Kerikil dan pasir disebut sebagai tanah berbutir kasar. Sedangkan lanau dan lempung disebut
sebagai tanah berbutir halus dan kohesive
Lanau
Adalah bahan yang merupakan peralihan antara Lempung dan pasir halus, kurang plastis dan
lebih mudah ditembus air daripada lempung, dan memperlihatkan sifat dilantasi yang tidak
terdapat pada lempung.
Dilantasi adalah: Menunjukkan gajala perubahan isi apabila lanau itu dirubah bentuknya. Juga
lanau menunjukkan gajala untuk menjadi ‘quick’ ( hidup ) apabila diguncang atau digetarkan.
Lempung
Lempung adalah tanah berbutir halus dengan ukuaran butir ( ASTM/USCS) 0,002 mm sampai ke
yang lebih halus. Lempung menunjkkan sifat Plastisitas dan kohesi.
Plastisitas : Sifat yang meninjukkan bahan berubah bentuk tanpa perubahan volume, dan tanpa
kembali ke bentuk aslinya dengan tidak retak.
Klasifikasi tanah dapat dilakukan secara visual dan manual maupun cara sistimatik di
laboratorium.
KLASIFIKASI TANAH
Tes Goyangan
Ambil sedikit tanah letakkan pada telapak tangan, campur tanah tersebut dengan air
hingga rata, pencampuran cukup dengan tangan. Lalu letakkan di atas tangan dan ratakan,
kemudian goyang-goyang tanah tersebut dan jumlah goyangan harus dihitung. Apabila 5-10 kali
goyangan air sudah keluar ke permukaan tanah, maka tanah termasuk jenis lanau. Apabila
goyangan lebih dari 25 kali air baru keluar kepermukaan, maka tanah termasuk jenis lempung.
Dan apabila jumlah goyangan antara 11-17 kali, termasuk jenis tanah campuran lanau
kelempungan. Jumlah goyangan 18-24 kali, termasuk jenis tanah campuran lempung kelanauan.
Tes Remasan
dari tanah yang digoyang tadi lanjutkan dengan meremas-remas hingga keluar kesela-sela
jari tangan, apabila terasa kasar maka jenis tanah lanau kelempungan, apabila terasa kasar maka
termasuk jenis tanah lanau, apabila kasar kehalusan, maka termasuk jenis tanah lanau
kelempungan, apabila halus kekasaran maka termasuk jenis tanah lempung kelanauan, dan
apabila terasa halus maka termasuk jenis tanah lempung.
Tes Cutting
Ambil contoh tanah secukupnya lalu campur dengan air; bentuk tanah sampai kondisinya
plastis. Gulung dengan diameter lebih kurang 1-2cm, kemudian iris gulungan tanah basah
dengan pisau yang tajam. Apabila rasa irisan kasar dan permukaan potongan tanah juga buram
dan kasar; tanah termasuk lanau, apabila rasa irisan kasar kehalusan, tanah campuran lanau dan
lempung, dan apabila rasa irisan halus dan pemukaan potongan tanah mengkilat, tanah
termasuk lempung.
Tes Sedimen
siapkan gelas ukur yang volumenya antara 500-1000cc, masukkan contoh tanah
secukupnya pada gelas ukur; lalu tambah air hingga volume totalnya sama dengan volume gelas
ukur yang dipakai, goyang-goyang hingga butiran tanah dan air benar-benar tercampur, tidak
ada lagi pada gelas ukur tersebut hingga airnya kelihatan jernih, semua butiran tanah sudah
mengendap. Batas antara satu jenis tanah akan sangat jelas, kemudian ukur tinggi tiap-tiap
bagian tanah.
Bagian paling bawah adalah tanah pasir misalnya h1, bagian tengan adalah jenis tanah lanau
misalnya h2 dan bagian paling atas adalah jenis tanah lempung misalnya h3, bila tinggi total
tanah adalah H, maka prosentase masing-masing bagian tanah dapat dihitung.
Pasir = (h1/ H)x100%
lanau = (h2/ H)x100%
lempung = (h3/ H)x100%
STRUKTUR TANAH
1. STRUKTUR TANAH
Struktur tanah biasa didefinisikan sebagai susunan dan bentuk butiran partikel tanah dalam
suatu masa tanah. Struktur tanah adalah suatu faktor yang penting dimana banyak dipengaruhi
sifat-sifat tanah, seperti permeabilitas compresibilitas dan kekuatan geser.
Analisis butiran tanah adalah penentuan variasi ukuran partikel-partikel yang ada pada tanah.
Variasi tersebut dinyatakan dalam presentase dari berat kering total ada dua cara yang umum
digunakan untuk mendapatkan distribusi ukuran –ukuran tanah yaitu:
Analisis Ayakan
Analisis ayakan adalah mengayak menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan yang kita
pilih, dimana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Untuk standar
ayakan di Amerika serikat, nomor ayakan dan ukuran lubang seperti tabel berikut ini:
6 3,350
8 2,360
16 1,180
20 0,850
30 0,600
40 0,425
50 0,300
60 0,250
80 0,180
100 0,150
140 0,106
170 0,088
Mula–mula contoh tanah dikeringkan dengan oven, pada temperatur 105-110ºC, semua
gumpalan-gumpalan harus benar-benar dipisah menjadi butir-butir yang berdiri sendiri,
kemudian baru diayak pada seperangkat ayakan. Pengayakan dengan getaran (shieve shaker)
lebih kurang 10 menit, didiamkan sebentar baru ditimbang masing-masing ayakan dan contoh
tanah. Dihitung presentase masing-masing tanah pada setiap ayakan dan presentase kumulatif
yang lolos pada tiap ayakan, kemudian digambar pada kertas semi log.
Ukuran Efektif adalah, diameter dalam kurva gradasi yang bersesuian persen lolos 10%, atau
disebut D10.
1 2 3 4 5 6 7
Analisis Hidrometer
v =(js-jw) x D²/18ŋ
ŋ = kekentalan suspensi
D= √18 ŋv = √ 18 ŋ x √ L
js-jw js –jw t
(Gs-1) jw t
Bila satuan ŋ adalah gr dt/cm², jw dalam gr/cm³, L dalam cm. t dalam menit dan D dalam mm,
maka:
D(mm) = √ 18 ŋ [(gr.dt)]/cm²] √ L(cm) . Jw=1gr/cm³
D=√ 30 ŋ √L
(Gs-1) jw t
t (men) (Gs-1) jw
Harga K merupakan fungsi dari Gs dan ŋ, yang tergantung pada tempat uji. Pada tabel dibawah
diberikan variasi harga K yang tergantung tempeatur harga Gs.
Percobaan hidrometer dilakukan dalam gelas ukur yang mempunyai volume 1000 ml, tinggi
457,2 mm (18 inci), diameter 63,5 mm (2,5 inci). Contoh tanah seberat 50 gram kering oven
dicampur dengan Calgon (Natrium Hexametaphosphate) konsentrasi 2,5 %, dicampur dengan
air hingga volume totalnya 1000ml. (Tanah+Calgon+Air= 1000ml). Fungsi calgon untuk
memisahkan buturan tanah yang menggumpal (pendispersi). Alat hidrometer dimasukan pada
larutan dan dicatat waktu (t), serta tinggi (L). Pencatatan dilakukan pada 0,5; 1; 2; 4; 8; 16; 32;
64;…… dst menit, hingga seluruh butiran mengendap dan airnya tampak sudah jernih.
Perhatikan bahwa L adalah kedalaman yang diukur dari permukaan air terhadap pusat berat
bola kaca dari alat hidrometer dimana kekentalan larutan diukur.
Atterberg Limits (Batas-batas Atterberg)
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat
diremas-remas tanpaa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena adanya air
yang terserap di sekeliling permukaan dan partikel lempung Atterberg mengembangkan suatu
metode untuk menjelaskan sifat Konsistensi Tanah berbutir halus pada kadar air yang
bervariasi. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat
lembek seperti cairan. Oleh karena itu atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat
dipisahkan ke dalam empat keadaan, yaitu: padat, semi padat, plastis dan cair, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar berikut:
Air bertambah
Batas cair adalah, kadar air tanah yang dinyatakan dalam persen dan tanah yang dibutuhkan
untuk menutup goresan yang berjarak 0,5 inci (1,27 cm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam
mangkok pada 25 pukulan (N blows), yang dilakukan dengan alat casagranda. (lihat gambar).
Karena sulitnya untuk menepatkan 25 pukulan tepat tanah berimpit sepanjang 0,5 inci, maka
perlu dilakukan paling tidak 4 percobaan dengan kadar air yang berbeda-beda, sehingga
didapatkan 4 jumlah pukulan yang berbeda pula. Dari empat peercobaan tersebut diharapkan
di bawah 25 pukulan 2 contoh dan di atas 25 pukulan 2 contoh. Selanjutnya dari 4 percobaan
tersebut digambar hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan (N blows) pada kertas semi
log, hubungan antara kadar air dan log N dapat dianggap sebagai suatu garis lurus, garis lurus
tersebut dinamakan sebagai kurva aliran (flow curve). Kadar air yang bersesuaian dengan N =
25, yang ditentukan dari kurva aliran adalah kadar air dari tanah yang bersangkutan. Kemiringan
dari garis aliran (flow line) didefinisikan sebagai indeks aliran (flow index) dan dapat ditulis
sebagai berikut:
Di mana:
If: Indeks aliran
w1 : Kadar air, dalam persen dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukulan N1
w2 : Kadar air, dalam persen dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukulan N2.
N (N/25)0,121
20 0,973
21 0979
22 0,985
23 0,990
24 0,995
25 1,000
26 1,005
27 1,009
28 1,014
29 1,018
30 1,022
Δw = Perubahan kadar air (yaitu antara kadar air mula-mula dan kadar air
pada batas susut)
Batas susut tanah dapat ditentukan dengan menggunakan Bagan plastisitas (Plasticity
Chart), seperti yang disarankan oleh Casagrande, yaitu apabila batas cair dan indeks plastisitas
tanah diketahui.
Dari hubungan PI (Indeks Plastisitas) dan LL (Batas cair), pada bagan Plastisitas tentukan
titik R, perpanjangg garis U (U line) dan garis A (A line) hingga berpotongan di titik B,
hubungkan titik R dan B menjadi garis RB, Garis tersebut akan memotong sumbu batas cair di
C. Absis dari titk C adalah perkiraan harga batas susut dari tanah bersangkutan. (lihat gambar).
Soal 1
Diketahui data hasil pengujian Batas Plastis da Batas Cair sebagai berikut :
PLASTICITY CHART
100
90
A - Line
80
70
Index Plastisitas ( PI ), %
60
CH
50
40
30
CL
20
MH & OH
10
CL - M L ML&OL
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150
Batas Cair (LL ), %
KLASIFIKASI TANAH (SISTIMATIS DI LABORATORIUM)
1. Sistem USCS
2. Sistem AASHTO
Sistem USCS :
a. Tanah Berbutir Kasar, yaitu tanah kerikil (Gravel = G) dan pasir (Sand = S) dimana kurang
dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan no. 200 atau ukuran butiran 0,075 mm.
b. Tanah berbutir halus, yaitu tanah lanau (Silt = M) dan lempung (Clay = C), dimana lebih
dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan no 200 atau diameter 0,075. Tanah butir
halus ini juga ada yang mengandung organik (O). Sedangkan tanah-tanah yang
mengandung banyak gambut sering disebut tanah peat dengan simbol Pt.
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS adalah :
W = Well graded. P = Poorly graded
L = Low plasticity H = High plasticity
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP, GM, GC, SW, SP,
SM, SC.
GW -- Cu>4 & Cc = 1 – 3. kalau tidak dipenuhi GP
SW-- Cu > 6 & Cc = 1 – 3. kalau tidak dipenuhi SP.
Untuk klasifikasi yang benar harus memperhatikan hal-hal
berikut :
a. % lolos # no 200 (batas butir halus dan kasar).
b. % lolos # no 4 (batas kerikil dan pasir)
c. Cu dan Cc, untuk tanah yg lolos # no 200, 0 – 12 %.
d. LL dan PI, dimana tanah yang lolos # no 200 > 5 %.
e. Untuk tanah yang lolos # no 200 < 5 %, hanya Cu & Cc.
f. Untuk tanah yang lolos # no 200 > 12 % hanya LL & PI.
Suku pertama persamaan GI, ditentukan oleh batas cair (LL), sedangkan suku kedua
GI ditentukan oleh plastisatas indeks (PI).
Aturan dalam menentukan harga GI
a. Apabila GI negatif, harga GI dianggap nol
b. Harga GI harus dibulatkan, misal GI = 3,4 menjadi GI = 3,0
c. Tidak ada batas GI
d. GI untuk tanah A-1a, A-1b, A-2-4, A-2-5, dan A-3 selalu nol.
e. Tanah yg masuk kelompok A-2-6 dan A-2-7, hanya bagian dari GI yang ditentukan PI saja.
Sangat baik 0
Baik 0–1
Sedang 2–4
Buruk 5–9
Sangat buruk 10 - 20
Contoh :
Diket hasil uji analisa butir tanah sbb:
% lolos # no 10 =100%, % lolos # no 40 = 58 %
% lolos # no 200 = 58 %. LL = 30 % dan PI = 10 %.
Klasifikasikan tanah tersebut dengan AASHTO.
Jawab.
Tanah lolos # no 200 = 58 % > 35 %, tanah berbutir Halus,(lanau-lempung = A-4, A-5, A-6,
atau A-7),
LL = 30 % < 40 %dan PI = 10 % (maks 10 %).
Jadi klasifikasi tanah tersebut adalah A-4.
GI=(58-35)[0,2+0,005(30-40)] + (0,01)(58-15)(10-10)
GI= 3,45 = 3. maka tanah tesebut A-4 (3).
100
90
.0
1 .0
y2
ity
i vit
ti v
80
Ac
Act
70
VERY HIGH
Plasticity Index
60
50
40 0 .5
vity
Acti
30 HIGH
20
MEDIUM
10
LOW
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Definisi – Definisi
Kadar air ( moisture content = w )
Adalah rasio antara berat air dengan berat tanah kering
Ww
w = ------ x 100 %
Ws
Porositas ( Porosity = n )
Merupakan ratio antara volume rongga dengan volume total.
Vv
n = ------ x 100%
Vt
Hubungan e dan n dapat dituliskam sebagai berikut :
e =Vv/Vs = Vv/ (VT – Vv) : VT/VT = (Vv/VT) : (VT/VT – Vv/VT)
e = n/(1 - n)
Dan n = Vv/VT = Vv/(Vv + Vs) : Vs/Vs = Vv/Vs : (Vv/Vs + Vs/Vs)
n = e/(e+1)
Vw = w . Gs ∂w = Ww / Vw Vw = Ww / ∂w
Ww = w . Gs . ∂w - Vw = (w . Gs . ∂w ) / ∂w = w . Gs.
∂m = WT / VT = (Ws + Ww) / VT = (Gs . ∂w + w . Gs . ∂w ) / (1 + e )
∂m = [Gs . ∂w ( 1 + w )] / (1 + e)
∂d = Ws / VT = (Gs . ∂w) / (1 + e)
Sr = Vw / Vv = w . Gs / e - Sr . e = w . Gs
Dalam kondisi jenuh Sr = 1 - e = w . Gs.
Sedangkan ∂sat = (Gs . ∂w + w . Gs . ∂w ) / (1 + e) = (Gs . ∂w + e . ∂w ) / (1 + e)
∂sat = [(Gs + e) . ∂w ] / (1 + e)
Hubungan Antara ∂ (berat volume), n (porositas), dan w (kadar air)
Untuk dapat membuat hubungan antara ∂ , n dan w , kita buat anggapan bahwa VT (volume
total) = 1.
n = V v / VT, kalau VT = 1
maka V v = n, Vs = 1-n.
Ws dan Ww dapat dinyatakan sbb:
Ws = Gs . ∂w (1 – n)
Ww = w . Ws = w.Gs. ∂w (1 – n)
Mk. ∂d = Ws / VT
∂d = [Gs. ∂w (1 – n)] / 1
= Gs. ∂w (1 – n)
Kerapatan Relatif, yaitu untuk menunjukkan tingkat kerapatan tanah berbutir kasar di
lapangan.
Dr = (e maks – e) / (e maks – e min)
Dimana : Dr = kerapatan relatif, biasanya dinyatakan dalam persen.
e = angka pori tanah,
maks = keadaan paling longgar ,
min = keadaan paling padat
Harga kerapatan relatif (Dr) bervariasi dari harga terendah 0, untuk tanah yang sangat
longgar, sampai harga tertinggi = 1, untuk tanah yang sangat padat.Kerapatan Relatif juga
dapat dirumuskan dengan berat volume kering (∂d ).
Dr = {(1 / ∂d) – (1 / ∂d min )} / { (1 / ∂d min) – (1 / ∂d maks )}
Dr = { (∂d - ∂d min) / (∂d maks - ∂d min)} {∂d maks / ∂d}
Dimana : ∂d min = berat volume kering dalam keadaan paling longgar
( pada angka pori e maks)
∂d = berat volume tanah asli di lapangan ( pada angka pori e )
∂d maks = berat volume kering dalam keadaan yang paling padat ( pada angka
pori minimum, e min).
CONTOH :
Dalam keadaan asli suatu tanah basah mempunyai volume = 0,33 ft3 dan berat
= 39,93 lb. Setelah dikeringkan dalam oven, berat tanah kering adalah 34,54 lb.
Apabila Gs = 2,71.
Hitung : kadar air (w); berat volume tanah basah (∂t), berat
volume tanah kering (∂d) ; angka pori ( e ), porositas ( n ) ; dan derajat
kejenuhan (Sr).
1. Kadar air (w) =
Ww / Ws
w =(WT – Ws) / Ws
w = {(39,93 – 34,54)
/ 34,54}.100 %
w = 15,6 %