocky)

Gumpal bersudut (angular blocky) yaitu jika struktur tanah memiliki


sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisisisi membentuk
sudut tajam.
5. Gumpal membulat (subangular blocky)

Gumpal membulat (subangular blocky) yaitu jika struktur tanah memiliki


sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisisisi membentuk
sudut membulat
6. Butiran (granular)

Butiran (granular) yaitu jika struktur tanah membulat, atau banyak sisi.
Masing-masing butir ped tidak porous
7. Remah (crumb)
Remah (crumb) yaitu jika struktur tanah membulat atau banyak sisi, sangat
porous.
Tabel . kriteria kemantapan struktur tanah
Tingkat kemantapan kriteria
Tidak berstruktur Tidak dapat diamati dengan jelas bentuk struktur
tanah
Lemah Struktur tanah belum terbentuk sempurna dan sulit
untuk diamati dengan mata telanjang
Sedang Struktur tanah telah terbentuk baik dan dapat diamati
langsung dengan mata telanjang
kuat Struktur tanah telah terbentuk semurna dan jika
bongkahan tanah dipecah, struktur tanah terlihat
dengan jelas.

Menurut Hardjowigeno (2007), tanah dengan struktur baik (granuler,


remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya
membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya
pori-pori tanah banyak terbentuk. Di samping itu struktur tanah harus tidak
mudah rusak (mantap) sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi
hujan.

3. Apakah peran bahan organik tanah dalam pembentukan agregat tanah.


Jawaban
Menurut Suriadikarta dan Simanungkalit (2006), bahwa bahan/pupuk
organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir
sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar
pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah,
dan suhu tanah. Peranan pupuk organik secara tidak langsung, pengaruhnya
terhadap tanah melalui aktivitas mikroorganisme, karena dengan pemberian
pupuk organik akan meningkatkan aktivitas jasad makro dan jasad mikro
dalam membantu proses agregasi tanah (sekaligus fungsi bahan organik
terhadap sifat biologi tanah).
Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan organik tanah menjadi
salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci
di dalam tanah (menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba, meningkatkan
stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2005)

4. Jelaskan cara pengamatan dan penentuan struktur tanah dengan menggunakan


metode kualitatif/kuantitatif
Jawaban:
1. Metode Kualitatif
Menurut Puja (2017), cara penentuan struktur tanah dengan
menggunakan metode kualitatif sebagai berikut
Alat dan Bahan :
1. Pisau lapang
2. Contoh tanah agregat utuh
Cara kerja :
1. Ambilah contoh tanah utuh (berupa bongkahan tanah) dengan bantuan
pisau lapang dengan diameter ≤ 10 cm,
2. Pecahkan gumpalan tanah tersebut dengan cara menekan dengan jari,
pecahan dari gumpalan tersebut merupakan agregat atau gabungan
agregat
3. Amati bentuk struktur tanah tersebut dan cocokan dengan kriteria bentuk
struktur sebagai berikut :
a. Remah (crumb)
b. Granuler
c. Lempeng (Platy) jika sumbu X > Y
d. Prisma (prismatic) jika sumbu Y > X tapi sudutnya membulat
e. Gumpal bersudut (angular blocky), jika sumbu X = Y dan ujuang
sudutnya membulat
f. Lepas/butir tunggal (loose g. Masif/pejal
4. Catat bentuk struktur tanah tersebut
2. Metode Kuantitafif
Menurut Hardjowigeno (2007), melakukan pengamatan untuk
mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid dapat dilakukan
menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan cara melakukan kegiatan
langsung di lapangan,melakukan pengamatan di laboratorium dan juga
memakai perhitungan.Salah satu metode Kuantitatif adalah metode
vilensky:
Dasar Teori Penentuan kemantapan agregat secara kuantitatif adalah dengan
metode “Vilensky”, yaitu pengukuran kemantapan agregat tanah
berdiameter 2 - 3 mm dengan jalan menghitung volume teteasan air yang
dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh Vilensky tinggi
tetesan air ditetapkan 20 cm, suatu ukuran konversi dari keadaan di
lapangan yaitu dibandingkan dengan jarak tetesan air hujan pada areal yang
luas di permukaan tanah.
Alat dan Bahan :
1. Contoh tanah utuh kering udara (diameter 1 cm)
2. Penggaris
3. Buret (50 cc atau 100 cc)
4. Piring (diameter 10 cm) atau piring petri (petridish)
5. Kertas merang
Cara Kerja:
1. Isilah buret dengan air sampai tanda batas maksimum (misalnya 100 cc
atau 50 cc)
2. Bukalah buret perlahan-lahan sampai air menetes. Jangan terlalu cepat,
usahakan agar interval antar tetesan sekitar 2-3 detik. Hitunglah jumlah
tetesan dan perhatian penurunan volume air. Agar lebih mudah,
hitunglah tetesan sebanyak 10 kali atau 20 kali, kemudian amati volume
air yang sudah keluar. lakukan 5-10 kali pengamatan dan catatlah
hasilnya.
3. Buatlah tabel pengamatan dan isikan data hasil pengamatan.
Setelah mengetahui berapa ukuran rata-rata setiap tetesan air yang keluar
dari buret, langkah berikutnya adalah menghitung jumlah tetesan sampai
menghancurkan agregat. Adapun langkah kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Ambil sebuah piring petri dan potonglah beberapa lembar kertas merang
sesuai dengan diameter piring, Letakkan 2-3 lembar kertas merang di
atas piring lalu ratakan. Kemudian ambil sebuah agregat, letakkan di
atas kertas pada piring yang sudah disiapkan
2. Atur ujung buret sehingga jaraknya dengan agregat sepanjang 20 cm
3. Bukalah buret dan biarkan air menetes dengan kecepatan yang sama
dengan uji coba terdahulu. Usahakan agar setiap tetesan air yang jatuh
mengenai agregat. Hitunglah jumlah tetesan sampai terlihat agregat
mulai pecah dan teruskan sampai agregat hancur
4. Ulangi paling sedikit 3 kali pengamatan dengan setiap kali
menggunakan kertas yang baru dan agregat yang baru pula
5. Catatlah setiap pengamatan dengan mengisikan data ke dalam tabel
pengamatan
6. Buatlah tabel pengamatan untuk dua macam keadaan (A) saat agregat
mulai pecah dan (B) saat agregat hancur.

5. Studi kasus !
1. Hitunglah jari-jari tetesan dari data berikut
Ulangan Jumlah Tetesan Volume Air Volume air per Jari-jari
(cm3) tetes (mm3) tetesan (mm)
1. 10 3 300 4,153
2. 10 3.5 350 4,372
3. 10 3.8 380 4,494
4. 10 3 300 4,153
5. 10 4 400 4,571
Rata- 10 3,46 346 4,3486
Rata
Jari-jari tetesan tersebut mampu memecahkan struktur tanah tipe granular
(diameter 2-3 cm), dengan data:
a. Tanah Dominan Debu
Ulangan Tetesan Memecahkan Tetesan Menghancurkan
1. 6 20
2. 6 21
3. 8 25
4. 10 30
5. 9 28
Ʃ 39 124
Rata -rata 7,8 24,8
SD 1,79 4,32
CV% 45% 108%

b. Tanah Dominan Liat


Ulangan Tetesan Memecahkan Tetesan Menghancurkan
1. 50 160
2. 45 155
3. 55 170
4. 50 150
5. 40 140
Ʃ 240 775
Rata -rata 48 155
SD 5,7 11,18
CV% 142,5 % 279,5 %
2. Jelaskan mengapa 2 tekstur tanah tesebut (dominan debu dan dominan liat)
memiliki tingkat kemantapan agregat yang berbeda ? (Silahkan dibahas dan
dibandingkan dengan literatur)
Jawaban :
Menurut Hanafiah (2014), Pengaruh jari-jari tetesan terhadap agregat
yaitu makin cepat jari-jari tetesan air, maka makin cepat tanah akan hancur.
Hal yang sama juga terjadi jika ukuran jari-jari tetesan semakin besar, maka
agregat juga akan semakin kuat. Oleh karena itu, air dapat menyebabkan
pengikisan daan pemecahan pada tanah.
Menurut Hendri (2015), dengan metode vilensky, pengukuran
kemantapan tanah dengan menghitung volume tetesan air yang dibutuhkan
untuk menghancurkan agregat tanah tersebut. Semakin banyak tetesan air
yang dibutuhkan untuk memecahkan atau menghancurkan tanah, maka
tanah tersebut tergolong tanah dengan agregat yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Wiyono, A., Syamsul, dan E. Hanudin. 2006. Aplikasi soil taxonomy pada tanah-
tanah yang berkembang dari bentukan karst gunung kidul. Jurnal Ilmu Tanah
6 : 13-26
Kohnke, H. 1986. Soil Physics. Tata Mc Grow Hill Rubi Co. Ltd, New York.
Indranada, H.K. 1986. Pengololahan kesuuburan tanah. PT Bina Aksari. Jakarta
Dian. 2015 . Morfologi dan klasifikasi tanah. Padang : Lembaga pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. 296 Halaman
Suriadikarta, D., A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati, Organic Fertilizer and Biofertilizer. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. p. 312.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. 208 h.
Puja. 2017. pedoman pratikum dasar-dasar ilmu tanah. Fakultas pertanian
universitas udayana. Denpasar
Hanafiah, Ali. 2014. Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta
Hendri. 2015. Ilmu-Ilmu Tanah. Balai Penelitian Tanah. Bogor

Anda mungkin juga menyukai