Anda di halaman 1dari 29

Mekanika tanah adalah ilmu yang mempelajari gaya-gaya yang timbul di dalam tanah dan

akibat-akibatnya serta sifat-sifat tanah.


Tanah adalah semua bahan di atas muka bumi yang bersifat lepas dapat dihancurkan tanpa
bantuan air atau kekuatan.
Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri
dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat
tersebut.

Beberapa masalah khas pada tanah


1. Dalam progam eksplorasi tanah untuk memeriksa kondisi-kondisi lapangan
berapa titik bor ? Berapa jumlah contoh tanah yang diperlukan ? Percobaan apa
saja yang diperlukan ?
2. Berapa tegangan tanah untuk kedalaman tertentu akibat adanya superstruktur
atau pembebanan tanah timbunan ? Dapatkah tanah menahan tegangan ini
tanpa terjadi suatu keruntuhan geser ?
3. Berapa besar penurunan yang diharapkan terjadi pada sebuah struktur sebagai
sebuah akibat dari pertambahan tegangan tanah. Berapa lama penurunan akan
terjadi ?
4. Apakah tanah ini sesuai untuk timbunan jalan raya atau jalan kereta api ? Untuk
dipergunakan sebagai bendungan yang akan menampung air, untuk bendung
timbunan yang akan menampung limbah-limbah industri tanpa membocorkan
polutan-polutan lingkungan ?

5. Dapatkah tanah ini langsung dipergunakan sebagai timbunan atau apakah


memerlukan campuran untuk merubah beberapa sifat indeks yang tidak
diinginkan sebelum dipakai ?
Dapatkah kita mempergunakan pencampur-pencampur (additives)
6. Apakah yang terjadi pada struktur tanah apabila muka air tanah berfluktuasi ?
Apakah perlu memompa untuk meniadakan air pada suatu galian akan
menimbulkan masalah lingkungan.

MIT = Massachusetts Institute of Technology


USDA = United State Departement of Agriculture
AASHTO = American Association of State Highway and Tranportation Officials
USCS = United Soil Classification System
ASTM = American Society of Testing and Matrials

UKURAN PARTIKEL TANAH


Ukuran partikel tanah adalah sangat beragam dengan variasi yang cukup besar
Tanah umumnya dapat disebut sebagai :
- Kerikil ( gravel ) dengan simbol G
- Pasir ( Sand ) dengan simbol S
- Lanau ( Silt ) dengan simbol M
- Lempung ( Clay ) dengan simbol C

Batasan-batasan ukuran masing-masing jenis tanah ( Soil-Separate-Size Limits ) sesuai organisasi


yang kompeten adalah sebagai berikut :

Nama Kerikil Pasir


Lanau (mm) Lempung
golongan (mm) (mm)

MIT >2 2 - 0,06 0,06 – 0,002 < 0,002

USDA >2 2 - 0,05 0,05 – 0,002 < 0,002

AASHTO 76,2 - 2 2 - 0,075 0,075 – 0,002 < 0,002

USCS 76,2 - 4,75 4,75 – Halus (lanau dan < 0,002


0,075 lempung)<0,075

Kerikil dan pasir disebut sebagai tanah berbutir kasar. Sedangkan lanau dan lempung disebut
sebagai tanah berbutir halus dan kohesive

Kerikil dan Pasir


Butir-butir kerikil biasanya terdiri dari pecahan-pecahan, tetapi kadang-kadang terdiri dari satu
macam zat mineral tertentu, misalnya kwartz atau flint.
Butir-butir pasir hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama kwartz. Butir-butir
kerikil maupun pasir yang mempunyai ukuran sama disebut sebagai ‘Bergradasi Seragam dan
Loes. Sedangkan butir-butir kerikil maupun pasir yang mempunyai ukuran butiran merata (dari
kecil sampai besar ) disebut sebagai “ Bergradasi baik”.

Lanau
Adalah bahan yang merupakan peralihan antara Lempung dan pasir halus, kurang plastis dan
lebih mudah ditembus air daripada lempung, dan memperlihatkan sifat dilantasi yang tidak
terdapat pada lempung.

Dilantasi adalah: Menunjukkan gajala perubahan isi apabila lanau itu dirubah bentuknya. Juga
lanau menunjukkan gajala untuk menjadi ‘quick’ ( hidup ) apabila diguncang atau digetarkan.

Lempung
Lempung adalah tanah berbutir halus dengan ukuaran butir ( ASTM/USCS) 0,002 mm sampai ke
yang lebih halus. Lempung menunjkkan sifat Plastisitas dan kohesi.

Kohesi : Sifat daya lekat antara butiran tanah.

Plastisitas : Sifat yang meninjukkan bahan berubah bentuk tanpa perubahan volume, dan tanpa
kembali ke bentuk aslinya dengan tidak retak.

Klasifikasi tanah dapat dilakukan secara visual dan manual maupun cara sistimatik di
laboratorium.

KLASIFIKASI TANAH

Secara Visual dan Manual


Untuk di lapangan
1. Butiran Kasar ( kerikil dan pasir ) secara visual
- Distribusi butiran

2. Butiran Halus ( Lanau dan Lempung )


- Test Goyangan
- Test Remasan
- Test Pencucian Tangan
- Test Kekuatan Kering
- Test Cutting ( pemotongan )
- Test Sedimen ( dengan gelas ukur )

Tes Goyangan
Ambil sedikit tanah letakkan pada telapak tangan, campur tanah tersebut dengan air
hingga rata, pencampuran cukup dengan tangan. Lalu letakkan di atas tangan dan ratakan,
kemudian goyang-goyang tanah tersebut dan jumlah goyangan harus dihitung. Apabila 5-10 kali
goyangan air sudah keluar ke permukaan tanah, maka tanah termasuk jenis lanau. Apabila
goyangan lebih dari 25 kali air baru keluar kepermukaan, maka tanah termasuk jenis lempung.
Dan apabila jumlah goyangan antara 11-17 kali, termasuk jenis tanah campuran lanau
kelempungan. Jumlah goyangan 18-24 kali, termasuk jenis tanah campuran lempung kelanauan.

Tes Remasan
dari tanah yang digoyang tadi lanjutkan dengan meremas-remas hingga keluar kesela-sela
jari tangan, apabila terasa kasar maka jenis tanah lanau kelempungan, apabila terasa kasar maka
termasuk jenis tanah lanau, apabila kasar kehalusan, maka termasuk jenis tanah lanau
kelempungan, apabila halus kekasaran maka termasuk jenis tanah lempung kelanauan, dan
apabila terasa halus maka termasuk jenis tanah lempung.

Tes Pencucian Tangan


Dari tes remasan dimana tangan masih mengandung tanah, maka dapat dilanjutkan
dengan mencuci tangan, apabila tanah ditangan mudah dicuci maka tanah termasuk lanau,
apabila tanah yang ada di tangan lengket sulit dicuci maka tanah termasuk jenis lempung, dan
apabila sebagian mudah dicuci, sebagian sulit dicuci tanah campuran lanau dan lempung.

Tes Kekuatan Kering


Ambil tanah lalu campur dengan air, kemudian bentuk tanah menjadi kota dengan ukuran
1x1x1 cm, lalu keringkan. Setelah kering hancurkan tanah dengan kekuatan tangan, apabila
dengan kekuatan ringan tanah sudah hancur maka tanah campuran lanau dan lempung. Bila
menghancurkan tanah harus menekan dengan kuat maka tanah termasuk jenis tanah lempung.

Tes Cutting
Ambil contoh tanah secukupnya lalu campur dengan air; bentuk tanah sampai kondisinya
plastis. Gulung dengan diameter lebih kurang 1-2cm, kemudian iris gulungan tanah basah
dengan pisau yang tajam. Apabila rasa irisan kasar dan permukaan potongan tanah juga buram
dan kasar; tanah termasuk lanau, apabila rasa irisan kasar kehalusan, tanah campuran lanau dan
lempung, dan apabila rasa irisan halus dan pemukaan potongan tanah mengkilat, tanah
termasuk lempung.

Tes Sedimen
siapkan gelas ukur yang volumenya antara 500-1000cc, masukkan contoh tanah
secukupnya pada gelas ukur; lalu tambah air hingga volume totalnya sama dengan volume gelas
ukur yang dipakai, goyang-goyang hingga butiran tanah dan air benar-benar tercampur, tidak
ada lagi pada gelas ukur tersebut hingga airnya kelihatan jernih, semua butiran tanah sudah
mengendap. Batas antara satu jenis tanah akan sangat jelas, kemudian ukur tinggi tiap-tiap
bagian tanah.

Bagian paling bawah adalah tanah pasir misalnya h1, bagian tengan adalah jenis tanah lanau
misalnya h2 dan bagian paling atas adalah jenis tanah lempung misalnya h3, bila tinggi total
tanah adalah H, maka prosentase masing-masing bagian tanah dapat dihitung.
Pasir = (h1/ H)x100%
lanau = (h2/ H)x100%
lempung = (h3/ H)x100%

KLASIFIKASI TANAH BERDASARKAN TEKSTUR


Tekstur tanah adalah keadaan permukaan tanah yang bersangkutan. Tektur tanah
dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada di dalam tanah. Pada umumnya tanah asli
merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Dalam
sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas dasar dasar komponen
utama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir (sandy clay); lempung berlanau (silty
clay); dan seterusnya.
Klasifikasi tanah berdasarkan tekstur kita menggunakan USDA, batasan ukuran butir dengan
sitem ini adalah :
pasir : 2,00 - 0,05 mm
lanau : 0,05 - 0,002 mm
lempung : < 0,002 mm

STRUKTUR TANAH
1. STRUKTUR TANAH
Struktur tanah biasa didefinisikan sebagai susunan dan bentuk butiran partikel tanah dalam
suatu masa tanah. Struktur tanah adalah suatu faktor yang penting dimana banyak dipengaruhi
sifat-sifat tanah, seperti permeabilitas compresibilitas dan kekuatan geser.

Macam-macam strukutr tanah :


1. Single grained
2. Honey comb
3. Flocculent
4. Dispersed
5. Coarse grained skeleton
6. Cohesive matrix
Analisis Butiran Tanah

Analisis butiran tanah adalah penentuan variasi ukuran partikel-partikel yang ada pada tanah.
Variasi tersebut dinyatakan dalam presentase dari berat kering total ada dua cara yang umum
digunakan untuk mendapatkan distribusi ukuran –ukuran tanah yaitu:

1. Analisis ayakan, untuk tanah berbutir kasar (>0,075mm)

2. Analisis hidrometer, untuk tanah berbutir halus (<0,075mm)

Analisis Ayakan

Analisis ayakan adalah mengayak menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan yang kita
pilih, dimana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Untuk standar
ayakan di Amerika serikat, nomor ayakan dan ukuran lubang seperti tabel berikut ini:

Ayakan Nomor (#No) Lubang (mm)

4 4,750 (batas G &S) USCS

6 3,350

8 2,360

10 2,000 (batas G & S) AASHTO

16 1,180

20 0,850

30 0,600

40 0,425

50 0,300

60 0,250
80 0,180

100 0,150

140 0,106

170 0,088

200 0,075 (batas halus & kasar)

Mula–mula contoh tanah dikeringkan dengan oven, pada temperatur 105-110ºC, semua
gumpalan-gumpalan harus benar-benar dipisah menjadi butir-butir yang berdiri sendiri,
kemudian baru diayak pada seperangkat ayakan. Pengayakan dengan getaran (shieve shaker)
lebih kurang 10 menit, didiamkan sebentar baru ditimbang masing-masing ayakan dan contoh
tanah. Dihitung presentase masing-masing tanah pada setiap ayakan dan presentase kumulatif
yang lolos pada tiap ayakan, kemudian digambar pada kertas semi log.

Ukuran Efektif, Koefisien Keseragaman, dan Koefisien Kelengkungan

Ukuran Efektif adalah, diameter dalam kurva gradasi yang bersesuian persen lolos 10%, atau
disebut D10.

Koefisien keseragaman (Uniformity Coefficient=Cu) adalah perbandingan diameter yang


bersesuaian dengan 60% lolos dengan diameter efektif (10 %).
Cu=(D60/D10)

Koefisien kelengkungan (Concavity Coeffisient=Cc) adalah perbandingan diameter yang


bersesuaian dengan 30% lolos kuadrat dengan perkalian D60 x D10

Cc=D30²/ (D60 x D10)

Tabel perhitungan analisa ayakan (contoh tanah 500 gr)

#No Diameter Berat Berat Berat % Tanah % Tanah


(mm) Ayak ayak+ tanah Tertahan lolos
(gr) tanah tertahan (gr) kumulatif
(gr) (gr)

1 2 3 4 5 6 7

(4-3) (5/total (100%-%


tn) Tertahan
pada
x 100%
ayakan
ybs)

4 4,75 220 300 80 16 84

30 0,600 235 310 75 15 69

60 0,250 215 300 85 17 52

80 0,180 240 310 70 14 38

100 0,150 230 290 60 12 26

140 0,106 220 285 65 13 13

200 0,075 225 270 45 9 4


pan - 280 300 20 4 0

Analisis Hidrometer

Analisis hidrometer didasarkan pada prinsip pengendapan (sedimentasi) butir-butir tanah


dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan mengendap
dengan kecepatan yang berbeda-beda, tergantung pada bentuk, ukuran, dan beratnya. Untuk
mudahnya dapat dianggap bahwa semua partikel tanah itu berbentuk bola (bulat) dan
kecepatan mengendap dari partikel-partikel tersebut dapat dinyatakan dalam Hukum Stokes:

v =(js-jw) x D²/18ŋ

Dimana : v = kecepatan mengendap

js = berat volume partikel tanah

jw = berat volume air = 1gr/cm³

D = diameter partikel tanah

ŋ = kekentalan suspensi

Jadi persamaan tersebut dapat diubah menjadi sebagai berikut:

D= √18 ŋv = √ 18 ŋ x √ L

js-jw js –jw t

Dimana: v = jarak/waktu = L/t

Perhatikan bahwa js=Gsxjw

Dengan mengkombinasikan persamaan diatas maka:

D=√ 18ŋ x√L

(Gs-1) jw t

Bila satuan ŋ adalah gr dt/cm², jw dalam gr/cm³, L dalam cm. t dalam menit dan D dalam mm,
maka:
D(mm) = √ 18 ŋ [(gr.dt)]/cm²] √ L(cm) . Jw=1gr/cm³

10 (Gs-1) jw (gr/cm³) t(men)x60

D=√ 30 ŋ √L

(Gs-1) jw t

D(mm) = K. √ L (cm) dimana -> K= √ 30ŋ

t (men) (Gs-1) jw

Harga K merupakan fungsi dari Gs dan ŋ, yang tergantung pada tempat uji. Pada tabel dibawah
diberikan variasi harga K yang tergantung tempeatur harga Gs.

Tabel harga K tergantung nilai T dan Gs.

Percobaan hidrometer dilakukan dalam gelas ukur yang mempunyai volume 1000 ml, tinggi
457,2 mm (18 inci), diameter 63,5 mm (2,5 inci). Contoh tanah seberat 50 gram kering oven
dicampur dengan Calgon (Natrium Hexametaphosphate) konsentrasi 2,5 %, dicampur dengan
air hingga volume totalnya 1000ml. (Tanah+Calgon+Air= 1000ml). Fungsi calgon untuk
memisahkan buturan tanah yang menggumpal (pendispersi). Alat hidrometer dimasukan pada
larutan dan dicatat waktu (t), serta tinggi (L). Pencatatan dilakukan pada 0,5; 1; 2; 4; 8; 16; 32;
64;…… dst menit, hingga seluruh butiran mengendap dan airnya tampak sudah jernih.

Dengan mengetahui jumlah tanah didalam larutan, L dan t, kita dapatmenghitung


persentase berat dari tanah yang lebih halus dari diameter yang ditentukan.

Perhatikan bahwa L adalah kedalaman yang diukur dari permukaan air terhadap pusat berat
bola kaca dari alat hidrometer dimana kekentalan larutan diukur.
Atterberg Limits (Batas-batas Atterberg)

Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat
diremas-remas tanpaa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena adanya air
yang terserap di sekeliling permukaan dan partikel lempung Atterberg mengembangkan suatu
metode untuk menjelaskan sifat Konsistensi Tanah berbutir halus pada kadar air yang
bervariasi. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat
lembek seperti cairan. Oleh karena itu atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat
dipisahkan ke dalam empat keadaan, yaitu: padat, semi padat, plastis dan cair, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar berikut:

Air bertambah

Padat (solid) Semi padat Plastis Cair

Shrinkage limit Plastis limit Liquid limit


(Batas Susut) = SL/WS (Batas Plastis) (Batas Cair) = LL/WL
= PL/WP

Batas Cair (Liquid Limit) = LL/WL

Batas cair adalah, kadar air tanah yang dinyatakan dalam persen dan tanah yang dibutuhkan
untuk menutup goresan yang berjarak 0,5 inci (1,27 cm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam
mangkok pada 25 pukulan (N blows), yang dilakukan dengan alat casagranda. (lihat gambar).

Karena sulitnya untuk menepatkan 25 pukulan tepat tanah berimpit sepanjang 0,5 inci, maka
perlu dilakukan paling tidak 4 percobaan dengan kadar air yang berbeda-beda, sehingga
didapatkan 4 jumlah pukulan yang berbeda pula. Dari empat peercobaan tersebut diharapkan
di bawah 25 pukulan 2 contoh dan di atas 25 pukulan 2 contoh. Selanjutnya dari 4 percobaan
tersebut digambar hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan (N blows) pada kertas semi
log, hubungan antara kadar air dan log N dapat dianggap sebagai suatu garis lurus, garis lurus
tersebut dinamakan sebagai kurva aliran (flow curve). Kadar air yang bersesuaian dengan N =
25, yang ditentukan dari kurva aliran adalah kadar air dari tanah yang bersangkutan. Kemiringan
dari garis aliran (flow line) didefinisikan sebagai indeks aliran (flow index) dan dapat ditulis
sebagai berikut:

If = (wl –w2) / log (N2/N1)

Di mana:
If: Indeks aliran
w1 : Kadar air, dalam persen dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukulan N1
w2 : Kadar air, dalam persen dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukulan N2.

Metode Satu Titik (one Point Methode)


Hasil analisis dari beberapa uji batas cair US Waterways Experiment Station, Vicksburg,
Mississippi 1949. Diajukan rumus empiris untuk menentukan batas cair, yaitu :
LL = WN(N/25) tg β
N = Jumlah ketukan (diharuskan antara 20-30 pukulan)
WN = Kadar air, pada jumlah pukulan N.
tgβ = 0,121, harga tersebut merupakan hasil penelitian pada kebanyakan tanah. (tidak sumua
tanah mempunyai harga tgβ = 0,121)

Tabel Harga-harga (N/25)0,121

N (N/25)0,121

20 0,973

21 0979

22 0,985

23 0,990

24 0,995

25 1,000

26 1,005

27 1,009

28 1,014

29 1,018

30 1,022

Plastic Limit (Batas Plastis), PL


Batas Plastis adalahkadar air tanah, yang dinyatakan dalam persen, yaitu kondisi tanah
apabila digulung sampai diameter 1/8 inchi (3.2 mm) tanah menjadi retak-retak. Apabila
gulungan lebih besar 3.2 mm sudah retak-retak, tanah terlalu kering dan sebaliknya apabila
lebih kecil 3,2 mm baru retak tanah terlalu basah. Batas plastis merupakan batas terendah dari
tingkat keplastisan suatu tanah.
Cara pengujian batas plastis sangat sederhana, yaitu dengan menggulung coontoh tanah
basah diatas kaca, hingga tepat 3,2 mm tanah menjadi retak-retak.
Indeks Plastisitas
Indeks Plastisitas (plasticity Index), disingkat PI yaitu selisih batas Cair (LL) dengan Batas Plastis
(PL)
PI=LL-PL

Batas Susut (Shrinkage Limit), SL


Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara perlahan-lahan hilang
dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus-menerus, tanah akan mencapai suatu tingkat
kesetimbangan dimana pengurangan air tidak menyebabkan perubahan volume.
Cara pengujian batas susut (ASTM D-427).
Tanah basah dimasukkan dalam mangkuk porselin sampai penuh kemudian diratakan,
sebelumnya mangkok diberi vaselin (petrolium jelly). Berat tanah basah dalam mangkok
ditentukan misal m1, kemudian dioven pata T 105oC selama 24 jam, berat tanah kering setelah
di oven ditentukan misal m2. volume porselin sebagai volume tanah basah yaitu Vi, dan volume
tanah kering yaitu Vf, juga ditentukan, cara menentukan volume tanah kering dengan air raksa.
SL= wi(%)-Δw(%)

wi = Kadar tanah mula-mula sebelum dikeringkan.

Δw = Perubahan kadar air (yaitu antara kadar air mula-mula dan kadar air
pada batas susut)

wi(%) = ((m1-m2)/m2) x 100%.

m1 = massa tanah basah, sebelum dikeringkan

m2 = massa tanah kering setelah dioven

Δw (%) = (((vi-vf)ρw)/m2) x 100%

Vi = Volume contoh tanah basah sebelum dioven (sama dengan


volume mangkok)

Vf = Volume tanah kering setelah dioven


ρw = massa jenis air = 1 gr/cm^3
SL=(((m1-m2)/m2)x100%)-(((vi-vf) ρw)/m2)x100%)

Batas susut tanah dapat ditentukan dengan menggunakan Bagan plastisitas (Plasticity
Chart), seperti yang disarankan oleh Casagrande, yaitu apabila batas cair dan indeks plastisitas
tanah diketahui.
Dari hubungan PI (Indeks Plastisitas) dan LL (Batas cair), pada bagan Plastisitas tentukan
titik R, perpanjangg garis U (U line) dan garis A (A line) hingga berpotongan di titik B,
hubungkan titik R dan B menjadi garis RB, Garis tersebut akan memotong sumbu batas cair di
C. Absis dari titk C adalah perkiraan harga batas susut dari tanah bersangkutan. (lihat gambar).

Soal 1
Diketahui data hasil pengujian Batas Plastis da Batas Cair sebagai berikut :

Nblows w(%) Batas Plastis (PL)=18,7 %


Tentukan, Batas Cair (LL) dan Indeks
15 42,0 Plastisitas Tanah (PI)
20 40,8
28 39,1

PLASTICITY CHART
100

90
A - Line
80

70
Index Plastisitas ( PI ), %

60
CH
50

40

30
CL
20
MH & OH
10
CL - M L ML&OL
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150
Batas Cair (LL ), %
KLASIFIKASI TANAH (SISTIMATIS DI LABORATORIUM)

Ada 2 sistem klasifikasi tanah yang banyak dipakai yaitu :

1. Sistem USCS

2. Sistem AASHTO

Sistem USCS :

Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok besar yaitu :

a. Tanah Berbutir Kasar, yaitu tanah kerikil (Gravel = G) dan pasir (Sand = S) dimana kurang
dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan no. 200 atau ukuran butiran 0,075 mm.
b. Tanah berbutir halus, yaitu tanah lanau (Silt = M) dan lempung (Clay = C), dimana lebih
dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan no 200 atau diameter 0,075. Tanah butir
halus ini juga ada yang mengandung organik (O). Sedangkan tanah-tanah yang
mengandung banyak gambut sering disebut tanah peat dengan simbol Pt.
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS adalah :
W = Well graded. P = Poorly graded
L = Low plasticity H = High plasticity

Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP, GM, GC, SW, SP,
SM, SC.
GW -- Cu>4 & Cc = 1 – 3. kalau tidak dipenuhi  GP
SW-- Cu > 6 & Cc = 1 – 3. kalau tidak dipenuhi SP.
Untuk klasifikasi yang benar harus memperhatikan hal-hal
berikut :
a. % lolos # no 200 (batas butir halus dan kasar).
b. % lolos # no 4 (batas kerikil dan pasir)
c. Cu dan Cc, untuk tanah yg lolos # no 200, 0 – 12 %.
d. LL dan PI, dimana tanah yang lolos # no 200 > 5 %.
e. Untuk tanah yang lolos # no 200 < 5 %, hanya Cu & Cc.
f. Untuk tanah yang lolos # no 200 > 12 % hanya LL & PI.

Apabila persentase yg lolos # no 200 antara 5 – 12 %, menggunakan simbol ganda,


seperti GW-GM; GW-GC; GP-GM; GP-GC dan SW-SM; SW-SC; SP-SM; SP-SC.
Untuk klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol, ML; CL; OL; MH; dan OH
didapat dengan cara menggambar LL dan PI tanah yg bersangkutan pada bagan plastisitas
(plasticity chart). Garis diagonal pada bagan plastisitas tersebut dinamakangaris A, dimana
persamaan garis A adalah : PI = 0,73 (LL – 20).
Contoh 1:
Diket : hasil uji analisis butir tanah sbb :
% lolos # no.10 = 100 % ;
% lolos # no. 40 = 58 %;
% lolos # no. 200 = 58 %;
LL = 30 dan PI = 10.
Klasifikasikan contoh tanah tersebut.
Penyelesaian :
lolos # no 200 = 58 % > 50 % ( tanah butir halus).
Data cukup LL dan PI.
LL = 30 % dan PI = 10 %, dalam bagan plastisitas di atas
garis A dan LL < 50 %; maka termasuk jenis tanah CL.

SISTEM KLASIFIKASI AASHTO


Dalam sistem AASHTO ini tanah diklasifikasikan ke dalam kelompok A-1; A-2 dan A-3 untuk
tanah berbutir kasar dan A-4; A5; A-6 dan A-7, untuk tanah berbutir halus.
Tanah berbutir kasar apabila lolos # no 200 ≤ 35 %
Tanah berbutir halus apabila lolos # no 200 > 35 %
Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria di bawah ini :
a. Ukuran Butir :
Kerikil, berdiameter 2mm (# no 10) s/d 75 mm
Pasir, berdiameter 0,075 mm (# no 200) s/d 2 mm (# n0 10)
b. Plastisitas :
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai PI ≤ 10.
nama berlempung dipakai untuk tanah yg mempunyai PI ≥ 11.
c. Apabila batuan (>75 mm) ditemukan dlm contoh tanah, maka batuan tsb harus dikeluarkan
terlebih dahulu. Prosentase batuan harus dicatat.
Untuk mengevaluasi mutu tanah sebagai bahan lapisan tanah dasar (subgrade),
diperlukan grup Indeks, GI, harga GI ini dituliskan dalam kurung setelah nama kelompok
dan subkelompok dari tanah yang telah diklasifikasi.
GI = (F-35)[0,2+0,005(LL-40)] + 0,01(F-15)(PI-10)
F = % butir halus; LL = batas cair ; PI = plastisitas indeks

Suku pertama persamaan GI, ditentukan oleh batas cair (LL), sedangkan suku kedua
GI ditentukan oleh plastisatas indeks (PI).
Aturan dalam menentukan harga GI
a. Apabila GI negatif, harga GI dianggap nol
b. Harga GI harus dibulatkan, misal GI = 3,4 menjadi GI = 3,0
c. Tidak ada batas GI
d. GI untuk tanah A-1a, A-1b, A-2-4, A-2-5, dan A-3 selalu nol.
e. Tanah yg masuk kelompok A-2-6 dan A-2-7, hanya bagian dari GI yang ditentukan PI saja.

Kelas Nilai Indeks Group (GI)


Subgrade

Sangat baik 0

Baik 0–1

Sedang 2–4

Buruk 5–9

Sangat buruk 10 - 20

Contoh :
Diket hasil uji analisa butir tanah sbb:
% lolos # no 10 =100%, % lolos # no 40 = 58 %
% lolos # no 200 = 58 %. LL = 30 % dan PI = 10 %.
Klasifikasikan tanah tersebut dengan AASHTO.
Jawab.
Tanah lolos # no 200 = 58 % > 35 %, tanah berbutir Halus,(lanau-lempung = A-4, A-5, A-6,
atau A-7),
LL = 30 % < 40 %dan PI = 10 % (maks 10 %).
Jadi klasifikasi tanah tersebut adalah A-4.
GI=(58-35)[0,2+0,005(30-40)] + (0,01)(58-15)(10-10)
GI= 3,45 = 3. maka tanah tesebut A-4 (3).
100

90
.0

1 .0
y2

ity
i vit

ti v
80
Ac
Act

70
VERY HIGH
Plasticity Index

60

50

40 0 .5
vity
Acti
30 HIGH
20
MEDIUM
10
LOW
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Percent of clay (< 0.002mm)

BM-1 BM-2 BM-3 BM-4 BM-5 BM-6


HUBUNGAN BERAT VOLUME TANAH (VOLUMETRIC GRAVIMETRIC)
Tanah terdiri atas 3 bagian, yaitu : a). Butir padat tanah; b). Air; dan c). Udara.
Masing-masing bagian bergantung pada kondisinya, (basah/lembab, kering dan jenuh),
yang akan mempengaruhi berat dan volumenya.

• Wa = Weight of air = berat udara = 0


• Ww = Weight of water = berat air
• WT = Total weight = berat total
• Ws = Weight of solid = berat butir padat tanah
• Va = Volume of air = berat udara
• Vw = Volume of water = volume air
• Vs = Volume of solid = volume butir padat tanah
• Vv = Volume of void = volume rongga pori
• VT = Total volume = volume total
Dalam kondisi basah (lembab/moisture), tanah terdiri 3 bagian: butir padat (S); air (W);
udara (a)
Dalam kondisi kering (dry), tanah hanya terdiri 2 bagian: butir padat (S) dan udara (a)
Dalam kondisi jenuh (saturated), tanah juga terdiri 2 bagian: butir padat (S) Dan air (W)

Definisi – Definisi
Kadar air ( moisture content = w )
Adalah rasio antara berat air dengan berat tanah kering
Ww
w = ------ x 100 %
Ws

Angka pori ( void ratio =e )


Adalah rasio antara volume rongga dengan volume tanah padat
Vv
e = ----- x 100%
Vs

Porositas ( Porosity = n )
Merupakan ratio antara volume rongga dengan volume total.
Vv
n = ------ x 100%
Vt
Hubungan e dan n dapat dituliskam sebagai berikut :
e =Vv/Vs = Vv/ (VT – Vv) : VT/VT = (Vv/VT) : (VT/VT – Vv/VT)
e = n/(1 - n)
Dan n = Vv/VT = Vv/(Vv + Vs) : Vs/Vs = Vv/Vs : (Vv/Vs + Vs/Vs)
n = e/(e+1)

Derajad kejenuhan ( Degree of saturation = Sr)


Merupakan ratio antara volume air dengan volume rongga. Dalam keadaan jenuh tanah
mempunyai Sr=1
Vw
Sr = ----- x 100%
Vv
Berat jenis ( Specific Gravity = Gs )
Ratio antara berat isi butir padat tanah terhadap berat isi air.
s Ws
Gs = ---------- = ----------
w Vs. w

Berat isi tanah ( bulk density = t , m, )


Merupakan rasio antara berat total tanah dengan volume total tanah.

m = WT/VT ; ( t/m3 ; KN/m3 ; gr/cm3) ; lb/ft3)


Berat Isi Kering (dry density): d = Ws /VT  Vv diisi udara semua
Dapat dinyatakan sbb: d = m/(1 + w)

Berat isi jenuh ( saturated) = sat = WT/VT  Vv diisi air semua


sat > m > d

Berat isi butir padat tanah : s = Ws/Vs

Berat volme air : w = Ww/Vw. (1 ton/m3; 1gr/cm3; 10 KN/m3; 62,4 lb/ft3).

Hubungan ∂ ; e ; w ; dan Gs.


Untuk mendapatkan hubungan tersebut, perhatikan blok tanah dimana Vs dianggap 1.
Ws = Gs . ∂w - ∂s = Ws/Vs
Ws = ∂s . Vs - Gs = ∂s/ ∂w
∂s = Gs . ∂w
jadi . Ws = Gs . ∂w . Vs
Vs = 1, Ws = Gs . ∂w
Ww = w . Gs . ∂w
w = Ww/Ws
Ww = w . Ws
Jadi. Ww = w . Gs . ∂w

Vw = w . Gs  ∂w = Ww / Vw  Vw = Ww / ∂w
Ww = w . Gs . ∂w - Vw = (w . Gs . ∂w ) / ∂w = w . Gs.
∂m = WT / VT = (Ws + Ww) / VT = (Gs . ∂w + w . Gs . ∂w ) / (1 + e )
∂m = [Gs . ∂w ( 1 + w )] / (1 + e)
∂d = Ws / VT = (Gs . ∂w) / (1 + e)
Sr = Vw / Vv = w . Gs / e - Sr . e = w . Gs
Dalam kondisi jenuh Sr = 1 - e = w . Gs.
Sedangkan ∂sat = (Gs . ∂w + w . Gs . ∂w ) / (1 + e) = (Gs . ∂w + e . ∂w ) / (1 + e)
∂sat = [(Gs + e) . ∂w ] / (1 + e)
Hubungan Antara ∂ (berat volume), n (porositas), dan w (kadar air)
Untuk dapat membuat hubungan antara ∂ , n dan w , kita buat anggapan bahwa VT (volume
total) = 1.
n = V v / VT, kalau VT = 1
maka V v = n, Vs = 1-n.
Ws dan Ww dapat dinyatakan sbb:
Ws = Gs . ∂w (1 – n)
Ww = w . Ws = w.Gs. ∂w (1 – n)
Mk. ∂d = Ws / VT
∂d = [Gs. ∂w (1 – n)] / 1
= Gs. ∂w (1 – n)

∂t = (Ws + Ww) / VT = Gs . ∂w.(1 – n) (1 + w)


Dalam kondisi jenuh (seluruh ruang pori diisi air) maka :
∂sat = (Ws + Ww) / VT = [(1 – n).Gs. ∂w + n . ∂w] / 1 = [(1 – n).Gs. + n ] ∂w
Kadar air tanah yang jenuh air dapat dinyatakan sbb:
W = Ww / Ws = (n . ∂w) / [(1 – n). ∂w.Gs]

Kerapatan Relatif, yaitu untuk menunjukkan tingkat kerapatan tanah berbutir kasar di
lapangan.
Dr = (e maks – e) / (e maks – e min)
Dimana : Dr = kerapatan relatif, biasanya dinyatakan dalam persen.
e = angka pori tanah,
maks = keadaan paling longgar ,
min = keadaan paling padat
Harga kerapatan relatif (Dr) bervariasi dari harga terendah 0, untuk tanah yang sangat
longgar, sampai harga tertinggi = 1, untuk tanah yang sangat padat.Kerapatan Relatif juga
dapat dirumuskan dengan berat volume kering (∂d ).
Dr = {(1 / ∂d) – (1 / ∂d min )} / { (1 / ∂d min) – (1 / ∂d maks )}
Dr = { (∂d - ∂d min) / (∂d maks - ∂d min)} {∂d maks / ∂d}
Dimana : ∂d min = berat volume kering dalam keadaan paling longgar
( pada angka pori e maks)
∂d = berat volume tanah asli di lapangan ( pada angka pori e )
∂d maks = berat volume kering dalam keadaan yang paling padat ( pada angka
pori minimum, e min).

CONTOH :
Dalam keadaan asli suatu tanah basah mempunyai volume = 0,33 ft3 dan berat
= 39,93 lb. Setelah dikeringkan dalam oven, berat tanah kering adalah 34,54 lb.
Apabila Gs = 2,71.
Hitung : kadar air (w); berat volume tanah basah (∂t), berat
volume tanah kering (∂d) ; angka pori ( e ), porositas ( n ) ; dan derajat
kejenuhan (Sr).
1. Kadar air (w) =
Ww / Ws
w =(WT – Ws) / Ws
w = {(39,93 – 34,54)
/ 34,54}.100 %
w = 15,6 %

Anda mungkin juga menyukai