3.1. PENDAHULUAN
Bor tangan dapat digunakan untuk menggali lubang bor hingga
kedalaman 5 meter dengan memakai seperangkat batang penyambung, Bor
diputar sambil ditekan ke bawah dengan tuas berbentuk T di batang paling
atas. Jenis bor yang umum digunakan adalah Iwan Auger dengan diameter
200 mm.
Bor tangan biasanya digunakan hanya jika sisi-sisi lubang bor tidak
memerlukan penyangga dan bila tidak terdapat partikel-partikel berukuran
kerikil atau yang lebih besar. Bor tersebut perlu dicabut berkali-kali untuk
pengosongan tanah.
Semua sampel harus diberi label yang menunjukkan nama proyek,
tanggal, lokasi, nomor lubang bor, kedalaman, dan metode pengambilan
sampel.
18
Metode pengambilan sampel tanah dibagi dalam 2 kategori utama yaitu :
19
yang ditinjau akan digunakan untuk material konstruksi seperti
timbunan tanah titik.
a. Karakteristik material tanah
Karakteristik material tanah dapat ditentukan dari sampel tanah
terganggu yang memiliki distribusi partikel yang sama dengan
kondisi lapangan namun keaslian struktur tanah di lapangan belum
terjaga pada sampel tersebut. Karakteristik utama material adalah
distribusi ukuran partikel dan plastisitas yag digunakan sebagai
pedoman penamaan. Sedangkan karakteristik material yang
sekunder adalah warna tanah dan bentuknya, tekstur, serta komposisi
partikel tanah.
b. Karakteristik Massa Tanah
Karakteristik massa tanah idealnya ditentukan di lapangan,
namun dalam beberapa kasus dapat di deteksi dengan memakai
sampel tanah tak terganggu dimana sampel tanah terjaga sifat-sifat
lapangannya. Deskripsi karakteristik massa meliputi taksiran
kekerasan atau kekuatan di lapangan, dan rincian tempat
diskontuinitas serta pelapukan tanah tersebut.Jenis-jenis dasar tanah
berdasarkan rentang ukuran partikel adalah kerikil (gravel), pasir
(Sand), Lanau (Silt), dan lempung (Clay). Campuran dari jenis-jenis
tanah dasar disebut dengan jenis komposit dengan komponen yang
paling dominan ditulis dengan huruf besar. Tanah termasuk jenis
pasir atau kerikil jika lebih dari 65% materialtersebut berukuran
pasir dan kerikil. Sedangkan tanah termasuk jenis tanah lanau atau
lempung jika lebih dari 35% material tersebut berukuran lanau dan
lempung.
20
Gambar 2.2 Deskripsi Tanah
21
Jika pada tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) terdapat
proporsi material berbutir halus (Lanau dan lempung) yang cukup
besar, sangatlah penting diketahui apakah material halus tersebut
plastis atau non plastis (apakah tanah tersebut lebih dominan
lempung lempung atau lanaunya). Di lapangan, kohesi dan
plastisitas tanah dapat ditaksir dengan prosedur yang cepat yang
melibatkan keputusan subjektif yang didasarkan atas penampilan
tanah dan rabaan pada tanah. Sejumlah kecil tanah yang partikel-
partikel terbesarnya telah disingkirkan dan diremas-remas dengan
tanah dan bila perlu ditambahkan air. Kohesi dapat ditentukan jika
tanah, pada air tertentu dapat dibentuk menjadi suatu massa tanah
yang relatif keras.
Plastisitas tanah dapat dilihat jika tanah dapat diubah-ubah
bentuknya tanpa terjadi retakan maupun remahan yaitu tanpa
kehilangan kohesi. Jika butiran halus suatu tanah dikatakan memiliki
kohesi dan plastisitas maka butiran tersebut bersifat plastis. Jika
kohesi dan plastisitas tidak ada atau sangat lemah, maka butiran
halus tersebt bersifat non plastis.
Plastisitas tanah berbutir halus dapat ditaksir dengan pengujian
kekuatan kering, kekerasan, dan dilatansi. Partikel-partikel kasar
harus disingkirkan terlebih dahulu kemudian satu contoh tanah
diremas-remas di tanah. Untuk mendapatkan konsistensi yang
diinginkan, bila perlu tanah ditambahkan air atau dibiarkan kering
hingga tercapai konsistensi yang sedikit lebih besar dari batas plastis.
a. Uji Kekuatan Kering
Sebagian kecil tanah dengan ketebalan 6 mm dibiarkan kering
secara alamiah ataupun dalam oven. Kekuatan tanah kering
tersbut ditaksir dengan mematahkan dan meremas dengan jari-
jari tangan. Lempung anorganik memiliki kekuatan kering yang
relatif lebih besar, makin besar kekuatan keringnya maka makin
tinggi batas cairnya. Lempung anorganik dengan batas cair
22
rendah memiliki kekuatan kering yang kecil sekali bahkan ada
yang tidak memiliki kekuatan kering dan mudah sekali diremas-
remas.
b. Uji kekerasan
Sebagian kecil tanah digulung bebentuk benang diatas
permukaan datar atau di atas telapak tanah, diremas atau di gulung
lagi sampai mengering dan hancur menjadi serpihan- serpihan
kecil pada diameter 3 mm. pada kondisi ini, lempung anorganik
dengan batas cair tinggi cukup kaku dan keras, sementara yang
batas cairnya rendah lebih lembek dan lebih mudah hancur. Lanau
anorganik menghasilkan benang-benang yang lembek dan lemah
yang sulit dibentuk dan mudah patah dan hancur.
c. Uji Dilatansi
Sebagian kecil tanah ditambahkan air tanah secukupnya
sehingga menjadi lembek tetapi lengket ditempatkan di atas
telapak tangan terbuka (horizontal), telapak tangan digeser-
geserkan diatas telapak tangan lainnya beberapa kali. Dilatansi
ditunjukkan dengan munculnya lapisan air tipis yang bercahaya
pada permukaan tanah. Jika tanah diperas dan ditekan denganjari-
jari tangan, permukaan tersebut menjadi suram dan tanah pun
menjadi kaku dan tiba-tiba hancur. Reaksi-reaksi ini hanya
terdapat pada material yang ukuran lanaunya lebih dominan dan
untuk pasir yang sangat halus. Lempung plastis sama sekali tidak
bereaksi pada pengujian ini.
23
Kekerasan atau kekuatan tanah di tempat dapat ditaksir dengan
beberapa pengujian, yaitu :
Jenis Tanah Sifat Uji Lapangan atau
Indikasi
Dapat digali dengan sekop,
Lepas (Loose)
pasak kayu 50 mm dapat
Pasir dan kerikil ditancapkan dengan mudah.
Dibutuhkan cangkul untuk
Padat (Dense) menggali, pasak kayu 50mm
sulit ditancapkan
Pengujian secara visual,
Sedikit Terikat (Slightly cangkul memindahkan
Lanau
cemented) gumpalan-gumpalan tanah
yang dapat terkikis.
Lepas (Uncompact) Mudah diremas dengan jari.
Dapat diremas dengan
Padat (Compact) tekanan yang kuat pada jari-
jari tangan.
Meleleh diantara jari-jari
Sangat Lunak (very soft)
tangan ketika diperas.
Dapat diremas dengan
Lunak (Soft)
Lempung mudah.
Dapat diremas dengan
Sedang (Firm) tekanan jari yang kuat.
24
3.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Pengambilan sampel tanah untuk diuji di laboratorium.
Menentukan profil lapisan tanah terhadap kedalaman.
Mengambil contoh tanah untuk digunakan di praktikum selanjutnya.
3.3. PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Iwan Auger
25
3.4. PROSEDUR PRAKTIKUM
Persiapan Praktikum
1. Persiapkan peralatan praktikum uji Hand Boring
2. Menentukan titik pengeboran lalu bersihkan dari rumput dan sisa
tanah.
Jalannya Praktikum
1. Pasang auger pada stang bor, lalu pasang pemutarnya.
2. Tekan dan putar auger kedalam tanah pada saat yang bersamaan.
3. Setelah telah terisi penuh oleh sampel tanah, angkat auger dengan hati-
hati.
4. Keluarkan sampel tanah dari dalam auger untuk mengetahui deskripsi
jenis tanah dan bahan yang dikandungnya. Simpan sampel tanah ke
dalam plastik/kaleng dan tempelkan label yang memberikan keterangan
nomor titik bor, kedalaman, dan tanggal pengeboran
5. Ulangi prosedur nomor 2 dan 3 sampai tercapai kedalaman yang
diinginkan. Sampel tanah yang didapat adalah sampel tanah tidak asli
(disturbed sample) dan hanya digunakan untuk keperluan klasifikasi
dan deskripsi tanah.
6. Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturbed sample) digunakan
tabung sampel. Auger yang tadi digunakan sekarang diganti dengan
tabung sampel yang telah disambung dengan stik aparat. Masukkan
kedalam lubang yang telah dibentuk.
7. Bila tanahnya cukup lunak, tabung sampel ditekan perlahan-lahan
sampai masuk sedalam 40 cm kemudian diputar satu kali untuk
melepaskan/memotong sampel tanah pada dasar tabung kemudian
diangkat.
8. Bila tanahnya cukup keras sehingga tabung tidak dapat ditekan,
gunakan palu untuk memukulnya, lakukan dengan cara perlahan-
lahan.Setelah didapatkan sampel tanah asli dalam tabung, lepaskan
stick aparat lalu dinding luar tabung dibersihkan. Potonglah kedua
ujung tanah setebal
26
9. 1 cm kemudian tutup dengan cairan paraf’in. Lakukan satu persatu pada
waktu penutupnya dengan paraf’in.
10. Tuliskan label yang berisi nomor titik bor, kedalaman, bagian
atas/bagian bawah, tanggal pengambilan sampel dan lain-lainnya
dibagian luar tabung.
3.5. PERAWATAN
11. Bersihkan bor dan stang bor setiap kali selesai dipakai, lalu dilumuri dengan oli
secukupnya untuk menghindari karat.
12. Sebelum dipakai, tabung sampel harus dalam keadaan bersih dan bagian
dalamnya diberi pelumas sehingga tanah bisa masuk maupun keluar dengan
mudah
27
3.6. LOKASI PRAKTIKUM
A
P1
A
Keterangan :
P1 = Lokasi Pengeboran
A = Gedung PKM Fakultas Teknik UNNES
B = Gedung E10 Fakultas Teknik UNNES
C = Gedung E7 Fakultas Teknik UNNES
28
3.7. HASIL PRAKTIKUM
29
LAPORAN MEKANIKA TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung E3-E4 Kampus Sekaran Gunung Pati Semarang 50229
Telepon/Fax (024) 8508102-8508009
Laman : https://www.tekniksipil-unnes.ac.id, email : jts.unnes@gmail.com
: 9 - 12
30
3.8. PEMBAHASAN
3.9. KESIMPULAN
31
3.11. DOKUMENTASI
MENGEBOR TANAH
MENGEBOR TANAH
32
3.12. LAMPIRAN
KELOMPOK 9
1. RIDHO AKBAR (5111418012) TANDA TANGAN
2. ISABELLA AGNES E (5111418061) ASISTEN DOSEN
3. TEGUH APRILIYANTO (5111418066)
4. WAHYU ARIF SETIAJI (5111418068)
5. MULYA KARTIKO N (5111418075) ( )
6. MUHAMMAD ARIO PUTRO (5111418076)
7. AIMATUL HUSNA (5111418077)
8. MUHAMMAD NAUVAL I (5111418088)
9. SEKAR AYU RAMADANTI (5111418091)
33
0,999 0,999
34