Tujuan
DASAR TEORI
Tanah adalah material terbentuk dari himpunan mineral, bahan organik/anorganik dan
endapan yang relatife lepas. Deposit tanah dapat terdiri atas butiran-butiran tanah disebabkan
oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang mengedap diantara butiran-butiran.
Partikel tanah dapat dibagi menjadi dua kelompok :
• Butiran kasar :
a. Kerikil (gravel)
b. Pasir (sand)
• Butiran halus :
a. Lanau(silt)
b. Lempung (clay)
o Lempung (Clay)
Lempung terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menujukkan sifat-sifat kohesi dan plastis.
Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-bagian bahan itu melekat satu sama lain.
Plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dapat diubah- ubah tanpa
adanya perubahan isi atau dapat kembali ke bentuk asalnya tanpa terjadi retak-retakan atau
terpecah - pecah.
o Lanau (Silt)
Lanau merupakan peralihan lempung dan pasir halus. Lanau memperlihatkan sifat kurang
plastis, lebih mudah ditembus air daripada lempung, serta adanya sifat dilatasi yang tidak
terdapat pada lempung. Dilatasi adalah gejala perubahan isi apabila diubah bentuknya. Lanau
sebagaimana dengan pasir, menunjukkan sifat “quick ” apabila diguncang atau digetarkan.
Pengambilan sampel tanah terdiri atas 2 bagian yaitu :
1. Sampel tanah terganggu ( Remoulded )
Yaitu sampel tanah yang diambil dari lapangan yang mana sifat-sifat tanah tersebut tidak
sesuai lagi dengan lapangan, karena telah mengalami perubahan struktur butiran, kadar air
dan kepadatan.
METODE PENGEBORAN
Prosedur pengeboran terbagi menjadi tiga yaitu wash boring, rotary drilling dan auger
drilling. Dalam praktek kali ini pengeboran hanya menggunakan auger karena yang diperlukan
hanya lubang dangkal.
Auger Drilling
Pengeboran yang dangkal biasanya dikerjakan dengan auger. Cara kerjanya, auger
dibenamkan kedalam tanah dan selanjutnya ditarik beserta tanah yang melekat pada bor tanah
tersebut diambil untuk diteliti, kemudian diputar kebawah. Apabila lubang tersebut tidak bisa
terus terbuka sehingga dapat dimasuki auger karena disekelilingi sisi-sisinya tertekan atau
karena dinding runtuh, maka harus dipergunakan pipa pelindung yang berdiameter sedikit lebih
besar daripada diameter auger, pipa pelindung ini harus dipancang sampai kedalaman puncak
dari contoh yang berikutnya dan harus dibersihkan dengan memakai auger tersebut. Kemudian
auger dimasukkan kedalam lubang yang sudah bersih dan diputar kebawah kedasar pipa
pelindung untuk memperoleh contoh tanah. Auger boring dapat dilaksanakan pada pasir yang
terletak dibawah muka air tanah pasir tersebut tidak melekat pada auger.
Pengeboran dengan auger biasanya dengan lubang dangkal sampai kedalaman
3.05 meter pengeboran dilakukan dengan cara memutar alat bor tangan searah jarum jam atau
sebesar 360° sampai mata bor penuh dengan tanah diangkat untuk visualisasi. Visualisasi tanah
tersebut untuk menentukan jenis tanah, tebal lapisan tanah yang berbeda, kedalaman muka air
tanah dan warna tanah.
DESKRIPSI VISUAL
Selain dengan penyelidikan dilaboratorium, perlu untuk mengetahui beberapa sifat tanah
secara visual, jenis kedalaman tanah dan kekuatan tanah. Tentu saja deskripsi visual ini penting
untuk memberikan gambaran secara umum sifat tanah dilokasi pengamatan warna dan keadaan
tanah (homogeny atau tidak) biasa dengan mudah diamati secara kasar. Catatan mengenai jenis-
jenis tanah/klasifikasi tanah dilapangan diantaranya :
1. Pasir dan kerikil, merupakan agregat tak berkohesi dari fragmentasi sub- angular, asalnya
berasal dari batuan atau mineral yang belum mengalami perubahan. Partikel berukuran
sampai 1/8 inchi dinamakan pasir, dan yang berukuran 1/8 inci sampai 8 inci disebut
kerikil. Fragmen-fragment bergaris tengah lebih besar dari 8 inci dikenal sebagai bongkah
(bourlders).
2. Hardpan, merupakan tanah tahanannya terhadap penetrasi alat pemboran besar sekali.
Sebagian besar harpan dijumpai dalam keadaan bergradasi baik, luar biasa pada dan
merupakan agregat partikel mineral yang kohesif.
3. Lanau anorganik, merupakan tanah berbutir halus dengan plastisitas kecil biasanya
mengandung butiran (rock flour), sedangkan yang plastis mengandung partikel berwujud
serpihan dan dikenal sebagai lanau plastis. Karena teksturnya yang halus, lanau an-organik
sering diangggap lempung, tetapi sebenarnya dapat dibedakan dipengujian laboratorium.
Jika diguncang dalam telapak tangan, selapis lanau an-organik jenuh akan mengeluarkan
air sehingga permukaannya akan Nampak mengkilat. Selanjutnya, lapisan menjadi rapuh
dan debu dapat dikelupas dengan menggosokkan pada jari. Lanau relatif bersifat kedap air,
namun dalam keadaan lepas lanau dapat naik kelubang pengeboran atau lubang galian
seperti layaknya suatu cairan kental.
4. Lanau organik, merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan campuran partikel-
partikel bahan organic terpisah secara halus. Mugkin bila dijumpai adanya kulit-kulit dan
fragmen tumbuhan yang meluruh sebagian. Warna tanah bervariasi dari abu-abu terang ke
abu-abu sangat gelap, disamping itu mungkin mengandung H₂S₂ CO₂, serta berbagai gas
lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas pada tanah. Permeabilitas
lanau organic sangat rendah sedangkan compressibilitas sangat tinggi.
Seandainya suatu tanah tersusun dari dua jenis tanah yang berbeda, maka campuran yang
terbanyak (dominan) dinyatakan sebagai kata benda, sedangkan yang lebih sedikit atau kurang
menonjol dkatakan sebagai kata sifat. Misalnya pasir kelanaun, menyatakan tanah yang
mengandung banyak pasir, sedangkan lanau hanya berjumlah sedikit saja. Lempung kepasiran
adalah tanah yang meperlihatkan sifat-sifat agregat pasir dan kerikil diungkapkan oleh istilah-
istilah : lepas (loose), sedangkan (medium), dan padat (density), sedangkan untuk lempung
digunakan istilah : keras (hard), kaku (stiff), sedang (medium) dan lunak (soft).
Data warna lapisan tanah dari beberapa pengeboran yang berdekatan, memperkecil resiko
melakukan kesalahan dalam mengoreksi catatan pengeboran, warna juga sebagai petunjuk bagi
perbedaan nyata perilaku (katakter) tanah misalnya, jika lapisan paling atas suatu lempung
terbenam berwarna kekuning- kuningan atau cokelat, dan lebih kaku daripada lapisan lempung
dibawahnya, maka mungkin hal tersebut terjadi karena lapisan lempung tersebt tersingkap dalam
suatu jangka waktu tertentu sehingga kering dan disertai proses pelapukan oleh cuaca. Istilah-
istilah seperti : burik, marbled, sqecled digunakan untuk membedakan warna-warna gelap atau
lusuh dikaitkan dengan tanah-tanah organik.
Masing-masing istilah tersebut diatas digunakan untuk pengklasifikasikan tanah di
lapangan dan melingkup beraneka ragam lahan yang berbeda jenisnya kecuali itu pemilihan
istilah yang berkaitan dengan sifat kekakuan dan kepdatan sangat bergantung kepada orang yang
melakukan pengujian tanah tersebut.
PERALATAN
- Alat
LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan
2. Meletakan satu set alat bor tangan di loaksi pengeboran
3. Merangkai alat bor tangan.
4. Menentukan titik yang akan dibor dan membersihkan lokasi kerja.
5. Memasukkan bor ke dalam tanah dan memutar bor dengan cara alat bor tangan diputar
searah jam atau sebesar 360º.
6. Pengeboran dilakukan setiap kedalaman 20 cm. setealah mencapai 20 cm, bor tangan
dicabut ( diangkat) untuk visualisasi tanah.
Lempung
Kepasiran
Merah
0.00 Kecoklatan
-0,4 Lempung
Kepasiran
Merah
Kecoklatan
-0,75 Lempung
Kepasiran
Kecoklatan
-1 Lempung
Kepasiran
Abu-abu
-1,25
Lempung
Kepasiran
Abu-abu
-1,7
40 cm =
muka air
Lempung Abu-
tanah
abu
-2 Lempung
Hitam Keabu-
abuan
-2,25 Lempung
Hitam Keabu-
abuan
-2,3 Lempung
Sangat Lunak
Hitam Keabu-
abuan
-3 Lempung
Sangat Lunak
Hitam Keabu-
abuan
-3,45 Lempung
Sangat Lunak
Coklat
Kemerahan
HANDBORING
DISKUSI
Praktikum kali ini menggunakan alat bor aunger yaitu mengunakan tenaga manusia
dengan cara memutar bor hingga kedalaman tanah yang ditentukan. Saat praktikum handboring
kita mengambil sampel tanah pada kedalaman 2,84 meter. Pengambilan sampel mengunakan
tabung (UDS).
KENDALA
Saat pemutaran bor tidak lurus dan ada bebatuan yang keras, sehingga
menyulitkan pemutaran bor.
KESIMPULAN
Praktikum ini digunakan untuk mengetahui spesifik dari tanah yang dibor pada setiap
kedalaman yang telah diteliti, setelah itu sampel diambil menggunakan tabung UDS.
\
LAMPIRAN
KADAR AIR DAN BERAT
VOLUME
TUJUAN
1. Dapat menghitung perbandingan antara berat air dan berat tanah kering.
2. Mengetahui prosedur kerja dalam menentukan kadar air dari suatu sampel.
3. Untuk memperoleh kadar air sesuai dengan standard yang telah ditentukan.
4. Dapat menghitung perbandingan antara berat tanah dan volume tanah.
5. Mengetahui prosedur kerja dalam menentukan berat isi dari suatu sampel tanah.
6. Untuk memperoleh berat isi sesuai dengan standard yang telah ditentukan.
DASAR TEORI
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah.
Untuk menghitung kadar air, digunakan rumus :
𝐴
W= x 100%
𝐵
Berat volume tanah angka perbandingan antara berat tanah dengan volume tanah yang
dinyatakan dalam gr/cm³.Berat isi atau berat volume tanah tergantung dari berat jenisnya.
Derajat kejenuhan dan porositas dari tanah tersebut. Untuk menentukan berat volume tanah,
biasanya digunakan cincin yang di dalamnya dimasukkan tanah. Kemudian dirapatkan bagian
atasnya dan bawahnya. Setelah itu ditimbang dan dicatat beratnya adapun batas – batas ukuran
untuk berat isi menurut Dr.Wesley yaitu antara 1,5 gr/cm³ sampai 2,1 gr/cm³.
Untuk menghitung berat volume, digunakan rumus:
Y/V = W
Sementara itu , nilai w adalah w2 – w1 dan nilai V adalah volume tanah,
Dalam hal ini volume cincin yaitu V = 1 π𝑑2t4
Sehingga dapat dituliskan :
𝑤2−𝑤3
Y= π𝑑2t4
Keterangan :
Y = Berat Volume (gr/𝑐𝑚3) W1
= Berat Cincin kosong (gr)
W2 = Berat cincin yang berusi tanah (gr) d =
Diameter cincin (cm)
T = Tebal cincin (cm)
LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan dalam praktikum,
2. Mengukur ketebalan dan diameter cincin dengan menggunakanjangka sorong,
3. Menimbang berat cincin kosong dengan menggunakan timbangan digital kemudian
mencatat beratnya,
4. Mengambil sample dengan meletakkan cincin pada tanah. Cincin kemudian ditekan
menggunakan palu sampai cincin terasa penuh dengan tanah,
5. Mengambilcincin yang telah terisi tanah tersebut, kemudian meratakan kedua sisi cincin
menggunakan spatula bila diperlukan, percikkansedikit air pada spatula agar tanah yang
akan diratakan pada cincin lebih mudah diratakan dan tidak berlubang/bergelembong,
6. Membersihkan bagian luar cincin dari bekas bekas tanah,
7. Menimbang berat cincin yang berisi tanah dengan timbangan digital, kemudian mencatat
beratnya,
8. Lakukan Analisa perhitungan untuk mengetahui berat isi sample tanah tersebut.
KADAR AIR
(SNI 03-1971-1990)
(ASTM D2216-10)
Cawan No. 1 2 3
Berat Cawan + Tanah Basah Gr 47,5 132,4 92,6
Berat Cawan + Tanah Kering Gr 28,7 69,6 51,6
Berat Air Gr 18,8 62,8 41
Berat Cawan Gr 12,9 13,2 12,8
Berat Tanah Kering Gr 15,8 56,4 38,8
Kadar Air % 118,99 111,34 105,67
Rata – Rata % 112
2. 13.2
3. 12.8
2. 132.4
3. 92.6
2. 69.6
3. 51.6
d.Berat tanah kering oven = (Berat Cawan + Tanah Kering – Berat Cawan)
e.Berat air yang hilang = ((Berat Cawan + Tanah Basah) – (Berat Cawan + Tanah Kering))
1. 77.4 – 42.2 = 35.2
3. 92.6 – 51.6 = 41
Berat Air
Kadarair tanah= ×100 %
Berat Tanah Kering
18,8
1. ×100 %=118.99
15,8
62.8
2. × 100 %=111.34
56.4
41
3. ×100 %=105.67
38.8
Cawan No. 1 2 3
Berat Ring + Tanah Basah Gr 141,1 138,2 147,1
Berat Ring Gr 55,5 49 57
Berat Tanah Basah Gr 85,6 89,2 90,1
Diameter Ring Cm 6,35 6,31 6,32
Tinggi Ring Cm 1,9 1,96 2,03
Volume Ring Cm3 60,14 61,26 63,65
Berat Volume Tanah Gr/Cm3 1,42 1,46 1,42
Rata - Rata 1,43
Berat Volume
Langkah Perhitungan :
Sampel tanah :
W = 85,6 gram
V = 60,14 cm3
γb = W / V
= 85,6 / 60,14 = 1,42 gram/cm3
1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-pori yang
terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan koloid
makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi di
antara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang
ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada
proses pembekuan.
3. Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya berifat ionik
sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada
suhu 00 C.
KESIMPULAN
Jadi, untuk praktikum pada kadar air dan berat volume ini penting untuk mengetahui kandungan
kadar air yang terdapat pada sampel dan juga dapat mengetahui pori - pori atau rongga pada tanah. Hasil
nilai kadar air rata-rata, berat volume, angka pori, dan porisitas pada pengujian sampel yang dapat
dilihat pada hasil diatas.
LAMPIRAN
BERAT JENIS TANAH
Tujuan
Untuk menentukan hasil dari perbandingan antara berat butir tanah dengan volume tanah
padat atau berat air yang dengan isi sama dengan isi tanah padat tersebut pada suhu tertentu,
sehingga kita dapat menentukan jenis tanah.
DASAR TEORI
Berat jenis adalah perbandingan antara berat butir dengan berat air. Harga berat jenis
terdiri dari butiran (bagian padat) sering dibutuhkan dalam bermacam- macam keperluan
perhitungan mekanika tanah. Harga-harga ini dapat ditentukan secara akurat di laboratorium.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperoleh Gravity Spesific (GS), yaitu berat jenis benda
yang terdiri dari partikel kecil yang memiliki specivic gravuty lebih besar dari 1,000. Untuk
mengetahui berat jenis contoh tanah dalam praktikum ini digunakan persamaan
Dimana :
m2−m1
G= xk
( m4−m3)(m3−m 2)
piknometer + air
= Faktor k
ALAT
BAHAN
1. Tanah kering oven lolos saringan No.10
2. Aquades
3. Vaseline
LANGKAH KERJA
a. Keringkan benda uji dalam oven pada temperatur 110 o C± 5o C (230oF ± 9oF) selama 24
jam, setelah itu dinginkan dalam desikator.
b. Cuci piknometer atau botol ukur dengan air suling, kemudian dikeringkan dan selanjutnya
timbang (W1 gram);
c. Masukkan bend a uji ke dalam piknometer atau botol ukur yang digunakan, kemudian
timbang (W2 gram)
d. Tambahkan air suling ke dalam piknometer atau botol ukur yang berisi benda uji, sehingga
piknometer atau botol ukur terisi duapertiganya;
e. Untuk benda uji yang mengandung lempung diamkan benda uji terendam selama 24 jam
atau lebih
f. Panaskan piknometer atau botol ukur yang berisi rendaman benda uji dengan hati -hati
selama 15 menit atau lebih sehingga udara dalam benda uji ke luar seluruhnya. Untuk
mempercepat proses pengeluaran udara, piknometer atau botol ukur dapat dimiringkan
sekali - kali
g. Pengeluaran udara dapat dilakukan dengan pompa hampa udara, dengan tekanan 13,33 kpa
(100 mm Hg)
h. Rendamlah piknometer atau botol ukur dalam bak perendam, sampai temperaturnya tetap.
Tambahkan air suling secukupnya sampai penuh. Keringkan bagian luarnya, lalu timbang
(W3 gram)
i. Ukur temperatur isi piknometer atau botol ukur, untuk mendapatkan faktor koreksi (K)
j. Bila isi piknometer atau botol ukur belum diketahui, isinya ditentukan sebagai berikut :
Kosongkan dan bersihkan piknometer atau botol ukur yang akan digunakan.
Isi piknom
PEMERIKSAAN BERAT JENIS TANAH TABUNG
(SNI 1964:2008)
(ASTM D854:02)
Mata
Kuliah : Uji Tanah 1
Lokasi : Lab Sipil
Kedalama
n : 230-284 cm
Lokasi : 24 September 2021
No Picnometer No. 1 2
1 Berat Picnometer + Air, W1 Gr 132 149,8
2 Berat Picnometer + Tanah + Air, W2 T°C 149,5 167,3
3 Berat Tanah Kering, W3 cm3 30 30
Temperatur Campuran Air + Tanah ,
Gr
4 T°C 27° 27°
5 Gs( Pada T°C)= W3/[(W1+W3)-W2] 2,40 2,40
6 Koreksi, A 0,9983 0,9983
7 Gs ( Pada 20°C) = Gs (pada T°C) x A 2,3959 2,395
8 Berat Jenis 2,395
Contoh Perhitungan :
W1 = 132gram W3 = 30 gram
Koreksi = 0.9983
Gs total = 2.395
LAMPIRAN
No Picnometer No. 1 2
1 Berat Picnometer + Air, W1 Gr 144,3 153,22
2 Berat Picnometer + Tanah + Air, W2 T°C 163,1 171,9
3 Berat Tanah Kering, W3 cm3 30 30
4 Temperatur Campuran Air + Tanah , T°C Gr 27° 27°
5 Gs( Pada T°C)= W3/[(W1+W3)-W2] 2,68 2,65
6 Koreksi, A 0,9983 0,9983
7 Gs ( Pada 20°C) = Gs (pada T°C) x A 2,674 2,646
8 Berat Jenis 2,660
Contoh Perhitungan :
Koreksi = 0.9983
Gs total = 2.660
DISKUSI
Fungsi perhitungan pemeriksaan ini untuk mengetahui berat jenis tanah. Jika sesuai pedoman
dibuku maka nilai berat jenis tanah (GS) minimum 2,0
KESIMPULAN.
Pengujian ini untuk mencari nilai Gs atau berat jenis dari tanah yang akan diuji, karena nilai Gs
kami mencapai minimum standar. Maka tanah yang kami periksa termasuk tanah yang lunak.
Nilai Gs 2,39 > 2,0
Gs = Berat Jenis Tanah
Dari percobaan yang dilakukan, hasil yang diperoleh adalah 2,39. Berat jenis tanah pada umumnya
seperti yang tertera pada tabel.
LAMPIRAN
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
TUJUAN
1. Untuk mengetahui batas cair dari suatu sampel tanah.
2. Untuk mengetahui prosedur kerja dalam menentukan batas cair sampel tanah.
DASAR TEORI
Bila tanah berbutir halus ( lempung dan lanau ) dicampur dengan air, maka tanah inibakan
melalui beberapa keadaan tertentu dari keadaan cair sampai keadaan padat.
Seorang ahli tanah berkebangsaan Swedia, A. Atterberg yang bekerja di bidang pertanian
( 1911 ) mengembangkan metoda untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada
kadar air bervariasi. Bila kadar air terlalu tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat
lembek seperti cucian. KarenaKarena itu ada dasar teori yang dikandungnya. TanahTanah dapat
dipisahkan pada 4 keadaan
Kadar air dimana terjadi transisi dari keadaan padat kekeadaan semi padat didefenisikan
sebagai batas sudut. Kadar dimana transisi dari keadaan semi padat kekeadaan plastis menjadi
terjadi dinamakan dengan batas plastis (plastic limit), dari keadaan plastis kekeadaan cair
dinamakan batas cair (liquid limit). Batas-batas ini dikenal dengan batas-batas Atterberg
(Atterberg limit).
Transisi dari padat ke semi padat disebut batas susut (shrinkage limit) = SL=WS. Yaitu
besar kadar air tanah dimana tanah tersebut mempunyai volume terkecil saat airnya mongering.
Transisi dari semi padat ke plastis disebut batas plastis (plastic limit) = PL= WP. Yaitu besar
kadar air dimana tanah apabila digulung sampai diameter 3 mm tanah akan retak-retak. Transisi
dari plastis ke cair disebut batas cair (liquid limit) = LL = WL yaitu kadar air dimana tanah akan
mengalir akibat berat sendiri.
GRAFIK BATAS – BATAS ATTERBERG
Variasi volume dan kadar air pada kedudukan batas cair, batas pasis, danbatas susut. Bila pada
tanah yang berada pada kondisi cair (titik P) kemudian kadar airnya berkurang hingga titik Q,
maka tanah menjadi lebih kaku dan tidak lagimengair seperti cairan. Kadar air titik Q ini disebut
batas cair (liquid limit) yang disimbolkaan dengan LL. Bila taanah teru menjadi kering hingga
titik R, tanah yang dibentuk mulai mengalami retak-retak yang mana kadar air pada batas ini
disebut dengan batas plastis (plastic limit), PL. Rentang kadar airnya dimana tana berada dalam
kondisi plastis, antara titik Q dan R, disebut dengan indek plastisitas (plasticity index). Jika kadar
air tanah terus berkkurang hingga ke titik S, tanah menjadi kering dan berada dalam kondisii
padat. Dalam kondisi ini, berkurangnya kadar air tidak menyebabkan terjadinya perubahan
volume. Kadar air yang mana tanah berubah dari kondisi agak padat menjadi padat dinamakan
dengan batas susut (shrinkage limit), SL. Batas cair ini merupakan salah satu parameter yang
dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan kembang-susut tanah.
Batas cair adalah kadar air dalam persen berat kering, diman kedua penampang tanah yang
hampir bersentuhan tetapi tidak saling melimpahi satu terhadap yang lainnya, ketika dalam
cawan I pukulan dari arah bawah. Dalam pengujian ini hasil - hasilnya sangat dipengaruhi oleh
unsure manusia. UntukUntuk menghilangkan factor ini maka digunakan piranti yang dibakukan
(Standardized Mechanical Device ) atau ( A. Casagrande 1932a ).
Batas cair adalah kadar air terendah tanah dalam keadaan cair. Apabila kadar air dikurangi
terus sampai nilai tertentu tanah akan berubah dari keadaan cair menjadi plastis. Tanah ini akan
mengalami pengurangan volume seirama dengan pengurangan kadar air.
Batas cair hanya dapat diukur pada tanah berbutir halus yakni tanah yang lolos saringan
No.40 pada kadar air yang cukup tinggi. Tanah berbutir halus berada dalam keadaan cair yaitu
mudah menyebar dengan goyangan / tekanan sedikit. Apabila kadar airnya dikurangi terus
sampai nilai tertentu, tanah berubah dari eadaan cair menjadi plastis, dimana kadar air pada saat
ini disebut batas cair.
Untuk menentukan batas cair dibuat grafik hubungan antara jumlah ketukan dengan kadar
air dimana absisnya adalah jumlah ketukan (N) dan ordinatnya adalah kadar air (w) sampe tanah
tersebut. Adapun ketentuan jumlah pukulan Casagrande dalam menentukan batas cairnya adalah
sebagai berikut :
10 - 20 ketukan.
21 - 30 ketukan
30 - 40 ketukan
40 – 50 ketukan
Berdasarkan data-data dari sampel, diperoleh garis kurva linear kadar air dengan jumlah ketukan
(N) 25 kali yang menyinggung garis kurva tersebut sehingga diperoleh kadar air sebagai batas cair.
Alat
1. Pelat kaca
2. Timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gr
3. Cassagrande
4. Groving tool
5. Oven
6. Saringan no.40
7. Spatula
8. Cawan
Bahan
1. Tanah lolos saringan no.40
2. Air suling
LANGKAH KERJA
60.00
59.00
58.00
Penentuan
57.00 kadar air: WW = Wwet - Wdry
56.00 WD = Wdry - Wcon
W% = Ww / WD x 100%
55.00
dengan:
Ww = berat air.
54.00
Wwet = berat sampel tare basah.
53.00
Wdry = berat sampel tare kering.
Wcon = berat cawan
52.00
Wd = berat tanah kering.
51.00
W% = kadar air, %
50.00
10 15 20 25 30 35 40 45 50
WD = Wdry – Wcon
= 26,5 – 13,0 = 13,5 gr
W% = Ww/Wd* 100
= 8/13,5*100 = 59,26 %
BATAS CAIR
TIMBUNAN :
Penentuan NO. 1 2 3 4
1 Jumlah ketukan 14 22 32 43
2 Tempat / Cawan No. 1 2 3 4
Berat cawan + Tanah
3 basah Gr 38,9 33,5 32,9 34,4
Berat cawan + Tanah
4 kering Gr 30,4 29,4 25,6 26,8
5 Berat Air (3)-(4) Gr 8,5 4,1 7,3 7,6
6 Berat Cawan Gr 13,4 13 9,8 9,2
Berat tanah kering (4)-
7 (6) Gr 17 16,4 15,8 17,6
8 kadar air (5)/(7)*100 % 50,00 25,00 46,20 43,18
30 = 38,9 – 30,4
= 8,5 Gr
20
10
Berat Tanah Kering = Berat
Cawan + Tanah Kering – Berat
0 Cawan
10 15 20 25 30 35 40 45 = 30,4 – 13,4
JUMLAH KETUKAN = 17 Gr
TUJUAN
1. Untuk mengetahui batas plastis dari sampel tanah, yaitu nilai kadar air terendah dari
sampel tanah, dimana tanah tersebut dalam keadaan plastis.
2. Untuk mengetahui indeks plastis suatu tanah sesuai dengan standard yang
telah ditentukan
DASAR TEORI
Batas plastis atau batas daerah plastis adalah kadar air dimana tana mulai retak ketika
tanah digulung menjadi gulungan yang tipis. Catatan hasil pengujian batas plastis juga
mengandung informasi mengenai apakah gulungan tersebut sesaat sebelum retak, sangat keras,
seperti halnya gumpo, cukup kreras seperti halnya rata-rata lempung glacial atau lunak
menyerupai spon seperti tanah-tanah organic atau anorganik yang mengandung mika. Untuk
menentukan Batas Plastis (PL) terlebih dahulu ditentukan kadar air (w) dengan persamaan.
Keterangan :
Dimana :
LL = Batas Cair PL =Batas Plastis
Indeks plastisitas merupakan interval kadar air di mana tanah masih bersifat plastis.
Karena itu, indeks plastis menunjukkan sifat keplastisan tanahnya. Jika tanah mempunyai interval
kadar air daerah plastis yang kecil, maka keadaan ini disebut dengan tanah kurus. Kebalikannya,
jika tanah mempunyai interval kadar aair daerah plastis yang besar disebut tanah gemuk. Batasan
mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah dan kohesinya diberikan oleh Atterberg terdapat
dalam table sebagai berikut :
1. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan no.40 atau sisa sampel dari pengujian batas
cair.
2. Mencampur tanah diatas plat kaca dengan air suling hingga homogen dengan spatula
- Contoh tanah tersebut kemudian digulung diatas plat kaca sampai membentuk batangan –
batangan dengan diameter 3 mm. Jika batangan tanah belum mencapai 3 mm sydah retak,
maka tanah tersebut terlalu kering dan percobaan harus diulang dengan menambahkan air
suling, dan sebaliknya jika batangan tanah sudah mencapai 3 mm dan belum retak maka tanah
terlalu basah dan perlu ditambahkan sedikit tanah lalu diaduk hingga homogen.
DISKUSI
Dalam pemeriksaan ini apabila makin banyak ketukan maka semakin sedikit kadar air. Pada
perhitungan batas cair dan batas plastis ini kita akan mengetahui sifat tanah dari nilai LL, PL,
PI
LL = Liquid Limit
PL = Platicity Limit
PI = Platicity Index
Contoh Perhitungan :
Berat Air = Berat Cawan + tanah basah – Berat Cawan + tanah kering
= 27,2 – 21,3
= 5,9 Gr
Batas plastis rata rata = Kadar Air Cawan no 1 + Kadar Air Cawan no 2 : 2
= 50,86 + 28,67 : 2
= 39,76 %
60
UNIFIED CLASIFICATION
LL PL PI
50 36 28,88 7,12
40
Placticity Index %
30
20 CONTOH PREHITUNGAN:
10
Berat Air = Berat Cawan + tanah
0 basah – Berat Cawan + tanah kering
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 = 29,1 – 24,7
Liquid Limit % = 4,4 Gr
Berat tanah kering = Berat Cawan + Tanah kering – Berat Cawan
= 24,7 – 9,2
= 15,5 Gr
Batas plastis rata rata = Kadar Air Cawan no 1 + Kadar Air Cawan no 2 : 2
= 28,39 + 29,37 : 2
= 28,88 %
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa praktikan telah mampu
menentukan nilai batas plastis, serta dapat pula menentukan indeks plastisitas dari suatu sampel tanah.
LAMPIRAN
.
HYDROMETER
TEORI DASAR
Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (kepadatan relatif) dari
suatu cairan, dengan rasio kepadatan cairan dengan densitas udara. Hidrometer biasanya terbuat dari
kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri (raksa) untuk
mengapung tegak. Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda padat yang
tersuspensi pada fluida (dalam praktikum ini, benda padat yang dimaksud adalah tanah) akan terkena
gaya ke atas sebesar gaya berat fluida yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan
zat tersebut, semakin jauh hidrometer tenggelam. Seberapa Jauh hidrometer tersebut teggelam dapat
dilihat dari skala pembacaan yang terdapat dalam hidrometer itu sendiri. Dasar tes ini adalah hukum
stokes untuk jatuhnya bola dalam cairan kental dimana kecepatan terminal jatuh tergantung dari
diameter butir dan kepadatan tanah dalam suspensi dan cairan sehingga diameter butir dapat dihitung
dari data tentang jarak dan waktu jatuh. Hydrometer juga dapat meentukan berat jenis dari suspense dan
jika memungkinkan, proporsi partikel dan diameter partikel setara untuk dihitung.
PERALATAN :
1. Alat ukur hydrometer type ASTM 152-H
2. Mesin pengaduk (mixer)
3. Dua gelas silinder yang masing-masing mempunyai volume 1000 cc
4. Termometer
5. Bak / kolam air yang mempunyai temperatur tetap
6. Deflocculating agent (larutan kimia yang dipakai untuk memisahkan butir-butir tanah satu
terhadap yang lain)
7. Pisau spatula
8. Beaker (kincir pengaduk / pencampur)
9. Timbangan
10. Botol plastik
11. Air suling
12. Karet penutup no. 12 (mempunyai diameter yang sama dengan diameter gelas silinder)
PROSEDUR PERCOBAAN :
Catatan: hydrometer test diperlukan kalau 90% atau lebih dari contoh tanah yang
ditest lolos lewat ayakan no. 200.
1. Ambil 50 gram tanah yang sudah dikeringkan dan ditumbuk.
2. Siapkan bahan kimia yang dapat digunakan untuk mencegah butir-butir tanah untuk
berflocculasi (bahan kimia yang biasa digunakan untuk tujuan ini adalah 4%larutan
calgon atau sodium hexametaphospate). Larutan ini dapat dibuat dengan cara
mencampur 40 gram calgon dengan 1000cc air suling.
Campurkan tanah yang disiapkan pada langkah no. 2 lalu tambahkan campuran tersebut
kedalam contoh tanah yang telah disiapkan pada langkah no. 1. Biarkan campuran tanah
dan larutan tersebut selama kira-kira 8 sampai 12 jam.
3. Ambil gelas silinder yang mempunyai volume 1000 cc dan isi dengan air suling sebanyak
kira-kira 875 cc tabung dan larutan kimia yang telah disiapkan pada langkah no. 2
sebanyak 125 cc. Campur larutan tersebut sampai betul-betul merata.
4. Silinder beserta isinya yang telah disiapkan pada langkah no 4 ditaruh didalam bak air.
yang mempunyai temperatur tetap. Ukur temperatur air dibak tersebut (= ToC).
5. Letakkan alat hydrometer didalam silinder yang berisi larutan yang telah disiapkan pada
langkah no. 5, dan catat pembacaan alat ukur hydrometer tersebut (dalam hal ini yang
harus dibaca adalah batas atas dari meniscus air). Langkah no. 6 ini digunakan untuk
menentukan zero correction (Fz), yang harganya bisa positif atau negatif, dan untuk
menentukan harga koreksi meniscus (Fm).
6. Dengan menggunakan pisau spatula, campur tanah yang telah disiapkan pada langkah no.
3 sampai benar-benar merata. Pindahkan campuran tersebut kedalam gelas pengaduk
(mixer cup). Perlu diperhatikan disini bahwa selama proses pengadukan, sebagian dari
tanah yang diaduk mungkin akan menempel pada sisi-sisi beaker (kincir pengaduk).
Dengan menggunakan botol plastik yang diisi air suling, bersihkan semua tanah yang
tersisa pada beaker tersebut ke dalam gelas pengaduk.
7. Tambahkan air suling kedalam mixer cup (gelas pengaduk) sampai dengan kira-kira 2/3
volume gelas. Dengan menggunakan mesin pengaduk, aduk campuran tersebut selama
kira-kira 5 menit.
8. Pindahkan campuran tanah yang sudah ducampur (pada langkah no. 8) kedalam gelas
silinder yang mempunyai volume 1000 cc, perlu diperhatikan disini bahwa tidak boleh
ada tanah yang tertinggal didalam gelas pengaduk. Tambahkan air suling kedalam silinder
sampai permukaan air menyentuh tanda yang menunjukkan 1000 cc.
9. Tutup gelas silinder yang telah disiapkan pada langkah no. 9 dengan karet penutup no. 12,
dan kocok campuran tanah + air tersebut dengan cara membolak-balik silinder.
10. Letakkan silinder yang telah disiapkan pada langkah no. 10 didalam bak air yang
mempunyai temperatur tetap disamping silinder yang telah disiapkan pada langkah no. 5.
Catat waktu testnya dengan segera (pada saat permulaan test, komulatif waktu t = 0) dan
kemudian masukkan alat ukur hydrometer kedalam silinder yang berisikan larutan tanah
+ air secara perlahan-lahan.
11. Catat pembacaan alat hydrometer pada waktu t = 0,25; 0,50; 1 dan 2 menit.
12. Setelah pengambilan pembacaan pada saat t = 2 menit selesai, alat ukur hydrometer
diambil dan dimasukkan kedalam silinder yang disiapkan pada langkah no. 5. Perlu
diperhatikan bahwa pengambilan alat ukur hydrometer dari silinder yang berisikan
larutan air + tanah harus dilakukan secara hati-hati supaya jangan mengacau larutan yang
sudah mulai mengendap tersebut.
13. Pengambilan bacaan selanjutnya dilakukan pada saat t = 4, 8, 15, 30 menit, 1, 2, 4, 8, 24
dan 48 jam. Setiap pengambilan pembacaan selama test, alat ukur hydrometer harus
dimasukkan kedalam gelas silinder yang berisikan campuran tanah + air selama kira-kira
30 detik sebelum pengambilan pembacaan. Setelah pengambilan bacaan selesai, alat
ukur hydrometer diambil lagi dari dalam campuran tanah + air tersebut dan dimasukkan
kembali kedalam gelas silinder yang disiapkan pada langkah no. 5.
PERHITUNGAN
Perhatikan Tabel 7.8 (contoh perhitungan dari hasil test hydrometer)
- kolom no 3 ; angka yang diisikan pada kolom ini adalah hasil dari pembacaan
alat ukur hydrometer ( R ) yang diambil pada waktu yang tertulis
pada kolom no 1.
- kolom no 4; kolom ini berisikan hasil pembacaan alat ukur hydrometer yang sudah
dikoreksi (Rcp) untuk menentukan prosentasi dari butir- butir tanah halus.
Rcp = R + Ft – Fz
dimana : Ft = koreksi temperatur
Fz = koreksi untuk bacaan no (zero correction)
- kolom no. 5; kolom ini berisikan prosentasi dari butir-butir tanah halus
a Rcp
x 100%
= Ws
dimana : Ws = berat kering contoh tanah yang digunakan untuk analisa hydrometer
a = koreksi untuk spesific gravity dari butiran tanah yang ditest
Gs (1,65)
a = (Gs -1) x 2,65
Catatan : alat ukur hydrometer ditera untuk tanah dengan harga Gs = 2,65.
- Kolom no 6; kolom ini berisikan harga-harga Rcl (Rcl = R + Fm) yang akan
digunakan untuk menentukan harga dari panjang efektif (L). Catatan : Fm =
koreksi meniscus.
- Kolom no 7; kolom ini berisikan harga-harga dari panjang efektif (L) yang
ditentukan dengan menggunakan tabel 7.3. sesuai dengan harga Rcl yang
bersangkutan.
- Kolom no 8; kolom ini berisikan harga-harga K yang ditentukan dengan
menggunakan Tabel 7.2.
- Kolom no 9; berisikan harga-harga dari D (garis tengah butir-butir tanah)
yang
ditentukan dengan rumus :
L
K (mm
D (mm) = )
t
Keterangan : (me
nit)
Berat Tanah kering = 50 gr
Koreksi Meniskus, Fm = 0,5
Koreksi Bacaan nol, Fz = 4
Koreksi Temperatur, Ft = 3,05
Koreksi spesifik Gravity = 2,65
1.MENENTUKAN RCP
RUMUS :
RCP=R+F
t-Fz
CONTOHNYA :
a. 28 +3,05 – 2 = 29,05
b. 28 + 3,05 – 2 =29,05
a Rcp x 100
50
CONTOH :
2,65.29,05 x 100
=63,4
50
.........
3. MENENTUKAN RCL
RUMUS :
Rcl = Fm + R
CONTOHNYA :
A. 1 + 29 = 30
B. 1 + 29 = 30
C. 1 + 28,5 = 29,5
ULASAN UMUM
Apabila jumlah butiran-butiran tanah yang lolos lewat ayakan no. 200 kurang dari 90%,
beberapa perubahan dari urutan test (seperti yang telah diterangkan diatas) perlu dilakukan, yaitu :
1. Ambil contoh tanah kering dan tentukan beratnya (= W1)
2. Pecahkan gumpalan-gumpalan tanah tersebut dengan menggunakan penumbuk berujung
karet seperti yang telah diterangkan pada “Analisa Ayakan” Lakukan analisa ayakan pada
tanah yang telah disiapkan pada langkah no. 2 dengan cara seperti yang telah dijelaskan
pada “analisa ayakan”
3. Kumpulkan tanah yang lolos lewat ayakan no. 200
4. Bersihkan tanah yang tertahan diatas ayakan no. 200 dengan air seperti yang dijelaskan
pada “analisa ayakan” dan kumpulkan air cucian dari tanah pada ayakan no. 200
tersebut serta keringkan
5. Campur tanah yang lolos lewat ayakan no. 200 (pada langkah no. 4) dengan tanah yang
sudah dikeringkan pada langkah no. 5
6. Tentukan prosentasi dari tanah yang tertahan pada tiap-tiap ayakan (seperti contoh yang
diberikan pada “analisa ayakan”)
7. Dari tanah yang telah disiapkan pada langkah no. 6, ambil contoh tanah sebanyak 50
gram untuk analisa hydrometer
8. Perhitungan untuk analisa hydrometer dapat dilakukan seperti yang telah diberikan. Perlu
diperhatikan disini bahwa prosentasi dari butiran tanah yang lebih kecil tidak merupakan
prosentasi dari berat total contoh tanah (W1) tapi merupakan prosentasi dari berat contoh
tanah yang digunakan untuk analisa hydrometer (50 gram). Untuk menghitung jumlah
butir-butir tanah halus sebagai prosentasi dari berat total (W1), perumusan yang dapat
digunakan sebagai berikut :
% butir lolos ayakan no 200
Pt = (kolom 8 dari Tabel 4.3) x ( 100 )
9. Plot grafik antara prosentasi butiran tanah yang lolos lewat tiap-tiap ayakan dan ukuran
butir tanah untuk analisa ayakan dan analisa hydrometer. Dari grafik pembagian butir,
dapat dilihat bahwa ada bagian yang “overlapping” yaitu prosentasi dari butir-butir
tanah yang ditentukan dengan cara analisa ayakan tidak sama hasilnya dengan prosentasi
dari butir-butir tanah yang ditentukan dengan cara analisa hydrometer, hal ini
disebabkan karena perbedaan asumsi yang digunakan pada analisa ayakan dan analisa
hydrometer. Ukuran butir yang didapat dari analisa ayakan adalah ukuran terkecil dari
butiran contoh tanah, sedang ukuran butir-butir tanah yang ditentukan dengan cara
analisa hydrometer adalah butir-butir tanah yang mempunyai garis tengah sesuai dengan
garis tengah dari spheres (bulat)
KESIMPULAN
Hasil akhir ketika sudah perhitungan, maka akan digambarkan gravik Kurva
Distribusi Ukuran Butiran dengan menggunakan grafik skala logaritma, sebelah kiri grafik
unuk % butiran halus, dan bawah grafik untuk diameter (mm). Berdasarkan hasil
perhitungan dan grafik pembagian ukuran pada data kami, ukuran butiran tanah ini termasuk
saringan no.200 termasuk tanah lempung lunak.
LAMPIRAN
GESER LANGSUNG
TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui parameter - parameter kekuatan geser tanah yaitu
sudut geser dalam (φ = °) dan kohesi tanah (c = kg/cm ² ).
Dasar Teori
Dengan alat geser langsung kekuatan geser dapat diukur secara langsung. Sampel yang akan diuji
dipasang dalam alat dan diberikan tegangan vertikal (tegangan normal) yang konstan. Kemudian
sampel diberikan tegangan geser sampai tercapai nilai maksimum. Tegangan ini diberikan dengan
memakai kecepatan bergerak ( strain rate ) yang konstan, yang cukup perlahan-lahan sehingga
tegangan air pori selalu tetap nol. Maka percobaan ini dilakukan dalan kondisi “ drained ”. Untuk
mendapat nilai c dan φ maka perlu dilakukan beberapa percobaan dengan memakai nilai Pv
(tegangan normal) yang berbeda. Dengan demikian hasilnya dapat digambar dalam grafik. Grafik ini
menyatakan hubungan nilai tegangan geser maksimum terhadap tegangan normal dari masing-masing
percobaan. Nilai c dan φ diambil dari garis yang paling sesuai dengan titik-titik yang dimasukkan
pada grafik tersebut.
Hasil uji geser langsung dapat digunakan untuk analisis Kestabilan dalam bidang geoteknik,
di antaranya untuk analisis kestabilan lereng, daya dukung pondasi, analisis dinding penahan, dan
lain lain.
Uji geser langsung tidak dapat mengukur tekanan air pori yang timbul saat penggeseran dan
tidak dapat mengontrol tegangan yang terjadi di sekeliling contoh tanah. Keterbatasan uji geser
langsung yang lain adalah karena Bidang runtuh tanah ditentukan, meskipun belum tentu merupakan
bidang terlemah.
LANGKAH KERJA
1. Sisipkan benda uji
- Keluarkan contoh tanah dari tabung sampel sepanjang tinggi ring dengan menggunakan extruder lalu
dipotong dan diratakan, hitung isi tabung penuh.
- Pasang cetakan benda uji didepan tabung contoh lalu keluarkan contoh tanah dengan menggunakan
extruder sehingga tabung benda uji terisi penuh dengan tanah.
- Ratakan tanah yang menonjol dikedua ujung cetakan benda uji dengan pisau pemotong.
- Keluarkan benda uji dari dalam cetakan dengan alat pengeluar contoh.
2. Timbang benda uji.
3. Letakkan pada plat penekan secara sentries.
4. Atur ketinggian plat penekan atas agar tepat menyentuh permukaan atas tanah.
5. Atur dial beban maupun deformasi pada posisi nol.
6. Lakukan penekanan dengan memutar engkol (mesin manual) atau menghidupkan motor
(mesin electric). Kecepatan penekanan diambil ½ % sampai 2 % permenit dari tinggi contoh
semula.
7. Baca dial beban pada regangan 0,5 %, 1%, 1,5%,2% dan seterusnya.
8. Setalah dicapai beban batas atau regangan telah mencapai 20%, gambar pola keruntuhan
tanah.
0.09
0.06
0.05
0.04 Linear ()
0.03
0.02
0.01
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Contoh Perhitungan :
Kekuatan Geser = Pemb.Arloji x Kalibrasi Alat
= 0,1 x 0,472
= 0,0472
Dst...
Tegangan Normal = Beban Normal : Luas
= 3,73 : 31,17
= 0,119
Dst...
Tegangan Geser = Kekuatan geser Terbesar : Luas
= 1,416 : 31,17
= 0,045
LAMPIRAN
Pengujian Kuat Tekan Bebas adalah bentuk khusus dari uji UU yang umum dilakukan terhadap
sampel tanah lempung. Pada uji ini tegangan penyekap σ3 adalah nol. Tegangan aksial dilakukan
terhadap benda uji secara relatif cepat sampai mencapai keruntuhan. Pada titik keruntuhan, harga
tegangan total utama kecil (total minor principal stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah
σ1. Karena kekuatan geser kondisi air termampatkan dari tanah tidak tergantung pada tegangan penyekap,
maka:
(qu) atau kekuatan tekanan tanah kondisi tak tersekap adalah harga tegangan aksial maksimum
yang dapat ditahan oleh sampel uji silindris sebelum mengalami keruntuhan
Prosedur pengujian :
2. cu = 1/2 x 0.1370
= 0.0685
3. ɛ’ =
4. h = 70 mm=7 cm
5. E= cu / Regangan Aksen
= 0.049 / 0.064
= 0.76
6. Luas = ¼ ∏ d2
= 1/4 x 3.14 (3.507cm)2
= 9.65 cm2
8. Regangan Aksial
Dengan rumus: ɛ = ∆h/h
0.35 / 70 = 0.005
0.7 / 70 = 0.01
1.4 / 70 = 0.02
Dst...
METODE PENGUJIAN
KUAT TEKAN BEBAS TANAH KOHESIF
(REMOULDED)
RUANG LINGKUP :
Metode pengujian ini meliputi persyaratan-persyaratan , ketentuan ketentuan, benda uji,
rumus-rumus, cara uji kuat tekan bebas tanah kohesif (remoulded)
RINGKASAN :
Kuat tekan bebas adalah besarnya beban aksial persatuan luas.
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melakukan pengujian kuat tekan bebas tanah
kohesif (remouded), dengan tujuan untuk memperoleh nilai kuat tekan bebas kohesif
(remoulded).
Berat
Contoh : 85,9 Gr LCR : 0,51
Berat Isi : Gr/Cm3
Luas
Pemb. Faktor
Deforma Reganga Terkorek Beban
Waktu Arloji Beba Koreks Tegangan
si Tanah n Aksial si Toatal
(menit) (*0.01 n (Kg) i Luas Kompresi
Δh (mm) ε=Δh/h A'=Ao/(1- (P)
) 1-ε
ε)
0,00 0 0 0 0,000 1,000 9,650 0,000 0,0000
0,50 35 0,5 0,35 0,005 0,995 9,698 0,255 0,0263
1,00 70 1 0,7 0,010 0,990 9,747 0,510 0,0523
2,00 140 1 1,4 0,020 0,980 9,847 0,510 0,0518
3,00 210 1,5 2,1 0,030 0,970 9,948 0,765 0,0769
4,00 280 1,5 2,8 0,040 0,960 10,052 0,765 0,0761
5,00 350 2 3,5 0,050 0,950 10,158 1,020 0,1004
6,00 420 2 4,2 0,060 0,940 10,266 1,020 0,0994
7,00 490 2 4,9 0,070 0,930 10,376 1,020 0,0983
8,00 560 2 5,6 0,080 0,920 10,489 1,020 0,0972
9,00 630 2 6,3 0,090 0,910 10,604 1,020 0,0962
10,00 700 2,2 7 0,100 0,900 10,722 1,122 0,1046
11,00 770 2,4 7,7 0,110 0,890 10,843 1,224 0,1129
12,00 840 2,5 8,4 0,120 0,880 10,966 1,275 0,1163
13,00 910 2,5 9,1 0,130 0,870 11,092 1,275 0,1149
0,13635233
980 3 9,8 0,140 0,860 11,221 1,530 2
Contoh Perhitungan :
1. Regangan Aksial
Rumus : ε=Δh/h
0.35 / 70 = 0.005
0.7 / 70 = 0.010
1.4 / 70 = 0.020
3. Luas Terkoreksi
Dengan rumus : A’ = A0 / (1 - ɛ)
9.65 / 0.995 = 9.698
9.65 / 0.990 = 9.747
9.65 / 0.980 = 9.847
KESIMPULAN
1. Tanah yang strukturnya sudah terganggu (rusak) akan mengalami penurunan kekuatan.
2. Tanah yang digunakan dalam praktikum tergolong dalam tanah jenis lempung dengan
kesensitifan rendah, dimana apabila terjadi kerusakan struktural pada tanah tersebut
maka perubahan (penurunan) kuat tekan dan gesernya tidak begitu besar.
3. Tanah memiliki tegangan ultimate yang mampu menahan beban maksimum, apabila
beban yang dialami melebihi nilai maksimum tersebut maka akan terjadi keruntuhan
(failure).
LAMPIRAN
Uji CBR ( California Bearing Ratio ) Lapangan
Tujuan :
Pengujian CBR di laboratorium ini bertujuan untuk menentukan harga CBR tanah dan campuran
tanah agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. CBR adalah perbandingan antara
beban penetrasi suatu bahan terhadap beban standar dengan kedalaman dan kecepetan penetrasi yang
sama.
Dasar Teori :
California Bearing Ratio (CBR) adalah beban pada material standar berupa batu pecah di California pada
penetrasi yang sama. Percobaan ini dilakukan untuk menilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang hendak
dipakai untuk pembuatan perkerasan. Daya dukung lapisan tanah dasar dibutuhkan untuk menentukan lapisan
perkerasan yang dibutuhkan sesuai rencana.
Pada uji pemadatan ini dipakai cetakan yang sama dengan uji pemadatan standar, yaitu dengan rata-rata
volume 1/30 ft3 (944 cm3). Tetapi pada uji CBR ini tanah yang dipadatkan dibagi menjadi 5 lapisan. Cara ini
dikembangkan oleh California State Highway Departement sebagai cara untuk menilai tanah dasar jalan (sub
grade ). Dengan cara ini suatu percobaan penetrasi dipergunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar atau bahan
lainnya yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan. Nilai CBR yang diperoleh kemudian dipakai untuk
menentukan tebal lapisan perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang CBR-nya ditentukan.
Peralatan
a) Dongkrak CBR mekanis yang dioperasikan secara manual, dilengkapi dengan swivel head untuk
mengukur beban yang bekerja pada torak, dan didesain sesuai dengan spesifikasi di bawah ini:
1) kapasitas minimum 2700 kg (5950 lb);
2) daya angkat minimum 50,8 mm (2 inci);
3) engkol, dengan radius 152,4 mm (6 inci);
4) putaran roda gigi tinggi, kira-kira 2,4 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;
5) putaran roda gigi menengah, kira-kira 5 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;
6) putaran roda gigi rendah, kira-kira 14 putaran per 1 mm (0,04 inci) penetrasi;
7) putaran roda gigi yang lain dapat digunakan untuk kenyamanan dalam pemutaran;
8) dongkrak mekanis CBR yang lain dengan beban maksimum yang sama dapat digunakan jika
rata-rata penetrasi beban merata setiap 1,3 mm (0,05 inci) per menit dapat dicapai.
b) Dua buah cincin penguji yang telah dikalibrasi dengan rentang pembebanan 0 kN sampai dengan 8,8
kN (1984 lbf) dan rentang pembebanan 0 kN sampai dengan 22,6 kN (5070 lbf);
c) Torak penetrasi berdiameter 50,8 mm ± 0,1 mm (2 inci ± 0,004 inci) dengan luas nominal 1936 mm2
(3 inci2) dan panjangnya kira-kira 102 mm (4 inci).
Torak penetrasi dilengkapi oleh sebuah penghubung torak yang di dalamnya terdapat pipa tambahan
dengan penyambung.
Pipa tambahan tersebut memiliki jumlah dan panjang perkiraan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 - Jumlah pipa tambahan dan panjang perkiraannya pada torak
Jumlah yang dibutuhkan Panjang perkiraan
2 38 mm ( 1,5 inci)
2 102 mm ( 4,0 inci)
8 305 mm (12,0 inci)
d) Dua buah arloji pengukur untuk mengukur penurunan dengan ketelitian pembacaan 0,0025
mm (0,0001 inci) dan kemampuan pembacaan setiap 6,4 mm (0,25 inci) serta 1 (satu) buah
arloji pengukur untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian pembacaan 0,025 mm (0,001
inci) dan kemampuan pembacaan setiap 25 mm (1 inci) yang dilengkapi dengan sebuah alat
penunjuk tambahan yang dapat diatur;
e) Peralatan pendukung untuk penunjuk penetrasi yaitu sebuah alat yang terbuat dari batang
aluminium atau batang kayu dengan tebal 76,2 mm (3 inci) dan panjang 1,5 m (5 ft);
f) Pelat beban pemberat yaitu pelat berbentuk lingkaran yang terbuat dari baja dengan diameter
254 mm ± 0,5 mm (10 inci ± 0,02 inci) dan mempunyai diameter lubang 50 mm
± 0,5 mm (2 inci ± 0,02 inci). Pelat tersebut memiliki berat 4,54 kg ± 0,01 kg (10 lb ± 0,02 lb);
g) Beban pemberat yaitu 2 (dua) buah beban pemberat sebesar 4,54 kg ± 0,01kg (10 lb) dengan
diameter 216 mm ± 1 mm (8,5 inci) dan 2 (dua) beban tambahan sebesar 9,08 kg ± 0,01
kg (20 lb) dengan diameter 216 cm ± 1 mm (8,5 inci);
h) Truk yang dapat menahan beban sebesar 31 kN (6970 lbf). Truk dilengkapi dengan balok yang
terbuat dari besi dan alat tambahan lainnya. Alat tambahan yang dipasang pada bagian
belakang truk menerima reaksi gaya penetrasi torak ke dalam suatu lapisan/bahan tanah. Alat
tambahan yang dipasang sesuai dengan ketentuan sehingga truk dapat didongkrak dan
menahan beban yang dipikul pegas belakang truk sehingga pengujian dapat dilakukan tanpa
ada gerakan ke atas dari sasis truk tersebut. Jarak antara suatu lapisan/bahan tanah dan alat
penetrasi yang diizinkan ialah 0,6 m (2 ft);
i) Dongkrak truk dengan kapasitas 15 ton yang mempunyai dua kombinasi trip dan penurun
otomatis;
j) Peralatan umum lainnya seperti tempat benda uji untuk kadar air, berat isi, spatula, alat
penggali, alat-alat penumbuk, alat perata (level), alat untuk mengukur kadar air, jam ukur dan
lain-lain.
Prosedur pengujian
a) Tentukan titik pengujian dimana jarak titik pengujian ditentukan agar tidak mengganggu
pengujian di titik berikutnya. Jarak minimum antar titik pengujian penetrasi pada tanah plastis
(lempungan) sebesar 175 mm (7 inci) sedangkan pada tanah granular jarak spasi minimumnya
sebesar 380 mm (15 inci);
b) Siapkan area permukaan pada titik pengujian sesuai kedalaman lapisan yang akan diuji dengan
memindahkan material lepas dan buatlah area tersebut menjadi datar agar pengujian dapat
dilakukan. Ketika ditemukan material non plastis (granular) maka pekerjaan pembersihan
material tersebut tidak boleh mengganggu permukaan area pengujian
c) Tempatkan truk di tengah lokasi titik pengujian, pasang dongkrak untuk menaikkan truk
sehingga tidak lagi menumpu pada pernya. Usahakan posisi as roda belakang truk agar sejajar
dengan permukaan lapisan yang akan diperiksa;
d) Letakkan dongkrak pada posisi yang tepat pada lokasi pengujian, kemudian sambungkan cincin
penguji pada ujung dari dongkrak tersebut. Ikatkan penghubung torak ke bagian bawah cincin
penguji kemudian hubungkan sejumlah pipa tambahan sehingga jarak titik pengujian dengan
permukaan mendekati 125 mm (4,9 inci). Hubungkan pipa tambahan tersebut pada torak
penetrasi dan ikat dongkrak pada tempatnya. Periksa dan perbaiki dongkrak yang sudah dirakit
agar kedudukannya vertikal;
e) Letakkan pelat beban dengan berat 4,54 kg (10 lb) di bawah torak penetrasi sehingga torak
penetrasi dapat masuk ke dalam lubang pelat beban tersebut;
f) Aturlah torak penetrasi sehingga dapat memberikan beban sebesar 0,21 kg/cm 2 (3 Psi). Untuk
pengaturan yang cepat, gunakanlah putaran roda gigi tinggi dari dongkrak tersebut. Untuk suatu
lapisan/bahan tanah dengan permukaan yang tidak rata, torak diatur agar terletak di atas lapisan
tipis kapur yang lolos saringan No.20 sampai dengan No.40;
g) Area permukaan tempat pengujian haruslah rata agar beban yang bekerja pada pelat beban dapat
didistribusikan secara merata. Apabila area permukaan tempat pengujian tidak rata, usahakanlah
dengan menambah lapisan pasir halus sampai dengan ketebalan 3 mm sampai dengan 6 mm
(0,12 inci sampai dengan 0,24 inci) sehingga distribusi beban ke permukaan pengujian
merata.
h) Berikan beban tambahan pada pelat beban sehingga sama dengan beban yang bekerja pada
perkerasan. Kecuali pada pembebanan minimum sebesar 4,54 kg (10 lb) pada pelat beban dan
ditambah 1 (satu) beban tambahan sebesar 9,08 kg (20 lb);
CATATAN 3
- Berat minimum tersebut menghasilkan pembebanan yang sama dengan beban yang
dihasilkan pelat tambahan seberat 4,54 kg (10 lb) yang digunakan pada mold dengan
diameter 150 mm (6 inci) pada uji CBR Laboratorium (SNI 03-1744-1989).
i) Pasanglah arloji pengukur penetrasi pada torak;
j) Aturlah agar arloji pengukur menunjukkan angka nol;
k) Berikan pembebanan pada torak penetrasi dengan kecepatan penetrasi konstan mendekati 1,3
mm/menit (0,05 inci/menit). Gunakan putaran roda gigi rendah pada dongkrak selama tes
berlangsung. Catatlah pembacaan beban pada penetrasi awal 0,64 mm (0,025 inci) sampai pada
akhir kedalaman 12,7 mm (0,5 inci). Pada tanah yang seragam, kedalaman penetrasi lebih dari 7,62
mm (0,3 inci) dapat diabaikan. Kemudian hitung perbandingan tegangan yang dinyatakan dalam
persen (lihat 7 a) dan 7 b));
l) Setelah selesai melakukan pengujian CBR lapangan, lakukan pengujian kadar air di lapangan dengan
alat Speedy sesuai SNI 03-1965.1-2000 dan pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus pasir
sesuai SNI 03-2827-1992. Pengujian tersebut dilakukan pada jarak 100 mm (4 inci) sampai dengan
150 mm (6 inci) dari titik penetrasi.
Perhitungan
a) Tentukan beban yang bekerja pada torak. Hitung tegangan penetrasi pada setiap kenaikan penetrasi.
Buatlah kurva hubungan antara tegangan dan penetrasi seperti pada Gambar E.1;
Pada keadaan tertentu kurva penetrasi dapat berbentuk lengkung ke atas, untuk itu diperlukan koreksi
sehingga titik inisial bergeser dari titik 0 seperti ditunjukkan pada Gambar E.1;
b) Gunakan hasil tegangan yang telah dikoreksi yang diambil dari kurva tegangan dan penetrasi pada
2,54 mm (0,1 inci) dan pada 5,08 mm (0,2 inci), hitung CBR yang dinyatakan dalam persen dengan
membagi tegangan yang telah dikoreksi terhadap tegangan standar 0,71 kg/mm2 (1000 Psi) dan
tegangan standar 1,06 kg/mm2 (1500 Psi).
Apabila tegangan maksimum yang terjadi menghasilkan penetrasi kurang dari 0,2 inci, maka
tegangan standar dapat diinterpolasi. Pada umumnya CBR dinyatakan pada penetrasi 2,54 mm (0,1
inci).
Jika CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,2 inci) lebih besar dari CBR pada penetrasi 2,54 mm (0,1
inci), maka pengujian harus diulang kembali. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, maka
sebaiknya dilakukan pengujian yang ketiga. Jika nilai CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,2 inci) tetap
lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2,54 mm (0,1 inci), maka yang digunakan adalah CBR
pada penetrasi 5,08 mm (0,2 inci);
1
= 3,14 x 15,702 x 11,70 = 2263,887
4
e. berat isi basah = berat tanah basah : isi mold
=3855:2124 =1,815
f.berat isi kering = berat isi basah /(100+17,3) x 100
=1,538
2. RUMUS JUMLAH TUMBUKAN 10 KALI ( sesudah )
Diameter 15,50 Cm
Tinggi
Mold 11,25 Cm
Blow 10 Blow
Volume 2123,638 cm3
5.VOLUME
1
A. VOLUME = π x d 2 x t mo
4
1
= 3,14 x 15,502 x 11,25 = 2121,70
4
LAMPIRAN
Tujuan
Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik
agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.
Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat
100.000
KUMULATIF % (LOLOS)
80.000
60.000
40.000
20.000
0.000
0 5 10 15 20 25 30
US STANDARD (OPENING)
Peralatan yang di gunakan.
Timbangan
Satu set saringan/ayakan yang di gunakan
Oven
wadah sempel
Kuas, sendok dan alat-alat lainnya
alat penumbuk/penghalus sempel
2.Prosedur Pengujian
Hasil pengujian analisa saringan agregat hasul dan kasar yang telah di lakukan dapat di lihat
bahwa berat tertahan komutatis sebesar 253,34 sehingga di dapat nilai modulus halus butir
sebesar 2,54 nilai tersebut memenuhi sarat untuk bhan beton sesuai dengan SNI S-04-1989- F
dimana modulus halus butir antara 1,50-3,80 dengan varian sesuai standar gradasi.
Kemudian, didapat nilai modolus kehalusan agregat kasar sebasar 2,54% nilai ini memenuhi
spesifikasi nilai makaimal yg telah di tetapkan SNI 03-1968-1990 sebesar 8%.
LAMPIRAN