Anda di halaman 1dari 143

TINJAUAN MODULUS ELASTISITAS dan POISSON RATIO

BETON SERAT PERFORMA TINGGI dengan PENAMBAHAN


SILICA FUME, FLY ASH dan SERAT BAJA

Observe The Modulus of Elastisity and Poisson Ratio of High Perform Concrete
Fiber With Increasing Silicafume,Fly Ash and Fiber Steel

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun oleh

SUTRISNO
I 0103124

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
TINJAUAN MODULUS ELASTISITAS dan POISSON RATIO
BETON SERAT PERFORMA TINGGI dengan PENAMBAHAN
SILICA FUME, FLY ASH dan SERAT BAJA

Observe The Modulus of Elastisity and Poisson Ratio of High Perform Concrete
Fiber With Increasing Silicafume,Fly Ash and Fiber Steel

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun oleh :

SUTRISNO
I 0103124

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

TINJAUAN MODULUS ELASTISITAS dan POISSON RATIO BETON


SERAT PERFORMA TINGGI dengan PENAMBAHAN SILICA FUME,
FLY ASH dan SERAT BAJA

Observe The Modulus of Elastisity and Poisson Ratio of High Perform Concrete
Fiber With Increasing Silicafume,Fly Ash and Fiber Steel

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun oleh :

SUTRISNO
I 0103124

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Persetujuan Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Wibowo, ST,DEA Ir. Slamet Prayitno, MT


NIP. 19681007 199502 1 001 NIP. 19531227 198601 1 001

ii
TINJAUAN MODULUS ELASTISITAS dan POISSON RATIO BETON
SERAT PERFORMA TINGGI dengan PENAMBAHAN SILICA FUME,
FLY ASH dan SERAT BAJA

Observe The Modulus of Elastisity and Poisson Ratio of High Perform Concrete
Fiber With Increasing Silicafume,Fly Ash and Fiber Steel

SKRIPSI

Disusun Oleh :

SUTRISNO
I 0103124

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Universitas Sebelas Maret pada hari
Jumat, 30 Oktober 2009.

1. Wibowo, ST, DEA ---------------------------


NIP. 19681007 199502 1 001

2. Ir. Slamet Prayitno, MT ---------------------------


NIP. 19531227 198601 1 001

3. Endah Safitri, ST, MT ---------------------------


NIP. 19701212 200003 2 001

4. Ir. Endang Rismunarsi, MT ---------------------------


NIP. 19570917 198601 2 001

Mengetahui, Disahkan,
a.n. Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Sipil
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Bambang Santosa, MT


NIP. 19561112 198403 2 007 NIP. 19590823 198601 1 001

iii
MOTTO

Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat


daripada selalu benar karena tidak pernah melakukan apa-apa.
(GB Shaw)

Bila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain


dengan kekayaanmu, berilah mereka kebaikan dengan wajahmu yang
berseri- seri dan akhlak yang baik
(Nabi Muhammad SAW)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini dengan segala


kerendahan hati untuk :

Papa dan Mamaku, terima kasih atas pengorbanan,


doa, bimbingan dan nasehatnya supaya aku sabar
menjalani smua masalah.

Mas pri, Mas war yang slalu memberi apa yang aku
mau, slalu membantu smua problema yang aku
hadapi.

Ponakan Tercinta Ivan, Ireene, Steve, Havie Jangan


manja terus dan jangan pernah malas untuk belajar.

Eva Martina Afriana, yang slalu men-suport aku,


Memberi harapan- harapan akan masa depan
tentang ASA dan CINTA, Smoga Smua tercapai,
AMIN....

Ervin, Nani, Wimba, Wantexs, Ucup, Adam, Adita


Smua temen yang slalu aku repotkan Makaseh
banyak.

Rekan Mahasiswa Teknik Sipil 03, Parking Dep. n Staf


terima kasih untuk Smangatnya,Chayo CIVERO03.

All of My Family.

iv
ABSTRAK

Sutrisno, 2009, Modulus Elastisitas dan Poisson Ratio Beton Serat Performa
Tinggi dengan Penambahan Silica fume, Fly Ash dan Serat Baja, Skripsi
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Beton mutu tinggi adalah beton dengan perlakuan khusus dan persyaratan yang
seragam, disyaratkan terdapat kontrol terhadap pemilihan dan desain dari material
penyusun beton dengan penambahan bahan tambah yang tepat. Penggunaan bahan
tambah silica fume, fly ash dan serat baja pada beton mutu tinggi adalah
dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu beton itu sendiri. Silica
fume merupakan produk sampingan (biproduct) dari suatu proses industri silicon
metal. Silica fume mengandung kadar SiO2 yang tinggi dan merupakan bahan
sangat halus, berbentuk butiran, sangat kecil, dan biasanya disebut dengan mikro
silika. Ukuran butirannya 100 kali lebih halus dibandingkan butiran semen. Silika
fume mengandung unsur SiO2 lebih dari 85% dengan demikian silika fume dapat
dikategorikan sebagai pozzoland.

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen di laboratorium dengan


menggunakan sampel silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Rancang campur menggunakan Pendekatan dari proposal lomba kuat tekan beton
oleh Universitas Kristen Petra dengan fc rencana 100 MPa (Silinder), dengan
penambahan variasi dimensi serat baja 0mm, 25mm, 50mm. Proses pengujian
meliputi, uji modulus elastisitas dan rasio poisson pada umur beton 28 hari.

Analisis data hasil pengujian digunakan analisis statistik dengan menggunakan


regresi polinomial dengan program Microsoft Excel.
Dari hasil analisis diketahui bahwa terjadi pola perubahan modulus elastisitas dan
rasio poisson. modulus elastisitas rata-rata dari beton mutu tinggi dengan variasi
penggantian serat baja 0mm, 25mm, 50mm,untuk umur 28 hari adalah
32.643,19453 MPa; 32.217,04895 MPa; 37.666,26744 MPa; 34.095,49381 MPa.
Dapat diketahui pula bahwa nilai poisson ratio rata-rata untuk penggantian serat
baja 0mm, 25mm, 50mm,untuk umur 28 hari adalah 0,2262936; 0,2376783;
0,2624827 dan 0,215622.

Kata kunci : silica fume, fly ash, serat baja,modulus elastisitas.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Tinjauan Modulus Elastisitas dan Poisson Ratio Beton Serat Performa Tinggi
dengan Penambahan Silica fume, Fly Ash dan Serat Baja .

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh guna
meraih gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Melalui penyusunan skripsi ini mahasiswa
diharapkan mampu mempunyai daya analisa yang tajam serta membantu
memperdalam ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada:
1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf.
2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas teknik Universitas sebelas Maret
Surakarta beserta staf.
3. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS, selaku Dosen Pembimbing Akademis
4. Wibowo, ST, DEA, selaku Dosen Pembimbing I skripsi.
5. Ir Slamet Prayitno, MT, selaku Dosen Pembimbing II skripsi .
6. Tim Penguji Pendadaran pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
7. Ketua Laboratorium beserta Staf Laboran Bahan Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta
8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta
9. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
demi perbaikan ini sangat diharapkan.

vi
Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan dan
bagi mahasiswa Teknik Sipil pada khususnya.

Surakarta, Oktober 2009

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Batasan Masalah 4
1.4. Tujuan Penelitian 5
1.5. Manfaat Penelitian 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka 6
2.2. Landasan Teori 10
2.2.1. Pengertian Beton 10
2.2.2. Beton Mutu Tinggi 10
2.2.3 Bahan Penyusun Beton 14
2.2.3.1. Semen Portland 14
2.2.3.2. Agregat 16
2.2.3.3. Air 19
2.2.3.4. Silika Fume 21
2.2.3.5. Superplasticizer 22
2.2.3.6. Abu Terbang (Fly Ash) 25
2.2.3.6.1. Sifat- sifat Fisika Abu Terbang 26
viii
2.2.4. Sifat- sifat Beton Segar 27
2.2.4.1. Kemudahan Pengerjaan (workability) 27
2.2.4.2. Pemisahan Air (Bleeding) 30
2.2.5. Sifat- sifat Beton Setelah Mengeras 30
2.2.5.1. Kekuatan (Strength) 30
2.2.5.2. Ketahanan (Durability) 31
2.2.5.3. Rangkak dan Susut 31
2.2.6. Modulus Elastisitas 32
2.2.6. Poisson Ratio 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 34
3.1. Tinjauan Umum 34
3.2. Benda Uji 34
3.3. Tahapan dan Prosedur Penelitian 35
3.4. Peralatan Penelitian 38
3.5. Pengujian Bahan Dasar 39
3.5.1. Pengujian Agregat Halus 40
3.5.1.1. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus 40
3.5.1.2. Pengujian Kadar Zat Organik 41
3.5.1.3. Pengujian Specific Grafity 42
3.5.1.4. Pengujian Gradasi 44
3.5.2. Pengujian Agregat Kasar 45
3.5.2.1. Pengujian Specific Grafity 45
3.5.2.2. Pengujian Abrasi 47
3.5.2.3. Pengujian Gradasi 48
3.5.2.4. Pengujian Berat Satuan 49
3.6. Perancangan Campuran Beton 50
3.7. Pembuatan Benda Uji 50
3.8. Pengujian Nilai Slump 51
3.9. Perawatan Benda Uji (Curing) 52
3.10. Pengujian Tegangan Regangan Silinder Beton 52
3.11. Analisis Hasil 54

ix
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55
4.1. Pengujian Agregat 55
4.1.1. Pengujian Agregat Halus 55
4.1.2. Pengujian Agregat Kasar 60
4.2. Perancangan Campuran Adukan Beton 63
4.3. Pengujian Nilai Slump 63
4.4. Pengujian Berat Jenis Beton 65
4.5. Pengujian Modulus Elastisitas dan Poisson Rasio 66
4.5.1. Perhitungan Modulus Elastisitas 66
4.5.2. Perhitungan Poisson Ratio 71
4.6. Pembahasan
75
4.6.1. Modulus Elastisitas
75
4.6.2. Poissin Ratio
76
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
76
5.1. Kesimpulan
77
5.2. Saran
xv
DAFTAR PUSTAKA
xvi
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 2.1 Klasifikasi High strength Concrete, High Performance 10
Concrete
Tabel 2.2 Susunan unsur semen 14
Tabel 2.3 Jenis-jenis Semen Portland 15
Tabel 2.4 Gradasi Agregat Kasar 17
Tabel 2.5 Gradasi Agregat Halus 18
Tabel 2.6 Sifat fisik dari beberapa bahan 21
Tabel 2.8 Penggunaan Beton pada Tingkat Workabilitas yang 28
Berbeda-beda
Tabel 3. 1 Pengelompokan Benda uji 35
Tabel 3. 2 Tabel Perubahan Warna 42

Tabel 4. 1 Hasil pengamatan setelah pencucian 55


Tabel 4. 2 Pengaruh kandungan zat organik terhadap persentase 56

penurunan kekuatan beton


Tabel 4. 3 Berat pasir yang tertinggal 57

Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus 58


Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Kasar 60
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar 61
Tabel 4. 7 Kebutuhan bahan untuk beton ringan tiap variasi serat 63

Tabel 4. 8 Nilai slump adukan beton 64


Tabel 4. 9 Berat jenis beton 65

Tabel 4. 10 Hasil Persamaan Regresi Polinomial Fungsi Tegangan- 66


Regangan
Tabel 4. 11 Hasil perhitungan modulus elastisitas beton mutu tinggi 70
umur 28 hari
Tabel 4. 12 Hasil persamaan regresi fungsi regangan aksial-lateral 71

Tabel 4. 13 Hasil perhitungan poisson ratio beton mutu tinggi umur 74


28 hari

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 2. 1 Kurva hubungan tegangan-regangan untuk beton 12

mutu sedang dan mutu tinggi


Gambar 2. 2 Pengaruh superplasticizer terhadap workability untuk 23

tiga jenis campuran beton


Gambar 2. 3 Ekspansi akibat dari desak 32

Gambar 3. 1 Bagan Alir Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian. 38


Gambar 4. 1 Kurva Daerah Susunan Gradasi Agregat Halus (pasir) 60

Gambar 4. 2 Grafik Gradasi Agregat Kasar 62


Gambar 4. 3 Grafik Hubungan Variasi dimensi serat dan Nilai 64

Slump
Gambar 4. 4 Grafik hubungan tegangan-regangan aksial beton 67

Pada beton normal umur 28 hari.


Gambar 4. 5 Grafik hubungan tegangan-regangan aksial beton 67

dengan penambahan Serat baja 25mm umur 28 hari.


Gambar 4. 6 Grafik perbandingan antara nilai modulus elastisitas 70

hasil penelitian dan validasi pada beton mutu tinggi


umur 28 hari.
Gambar 4. 7 Grafik hubungan regangan aksial-lateral dengan serat 72
baja 0mm umur 28 hari
Gambar 4. 8 Grafik hubungan regangan aksial-lateral dengan serat 72
baja 25mm umur 28 hari.
Gambar 4.9 Grafik perbandingan antara nilai Poisson rasio rerata 74
dengan variasi panjang serat baja. pada beton mutu
tinggi umur 28 hari.

xii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

% = persentase
fc = Kuat tekan beton
Ac = Luas permukaan benda uji tertekan
Ec = Modulus Elastisitas
= Regangan aksial
l = Penurunan arah longitudinal

L = Tinggi beton relative (jarak antara dua strain gauge)

S2 = Tegangan sebesar 0,4 . fc

S1 = Tegangan yang bersesuaian dengan regangan arah longitudinal akibat

tegangan sebesar 0,00005

2 = Regangan longitudinal akibat tegangan S 2


= Angka poisson ratio
t 2 = Regangan larteral akibat tegangan S 2

t 1 = Regangan lateral akibat tegangan S 1

2 = Regangan longitudinal akibat tegangan S 2

mm = milimeter
cm = centimeter
gr = gram
kg = kilogram
lt = liter
MPa = Mega Pascal
fas = Faktor air semen
ASTM = American Society for Testing and Materials
SSD = Saturated Surface Dry
SKSNI = Standar Konsep Standar Nasional Indonesia

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Hasil Pengujian Agregat

Lampiran B : Penghitungan Rencana Campuran Beton

Lampiran C : Hasil Pengujian Tegangan-Regangan

Lampiran D : Dokumentasi Penelitian

Lampiran E : Surat-surat Skripsi

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan salah satu faktor yang sangat penting di dalam bidang teknik
sipil, mengingat fungsinya sebagai salah satu elemen pembentuk struktur baik
sebagai upper structure maupun sub structure. Kemajuan pengetahuan tentang
teknologi beton memungkinkan untuk dibangunnya struktur-struktur besar baik
yang berupa gedung-gedung bertingkat maupun sarana transportasi misalnya
jembatan dengan bentang panjang, lapisan perkerasan jalan dan lapisan
perkerasan lapangan udara.

Beton merupakan bahan konstruksi yang mempunyai peranan yang semakin luas
seiring dengan laju pembangunan saat ini. Beton didapat dari pencampuran
bahan-bahan agregat halus dan kasar berupa pasir, batu, batu pecah, atau bahan
semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan
air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses
pengerasan dan perawatan beton berlangsung dan juga bahan tambah
(admixture). Bahan tambah ini dapat berupa bahan kimia, serat dan bahan
buangan non kimia yang dicampurkan dengan perbandingan tertentu.

Teknologi beton yang terus berkembang menghasilkan beton mutu tinggi yang
menjadi solusi akan kebutuhan beton yang semakin meningkat tersebut. Beton
pracetak dan prategang digunakan untuk struktur-struktur seperti tiang pancang,
balok jembatan, plat lantai dan kolom untuk gedung bertingkat banyak dan
bantalan kereta api. Beton mutu tinggi dengan kuat desak yang lebih besar dari
beton normal lebih digunakan sebagai komponen beton pracetak dan prategang.

Beton mutu tinggi adalah beton dengan perlakuan khusus dan persyaratan yang
seragam yang tidak dapat selalu dicapai secara rutin hanya dengan penggunaan
material konvensional dan pencampuran secara normal, penempatan dan cara

1
2

perawatannya, disyaratkan terdapat kontrol terhadap pemilihan material penyusun


beton dengan penggunaan bahan tambah yang tepat. Beton mutu tinggi umumnya
dikenal sebagai beton dengan kuat desak lebih besar dari 6000 psi atau 42 Mpa
pada umur 28 hari untuk benda uji silinder. (Nawy,1996). Penggunaan beton mutu
tinggi sangat cocok untuk struktur bangunan tingkat tinggi, struktur jembatan,
tiang dan kolom dengan beban yang besar dimana akan memberikan
pengurangan dalam desain kolom dan balok dan memberikan keuntungan
penghematan ruang.

Pembuatan beton mutu tinggi yang didesain memiliki kuat tekan yang tinggi
diantaranya diperoleh dengan mengurangi nilai faktor air semen. Hal ini
diperlukan agar semua semen dapat bereaksi dengan air dan tidak meninggalkan
pori-pori dalam beton yang timbul akibat penguapan air yang berlebih. Semakin
kecil atau sedikit pori-pori dalam beton akan semakin meningkatkan kuat tekan
beton tersebut. Tetapi rasio air semen yang rendah menyebabkan beton akan sukar
dikerjakan dan tidak lecak. Untuk itu diperlukan suatu admixture yang dapat
meningkatkan workability campuran beton. Campuran beton dikatakan memiliki
workabilitas yang baik apabila memiliki sifat-sifat kohesif, plastis, mobilitas,
fluiditas, dan stabilitas yang baik. Superplasticizer atau yang disebut juga High
Range Water Reducer diperlukan untuk meningkatkan workabilitas campuran
beton. Bahan tambah ini mendispersikan butiran semen sehingga tidak terjadi
penggumpalan adukan beton. Selain itu penambahan superplasticizer
menyebabkan campuran beton mudah mengalir (flowing concrete) sehingga
berguna untuk pencetakan beton ditempat-tempat yang sulit dijangkau, seperti
tempat dengan penulangan yang rapat.

Pada beton mutu tinggi perlu adanya desain dan kontrol dari komposisi
penggunaan material yang mengandung unsur semen (cementitious), agregat, air
dan bahan tambah yang tepat. Pemilihan kualitas agregat dan dimensi butiran
agregat yang digunakan akan menentukan kekuatan beton yang direncanakan.
Penggunaan bahan cementitious termasuk didalamnya portland cement, fly ash,
silica fume, dan ampas dari pembakaran butiran tanah pozzolan alam sangat
efektif meningkatkan kekuatan dari campuran beton. Beton dengan kualitas yang
3

baik dapat diperoleh dengan penggunaan material yang terkontrol dengan proporsi
campuran yang tepat sesuai dengan target atau hasil yang diinginkan, juga diikuti
dengan perawatan (curing) yang baik pula.

Silica fume merupakan produk sampingan (biproduct) dari suatu proses industri
silicon metal. Silica fume mengandung kadar SiO2 yang tinggi dan merupakan
bahan sangat halus, berbentuk butiran, sangat kecil, dan biasanya disebut dengan
mikro silika. Ukuran butirannya 100 kali lebih halus dibandingkan butiran semen.
Silika fume mengandung unsur SiO2 lebih dari 85% dengan demikian silika fume
dapat dikategorikan sebagai pozzoland. Terdapat kelebihan tersendiri apabila kita
menggunakan silika fume dalam proses pembuatan beton mutu tinggi, kelebihan
tersebut antara lain:
1. Meningkatakan workabilitas untuk jangka waktu yang lama
2. Meningkatkan stabilitas dan keterpaduan campuran beton segar
3. Ketahanan beton meningkat drastis
4. Air resapan pada beton banyak berkurang
5. Gas didalam beton banyak berkurang
6. Peningkatan yang besar ketahanan terhadap karbonasi
7. Perembesan klorid dalam beton banyak berkurang
8. Kekuatan awal dan akhir yang tinggi
(Technical data sheet SikaFume, PT Sika Indonesia)

Sifat kurang baik dari beton yaitu getas, yang berhubungan dengan kemampuan
menahan tegangan tarik dan momen lentur. Sehingga penambahan serat baja
dalam campuran beton mutu tinggi ini diharapkan dapat memperbaiki daktilitas,
dan akan meningkatkan nilai modulus elastisitas dan poissons ratio. Untuk
mengetahui peningkatan kualitas dari beton mutu tinggi berserat baja ini
dilakukan beberapa pengujian meliputi modulus elastisitas dan poisson ratio.

Hubungan tegangan-regangan beton yang timbul akibat beban luar yang bekerja,
merupakan hal yang penting untuk mempelajari karakteristik dari gaya-gaya
dalam beton. Hal ini dapat digunakan untuk menyelesaikan analisis dan
perencanaan suatu bagian struktur. Dari parameter tegangan-tegangan beton ada
dua hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, yaitu perbandingan (rasio) poisson
4

dan modulus elastisitas. Modulus elastisitas merupakan suatu tolak ukur umum
yang digunakan untuk pengukuran sifat-sifat elastis suatu bahan. Poisson ratio
didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan lateral terhadap regangan
aksial pada bagian yang dibebani secara uni aksial. Dengan penambahan serat
baja diharapkan mampu meningkatkan elastisitas beton, sehingga dengan
sendirinya elastisitas beton semakin tinggi. Modulus elastisitas akan meningkat
sejalan dengan peningkatan batas elastisitas beton.

1.2 Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang ada, penelitian ini akan meneliti :


1. Bagaimana pengaruh penambahan silica fume, serat baja ke dalam adukan
beton terhadap nilai modulus elastisitas dan poisson ratio
2. Berapa besar nilai modulus elastisitas dan nilai poisson ratio beton dengan
penambahan silica fume dan serat baja.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini akan membatasi permasalahan sebagai berikut :


1. Mutu beton disyaratkan memiliki f c > 60 MPa pada umur beton 28 hari.
2. Silica fume digunakan sebagai bahan tambah semen dalam ukuran berat.
3. Kadar silica fume terbatas pada kadar 5% dari berat semen.
4. Variasi volume serat baja adalah 1% terhadap volume beton, dan panjang
serat 25 mm dan 50 mm.
5. Semen yang digunakan adalah tipe I.
6. Mix design direncanakan untuk f c = 60 MPa (silinder).
7. Fly Ash yang digunakan berasal dari hasil sisa bakar batu bara pada PT.
Batik Keris Solo, Surakarta, Indonesia.
8. Kadar superplasticizer dihitung 1% berdasarkan berat semen.
9. Pencampuran dengan menggunakan molen dan pemadatan dengan
vibrator.
5

10. Adukan beton yang dihasilkan dianggap homogen dan penyebaran serat
baja dianggap merata.
11. Umur beton pengujian adalah umur 28 hari.
12. Pengujian yang dilakukan adalah uji bahan dasar, pengujian nilai slump,
dan uji modulus elastisitas.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui besarnya nilai modulus elastisitas dan
poissons ratio beton mutu tinggi dengan penambahan silica fume dan variasi
serat baja.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis :
a) Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu bahan struktur.
b) Menambah pengetahuan tentang beton terutama penggunaan silica fume
dan serat baja sebagai bahan penambah semen.
c) Menambah pengetahuan tentang beton mutu tinggi ditinjau dari parameter
modulus elastisitas dan poisson rasionya.

2. Manfaat Praktis
a) Menambah alternatif pilihan bahan tambah silica fume dan serat baja
untuk digunakan dalam perancangan beton mutu tinggi.
b) Mengetahui kadar optimum silica fume sebagai bahan penambah semen
yang memberikan kuat desak maksimum sebagai persyaratan beton mutu
tinggi.
c) Mengetahui nilai modulus elastisitas dan poisson ratio beton mutu tinggi
dengan bahan tambah silica fume sebagai penambah semen.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar
(batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran bahan tambahan
lainnya (mulai dari bahan kimia, serat sampai bahan buangan non kimia) dengan
perbandingan tertentu. Campuran yang masih plastis ini dicor kedalam perancah
dan dirawat untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen-air, yang
menyebabkan pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kuat desak
yang tinggi, dan ketahanan terhadap tarik rendah (Nawy, 1990).

Beton banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut
diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat (dan
kadang-kadang bahan tambah yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada perbandingan tertentu.
Campuran tersebut apabila dituang dalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan
mengeras seperti batuan (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996 : 1).

Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-
lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat
mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik
penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu
musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan
(Murdock dan Brook, 1999).

Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adukan beton dinamakan water
cement ratio. Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton,
pada umumnya dipakai nilai water cement ratio (wcr) 0,40 0,60 tergantung
mutu beton yang hendak dicapai. Semakin tinggi mutu beton yang ingin dicapai

6
7

umumnya menggunakan nilai wcr rendah, sedangkan dilain pihak, untuk


menambah daya workabilitas (kelecakan, sifat mudah dikerjakan) diperlukan nilai
wcr yang lebih tinggi. (Istimawan Dipohusodo, 1990 : 3)

Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang diperlukan
waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan
untuk proses hidrasi hanya kira kira 25 persen dari berat semennya, penambahan
jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah mengeras. Air kelebihan dari yang
diperlukan untuk proses hidrasi pada umumnya memang diperlukan pada
pembuatan beton, agar adukan beton dapat dicampur dengan baik, diangkut
dengan mudah dan dapat dicetak tanpa rongga rongga yang besar (tidak
keropos). Akan tetapi hendaknya selalu diusahakan jumlah air sesedikit mungkin,
agar kekuatan beton tidak terlalu rendah. Kuat tekan beton sangat dipengaruhi
oleh besar pori pori pada beton. Kelebihan air akan mengakibatkan beton
berpori banyak, sehingga hasilnya kurang kuat dan juga lebih porous (berpori).
(Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996 : 8).

Beton yang paling padat dan kuat diperoleh dengan menggunakan jumlah air yang
minimal konsisten dengan derajat workabilitas yang dibutuhkan untuk
memberikan kepadatan maksimal. Derajat kepadatan harus dipertimbangkan
dalam hubungannya dengan cara pemadatan dan jenis konstruksi, agar terhindar
dari kebutuhan akan pekerjaan yang berlebihan dalam mencapai kepadatan
maksimal. (Murdock, 1979 : 97)

Bentuk dan tekstur permukaan agregat berpengaruh pada kekuatan beton. Bentuk
yang runcing mempunyai kemampuan saling mengunci, dan permukaan yang
kasar mempunyai koefesien gesek yang tinggi dan akan menghasilkan kekuatan
tekan yang lebih tinggi. Gradasi bahan batuan yang heterogen mengurangi volume
pori yang ada dan menghasilkan beton yang padat dan berkekuatan tinggi.
(Sudarmoko, 1998)
8

Bahan tambah ialah bahan selain unsur pokok beton (air, semen dan agregat) yang
ditambahkan pada adukan beton, sebelum, segera atau selama pengadukan beton.
Tujuannya ialah mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam
keadaan segar atau setelah mengeras, misalnya mempercepat pengerasan,
menambah encer adukan, menambah kuat tekan, menambah daktilitas,
mengurangi sifat getas, mengurangi retak-retak pengerasan dan sebagainya
(Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996 : 47)

Apabila semen portland dicampur dengan air, maka komponen kapur dilepaskan
dari senyawanya. Banyaknya kapur yang dilepas ini sekitar 20% dari berat
semen. Kondisi terburuknya ialah terjadi pemisahan struktur yang disebabkan
oleh lepasnya kapur dari semen. Situasi ini dapat dicegah dengan suatu mineral
silika seperti pozzolan. Mineral yang ditambahkan ini bereaksi dengan kapur bila
ada uap air membentuk bahan padat yang kuat yaitu kalsium silikat. (Nawy, 1990
: 11).

Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-
unsur silikat dan atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan Bangunan
di Indonesia, PUBI-1982). Pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat semen, tetapi
dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur
padam pada suhu normal (24-27 C) menjadi suatu massa padat yang tidak larut
dalam air.

Menurut ACI Committee 544 (1982), fiber reinforced concrete didefisikan


sebagai beton yang terbuat dari campuran semen, agregat halus atau agregrat
halus dan kasar serta sejumlah kecil serat. Ide dasar penambahan serat adalah
memberikan tulangan serat pada beton, yang disebar merata cara random untuk
mencegah retak-retak beton yang terlalu dini didaerah tarik akibat panas dan
hidrasi maupun akibat pembebanan (Pribadi, 1997).

Telah terbukti bahwa penambahan serat alumunium dalam beton selain dapat
memperbaiki kekuatan tarik beton dan sifat getasnya, juga dapat memperbaiki
9

sifat-sifat yang lainnya, seperti menambah kekuatan lentur beton, menambah


kekuatan geser, keuletan beton bertambah, daya tahan yang lebih besar dalam
menerima beban kejut (Harjono, 2001).

Superplasticizer mempunyai pengaruh dalam peningkatan workabilitas beton


sampai pada tingkat yang cukup besar. Bahan ini, pada kenyataannya digolongkan
pada sarana untuk menghasilkan beton yang mengalir tanpa terjadi pemisahan
yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar. Pada alternatif
lain, bahan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan beton, karena
memungkinkan pengurangan kadar air guna mempertahankan workabilitas yang
sama. (Murdock, 1979 : 93)

Kuat tekan beton mutu tinggi, beton ringan hanya sedikit peningkatan dengan
penambahan serat baja. Untuk serat baja beton mutu tinggi, beton ringan, modulus
elastisitas bervariasi dari 23.1 ke 27.9 GPa. Poissons rasio berubah-ubah dari
0.215 hingga 0.166. (Gao, Jianming, Sun, Wei dan Morino, Kenji, 1997)

Kemajuan teknologi dan produksi material menuju ke angka kekuatan beton yang
lebih tinggi. Tahun - tahun ini pertambahan dapat dilihat di penggunaan beton
mutu tinggi (kekuatan, fc > 50 MPa) sudah digunakan pada proyek pembangunan
di seluruh dunia. Beton mutu tinggi (HSC) menawarkan teknik struktural yang
lebih baik secara signifikan seperti lebih tinggi compressive dan daya rentang,
kekakuan yang lebih tinggi, daya tahan yang lebih baik, dibandingkan dengan
beton normal (NSC). ( Mendis, Priyan, 2003)
10

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Beton

Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, agregat dengan atau
tanpa bahan tambahan (admixture) tertentu. Material pembentuk beton tersebut
dicampur merata dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang
plastis sehingga dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai dengan
keinginan. Campuran tersebut bila dibiarkan akan mengalami pengerasan sebagai
akibat reaksi kimia antara semen dan air yang berlangsung selama jangka waktu
yang panjang atau dengan kata lain campuran beton akan bertambah keras sejalan
dengan umurnya. (Istimawan Dipohusodo,1994)

2.2.2 Beton Mutu Tinggi

Beton mutu tinggi adalah sebuah istilah untuk menggambarkan beton dengan ciri
khusus dimana tidak dimiliki oleh beton normal. Beton mutu tinggi dapat
diartikan sebagai beton yang memiliki satu atau lebih karakteristik seperti: susut
yang kecil, permeabilitas yang rendah, modulus elastisitas yang tinggi atau kuat
tekan yang tinggi. Menurut American Concrete Institute (ACI), beton mutu tinggi
adalah beton dengan perlakuan khusus dan persyaratan yang seragam yang tidak
dapat selalu dicapai secara rutin hanya dengan penggunaan material konvensional
dan pencampuran secara normal, penempatan dan cara perawatannya. Disyaratkan
terdapat kontrol terhadap pemilihan dan desain dari material penyusun beton
dengan penambahan bahan tambah yang tepat.

Dalam hubungannya dengan kuat tekan beton, pengertian istilah beton mutu
tinggi telah mengalami perubahan secara significant dalam beberapa tahun
sebelumnya. Pada waktu tertentu kuat tekan 40 MPa telah dipertimbangkan
sebagai beton mutu tinggi, untuk kemudian kekuatan 60 MPa telah ditetapkan
sebagai beton mutu tinggi. Menurut L. J. Parrot (1988) definisi beton mutu tinggi
adalah beton yang workable yang memiliki kuat tekan lebih besar dari 70 MPa
11

yang dibuat dengan metode seperti pada beton normal namun dengan unsur-unsur
yang terpilih.

Dalam penelitiannya, menurut Nawy (1996) beton mutu tinggi didefinisikan


sebagai beton dengan kuat tekan yang lebih besar dari 6000 psi atau 42 Mpa pada
umur 28 hari, dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi High strength Concrete, High Performance Concrete


Very High Ultra High
Parameter High Strength
Strength Strength
Kuat Tekan (Strength), 6000-14500 14500-21750
>21750 (150)
psi (Mpa) (42-100) (100-150)
W/(C+P) ratio 0.45-0.30 0.30-0.24 <0.24
a
Bahan Tambah Kimia WRA/HRWR HRWR HRWR
Fly ash atau
Bahan Tambah Mineral dikombinasikan Silica fumeb Silica fumeb
dengan silica fume
Koeffesien Permeabilitas c
10-11 10-12 <10-14
(cm/sec)
No freezeable
Freeze-thaw protection
water
(Sumber : Edward G Nawy, 1996)

WRA : Water Reducer Agent


a
HRWR : High Range Water Reducer (Superplasticizer)
b
Dapat juga dicampur dengan fly ash
Koeffesien permeabilitas untuk beton normal adalah10 -10

Menurut L. Wahyudi dan Syahril A. Rahim, (1999) Pada umumnya beton mutu
tinggi (High Strength Concrete) dengan f c > 40 MPa (60.000 psi) memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :
1. Kandungan semen tinggi
2. Rasio air-semen rendah
3. Penggunaan agregat yang mutunya lebih kuat
4. Agregat berkadar air rendah
12

5. Penggunaan material pozzolan, fly ash, ground granulated


blastfurnace slag, silica fume, dan sebagainya

Faktor yang sangat mempengaruhi beton mutu tinggi adalah interaksi antara 2
fase material, agregat dan mortar. Adanya peretakan-mikro dalam (internal
microcracking) yang dimulai dengan terjadinya retak-ikatan (bond crack) antara
agregat dan mortar yang berkembang dan menjalar dengan bertambahnya
tegangan.

Pada beton mutu tinggi, jumlah retak-mikro ikatan lebih sedikit karena sifat
kompatibilitas kekuatan dan sifat elastis agregat dengan mortar yang lebih baik
dan makin tingginya kekuatan lekatan tarik (tensile bond strength). Kekuatan
terhadap beban tetap lebih tinggi. Hubungan tegangan-regangan linear mencapai
presentase yang lebih tinggi terhadap kekuatan beton dibandingkan dengan beton
normal.

Karakteristik dari beton mutu tinggi yang membedakan dari beton normal dapat
dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kurva hubungan tegangan-regangan untuk beton mutu


sedang dan mutu tinggi (sumber : L. J. Parrot 1988)
13

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa :


1. Sudut awal kurva-E pada beton mutu tinggi lebih curam
2. Bagian yang menaik dari kurva-E pada beton mutu tinggi lebih linear
3. Sudut dari bagian menurun kurva E lebih curam dan limit regangan lebih
rendah

Oleh karena itu rumus modulus elastisitas untuk beton normal dipandang
overesatimate dan tidak memenuhi. Untuk itu beton mutu tinggi, yaitu untuk mutu
21 < f c < 83 MPa, dianjurkan untuk menggunakan rumus :

E C = (3,32 f' c + 6,9) GPa (A. M. Neville, 1995) (2.1)

Dengan :
Ec : Modulus Elastisitas (GPa), 1GPa = 1000 MPa
fc : Kuat tekan rata-rata beton (MPa)

Manfaat beton mutu tinggi dibidang teknik sipil :


1. Menghasilkan beton dengan ketahanan tinggi (high durability)
2. Menghasilkan beton dengan kuat tekan awal yang tinggi dan mempercepat
pelaksanaan konstruksi
3. Meningkatkan nilai modulus elastisitas dan mengurangi efek rangkak
(creep)
4. Memungkinkan pembangunan konstruksi bangunan tingkat tinggi (high
rise contruction)
5. Memperkecil dimensi kolom, sehingga penggunaan ruang lantai lebih
effisien
6. Secara ekonomi dapat meningkatkan penggunaan box girder dan solid
girder bridge dengan design yang lebih simpel
14

Adapun kelemahan penggunaan beton mutu tinggi adalah:


1. Meningkatkan biaya beton per unit volume
2. Memerlukan kontrol kualitas terhadap mutu beton dan kebutuhan produksi
3. Workability kurang baik dan seringkali menurun dengan cepat setelah
waktu pencampuran
4. Waktu pengangkutan beton pendek dan penambahan superplasticizer
sangat kritis
5. Waktu perkerasan beton sangat cepat
6. Menghasilkan panas hidrasi yang tinggi sehingga perlu menurunkan
hidrasi semennya
7. Membutuhkan waktu lebih dari 28 hari untuk mencapai kuat tekan yang
spesifik. (Sumber : L. J. Parrot, 1988)

2.2.3 Bahan Penyusun Beton

Kualitas beton dapat ditentukan antara lain dengan pemilihan bahan-bahan


pembentuk beton yang baik, perhitungan proporsi yang tepat, cara pengerjaan dan
perawatan beton dengan baik, serta pemilihan bahan tambah yang tepat dengan
dosis optimum yang diperlukan. Bahan pembentuk beton adalah semen, agregat,
air, dan biasanya dengan bahan tambah.

2.2.3.1 Semen Portland


Fungsi semen adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu
massa yang padat dan juga mengisi rongga-rongga diantara butiran-butiran
agregat. Semen yang dimaksud didalam konstruksi beton ialah bahan yang akan
mengeras jika bereaksi dengan air dan lazim dikenal dengan nama semen
hidraulik (hydraulic cement). Salah satu jenis semen yang biasa dipakai dalam
pembuatan beton ialah semen portland (portland cement).
Dapat dilihat Tabel 2.2
15

Tabel 2.2. Susunan unsur semen

Oksida Persen (%)

Kapur (CaO) 60 65

Silika (SiO 2 ) 17 25

Alumina (Al 2 O 3 ) 38

Besi (Fe 2 O 3 ) 0,5 6

Magnesia (MgO) 0,5 4

Sulfur (SO 3 ) 12

Soda / potash (Na 2 O + K 2 O) 0,5 - 1

(Sumber : Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996)

Namum pada dasarnya terdapat 4 unsur yang paling penting, yaitu :


1) Trikalsium Silikat (C 3 S) atau 3CaO.SiO 2
2) Dikalsium Silikat (C 2 S) atau 2CaO.SiO 2
3) Trikalsium Aluminat (C 3 A) atau 3CaO.Al 2 O 3
4) Tetrakalsium Aluminoferit (C 4 AF) atau 4CaO.Al 2 O 3 .Fe 2 O 3

Dalam SK SNI-1991 disyaratkan bahwa semen portland untuk pembuatan beton


harus merupakan jenis yang memenuhi syarat-syarat SII 0013-81 Mutu dan Uji
Semen yang klasifikasinya tertera pada Tabel 2.3 berikut ini :

Tabel 2.3 Jenis-jenis Semen Portland

Jenis Semen Karateristik Umum

Jenis I Semen portland yang digunakan untuk tujuan umum.

Semen portland yang penggunaannya memerlukan


Jenis II
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Semen portland yang penggunaannya memerlukan


Jenis III
persyaratan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
16

Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas


Jenis IV
hidrasi yang rendah

Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut


Jenis V
ketahanan yang kuat terhadap sulfat.

(Sumber : Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996)

Hal penting dalam pelaksanaan pengecoran beton adalah pengikatan dan


pengerasan, sebab semen bereaksi dengan air mulai dari periode (set) dan
kemudian dilanjutkan pengerasan (hardening). Semen dan air akan bereaksi
menghasilkan pasta semen yang plastis dan lecak (workable). Namun setelah
selang beberapa waktu, pasta akan menjadi kaku dan mulai sukar dikerjakan.
Proses ini disebut pengikatan awal (initial set). Selanjutnya pasta semen akan
bertambah kekakuannya sehingga diperoleh padatan yang utuh. Proses ini disebut
pengikatan akhir (final set). Selanjutnya proses berlanjut sampai pasta mempunyai
kekuatan yang disebut pengerasan (hardening). Pada semen portland biasa waktu
pengikatan awal tidak boleh kurang dari 60 menit dan waktu pengikatan akhir
tidak boleh lebih dari 8 jam.

Reaksi antara semen dan air dimulai dari permukaan butir-butir semen, sehingga
kehalusan partikel semen sangat berpengaruh, karena dengan semakin halus
semen maka semakin luas permukaan spesifik semen dan akan menyebabkan
kemungkinan terjadinya reaksi antara air dengan partikel semen persatuan waktu
menjadi lebih besar, sehingga kecepatan reaksi bertambah besar.

2.2.3.2 Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton. Agregat ini menempati 70%-75% dari total volume beton, maka
kualitas agregat akan sangat mempengaruhi kualitas beton, tetapi sifat-sifat ini
lebih bergantung pada faktor-faktor seperti bentuk dan ukuran butiran daripada
jenis batunya. Akibatnya beton dalam jumlah besar dapat dibuat dari segala jenis
batuan alamiah, bila jumlah material cukup dan kualitas seragam. Berdasarkan
17

ukuran butiran, agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat halus
dan agregat kasar.

Agregat kasar adalah agregat yang semua butirannya berkisar antara 5 sampai 40
mm. Agregat halus adalah agregat yang butirannya berkisar antara 0,15 sampai 5
mm

1. Agregat kasar

Menurut SK SNI T-15-1991 disebutkan bahwa, agregat kasar adalah kerikil


sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran antara 5 mm sampai 40
mm.

Menurut PUBI 1982, agregat kasar untuk beton harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut :
1. Agregat kasar harus bersifat kekal, berbutir kasar dan keras serta tidak berpori.
Untuk pengujian kekerasasan ditentukan dengan bejana Rudellof atau
menggunakan mesin Los Angelos, dengan ketentuan sebagai berikut :
Bejana Rudellof = butir agregat kasar yang hancur dan melewati ayakan 2 mm,
tidak lebih dari 32% berat total.
Mesin Los Angelos = butir agregat kasar yang hancur tidak lebih dari 50% berat
yang diuji.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat pengujian
(dari berat kering), apabila melebihi 1% agregat harus dicuci sebelum dicampur
menjadi beton.
3. Bagian butir agregat kasar yang panjang dan pipih tidak melebihi 20% berat
pengujian,terutama untuk beton mutu tinggi.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti reaktif alkali.
5. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
tidak melewati saringan 4,75 mm.
18

Agregat kasar juga harus memenuhi persyaratan gradasi agregat kasar yang telah
ditentukan,
Persyaratan gradasi agregat kasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.4. Gradasi Agregat Kasar

% berat yang lewat ayakan ukuran nominal agregat


Ayakan (mm)

40 - 5 mm 20 - 5 mm 10 - 5 mm
50 100 - -
37,5 95 - 100 100 100
20 35 - 70 85 - 100 90 - 100
10 10 - 40 50 - 85 50 - 85
5 0-5 0 - 50 0 - 10
(Sumber : SK SNI S-36-1990-03)

2. Agregat halus

Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir
yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran
sebesar 5 mm. Pasir yang digunakan dalam campuran adukan beton harus
memenuhi syarat syarat seperti tertera pada PBI 1971 Bab 3.3 , yaitu :
1. Agregat halus terdiri dari butir butir yang tajam dan keras. Butir butiran
agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari atau hujan.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah
bagian yang dapat melalui saringan 0,063 mm. Bila kadar lumpur melampaui
5% maka agregat harus dicuci dahulu sebelum digunakan pada campuran
3. Agregat halus tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak yang harus
dibuktikan dengan warna dari Abrams-Harder.
4. Agregat halus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dan apabila
diayak, harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut :
19

a. Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.


b. Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
c. Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus bekisar antara 80% sampai 95% berat.
5. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agragat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjukpetunjuk dari lembaga yang diakui.

Susunan besar butiran pada agregat halus harus memenuhi batasbatas seperti
tertera pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Gradasi Agregat Halus

Batas % berat yang lewat ayakan

Khusus

Ayakan (mm) Umum Kasar sedang halus

10 100 - - -

5 89 - 100 - - -

2,36 60 - 100 60 - 100 65 - 100 80 - 100

1,18 30 - 100 30 - 90 45 - 100 70 - 100

0,6 15 - 100 15 - 54 25 - 80 55 - 100

0,3 5 - 20 5 - 40 5 - 48 5 - 70

0,15 0 - 15

(Sumber : SK SNI S-36-1990-03)

2.2.3.3 Air

Air merupakan bahan yang sangat penting dalam dunia konstruksi. Berbagai
kegunaan dari air misalnya untuk pembuatan beton, pemadatan kapur, perawatan
beton, dan sebagai campuran untuk adukan pasangan dan plesteran. Di dalam
adukan beton, air mempunyai dua fungsi, yang pertama adalah untuk
memungkinkan terjadinya reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan antara
pasta semen dengan agregrat pada saat terjadinya pengerasan, dan yang kedua
20

adalah sebagai pelincir campuran kerikil, pasir, dan semen agar mudah dalam
proses pencetakan beton.

Air yang memenuhi syarat sebagai air minum, memenuhi syarat pula untuk bahan
campuran beton. Tetapi tidak berarti air harus memenuhi persyaratan air minum.
Jika diperoleh air dengan standar air minum, maka dapat dilakukan pemeriksaan
secara visual yang menyatakan bahwa air tidak berwarna, tidak berbau dan cukup
jernih. Tetapi jika masih meragukan, dapat dilakukan uji laboratorium sehingga
memenuhi persyaratan, yaitu :
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0.5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Menurut Kardiyono Tjokrodimulyo (1996), kekuatan beton dan daya tahannya


berkurang jika air mengandung kotoran. Pengaruh pada beton diantaranya pada
lamanya waktu ikatan awal serta kekuatan beton setelah mengeras. Adanya
lumpur dalam air diatas 2 gram/liter dapat mengurangi kekuatan beton. Air dapat
memperlambat ikatan awal beton sehinggga beton belum mempunyai kekuatan
dalam umur 2-3 hari. Sodium karbonat dan potassium dapat menyebabkan ikatan
awal sangat cepat konsentrasi yang besar akan mengurangi kekuatan beton.

Air yang dibutuhkan agar terjadi proses hidrasi kira-kira 25% dari berat semen.
Penggunaan air yang terlalu banyak dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan
beton. Disamping digunakan sebagai bahan campuran beton, air digunakan pula
untuk merawat beton dengan cara pembasahan setelah dicor dan untuk membasahi
atau membersihkan acuan.
21

2.2.3.4 Silika Fume

Silika Fume ( SF ) adalah hasil produksi sampingan dari reduksi quarsa murni (
SiO2 ) dengan batu bara di tanur listrik tinggi dalam pembuatan campuran silikon
atau ferro silikon. Silika Fume mengandung kadar SiO2 yang tinggi dan
merupakan bahan yang sangat halus, bentuk bulat dan berdiameter yang sangat
kecil sekali yaitu 1/100 kali diameter semen ( ACI, Committee, 1986 dan Modul
Silica ).
Silika Fume dalam jumlah tertentu dapat menggantikan jumlah semen, selain itu
karena Silika Fume mempunyai diameter sangat kecil, maka Silika Fume dapat
juga berperan sebagai pengisi diantara pertikel- partikel semen. Dengan adanya
Silika Fume ini distribusi porositas beton menjadi lebih kecil karena peran Silika
Fume disini selain sebagai penanggulangan terhadap serangan sulfat juga sebagai
pengisi rongga- rongga partikel semen dan agregat sehingga dapat menambah
kekedapan dan keawetan beton.
Beberapa keuntungan digunakannya Silika Fume sebagai bahan tambah yaitu :
a. Mengurangi bleeding dan segregasi
b. Memperoleh panas hidrasi
c. Memperkecil nilai slump
d. Memperendah nilai permeabilitas beton dan meningkatkan keawetan
beton.
Tabel 2.6 Sifat fisik dari beberapa bahan
Semen Silika Fume FlyAsh

Bulk Density (Kg/m3) 1200-1400 200-300 700-1000

Ignition Loss (%) 0,5 2-4 3-12

Specifik Surface (m/g) 0,2-0,5 20 0,2-0,6

( Sumber PT.Ska Nusa Pratama )


22

2.2.3.5 Superplasticizer

Superplasticizer merupakan bahan tambah (admixture). Bahan tambah, additive


dan admixture adalah bahan selain semen, agregat dan air yang ditambahkan pada
adukan beton , sebelum atau selama pengadukan beton untuk mengubah sifat
beton sesuai dengan keinginan perencana. Penambahan additive atau admixture
tersebut ke dalam campuran beton ternyata telah terbukti meningkatkan kinerja
beton hampir disemua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan,
keawetan dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi
konstruksi modern.
Mengacu pada klasifikasi ASTM C494-82, dikenal 7 jenis admixture sebagai
berikut :
Tipe A : Water Reducer (WR) atau plasticizer.
Bahan kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang digunakan. Dengan
pemakaian bahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah
pada nilai kekentalan adukan yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan
lebih encer pada faktor air semen yang sama.
Tipe B : Retarder
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan
apabila dibutuhkan waktiu yang cukup lama antara pencampuran/pengadukan
beton dengan penuangan adukan. Atau dimana jarak antara tempat
pengadukan beton dan tempat penuangan adukan cukup jauh.
Tipe C : Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan
ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah permukaan air, atau
pada struktur beton yang memerlukan pengerasan segera.
Tipe D : Water Reducer Retarder (WRR)
Bahan kimia tambahn berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
memperlambat proses ikatan.
Tipe E : Water Reducer Accelerator
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan.
Tipe F : High Range Water Reducer (Superplasticizer)
23

Bahan kimia yang berfungsi mengiurangi air sampai 12 % atau bahkan lebih.
Penjelasan mengenai superplasticizer akan dibahas lebih lanjut.
Tipe G : High Range Water Reducer (HRWR)
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.

Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan dalam campuran beton dalam


jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka
tingkatan kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini
untuk menjamin agar tidak terjadi kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan
akan bisa mengakibatkan menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi
bisa menimbulkan kerusakan pada beton.

Menurut ASTM C494 dan British Standard 5075, Superplasticizer adalah bahan
kimia tambahan pengurang air yang sangat effektif. Dengan pemakaian bahab
tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih
encer dengan faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi.

Superplasticizer juga mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan


workabilitas bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir
tanpa terjadi pemisahan (segregasi/bleeding) yang umumnya terjadi pada beton
dengan jumlah air yang besar, maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton
ditempat-tempat yang sulit seperti tempat pada penulangan yang rapat.
Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak berpengaruh besar
dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan.
Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat
berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton.
Pengurangan ini tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe
dari superplasticizer yang dipakai. (L. J. Parrot,1998).

Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan dosis


superplasticizer secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton.
Larutan superplasticizer terdiri dari 40% material aktif. Ketika superplasticizer
24

digunakan untuk menguarangi jumlah air, dosis yang digunakan akan lebih besar,
5 sampai 20 liter tiap 1 meter kubik beton.(Neville, 1995)

Adapun pengaruh superplasticizer terhadap workability dapat dilihat pada


Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Pengaruh superplasticizer terhadap workability untuk


tiga jenis campuran beton

Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis :


1. Modifikasi Lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
2. Kondensasi Sulfonat Melamine Formaldehyde (SMF) dengan kandungan
klorida sebesar 0.005%
3. Kondensasi Sulfonat Nephtalene Formaldehyde (SNF) dengan kandungan
klorida yang diabaikan.
4. Carboxyl acrylic ester copolymer.

Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena
lebih effektif dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur
yang memperlambat pengerasan.

Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang dapat larut dalam air yang
telah dipersatukan dengan mengunakan proses polymerisasi yang komplek untuk
menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular yang tinggi.
Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen
25

dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen akan
saling menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel
semen sehingga mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan
workabilitas. Perbaikan workabilitas ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
beton dengan workability yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan
yang tinggi.

2.2.3.6 Abu Terbang (Fly Ash)

Abu terbang merupakan salah satu jenis pozzolan yaitu bahan alam atau buatan
yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif
(Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI-1982 dalam Teknologi
Beton, Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996). Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat
semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos ayakan 0.21 mm) bereaksi dengan air
dan kapur padam pada suhu normal (24 oC - 27 oC) menjadi suatu masa yang
padat yang tidak larut dalam air.
Dalam penelitian ini digunakan abu terbang (fly ash) yang berasal dari hasil sisa
bakar batu bara pada PT. Batik Keris Solo, Surakarta, Indonesia.

Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagian semen
portland. Bila pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan menjadikan beton
lebih mudah diaduk, lebih rapat air, dan lebih tahan terhadap serangan kimia.
Beberapa pozzolan dapat mengurangi pemuaian akibat proses reaksi alkali-
agregat (reaksi alkali dalam semen dengan silika dalam agregat), dengan demikian
mengurangi retak-retak beton akibat reaksi tersebut. Pada pembuatan beton massa
(mass concrete), misalnya dam, pemakaian pozzolan sangat menguntungkan
karena menghemat semen dan mengurangi panas hidrasi (Teknologi Beton,
Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996).

Suharwanto (2000), dalam Adji Anggoro (2002) menyatakan bahwa secara umum
sifat-sifat abu terbang adalah mempunyai partikel yang berbentuk seperti bola
dengan diameter antara 0.1-0.3 m, memiliki permukaan spesifik (spesific
surface) antara 0.2-0.6 m2/gram, kehalusan pertikelnya sebesar 70-80% lolos
26

saringan 200 (75 m), dan berwarna abu-abu hingga coklat muda serta memiliki
kandungan silika yang tinggi.

2.2.3.6.1 Sifat-sifat Fisika Abu Terbang

Berikut ini dijelaskan mengenai sifat-sifat fisika abu terbang meliputi bentuk
partikel, kehalusan, dan berat jenisnya adalah sebagai berikut :
1. Bentuk pertikel.
Ukuran dan bentuk partikel abu terbang tergantung pada asal lokasi
pengambilan dan keseragaman batu baranya, derajat kehancuran pada saat
dibakar, temperatur dan suplai oksigen pada saat pembakaran, keseragaman
sistem pembakaran, pengumpulan dan pemisahan abu terbang pada saat
pembakaran , dan saringannya. Dalam Suharwanto (2000), menujukan bahwa
abu terbang berbentuk bulat seperti bola kecil yang amorf, dan bergerombol
yang saling berkait.
2. Kehalusan
ACI Journal, 1987 dalam Suharwanto, 2000 menyatakan bahwa ukuran abu
terbang adalah antara 1m hingga 1mm. Semakin baik peralatan yang
digunakan untuk penyaringan dan penangkapan (elektrostatic precipitator)
abu terbang, semakin baik dan halus pula abu terbang yang dihasilkan.
Kehalusan abu terbang akan mempengaruhi kinerja beton, yaitu pada
kekuatan, ketahanan terhadap abrasi, dan kepadatan beton.
3. Berat jenis
ACI Journal, 1987 dalam Suharwanto, 2000 menyatakan bahwa berat jenis
abu terbang (fly ash) umumnya berkisar antara 1.97 hingga 3.02. Besar
kecilnya berat jenis dipengaruhi oleh asal lokasi batu bara. Proses pengujian
berat jenis abu terbang sama dengan menghitung berat jenis semen, karena
butiran partikel-partikelnya sama dengan semen.
27

2.2.4 Sifat-sifat Beton Segar

2.2.4.1 Kemudahan Pengerjaan (workability)

Menurut ACI 116R-90 Definisi dari workability adalah sifat dari campuran beton
segar yang menentukan kemudahan dan sifat homogenitas yang dengan itu beton
dapat diaduk, diangkut, dipadatkan dan diselesaikan. (Neville, 1995) menyatakan,
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi workability campuaran beton. Yaitu rasio
air terhadap semen, rasio aggregat terhadap semen dan kandungan air. Faktor
yang utama adalah kandungan air didalam campuran beton. Yang diukur dalam
satuan kilogram atau liter dari air tiap satu meter kubik beton.

Menurut (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996), Unsur-unsur yang mempengaruhi


sifat kemudahan dikerjakan antara lain :
1) Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air
yang dipakai makin mudah beton segar dikerjakan.
2) Penambahan semen kedalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan
adukan beton, karena diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk
memperoleh nilai f.a.s yang tetap.
3) Gradasi campuran pasir dan krikil. Bila campuran pasir dan krikil mengikuti
gradasi yang telah disarankan oleh peraturan maka adukan beton akan mudah
dikerjakan.
4) Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara pengerjaan
beton.
5) Pemakaiaan butir maksimum kerikil yang dipakai juga berpengaruh terhadap
tingkat kemudahan pengerjaan.
6) Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pengerjaan yang berbeda.
Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar, maka diperlukan tingkat
kelecakan yang berbeda daripada jika dipadatkan dengan tangan, sehingga
jumlah air yang diperlukan lebih sedikit jika dipadatkan dengan tangan.
28

Untuk lebih jelasnya pengertian workabilitas dapat didefinisikan dengan sifat-sifat


sebagai berikut :
a) Compactibility, atau kemudahan adukan beton untuk dipadatkan sehingga
rongga-rongga udara yang terperangkap dalam beton dapat dikurangi.
b) Mobility, atau kemudahan adukan beton untuk dapat mengalir kedalam
cetakan disekitar tulangan dan dapat dituang dengan mudah.
c) Stability, atau kemampuan adukan beton untuk tetap sebagai massa yang
homogen, koheren (saling mengikat) dan stabil selama dikerjakan dan
digetarkan tanpa terjadi pemisahan butiran.
d) Finishibility, atau kemudahan dimana tercapai penyelesaian akhir yang baik,
terutama untuk permukaan vertikal yang dicetak dengan acian dan pelat
lantai, dimana dibutuhkan tenaga untuk menambalnya.

Faktor utama yang mempengaruhi workabilitas adalah kandungan air didalam


campuran, sedangkan faktor lainnya adalah gradasi agregat, bentuk dan tekstur
permukaan agregat, proporsi campuran serta kombinasi gradasi.
Tingkat kemudahan pengerjaan berkaitan erat dengan tingkat kelecakan
(keenceran) adukan beton. Makin cair adukan makin mudah pengerjaan. Untuk
mengetahui tingkat kelecakan adukan beton biasanya dilakukan dengan percobaan
slam (slump). Makin besar nilai slump berarti adukan beton semakin encer dan ini
berarti semakin mudah dikerjakan. Pada umumnya nilai slump berkisar antara 5
sampai 12,5 cm. (Kardiyono Tjokrodimuljo,1996 : 56)

Penggunaan campuran beton pada tingkat kemudahan pengerjaan yang berbeda-


beda berdasarkan nilai slumpnya, dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut :
29

Tabel 2.8 Penggunaan Beton pada Tingkat Workabilitas yang Berbeda-beda

Tingkat Slump Faktor


Penggunaan Beton yang Sesuai
Workabilitas (mm) Pemadatan
Beton yang digetarkan di jalan atau
seksi lain yang lebih luas, dimana
mesin getar yang kuat dapat
dilakukan.
Sangat Rendah 0-25 0,80-0,87 Tiang yang digetarkan, balok
pracetak, bantalan rel kereta api dan
lainya dimana dibutuhkan kekuatan
yang tinggi, misal 40 N/mm2 atau
lebih pada umur 28 hari
Jalan raya dengan bentuk mesin
penggetar dan penghalus yang biasa,
Rendah sampai dan pemadat yang dioperasikan
25-50 0,87-0,93
sedang
dengan tangan biasa atau sejenis.

Jalan raya dengan pemadatan tangan


dengan slump 50-75 mm.
Sedang sampai Untuk beton bertulang biasa tanpa
50-100 0,93-0,95
tinggi
penggetaran dan bertulang rapat
dengan penggetaran dan pompa.
Untuk bagian dengan tulangan rapat.
Lebih dari Pekerjaanyang sukar pencetakannya.
Tinggi 100-175
0,95 Umumnya tidak sesuai untuk
digetarkan.
(Sumber : L.J. Murdock dan K.M. Brook, 1991 :125)

Menurut Wild et al (1996), menyatakan bahwa untuk mencapai workability yang


baik dari beton, penggunaan dosis dari superplasticizer harus ditingkatkan apabila
penggunaan silica fume sebagai bahan pengganti sebagian semen ditingkatkan
dari 5% sampai 30% pada beton dengan rasio air dan binder sebear 0,45. Zhang
dan Malhotra (1995), menyatakan bahwa beton dengan memasukkan 10% silica
fume membutuhkan superplasticizer yang lebih banyak dan air-entraining
admixture untuk mendapatkan nilai slump yang sama banyaknya pada
penggunaan superplasticizer untuk beton dengan penambahan silicafume.
30

Metakaolin, dimana memiliki kemiripan dengan silicafume adalah bahan


pozzolan aktif yang sangat halus, dimungkinkan memiliki kemiripan sifat dengan
silicafume apabila digunakan sebagai bahan pengganti semen OPC didalam beton.
Beberapa penulis (Wild dan Khatib, 1997; Wild et al., 1995&1996;Zhang dan
Malhotra, 1995; Cheng-yi dan Feldman, 1985) menyatakan bahwa tingkat
penggantian bahan semen oleh silicafume dan metakaolin secara subtansial
meningkatkan kebutuhan air.

2.2.4.2 Pemisahan air (bleeding)

Kecenderungan air campuran untuk naik ke atas (memisahkan diri) pada baton
segar yang baru saja dipadatkan disebut bleeding. Hal ini disebabkan
ketidakmampuan bahan solid dalam campuran untuk menahan seluruh air
campuran ketika bahan itu bergerak ke bawah.
Air naik ke atas sambil membawa semen dan butir-butir halus pasir, yang pada
akhirnya setelah beton mengeras akan tampak sebagai selaput. Lapisan ini dikenal
sebagai laitance. Bleeding biasanya terjadi pada campuran beton basah (kelebihan
air) atau campuran adukan beton dengan nilai slump tinggi.

2.2.5. Sifat-sifat Beton Setelah Mengeras

2.2.5.1. Kekuatan (Strength)

Kekuatan beton dapat dilihat dari mutu beton itu sendiri. Kekuatan ini meliputi
kekuatan tekan dan kekuatan tarik. Faktor air semen (f.a.s) sangat mempengaruhi
kuat tekan beton. Semakin kecil f.a.s, sampai batas tertentu semakin tinggi kuat
tekan beton.

Kekuatan akan sesuai dengan yang direncanakan bila pada campuran beton
tersebut menggunakan semen portland dengan kekuatan yang sesuai dengan
persyaratan, proporsi campuran dengan perencanaan yang tepat sehingga tidak
terjadi penggunaan pasir yang berlebihan. Kekuatan beton akan semakin
meningkat dengan bertambahnya umur beton karena proses hidrasi semen yang
ada dalam adukan beton akan terus berjalan walaupun lambat.
31

2.2.5.2 Ketahanan (Durability)

Ketahanan beton dikatakan baik apabila dapat bertahan lama dalam kondisi
tertentu tanpa mengalami kerusakan selama bertahun-tahun. Kondisi yang dapat
mengurangi daya tahan beton dapat disebabkan faktor dari luar dan dari dalam
beton itu sendiri. Faktor luar antara lain cuaca, perubahan suhu yang ekstrim,
erosi kembang dan susut akibat basah atau kering yang silih berganti dan
pengaruh bahan kimia. Faktor dari dalam yaitu akibat reaksi agregat dengan
senyawa alkali.

Beberapa peneliti (Jones, 1992; Walter and Jones, 1991; and Kostuch et al.,
1993) memfokuskan pengaruh metakaolin dalam beton yang dapat memperkecil
porositas dan permeabilitas beton, dikarenakan adanya pengurangan sejumlah air
yang ada untuk reaksi kimia beton. metakaolin akan bereaksi dengan kalsium
hidroksida terlarut dan mengeluarkannya, dan senyawa alkali terlarut yang lain
akan dikeluarkan dari pori air.

2.2.5.3. Rangkak dan Susut

Pemberian beban pada beton, pertama-tama akan memberikan deformasi elastik


yang nilainya setara dengan hasil yang ada pada diagram tegangan-regangan
percobaan tekan beton. Pembebanan dalam jangka waktu panjang dengan
tegangan yang konstan akan mengakibatkan deformasi yang terjadi secara lambat,
yang disebut dengan rangkak (creep). Rangkak dipengaruhi oleh umur beton,
besarnya regangan, faktor air semen dan kekuatan beton.

Sedangkan proses susut (shringkage) didefinisikan sebagai perubahan bentuk


volume yang tidak berhubungan dengan beban. Apabila beton mengeras, berarti
beton tersebut mengalami susut. Hal-hal yang mempengaruhi susut antara lain
mutu agregat dan faktor air semen. Pada umumnya proses rangkak selalu
dihubungkan dengan susut karena keduanya terjadi bersamaan dan sering kali
memberikan pengaruh yang sama, yaitu deformasi yang bertambah sesuai dengan
berjalannya waktu. Zhang and Malhotra (1995) menyatakan beton bersilika fume
32

mempunyai susut kering (drying shrinkage) yang lebih rendah dibandingkan


beton normal.

2.2.6. Modulus Elastisitas

Menurut (Neville, 1996) menyatakan bahwa modulus elastisitas beton dpengaruhi


oleh modulus elastisitas agregat dan perbandingan volume dari aggregat didalam
beton. Murdock dan Brook (1991), modulus elastisitas yang sebenarnya atau
modulus pada suatu waktu tertentu dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :

Modulus elastisitas ( E ) = (2.2)

Dimana :

P L
Tegangan () = Regangan () = (2.3)
A L

Dengan : P = beban yang diberikan (ton)

A = luas tampang melintang ( mm2)

L = perubahan panjang akibat beban P (mm)

L = panjang semula (mm

2.2.7 Poisson Ratio

Bilamana beton mengalami desakan, memendek pada arah memanjang atau aksial
dan mengalami pengembangan arah melebar atau lateral. Perbandingan antara
regangan arah melebar dan arah memanjang dikenal sebagai perbandingan
poisson (poisson ratio). Pada fase elastis linier regangan lateral sebanding dengan
regangan aksial. Perubahan ditunjukkan pada Gambar 2.5 dimana garis putus-
putus menunjukkan bentuk setelah beton menerima beban. Kontraksi lateral ini
dapat dilihat dengan jelas pada karet yang direntangkan, yang merupakan batas
teratas teoritis untuk angka poisson, sedangkan pada bahan logam perubahan
ukuran lateral ini biasanya terlalu kecil untuk dilihat, tetapi perubahan ukuran
dapat dideteksi dengan alat ukur.
33

ELateral
P P

EAksial

Beton sebelum mengalami desakan Beton setelah mengalami desakan

Gambar 2.3 Ekspansi akibat dari desak

Poisson ratio biasanya digunakan dalam perhitungan modulus geser (G) untuk
balok dan kolom serta untuk analisis pelat. Modulus geser (G), modulus elastisitas
(E), dan poisson ratio (), merupakan sifat-sifat bahan elastis yang terkait satu
sama lain.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Tinjauan Umum

Metode penelitian adalah langkah-langkah umum atau metode yang dilakukan


dalam penelitian suatu masalah, kasus, fenomena, atau yang lain secara ilmiah
untuk memperoleh hasil yang rasional. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental di laboratorium. Metode eksperimen adalah suatu penelitian untuk
mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam suatu
kondisi yang terkontrol.

Dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas berupa kadar penambahan
serat baja terhadap volume beton, sedangkan variabel terikat berupa modulus
elastisitas dan poisson ratio beton. Faktor-faktor lain seperti susunan gradasi
agregat, proporsi campuran bahan, perawatan, dan yang lain dianggap sebagai
variabel yang tidak berpengaruh.

3.2 Benda Uji

Benda uji yang digunakan pada penelitian ini berupa benda uji beton silinder
untuk kuat tekan dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Prosentase
silica fume sebagai bahan tambahan semen pada beton mutu tinggi adalah 5%.
Benda uji yang sudah jadi akan diuji pada umur 28 hari.
Total benda uji yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 benda uji dengan
perincian adalah sebanyak 3 benda uji untuk setiap variasi penambahan serat baja.
Pengelompokan benda uji untuk tiap variasi dapat ditabelkan seperti di bawah ini.

34
35

Tabel 3.1 Pengelompokan Benda uji


Panjang serat Kadar
Umur
baja (cm) Kode Benda Uji Silica fume Jumlah
(hari)
( kadar 1%) (%)
BSPT1.1
2,5 BSPT1.2 5 28 3
BSPT1.3
BSPT2.1
3 BSPT2.2 5 28 3
BSPT2.3
BSPT3.1
2,5 dan 3 BSPT3.2 5 28 3
BSPT3.3
BSPT4.1
- BSPT4.2 5 28 3
BSPT4.3

3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian

Sebagai penelitian ilmiah maka penelitian harus dilaksanakan dalam sistematika


atau urutan kerja yang jelas dan teratur sehingga akan didapat hasil yang baik dan
dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi tahap-
tahap sebagai berikut :

1. Tahap I
Tahap I adalah tahap persiapan. Pada tahap ini semua bahan dan peralatan
yang akan digunakan dalam penelitian disiapkan terlebih dahulu sehingga
penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar.

2. Tahap II
Tahap II adalah tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap
agregat kasar dan agregat halus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan
karakteristik bahan yang akan digunakan. Selain itu juga untuk mengetahui
36

apakah agregat-agregat tersebut memenuhi persyaratan atau tidak, atau agregat


tersebut memerlukan penanganan khusus agar dapat menjadi agregat yang baik.
Hasil dari pengujian ini nantinya juga digunakan sebagai data rencana
campuran adukan beton.

3. Tahap III
Tahap III adalah tahap pembuatan benda uji yang meliputi pekerjaan sebagai
berikut: Trial mix untuk didapatkan kontrol mix design yang akan digunakan
dalam penelitian ini, pembuatan adukan beton, pemeriksaan nilai slump.
pembuatan benda uji berupa silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm
sebanyak 12 sampel.

4. Tahap IV
Tahap IV adalah tahap perawatan (curing). Pada tahap ini dilakukan
perawatan pada benda uji beton yang sudah jadi. Perawatan ini dilakukan
dengan cara dibungkus karung goni yang setiap harinya disiram air (agar
kondisi beton selalu lembab). Perawatan ini dilakukan sampai benda uji
berumur 21 hari. Kemudian beton diangin-anginkan sampai benda uji berumur
28 hari dan pengujian beton dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari.

5. Tahap V
Tahap V adalah tahap pengujian. Pada tahap ini dilakukan pengujian Modulus
Elastisitas beton pada umur 28 hari yang dilanjutkan analisis data.

6. Tahap VI
Tahap VI adalah tahap analisis data. Pada tahap ini data-data yang diperoleh
dari hasil pengujian kuat lentur dianalisis dengan metode statistik dengan
bantuan program Microsoft Excel untuk mendapatkan hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian.

7. Tahap VII
Tahap VII adalah tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini data yang
telah dianalisis pada tahap sebelumnya dibuat kesimpulan yang berhubungan
dengan tujuan penelitian.
37

Tahapan penelitian ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada
gambar 3.1 dibawah ini.

Persiapan

Tahap I I

Agregat halus Agregat kasar Semen Bahan Tambah Air

Uji bahan : Uji bahan : Data Data


Kadar lumpur Abrasi Properti Properti
Kadar Specific
organik gravity
Specific Gradasi
gravity Berat isi
Gradasi
Berat isi

No
Yes
Tahap II

Perhitungan Rancang Campur


No

Slump Test Pembuatan Adukan Beton

Yes
Pembuatan Benda Uji

Tahap III
38

TahapIV
IV
Perawatan (Curing)

Pengujian Tahap V
Modulus Elastisitas dan Poison
rasio

Analisis Data dan Pembahasan

Tahap VI

Kesimpulan dan Saran


TahapVII
VII

Gambar 3.1 Bagan Alir Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian.

3.4 Peralatan Penelitian

Penelitian mempergunakan alat-alat yang tersedia di Laboratorium Bahan dan


Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Timbangan
a) Neraca halus merk Murayama Seisakusho Ltd Japan, dengan kapasitas
5 kg, ketelitian sampai 0,10 gram yang dilengkapi dengan anak timbangan.
Neraca ini digunakan untuk mengukur berat material yang berada dibawah
kapasitasnya, tetapi butuh ketelitian yang baik, misalnya dalam pengujian
agregat halus.
b) Timbangan Bascule merk DSN Bola Dunia, dengan kapasitas 150 kg
dengan ketelitian 0,1 kg. Jenis ini digunakan untuk mengukur berat
material yang jauh lebih berat dan tidak memerlukan ketelitian yang sangat
tepat.
39

2. Susunan Ayakan
Sususan ayakan digunakan untuk mengetahui susunan butir dari agregat halus
dan agregat kasar. Ayakan yang digunakan adalah ayakan dengan merk
Controls, Italy, bentuk lubang ayakan adalah bujursangkar dengan ukuran
50 mm, 38.1 mm, 25 mm, 19 mm, 12 mm, 4.75 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3
mm. 0.15 mm, dan pan.
3. Oven
Untuk keperluan pengeringan agregat maupun sampel sebagai bagian dari
langkah-langkah pengujian digunakan oven listrik merk Memmert , West
Germany dengan temperatur maksimum 220 o C, daya listrik 1500 W.
4. Corong konik (Conical mould)
Corong konik dengan ukuran diameter atas 3,8 cm, diameter bawah 8,9 cm,
tinggi 7,6 cm, lengkap dengan alat penumbuk. Alat ini digunakan untuk
mengukur keadaan Saturated Surface Dry (SSD) agregat halus.
5. Gelas ukur dan Tabung volumetrik
Alat ini masing-masing digunakan untuk mengukur volume air untuk analisis
kadar lumpur dan analisis berat jenis agregat halus (Specific Gravity).
6. Corong / kerucut Abrams
Kerucut Abrams terbuat dari baja dengan ukuran diameter atas 10 cm dan
diameter bawah 20 cm, tinggi 30 cm, dilengkapi dengan tongkat baja yang
ujungnya ditumpulkan, panjang 60 cm, diameter 16 mm. Alat ini digunakan
untuk mengukur nilai slump adukan beton.
7. Mesin los angeles yang digunakan untuk uji keausan agregat kasar.
8. Cetakan benda uji (Begisting)
Cetakan benda uji yang digunakan adalah cetakan silinder baja dengan ukuran
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
9. Mesin uji desak (Compression Testing Machine)
Digunakan dalam pengujian modulus elastisitas.
10. Alat bantu
Untuk kelancaran dan kemudahan penelitian, pada saat pembuatan benda uji
digunakan beberapa alat bantu yaitu :
40

a) Vibrator yang digunakan untuk pemadatan saat pembuatan benda uji.


b) Cetok semen, digunakan untuk memindahkan bahan batuan dan
memasukkan campuran beton kedalam cetakan beton.
c) Ember untuk tempat air dan sisa adukan.
d) Cangkul untuk mengaduk campuran beton.

3.5 Pengujian Bahan Dasar

Untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari bahan dasar pembentuk beton, maka
dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap bahan-bahan pembentuk beton.
Pengujian ini hanya dilakukan terhadap agregat kasar dan agregat halus (pasir).
Sedangkan untuk semen, silica fume, fly ash dan serat baja tidak dilakukan
pengujian. Air yang digunakan telah sesuai dengan spesifikasi standar untuk air
dalam PBI NI 1971 pasal 3.6.

3.5.1 Pengujian Agregat Halus

3.5.1.1 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

Pasir adalah salah satu bahan dasar pembentuk beton yaitu sebagai agregat halus.
Dengan demikian kualitas pasir akan menentukan kualitas beton yang dihasilkan.
Untuk itu pasir yang akan digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi
beberapa persyaratan, salah satunya adalah pasir harus bersih. Pasir bersih yaitu
pasir yang tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % dari berat keringnya. Lumpur
adalah bagian-bagian pasir yang lolos dari ayakan 0,063 mm. Apabila kadar
lumpur dalam pasir lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci terlebih dahulu
sebelum digunakan dalam pembuatan campuran adukan beton. Syarat-syarat
agregat halus harus sesuai dengan PBI NI - 2,1971.
1). Tujuan :
Untuk mengetahui kadar lumpur yang terkandung dalam pasir.
2). Alat dan bahan :
a). Pasir kering oven
b). Air bersih
c). Gelas ukur 250 cc
41

d). Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu


e). Timbangan
3). Cara kerja :
a). Menyiapkan pasir kering oven
b). Menimbang pasir kering oven sebanyak 100 gr
c). Mengambil tabung gelas ukur dan memasukkan pasir ke dalam tabung
d). Melakukan proses pencucian dengan cara:
Menuangkan air ke dalam tabung berisi pasir setinggi 12 cm di atas
permukaan pasir.
Menutup tabung rapat-rapat.
Mengocok tabung sebanyak 10 kali.
Membuang airnya.
Mengulangi percobaan ini beberapa kali sampai airnya jernih.
e). Menuang pasir ke dalam cawan. Jika masih terdapat air, dibuang dengan
menggunakan pipet
f). Mengeringkan pasir dalam cawan tersebut dalam oven pada suhu 110 oC
selama 24 jam
g). Mendiamkan pasir setelah 24 jam hingga mencapai suhu kamar
h). Menimbang pasir yang sudah kering

G0 G1
Kadar lumpur = x 100% (3.1)
G0
dengan: G0 = berat pasir awal
G1 = berat pasir akhir

3.5.1.2 Pengujian Kadar Zat Organik

Pasir umumnya diambil dari sungai, maka kemungkinan pasir kotor sangat besar,
misalnya bercampur dengan lumpur maupun zat organik lainnya. Pasir sebagai
agregat halus dalam adukan beton tidak boleh mengandung zat organik terlalu
banyak karena akan mengurangi kekuatan beton yang dihasilkan. Kandungan zat
organik ini dapat dilihat dari percobaan warna Abrams Harder dengan
menggunakan larutan NaOH 3 % sesuai dengan PBI NI - 2, 1971. Menurut PBI
42

1971 agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai
asal kekuatan tekan adukan tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95
% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3 %
yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air pada umur yang sama.
1). Tujuan
Untuk mengetahui kadar zat organik dalam pasir berdasarkan tabel perubahan
warna seperti terlihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Tabel Perubahan Warna


Warna Penurunan Kekuatan
Jernih 0%
Kuning muda 0 10 %
Kuning tua 10 20 %
Kuning kemerahan 20 30 %
Coklat kemerahan 30 50 %
Coklat tua 50 100 %
(Sumber : Roosseno, 1954)

2). Alat dan bahan :


a). Pasir kering oven.
b). Larutan NaOH 3%
c). Gelas ukur 250 cc.
3). Cara kerja :
a). Mengambil pasir sebanyak 130 cc yang telah dioven, dan memasukkannya
ke dalam gelas ukur.
b). Menuangkan NaOH 3 % hingga volume mencapai 200 cc.
c). Mengocok selama 10 menit.
d). Meletakkan campuran tersebut pada tempat terlindung selama 24 jam.
e). Mengamati warna air yang ada pada gelas ukur, lalu membandingkan
warna hasil pengamatan dengan warna pada tabel 3.2.
43

3.5.1.3 Pengujian Specific Gravity

Mengetahui sifat-sifat bahan bangunan yang akan dicapai dalam suatu konstruksi
adalah sangat penting, karena dengan sifat-sifat tersebut dapat ditentukan langkah-
langkah yang tepat untuk mengerjakan bangunan tersebut. Berat jenis merupakan
salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan campuran adukan
beton, karena dengan mengetahui variabel tersebut dapat dihitung volume pasir
yang diperlukan.
1). Tujuan :
a). Untuk mengetahui bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat
pasir dalam kondisi kering dengan volume pasir total.
b). Untuk mengetahui bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara
berat pasir jenuh kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.
c). Untuk mengetahui apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara
berat pasir kering dengan volume butir pasir.
d). Untuk mengetahui daya serap air (absorbtion), yaitu perbandingan antara
berat air yang diserap dengan berat pasir kering.
2). Alat dan bahan :
a). Cawan Alluminium.
b). Volumetric flash.
c). Conical mould.
d). Neraca.
e). Pasir kering oven.
3). Cara kerja :
a). Menyiapkan pasir kering oven dalam kondisi SSD (saturated surface dry).
b). Pengamatan pasir kering oven dalam kondisi SSD dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
(1). Pasir dimasukkan ke dalam conical mould 1/3 bagian lalu ditumbuk 10
kali.
(2). Pasir ditambah lagi hingga 2/3 bagian lalu ditumbuk 10 kali.
(3). Pasir ditambah hingga penuh lalu ditumbuk 10 kali.
44

(4). Mengangkat conical mould lalu mengukur penurunan pasir yang


terjadi. Pasir berada dalam kondisi SSD apabila penurunan yang terjadi
sebesar 1/3 tinggi conical mould.
c). Mengambil pasir dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram dan
memasukkannya ke dalam volumetric flask dan direndam dalam air selama
24 jam.
d). Menimbang berat volumetric flask + air + pasir (c).
e). Mengeluarkan pasir dari volumetric flash lalu menimbang volumetric flash
+ air (b).
f). Mengeringkan pasir dalam oven selama 24 jam.
g). Menimbang pasir yang telah kering oven (a).
h). Menganalisa hasil pengujian dengan rumus-rumus sebagai berikut :
a
Bulk Specific gravity : (3.2)
b + 500 - c
500
Bulk Specific gravity SSD : (3.3)
b + 500 - c
a
Apparent Specific gravity : (3.4)
b+a -c
500 - a
Absorbtion : x 100 % (3.5)
a

3.5.1.4 Pengujian Gradasi

Gradasi dan keseragaman diameter pasir sebagai agregat halus lebih


diperhitungkan daripada agregat kasar, karena sangat menentukan sifat pengerjaan
dan sifat kohesi campuran adukan beton. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui variasi diameter butiran pasir, prosentase dan modulus kehalusannya.
Modulus kehalusan merupakan angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat
kehalusan butir dalam agregat. Alat yang digunakan untuk pengujian gradasi
agregat halus adalah satu set ayakan dengan susunan diameter lubang 9.5 mm,
4.75 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.30 mm, 0.15 mm, dan pan.
45

1). Tujuan :
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran butiran pasir,
persentase dan modulus kehalusannya.
2). Alat dan bahan :
a). Satu set ayakan dengan susunan diameter lubang 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36
mm, 1,18 mm, 0,85mm, 0,30 mm, 0,15 mm dan panci penampungan (pan).
b). Mesin penggetar.
c). Neraca.
d). Pasir kering oven sebanyak 2000 gram.
3). Cara kerja :
a). Menyiapkan pasir yang telah dioven sebanyak 2000 gram.
b). Memasang ayakan dengan susunan sesuai dengan urutan besar diameter
lubang dan yang terbawah adalah pan.
c). Memasukkan pasir kedalam ayakan teratas kemudian ditutup rapat.
d). Memasang susunan ayakan tersebut pada mesin penggetar dan digetarkan
selama 5 menit, kemudian mengambil susunan ayakan tersebut.
e). Memindahkan pasir yang tertinggal dalam masing-masing ayakan ke
dalam cawan lalu ditimbang.
f). Menghitung prosentase berat pasir tertinggal pada masing-masing ayakan.
g). Menghitung modulus kehalusan dengan menggunakan rumus :
d
Modulus kehalusan pasir = (3.6)
e
Dengan : d = prosentase komulatif berat pasir yang tertinggal selain
dalam pan
e = prosentase berat pasir yang tertinggal

3.5.2 Pengujian Agregat Kasar

3.5.2.1 Pengujian Specific Gravity

Mengetahui sifat-sifat bahan bangunan yang akan dicapai dalam suatu konstruksi
adalah sangat penting karena dengan sifat-sifat tersebut dapat ditentukan langkah-
langkah yang tepat untuk mengerjakan bangunan tersebut. Berat jenis merupakan
46

salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan campuran adukan
beton, karena dengan mengetahui variabel tersebut dapat dihitung volume kerikil
yang diperlukan.
1). Tujuan :
Pengujian specific gravity agregat kasar yang dalam penelitian ini
menggunakan kerikil dengan ukuran diameter maksimum 20 mm, bertujuan :
a). Untuk mengetahui bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat
kerikil dalam kondisi kering dengan volume kerikil total.
b). Untuk mengetahui bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara
berat kerikil jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume kerikil
total.
c). Untuk mengetahui apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara
berat kerikil kondisi kering dengan selisih antara berat butiran pada kondisi
kering dengan berat dalam air .
d). Untuk mengetahui daya serap air (absorbtion), yaitu perbandingan antara
berat air yang diserap oleh kerikil jenuh dalam kondisi kering permukaan
dengan berat kerikil kering.
2). Alat dan bahan :
a). Oven
b). Bejana dan kontainer.
c). Neraca.
d). Kerikil.
e). Air.
3). Cara kerja :
a). Mencuci kerikil lalu dimasukkan dalam oven dengan suhu 110 C selama
24 jam.
b). Mengambil kerikil kering lalu ditimbang sebanyak 3000 gram dan
didiamkan hingga mencapai suhu ruang (a)
c). Merendam kerikil dalam air selama 24 jam, lalu dikeringkan dengan kain
lap agar permukaan kerikil kering, lalu menimbang kerikil tersebut (b).
47

d). Memasang kontainer pada neraca, lalu menuangkan air dalam bejana
hingga kontainer terendam seluruhnya dan mengatur posisi agar neraca
seimbang.
e). Memasukkan kerikil dalam kontainer hingga seluruhnya terendam air.
f). Menimbang kerikil tersebut (c).
g). Menganalisa hasil pengujian dengan rumus-rumus sebagai berikut :

a
Bulk Specific gravity : (3.7)
b-c
b
Bulk Specific gravity SSD : (3.8)
b-c
a
Apparent Specific gravity : (3.9)
a -c
b-a
Absorbtion : x 100 % (3.10)
a

3.5.2.2 Pengujian Abrasi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan batuan atau daya
tahan aus batuan, dalam hal ini adalah agregat kasar akibat gesekan atau
perputaran yang dinyatakan dalam persentase.

Tujuan :
1). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan kerikil, persentase
dan modulus kehalusannya.
2). Alat dan bahan :
a). Set ayakan dengan susunan diameter lubang 12.5 mm, 9.5 mm, 4.75 mm,
dan panci penampungan (pan).
b). Mesin penggetar.
c). Mesin Los Angeles.
d). Neraca.
e). Kerikil kering oven sebanyak 5000 gram.
3). Cara kerja :
a). Menyiapkan kerikil kering oven dengan suhu 110oC selama 24 jam.
48

b). Menimbang kerikil yang lolos saringan 12,5 mm dan tertampung saringan
9,5 mm sebanyak 2,5 kg, serta yang lolos saringan 9,5 mm dan tertampung
saringan 4,75 mm sebanyak 2,5 kg
c). Memasukkan hasil ayakan ke dalam mesin los angeles dan diputar
sebanyak 500 kali
d). Setelah diputar, menimbang hasil perputaran yang tertahan pada ayakan 2
mm.
ab
Persentase berat yang hilang = 100% (3.11)
a
dengan: a = berat kerikil kering oven mula-mula
b = sisa kerikil kering oven di atas ayakan

3.5.2.3 Pengujian Gradasi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variasi diameter agregat kasar,


prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan merupakan angka
yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan butir dalam agregat. Alat
yang digunakan untuk pengujian gradasi agregat kasar adalah satu set ayakan
dengan susunan diameter lubang 25 mm, 19 mm, 12.5 mm, 9.5 mm, 4.75 mm,
2.36 mm, 1.18 mm, 0.85 mm, 0.30 mm, 1.15 mm dan pan.

1). Tujuan :
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variasi ukuran butiran kerikil,
persentase dan modulus kehalusannya.
2). Alat dan bahan :
a). Satu set ayakan dengan susunan diameter lubang 25 mm, 19 mm, 12.5
mm, 9.5 mm, 4.75 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.85 mm, 0.30 mm, 1.15 mm
dan pan.
b). Mesin penggetar (vibrator).
c). Neraca.
d). Kerikil kering oven sebanyak 3000 gram.
3). Cara kerja :
a). Menyiapkan kerikil kering oven dalam suhu 110 oC
49

b). Mengambil dan menimbang kerikil sebanyak 3000 gr


c). Mengambil dan menyusun ayakan dengan urutan dari bawah ke atas: pan;
1.15 mm; 0.30 mm; 0.85 mm; 1.18 mm; 2.36 mm; 4.75 mm; 9.5 mm;
12.5 mm; 19 mm; dan 25 mm
d). Meletakkan ayakan pada mesin penggetar atau vibrator.
e). Memasukkan kerikil pada ayakan paling atas dan menghidupkan vibrator
selama 5 menit
f). Menuangkan sisa butiran yang tertahan pada masing-masing ayakan di
atas cawan dan menimbangnya satu persatu
g). Mencatat hasil untuk setiap ayakan.
ab
Persentase berat yang hilang = x 100% (3.11)
a
dengan: a = berat awal pasir (gr)
b = berat setelah diayak (gr)

Modulus Kehalusan =
(%kum) 100 (3.12)
100

3.5.2.4 Pengujian Berat Satuan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat per satuan volume agregat.
Dengan menggunakan alat bantu berupa cetakan silinder baja.

1). Tujuan :
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat per satuan volume agregat.
2). Alat dan bahan :
a). Cetakan Silinder.
b). Mesin penggetar.
c). Timbangan.
d). Kerikil kering oven.
3). Cara kerja :
a). Menyiapkan cetakan silinder dan mengukur beratnya
b). Mengisi silinder dengan kerikil dan mengukur beratnya
50

c). Mengukur volume silinder


ba
Berat satuan = (3.13)
c
dengan: a = berat silinder (gr)
b = berat silinder + kerikil (gr)
c = volume silinder (cm3)

3.6 Perancangan Campuran Beton

Rencana campuran antara semen, air dan agregat-agregat sangat penting untuk
mendapatkan kekuatan beton yang sesuai dengan yang diinginkan. Perancangan
campuran adukan beton dimaksudkan untuk memperoleh kualitas beton yang
seragam. Dalam penelitian ini digunakan rancang campur beton yang
direncanakan dengan fc = 60 Mpa. Langkah-langkah perancangannya sebagai
berikut :
1. Menentukan kuat tekan beton pada umur 28 hari dan nilai slump yang di
isyaratkan.
2. Mencari nilai G pada tabel (Tabel Nilai G untuk berbagai besar butir dan mutu
agregat) berdasarkan ukuran agregat kasar, mutu agregat dan nilai slump yang
diisyaratkan.
3. Menghitung harga rasio semen-air dengan rumus Bolomey.
4. Menetukan jumlah semen berdasarkan harga rasio semen-air dan nilai slump
yang diisyaratkan berdasarkan grafik (Grafik nilai slump dan rasio semen-air).
5. Menghitung rasio kerikil dengan pasir berdasrkan grafik (Grafik rasio kerikil-
pasir dan kadar semen) untuk kadar semen yang telah dihitung dan besar
butiran maksimum agregat kasar.
6. Menghitung kemampatan beton berdasarkan tabel (Tabel koefisien)
kemampatan beton untuk berbagai kondisi nilai slump.
7. Menghitung volume absolute dari seluruh benda padat.
8. Menghitung kadar agregat kasar, agregat halus, semen Portland dan air
efektif.
51

9. Penyesuaian campuran berdasarkan kondisi agregat dan densitas yang


diinginkan, dan menghitung kadar serat berdasar prosentase yang
direncanakan.

3.7Pembuatan Benda Uji

Langkah-langkah pembuatan benda uji dalam penelitian ini diuraikan sebagai


berikut:
1). Menyiapkan material (air, semen, pasir, silica fume, plasticizer, fly ash,
kerikil, dan serat baja ) dan peralatan yang akan digunakan untuk campuran
beton.
2). Menyiapkan cetakan silinder beton (Bekisting).
3). Menimbang masing-masing material berdasarkan perhitungan mix design
beton.
4). Membuat adukan beton dengan cara mencampurkan material yang telah
ditimbang ke dalam molen, dengan urutan kerikil terlebih dahulu, kemudian
pasir, semen, silica fume, fly ash, air dan plasticizer. Kemudian serat baja
ditaburkan terakhir ke dalam adukan.
5). Memeriksa nilai slump dari adukan beton tersebut.
6). Selanjutnya dilakukan pengecoran dengan menuangkan adukan beton kedalam
cetakan dan memberi tanda untuk masing-masing benda uji.
7). Setelah cetakan terisi penuh dilakukan pemadatan, kemudian permukaan
diratakan dan dibiarkan selama 24 jam.
8). Setelah 24 jam cetakan dibuka kemudian benda uji dirawat

3.8 Pengujian Nilai Slump

Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity)/plastisitas dan kohesif dari


beton segar. Menurut SK-SNI M-12-1989-F, cara pengujian nilai slump adalah
sebagai berikut :
1). Kerucut Abrams bagian dalam dan luar dibersihkan dengan air.
2). Cetakan kerucut diletakkan di atas pelat baja.
52

3). Dengan memegang kaki kerucut kuat-kuat, adonan beton dimasukkan


hingga 1/3 tinggi kerucut, kemudian dipadatkan dengan cara
menumbuknya menggunakan tongkat besi ujung bulat sebanyak 25 kali.
4). Pengisian diselesaikan sampai dua lapis berikutnya dan dipadatkan dengan
cara yang sama seperti sebelumnya sampai cetakan terisi penuh,
selanjutnya pada bagian atas diratakan dengan cetok.
5). Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
6). Mengukur penurunannya dari tinggi mula-mula, besar penurunan ini
disebut nilai slump.

3.9 Perawatan Benda Uji (Curing)


Perawatan beton adalah suatu pekerjaan menjaga agar permukaan beton segar
selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras.
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar proses hidrasi dapat berlangsung
dengan baik dan proses pengerasan terjadi dengan sempurna sehingga tidak terjadi
retak-retak pada beton dan mutu beton dapat terjamin.

Pada penelitian ini perawatan dilakukan dengan cara menyelimuti benda uji
dengan karung goni basah mulai hari kedua dan setiap harinya dilakukan
penyiraman air. Perawatan ini dilakukan sampai benda uji berumur 21 hari.
Kemudian beton diangin-anginkan selama 7 hari atau sampai benda uji berumur
28 hari dan diadakan pengujian balok uji beton pada umur ke-28 hari.

3.10 Pengujian Tegangan Regangan Silinder Beton

Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah silinder beton dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 3 buah untuk setiap kondisi
penambahan kadar serat baja. Pengujian ini bertujuan untuk mengamati besarnya
perubahan panjang (regangan) arah longitudinal (aksial) dan perubahan panjang
arah radial (lateral) silinder beton akibat pembebanan serta besarnya beban (P)
pada saat beton mulai retak. Pengujian ini menggunakan mesin uji desak (
Compression Testing Machine) dan alat ukur regangan dial (extensometer).
53

Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :


a. Menghitung tinggi dan diameter benda uji.
b. Pasang alat compressometer pada posisi nol baik dial arah longitudinal dan
arah lateral kemudian letakkan pada mesin uji desak.
c. Pengujian dilakukan dengan beban pada kecepatan yang konstan dan beban
bertambah secara kontinyu setiap 2 ton.
d. Untuk pengambilan data dengan cara mencatat besar regangan arah radial
untuk setiap penambahan tekanan sebesar 2 ton yang dapat dibaca dari alat
compressometer dan extensometer.
e. Menghitung regangan () yang terjadi dengan rumus :
l
= x 25,4 .10 3 (3.14)
l
Dengan : l = penurunan arah longitudinal
L = tinggi beton relative (jarak antara dua strain gauge)
-3
25,4 . 10 = konversi satuan dial dari inch ke mm
Untuk mendapatkan besarnya kuat tekan beton pada benda uji silinder dengan
rumus :
P
fc = (3.15)
Ac
Dengan :
fc = kuat tekan beton salah satu benda uji (MPa)
P = beban desak maksimum (N)
Ac = luas permukaan benda uji tertekan (mm2)

Modulus elastisitas ditentukan berdasarkan rekomendasi ASTM C 469-94, yaitu


modulus chord. Adapun perhitungan modulus elastisitaas chord (Ec) adalah :
S 2 S1
Ec = MPa (3.16)
2 0,00005
54

Dengan :
S 2 = tegangan sebesar 0,4 . fc
S 1 = tegangan yang bersesuaian dengan regangan arah longitudinal akibat
tegangan sebesar 0,00005
2 = regangan longitudinal akibat tegangan S 2

Poisson ratio ditentukan berdasarkan rekomendasi ASTM C 469-94, dengan


rumus :
t 2 t1
= (3.17)
2 0,00005
Dengan :
t 2 = regangan lateral akibat tegangan S 2
t 1 = regangan lateral akibat tegangan S 1
2 = regangan longitudinal akibat tegangan S 2
S 1 = tegangan yang sesuai dengan reganga arah longitudinal sebesar 0.00005
S 2 = tegangan sebesar 0.4 fc

3.11 Analisis Hasil

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini digunakan uji statistik yang
merupakan salah satu fungsi untuk menyederhanakan data menjadi informasi yang
lebih sederhana dan mudah dimengerti. Benda uji yang digunakan dalam
penelitian ini diharapkan seragam dalam tiap kondisi pencampurannya yang
mewakili suatu karakter tertentu.
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Agregat

4.1.1 Pengujian Agregat Halus

Pengujian agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian
kadar lumpur, kandungan zat organik, specific grafity, dan gradasi. Hasil
pengujian pasir adalah sebagai berikut:

a. Kadar Lumpur dalam Pasir

Hasil uji kadar lumpur pada pasir seberat 100 gram dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil pengamatan setelah pencucian


Pencucian ke- Pengamatan
1-3 Sangat keruh
4-6 Keruh
7-9 Agak keruh
10-20 Jernih

Berat pasir akhir (b) = 94,25 gr


Perhitungan kadar lumpur dalam pasir menggunakan Persamaan 3.11
ab
Kandungan lumpur = x 100%
a
5,75
= x100%
100
= = 5,75%

Kandungan lumpur dalam agregat halus tidak boleh lebih dari 5 % (PBI 1971
pasal 3.3 ayat 3).

55
56

Dari hasil perhitungan diperoleh kandungan lumpur dalam pasir adalah 5,75 %,
sehingga pasir perlu dicuci bila akan digunakan sebagai agregat halus.

Setelah pencucian:
Berat pasir akhir (b) = 97 gr
Perhitungan kadar lumpur dalam pasir menggunakan Persamaan 3.1
G0 G1
Kandungan lumpur = x100%
G0

3
= x100% = 3%
100
Dari hasil perhitungan diperoleh kandungan lumpur dalam pasir setelah pencucian
adalah 3 %, sehingga pasir tersebut memenuhi syarat sebagai agregat halus

b. Kandungan Zat Organik

Setelah dikocok diperoleh hasil bahwa warna larutan NaOH 3% menjadi kuning
muda. Menurut Tabel 4.2 pasir mengandung zat organik yang dapat menurunkan
kekuatan beton dengan penurunan sebesar 0-10% sehingga pasir dapat digunakan
sebagai agregat halus.

Tabel 4.2 Pengaruh kandungan zat organik terhadap persentase penurunan


kekuatan beton
Warna Penurunan Kekuatan
Jernih 0%
Kuning muda 0-10%
Kuning tua 10-20%
Kuning kemerahan 20-30%
Coklat kemerahan 30-50%
Coklat tua 50-100%
Sumber: Prof. Ir. Rooseno
57

c. Specific Grafity

Berat pasir SSD (a) = 500 gr


Berat pasir kering oven (b) = 488.85 gr
Berat volumetric + air (c) = 724.85 gr
Berat volumetric + pasir + air (d) = 1035.25 gr

Perhitungan Bulk Specific Grafity, Bulk Specific Grafity SSD, Apparent Specific
Grafity, dan Absorbsion dapat dilihat pada Persamaan 3.2- 3.5.

a 488.85
Bulk Specific Gravity = = = 2,57
b + 500 c 724.85 + 500 1035.25
500 500
Bulk Specific Gravity SSD = = = 2,64
b + 500 c 724.85 + 500 1035.25
a 485,15
Apparent Specific Gravity = = = 2,74
a+bc 488.85 + 724.85 1035.25
500 a 500 488.85
Absorption = 100% = 100% = 2.36%
a 488.85
Menurut ASTM C.128-79 syarat Bulk Specific Gravity SSD antara 2.5 - 2.7,maka
pasir sampel memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai agregat halus beton.

d. Gradasi

Hasil uji gradasi pasir dapat dilihat pada Tabel 4.3. Hasil analisa gradasi pasir
menurut ASTM C.33-97 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3 Berat pasir yang tertinggal


Diameter Ayakan (mm) Pasir Tertinggal (gram)
9,50 0
4,75 135,76
2,36 243,36
1,18 372,24
0,85 473,27
58

0,30 1205,10
0,15 335,85
pan 231,38
Jumlah 1983

Perhitungan presentase berat agregat yang hilang dapat dihitung dengan


Persamaan 3.11

Berat awal pasir (a) = 2000 gr


Berat setelah diayak (b) = 1983 gr
ab
Persentase berat yang hilang = x 100%
a
2000 1983
= x 100%
2000
= 0,85%

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus


Ukuran Tertahan Lolos
Syarat
Ayakan Persentase Kumulatif Kumulatif
Berat (gr) ASTM
(mm) (%) (%) (%)
9,50 0 0 0 100 100
4,75 135,76 4,53 4,53 95,47 95 100
2,36 243,36 8,12 12,65 87,35 80 100
1,18 372,24 12,42 25,07 74,93 50 85
0,85 473,27 15,79 40,86 59,14 34 70
0,30 1205,10 40,21 81,07 18,93 10 30
0,15 335,85 11,21 92,28 7,72 2 10
0,00 231,38 7,72 100 0 0
Jumlah 2996,92 100 356,46
59

Modulus Halus =
(%kom) 100
100
356,46 100
= = 2,5646
100
3000 2996,92
Agregat yang hilang = x100% = 0,103%
3000

Persentase berat pasir yang hilang adalah sebesar 0,85% < 1% sehingga pasir
memenuhi syarat sebagai bahan campuran beton. Selain itu, diperoleh Modulus
Kehalusan sebesar 2,4634. Berdasarkan ASTM C.33-97 Modulus Kehalusan
adalah 2,3<MK<3,1 sehingga pasir memenuhi syarat. Hubungan antara %
kumulatif agregat yang lolos dengan diameter ayakan dapa dilihat pada Gambar
4.1.

Gradasi Agregat Halus


Kumulatif Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

Batas Minimum Batas Maximum Hasil Pengujian

Gambar 4.1. Kurva Daerah Susunan Gradasi Agregat Halus (pasir)

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa pasir tersebut berada di
dalam gradasi yang diizinkan sehingga pasir tersebut memenuhi syarat sebagai
bahan campuran adukan beton.
60

4.1.2 Pengujian Agregat kasar

a. Specific Grafity

Pengujian specific grafity


Tabel 4.5. Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Kasar :

Simbol Keterangan Berat (gr)

a kerikil kering oven 3000


b Berat kerikil kondisi SSD 3071,5
c Berat kerikil dalam air 1880

a 3000
Bulk Specific Grafity = = = 2,518
bc 3071,5 1880
b 3071,5
Bulk Specific Gravity SSD = = = 2,578
bc 3071,5 1880
a 3000
Apparent Specific Grafity = = = 2,679
ac 3000 1880
ba 3071,5 3000
Absorption = 100% = 100% = 2,38% .
a 3000

b. Abrasi

Berat Agregat kasar kering oven mula-mula (a) = 5000 gr


Sisa Agregat kasar kering oven di atas ayakan 2,36 (b) = 3750 gr

Perhitungan presentase berat Agregat kasar yang hilang dapat dihitung dengan
Persamaan 3.11.
ab
Persentase berat yang hilang = 100%
a
5000 3750
= 100%
5000
= 25%
61

Abrasi yang terjadi 25% dan ini memenuhi standar yang disyaratkan, yaitu
kurang dari 50% (PBI 1971 pasal 3.4 ayat 5).

c. Gradasi

Hasil analisa gradasi Agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar


Ukuran Tertahan Lolos
Syarat
Ayakan Berat (gr) Persentase Komulatif Komulatif
ASTM
(mm) (%) (%) (%)
25 0 0 0 100 100
19 194 6.475 6.475 93.523 90-100
12,5 2105 70.261 76.736 23.272 20-55
9,5 515 17.189 93.925 6.010 0-10
4,75 107 3.572 97.497 2.471 0-5
2,36 75 2.503 100 0 -
1,18 0 0 100 0 -
0,85 0 0 100 0 -
PAN 0 0 100 0 -
Jumlah 2996 100 674.633

Perhitungan presentase berat agregat yang hilang dapat dihitung dengan


Persamaan 3.6.
3000 2996
Agregat yang hilang = 100% = 0,133%
3000
Perhitungan Modulus Kehalusan dapat dihitung dengan Persamaan 3.12

Modulus Halus =
(%kom) 100
100
674,633 100
=
100
= 5,746
62

Hubungan antara % kumulatif Agregat kasar yang lolos dengan diameter ayakan
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gradasi Agregat Kasar


Kumulatif Lolos (%)

120
100
80
60
40
20
0
PAN 0.85 1.18 2.36 4.75 9.5 12.5 19 25

Diameter Saringan (mm)

Batas Maks Hasil Pengujian Batas Min

Gambar 4.2. Grafik Gradasi Agregat Kasar

Modulus halus dan gradasi dari agregat kasar berada diantara batas maksimum
dan minimum. Hal ini menandakan bahwa agregat kasar yang akan digunakan
telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan ASTM C-330. Modulus halus
agregat kasar berkisar antara 5 8 (Tjokrodimulyo, 1996).

d. Berat Satuan

Berat satuan agregat dapat dihitung dengan Persamaan 3.13.


Berat silinder (a) = 11735 gr
Berat silinder + Agregat Kasar (b) = 16340 gr
Volume silinder (c) = 5301,44 gr

ba
Berat satuan =
c
16340 11735
= = 0,87 gr/cm3
5301,44
63

4.2 Perancangan Campuran Adukan Beton

Penelitian ini menggunakan pendekatan dari proposal lomba kuat tekan beton oleh
Universitas Kristen Petra sebagai dasar perhitungan rancang campur adukan
beton. Kadar penambahan serat baja yang digunakan sebagai bahan tambah telah
ditentukan yaitu 1% terhadap volume beton. Variasi dimensi Serat baja yang
digunakan mempunyai panjang 25mm, 50 mm, dan campuran keduanya.
Tahap-tahap perhitungan campuran adukan beton secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran B dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Kebutuhan bahan untuk beton ringan tiap variasi serat
Variasi Kebutuhan Bahan
Serat 1%vol. Semen Pasir Krikil Air Superplasticizer Fly Ash Silica fume
total (kg) (kg) (kg) (lt) (kg) (kg) (kg)
0mm 9,58 15,17 16,25 3,785 0,08332 3,855 0.67
25mm 9,58 15,17 16,25 3,785 0,08332 3,855 0,67
50mm 9,58 15,17 16,25 3,785 0,08332 3,855 0,67
Campuran
9,58 15,17 16,25 3,785 0,08332 3,855 0,67
(25+50)mm

4.3 Pengujian Nilai Slump


Pada penelitian ini untuk menguji workabilitas adukan beton digunakan pengujian
slump. Pengujian dilakukan pada tiap-tiap campuran adukan beton dengan
penambahan Variasi dimensi serat 25mm, 50mm, dan campran kedua dimensi
besar kadar serat 1% dari vol. total. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.7
berikut:
64

Tabel 4.8 Nilai slump adukan beton


Variasi dimensi
Nilai Slump
serat Tingkat Workabilitas
(mm)

25mm dan 50mm 90 Sedang-tinggi


50mm 90 Sedang-tinggi
25mm 90 Sedang-tinggi
0,00mm 95 Tinggi

Hubungan antara Variasi dimensi serat dengan nilai slump dapat dilihat pada
Gambar 4.3.

Grafik Hubungan Variasi dimensi serat


dengan Nilai Slump

120 95
90 90 90
100
Nilai 80
Slump 60
(mm) 40
20
0
0.00 25mm 50mm campuran
Variasi dimensi serat

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Variasi dimensi serat dan Nilai Slump
65

4.4 Pengujian Berat Jenis Beton

Berat jenis beton didapat dari berat silinder beton (W) dibagi volume silinder (V).
Contoh perhitungan untuk prosentase penambahan serat 0%:
11,1 + 11,18 + 11,25
Berat rata-rata silinder beton =
3
= 11,177 kg
Volume silinder beton (V) = 1
4 x x (0,15)2 x 0.3
= 0,0053 m3
W 11,177
Berat jenis = = = 2108,868 kg/m3
V 0,0053

Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.8.Hasil perhitungan berat jenis
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel 4.9. Berat jenis beton


Variasi dimensi Berat Rata-rata Berat Jenis Beton
serat Silinder Beton
(mm) (kg) (kg/m3)
0mm 11,177 2108,868
25mm 11,317 2135,220
50mm 11,617 2191,824
Campuran 11,357 2142,767
( 25mm dan 50mm )
66

4.5 Pengujian Modulus Elastisitas dan Rasio Poisson

4.5.1 Perhitungan Modulus Elastisitas

Data yang diambil dari seluruh benda uji dilakukan dengan mesin penguji tekan
dan alat pengukur regangan, pengambilan data tegangan dan regangan dicatat
pada setiap penambahan beban dengan laju pembebanan yang konstan dan
pengujian dilakukan pada benda uji silinder beton umur 28 hari.

Kurva tegangan-regangan diperoleh dengan memplotkan data-data tegangan


setiap kenaikan 2 ton beban aksial dengan regangan yang terjadi pada setiap
variasi metakaolin. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran C, dengan
menggunakan analisis regresi polinomial orde 2 pada microsoft excel, didapatkan
grafik tegangan-regangan dan persamaan regresi koefesien polinomial.

Tabel 4.10. Hasil Persamaan Regresi Polinomial Fungsi Tegangan-Regangan


Panjang No. Persamaan Regresi
Serat Baja Sampel Umur 28 Hari
1 y = -6.289x2 + 30.79x + 2.353
0 mm 2 y = -5.733x2 + 31.38x + 1.642
3 y = -5.217x2 + 31.51x + 2.085
1 y = -6.147x2 + 35.25x + 2.409
25 mm 2 y = -5.669x2 + 33.21x + 2.850
3 y = -5.239x2 + 29.94x + 3.037
1 y = -7.009x2 + 34.54x + 5.294
50 mm 2 y = -6.783x2 + 34.75x + 2.859
3 y = -8.853x2 + 43.90x + 0.399
1 y = -6.644x2 + 36.29x + 2.075
Campuran
2 y = -6.616x2 + 34.16x + 2.239
25 mm dan 50 mm
3 y = -6.745x2 + 32.81x + 2.540
Dengan : y = tegangan (MPa), x = regangan

Selanjutnya dari persamaan regresi polinomial pada tabel 4.9 tersebut dapat
dihitung nilai modulus elastisitas dengan persamaan turunan fungsi tersebut.
Sebagai contoh kita ambil persamaan regresi tegangan regangan pada benda uji
67

beton dengan panjang serat baja 0 mm dan 25 mm umur 28 hari. Adapun grafik
hubungan tegangan-regangan untuk contoh tersebut adalah sebagai berikut:

Grafik Tegangan-Regangan 01
45
y = -6.289x2 + 30.79x + 2.353
40 R = 0.994

35

30
Tegangan (MPa)

25 Series1
Poly. (Series1)

20

15

10

0
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500
Regangan

Gambar 4.4 Grafik hubungan tegangan-regangan aksial beton


Pada beton normal umur 28 hari.

Grafik Tegangan-Regangan 01
50
y = -6.147x2 + 35.25x + 2.409
45 R = 0.986
40

35

30
Tegangan (MPa)

Series1
Poly. (Series1)
25

20

15

10

0
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000
Regangan

Gambar 4.5 Grafik hubungan tegangan-regangan aksial beton


dengan penambahan Serat baja 25mm umur 28 hari.
68

Adapun perhitungan modulus elastisitas dari persamaan tersebut adalah sebagai


berikut:

1) Silinder beton dengan penamabahan serat baja 0% untuk umur 28 hari


Persamaan regresi tegangan-regangan untuk sampel beton dengan penamabahan
serat baja 0mm pada umur 28 hari yaitu:
y = -6,289x2 + 30,79x + 2,353
dy
= 0 12,578 x + 30,79 = 0 x = 2,44792
dx
y = -6,289 (2,447922) + 30,79 (2,44792) + 2,353
= 40,03880 MPa
Kemudian dihitung nilai Modulus Elastisitas (Ec) :
S = 0,4. fc = 0,4 . 40,03880 MPa
= 16,01552 MPa
Dengan persamaan regresi tegangan-regangan :
S = -6,289 2 + 30,79 + 2,353
Untuk S 2 = 16,01552 MPa didapat 2 = 0,4934712
= 0,00005 didapat S 1 = 2,3545395 MPa
s2 s1
Sehingga nilai modulus Elastisitas (Ec) =
2 1

16,01552 - 2,3545395
=
(0,4934712 0,05) x10 3
= 30.769,96999 MPa
Validasi Modulus Elastisitas beton dengan kuat tekan mencapai 83 MPa
digunakan formula :

E C = (3,32 f ' c + 6,9)1000 MPa (Neville, 1996)

= (3,32 40,03880 + 6,9)1000 MPa


= 27.907,70499 MPa < Ec penelitian (30.769,96999 MPa)
69

2) Silinder Beton dengan serat baja 25mm untuk umur 28 hari


Persamaan regresi tegangan-regangan untuk sampel beton dengan serat baja
25mm untuk umur 28 hari :
Y = -6,147 x2 + 35,25 x + 2,409
dy
= 0 12,294 x + 35,25 = 0 x = 2,86725
dx
y = - 6,147 (2,86725)2 + 35,25 (2,86725) + 2,409 = 52,944322 MPa
Kemudian dihitung nilai modulus elastisitas (Ec) :
S = 0,40 fc = 0,4 . 52,944322
= 21,17773 MPa
Dengan persamaan regresi tegangan-regangan :
S ={ -6,147 2 + 35,25 + 2,409 }x 10-3
Untuk: S 2 = 21,17773 MPa didapat 2 = 0,59396825
= 0,00005 didapat S 1 = 2,410763
Sehingga nilai modulus elastisitasnya adalah :
s2 s1
Modulus Elastisitas (E c) =
2 1

21,17773 2,410763
=
(0,59396825 0.05).10 3
= 34.500,11467 MPa
Validasi Modulus Elastisitas beton dengan kuat tekan mencapai 83 MPa
digunakan formula :

E C = 3,32 f ' c + 6,9 Gpa (Neville, 1996)

= 3,32 52,944322 + 6,9


= 31.057,26588 MPa < Ec penelitian (34.500,11467 MPa)

Dari contoh perhitungan diatas dapat kita dapatkan nilai modulus elastisitas untuk
variasi serat baja yang lain, hasil selengkapnya dapat kita lihat pada Tabel 4.11.
70

Tabel 4.11. Hasil perhitungan modulus elastisitas beton mutu tinggi umur 28 hari

Panjang Serat No. Ec Perhitungan Ec Rerata Ec Validasi (MPa)


Baja Sampel
MPa MPa Ec = (3,32 f'c + 6,9)x1000

1 30769.96999
0mm 2 36505.98011 32643.19453 29090.75314
3 30653,63348
1 34500.11467
25mm 2 32574.51808 32217.04895 30383.75285
3 29576.51409
1 35482.16025
50mm 2 34619.20391 37666.26744 30365.30534
3 42897.43817

Campuran 1 35601.51875

(25mm dan 2 33818.4776 34095.49381 29594.19164


50mm) 3 32866.48507

Dari perhitungan diatas dapat dibuat grafik antara nilai modulus elastisitas hasil
penelitian dan validasi pada silinder beton mutu tinggi setiap variasi panjang serat
baja.
40000

35000

30000

25000

20000 Ec penelitian (Mpa)


15000 Ec validasi (Mpa)

10000

5000

0
0mm 25mm 50mm Campuran

Gambar 4.6 Grafik perbandingan antara nilai modulus elastisitas hasil


penelitian dan validasi pada beton mutu tinggi umur 28 hari.
71

4.5.2 Perhitungan Poisson Ratio

Dari data perubahan panjang arah longitudinal /aksial (L) dan perubahan lebar
arah lateral / aksial (r) dicari hubungan regangan aksial dan regangan lateral.
Kurva regangan aksial dan regangan lateral dapat diperoleh dengan meregresi
titik-titik pasangan regangan aksial-regangan lateral yang terdapat pada lampiran
ke dalam sumbu x dan y, dengan menggunakan program Microsoft Excel pada
analisa regresi linier didapat kurva regangan aksial dan regangan lateral seperti
pada Tabel 4.11. Selanjutnya dari persamaan regresi pada Tabel 4.11 tersebut
dapat dihitung nilai poisson ratio dengan persamaan fungsi tersebut. Sebagai
contoh kita ambil persamaan regresi regangan aksial-lateral pada benda uji beton
dengan penggantian Perbandingan serat baja 0 dan 25mm umur 28 hari. Untuk
grafik hubungan regangan aksial-lateral dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan 4.8
dibawah.

Tabel 4.12. Hasil persamaan regresi fungsi regangan aksial-lateral


Panjang No. Persamaan Regresi
Serat Baja Sampel Umur 28 Hari
1 y = 4.409x - 0.030
0mm 2 y = 4.929x + 0.010
3 y = 4.013x + 0.039
1 y = 4.124x - 0.057
25mm 2 y = 4.321x - 0.064
3 y = 4.182x + 0.019
1 y = 4.404x - 0.168
50mm 2 y = 4.047x - 0.051
3 y = 3.192x + 0.032

Campuran 1 y = 3.968x - 0.043

(25mm dan 2 y = 4.604x - 0.049


50mm) 3 y = 5.571x - 0.002
72

Grafik Regangan Aksial-Lateral

1.800
y = 4.409x - 0.030
1.600 R = 0.995

1.400

1.200
Regangan Aksial

1.000
Series1
Linear (Series1)
0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500
Regangan Lateral

Gambar 4.7 Grafik hubungan regangan aksial-


lateral dengan serat baja 0mm umur 28 hari

Grafik Regangan Aksial-Lateral

1.800
y = 4.124x - 0.057
R = 0.978
1.600

1.400

1.200
Regangan Aksial

1.000
Series1
Linear (Series1)
0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500
Regangan Lateral

Gambar 4.8 Grafik hubungan regangan aksial-


lateral dengan serat baja 25mm umur 28 hari.
73

Adapun perhitungan poisson ratio dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Silinder beton dengan serat baja 0mm untuk umur 28 hari
Persamaan regresi untuk beton dengan serat baja 0mm pada umur 28 hari
y = 4.409x - 0.030
Regangan lateral pada saat regangan longitudinal akibat tegangan
S 2 ( 2 = 0.4934712)
0,4934712 + 0,030
t 2 = = 0,11872788
4,409
Regangan lateral pada saat regangan longitudinal akibat tegangan
S 1 = ( 1 = 0,05)
0,05 + 0,030
t 1 = = 0,0181447
4,409
Angka Poisson :
0,11872788 0.0181447
= = 0,2268088
0,4934712 0,05

2) Silinder beton dengan serat baja 25mm untuk umur 28 hari


Persamaan regresi untuk beton serat baja 25mm pada umur 28 hari
y = 4.124x - 0.057
Regangan lateral pada saat regangan longitudinal akibat tegangan
S 2 ( 2 = 0.59396825)
0,59396825 + 0,057
t 2 = = 0,157848751
4.124
Regangan lateral pada saat regangan longitudinal akibat tegangan
S 1 = ( 1 = 0,05)
0,05 + 0,057
t 1 = = 0,02594568
4,124
Angka Poisson :
0,151272066 0,02594568
= = 0,2424830332
0,59396825 0,05
Dari contoh perhitungan diatas dapat kita dapatkan nilai poisson ratio untuk
variasi serat baja yang lain, hasil selengkapnya dapat kita lihat pada Tabel 4. 13
74

Tabel 4.13 Hasil perhitungan poisson ratio beton mutu tinggi umur 28 hari
Umur Pengujian 28 Hari
No.
Serat baja
Sampel Poisson Ratio Poisson Ratio Rerata

1 0.2268088
0mm 2 0.2028810 0.2262936
3 0.2491910
1 0.2424830
25mm 2 0.2314319 0.2376783
3 0.2391200
1 0.2270675
50mm 2 0.2470970 0.2624827
3 0.3132837

Campuran 1 0.2520162

(25mm dan 2 0.2172022 0.215622


50mm) 3 0.1795010

Dari perhitungan diatas dapat dibuat grafik antara nilai Poisson rasio rerata
dengan variasi panjang serat baja.

0.3

0.25

0.2

0.15
Nilai Poisson Rasio
0.1

0.05

0
0mm 25mm 50mm Campuran

Gambar 4.9 Grafik perbandingan antara nilai Poisson rasio rerata dengan
variasi panjang serat baja. pada beton mutu tinggi umur 28 hari.
75

4.6.Pembahasan

4.6.1.Modulus Elastisitas

Sejalan dengan variasi penambahan dimensi serat baja akan meningkatan nilai
modulus elastisitas sampai kadar optimum pada dimensi serat baja 50mm, dimana
modulus elastisitas akan maksimum. Nilai modulus elastisitas akan lebih
dipengaruhi dari agregatnya, semakin baik mutu agregat yang digunakan akan
meningkatkan nilai modulus elastisitas beton tersebut.

Dari Tabel 4.11. hasil penelitian mengenai modulus elastisitas dapat diketahui
bahwa nilai modulus elastisitas rata-rata untuk kadar serat baja 0mm, 25mm,
50mm, dan campuran ( 25mm dan 50mm ) beton mutu tinggi umur 28 hari adalah
32.643,19453; 32.217,04895; 37.666,26744 dan 34.095,49381 MPa

Dari data diatas memperlihatkan bahwa nilai modulus elastisitas optimum dicapai
pada variasi serat baja 50mm yang memberikan nilai modulus elastisitas
maksimum untuk pengujian. Peningkatan nilai modulus elastisitas tersebut antara
lain disebabkan karena adanya kontribusi dari serat terhadap volume adukan beton
yang semakin padat. Serat yang ditambahkan masih dapat menyebar secara
random dimana serat seolah-olah berfungsi sebagai tulangan. Selain itu, jumlah
pasta semen yang diperlukan untuk merekatkan agregat dan serat dalam adukan
masih mencukupi. Jumlah pasta semen yang cukup sangat diperlukan agar serat
dapat melekat sempurna dalam beton untuk mendukung kekuatannya

4.6.2.Poisson Ratio

Dari Tabel 4. 12 hasil penelitian untuk nilai poisson ratio dapat diketahui bahwa
nilai poisson ratio rata-rata untuk variasi serat baja 0mm, 25mm, 50mm dan
campuran ( 25mm dan 50mm ) beton mutu tinggi umur 28 hari adalah 0,2262936;
0,2376783; 0,2624827 dan 0,215622. Data tersebut memperlihatkan penurunan
nilai poisson ratio sampai kadar variasi serat baja maksimum 50mm. Variasi serat
baja sampai kadar optimum memberikan pengaruh kekuatan lekatan tarik yang
makin baik, sehingga kekuatan untuk menahan beban akan lebih baik.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil perngujian, analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Beton dengan variasi serat baja dan silica fume memiliki workabilitas yang lebih
rendah dibanding beton tanpa variasi serat baja. Semakin besar kandungan
variasi serat baja akan semakin menurunkan nilai workabilitas. Kebutuhan air
akan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kandungan serat baja,
untuk mencapai tingkat workabilitas yang baik dengan faktor air semen yang
sama penggunaan dosis superplasticizer harus ditingkatkan pula.
2. Modulus elastisitas rata-rata dari beton mutu tinggi dengan kadar serat baja
0mm, 25mm, 50mm, dan campuran ( 25mm dan 50mm ) beton umur 28 hari
adalah 32.643,19453; 32.217,04895; 37.666,26744 dan 34.095,49381 MPa.
3. Nilai poisson ratio rata-rata rata dari beton mutu tinggi dengan variasi serat baja
0mm, 25mm, 50mm dan campuran ( 25mm dan 50mm ) beton mutu tinggi umur
28 hari adalah 0,2262936; 0,2376783; 0,2624827 dan 0,215622.

76
77

5.2. Saran

Untuk lebih memperdalam kajian dari penelitian yang sudah dilakukan, maka perlu
dilakukan penelitian lanjutan yang merupakan pengembangan tema maupun
metodologi. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Dapat dilakukan penelitian dengan nilai fc > 80 Mpa.


2. Dapat dilakukan penelitian dengan berbagai variasi ukuran dan kadar serat baja.
untuk mendapatkan kadar optimum yang lebih spesifik.
3. Dapat di gunakan tipe- tipe semen yang lain.
4. Dapat di gunakan Fly ash dari daerah/ pabrik yang lain.
5. Perlu dilakukan pengujian modulus elastisitas pada umur beton yang lebih besar
dari 28 hari, hal ini mengingat beton mutu tinggi dengan tambahan silicafume,
serat baja dan fly ash membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bereaksi dalam
beton supaya didapatkan modulus elastisitas yang specifik.
6. Penelitian lebih lanjut tentang reaksi kimia dalam beton akan lebih melengkapi
penelitian yang sudah dilakukan.
7. Dial Gauge hendaknya bisa digantikan dengan model digital , sehingga dapat
meminimalkan faktor-faktor kesalahan pembacaan.
DAFTAR PUSTAKA

ASTM. 1918. Concrete and Material Agregates (Including Manual of Agregates


and Concrete Testing). Philadelphia.
Anonim. 2004. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.
Anonim. 1982. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI). Jakarta .
Dipohusodo Istimawan, 1994, Struktur Beton Bertulang, Gramedia Jakarta.

Edward G. Nawy, (alih bahasa : Bambang Suryoatmono), 1990, Beton Bertulang :


Suatu Pendekatan Dasar, PT. Eresco, Bandung.

Edward G. Nawy, (alih bahasa : Bambang Suryoatmono), 2001, Beton Prategang,


PT. Erlangga, Jakarta.

Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.

G. Wahyudi, Syahril A Rahim, 1999, Struktur Beton Bertulang, PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Gao, Jianming, Sun, Wei dan Morino, Kenji, 1997, Cement and Concrete
Composites, Elsevier Science Ltd, Great Brtain.

L. J. Parrot, 1988, A Literature Review of High Strength Concrete Properties,


British Cement Association (BCA), Wexham Springs

Mendis, Priyan, 2003, Design of High- Strength Concrete Member: State- of-
The- Art, Prog. Stucture Engineering Material, John Wiley & son, Ltd,
Australia.

Murdock, L. J. & Brook, K. M, (alih bahasa : Stepanus Hendarko), 1991, Bahan


dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.

Neville, A. M, 1975, Properties of Concrete, The English Language Book Society


and Pitman Publishing, London.

Neville. A. M. dan Brooks J.J., 1987, Concrete Technology, Longman Scientific


& Technical, New York

Rooseno, 1965, Beton Tulang, PT. Pembangunan Djakarta, Jakarta.

xv
Sultan,D. 2004. Konstribusi Metakaolin Terhadap Kuat Tekan, Modulus
Elastisitas dan Poisson Ratio pada Beton Mutu Tinggi. Skripsi Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

xvi
Lampiran A
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

Pengujian : Kandungan Lumpur


Tanggal : 10 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-117
Alat dan bahan : - Gelas ukur 250 cc - Pipet
- Oven listrik - Pasir 100 gr
- Cawan - Air bersih
- Neraca
Hasil pengujian :
Tabel A.1. Hasil Pengujian Kandungan Lumpur Agregat Halus
Simbol Keterangan Berat (gr)

G0 Pasir sebelum dicuci (kering 110 C, 24 jam) 100


G1 Pasir setelah dicuci (kering 110 C, 24 jam) 97,25
G0 G 1 Selisih pasir sebelum dan setelah dicuci 5,75

Prosentase kandungan lumpur :

G0 G1
Kandungan lumpur = x100%
G0
5,75
= x100% = 5,75%
100

Syarat :
Kandungan lumpur dalam agregat halus tidak boleh lebih dari 5 % (PBI 1971
pasal 3.3 ayat 3).

Analisa :
Dari hasil perhitungan diperoleh kandungan lumpur dalam pasir adalah 5,75 %,
sehingga pasir perlu dicuci bila akan digunakan sebagai agregat halus.

A-1
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

Pengujian : Kandungan Lumpur (setelah pencucian)


Tanggal : 11 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-117
Alat dan bahan : - Gelas ukur 250 cc - Pipet
- Oven listrik - Pasir 100 gr
- Cawan - Air bersih
- Neraca
Hasil pengujian :
Tabel A.2. Hasil Pengujian Kandungan Lumpur Agregat Halus
Simbol Keterangan Berat (gr)

G0 Pasir sebelum dicuci (kering 110 C, 24 jam) 100


G1 Pasir setelah dicuci (kering 110 C, 24 jam) 97
G0 G 1 Selisih pasir sebelum dan setelah dicuci 3

Prosentase kandungan lumpur :

G0 G1
Kandungan lumpur = x100%
G0
3
= x100% = 3%
100

Syarat :
Kandungan lumpur dalam agregat halus tidak boleh lebih dari 5 % (PBI 1971
pasal 3.3 ayat 3).

Analisa :
Dari hasil perhitungan diperoleh kandungan lumpur dalam pasir setelah pencucian
adalah 3 %, sehingga pasir tersebut memenuhi syarat sebagai agregat halus.

A-2
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

Pengujian : Kandungan Zat Organik


Tanggal : 11 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-40
Alat dan bahan : - Gelas ukur 250 cc - Pasir
- Oven listrik - Larutan NaOH 3 %
Hasil pengujian :
- Warna larutan hasil pengamatan : coklat kemerahan
Tabel A.3. Tabel Perubahan Warna
Warna Larutan Kadar Zat Organik
Jernih 0%
Kuning Muda 0 % - 10 %
Kuning Tua 10 % - 20 %
Kuning Kemerahan 20 % - 30 %
Coklat Kemerahan 30 % - 50 %
Coklat Tua 50 % - 100 %
Sumber : Prof. Ir. Rooseno

Syarat :
Agregat halus yang mengandung bahan organik dapat dipakai, asal kekuatan tekan
pada umur 7 hari dan 28 hari tidak kurang dari 95 % dari kekuatan adukan yang
sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3 % yang kemudian dicuci hingga bersih
dengan air pada umur yang sama atau penurunan yang diperbolehkan maksimum
5 % (PBI 1971).

Analisa :
Warna larutan hasil pengamatan adalah coklat kemerahan. Hal ini menunjukkan
bahwa pasir mengandung zat organik yang dapat menurunkan kekuatan beton
(penurunan 30-50 %) sehingga pasir perlu dicuci bila akan digunakan sebagai
agregat halus.

A-3
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

Pengujian : Kandungan Zat Organik (setelah pencucian)


Tanggal : 11 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-40
Alat dan bahan : - Gelas ukur 250 cc - Pasir
- Oven listrik - Larutan NaOH 3 %
Hasil pengujian :
- Warna larutan hasil pengamatan : jernih
Tabel A.4. Tabel Perubahan Warna
Warna Larutan Kadar Zat Organik

Jernih 0%
Kuning Muda 0 % - 10 %
Kuning Tua 10 % - 20 %
Kuning Kemerahan 20 % - 30 %
Coklat Kemerahan 30 % - 50 %
Coklat Tua 50 % - 100 %
Sumber : Prof. Ir. Rooseno

Syarat :
Agregat halus yang mengandung bahan organik dapat dipakai, asal kekuatan tekan
pada umur 7 hari dan 28 hari tidak kurang dari 95 % dari kekuatan adukan yang
sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3 % yang kemudian dicuci hingga bersih
dengan air pada umur yang sama atau penurunan yang diperbolehkan maksimum
5 % (PBI 1971).

Analisa :
Warna larutan hasil pengamatan adalah jernih. Hal ini menunjukkan bahwa pasir
tidak mengandung zat organik sehingga pasir dapat digunakan sebagai agregat
halus.

A-4
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

Pengujian : Specific Gravity


Tanggal : 10 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-128
Alat dan bahan : - Volumetrik flash
- Conical Mould + penumbuk
- Oven listrik
- Pasir 500 gr
- Neraca
- Air bersih
Hasil pengujian :
Tabel A.5. Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Halus
Simbol Keterangan Berat (gr)

Pasir kondisi SSD 500


a Pasir kering oven 488.85
b Berat Volumetrik + Air 724.85
c Berat Volumetrik + Pasir + Air 1035.25

a 488.85
Bulk Specific Gravity = = = 2,57
b + 500 c 724.85 + 500 1035.25
500 500
Bulk Specific Gravity SSD = = = 2,64
b + 500 c 724.85 + 500 1035.25
a 485,15
Apparent Specific Gravity = = = 2,74
a+bc 488.85 + 724.85 1035.25
500 a 500 488.85
Absorption = 100% = 100% = 2.36%
a 488.85
Menurut ASTM C.128-79 syarat Bulk Specific Gravity SSD antara 2.5 - 2.7,maka
pasir sampel memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai agregat halus beton.

A-5
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

Pengujian : Gradasi
Tanggal : 11 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-136
Alat dan Bahan : - Satu set ayakan (9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18
mm; 0,85 mm; 0,3 mm; 0,15 mm dan PAN)
- Timbangan
- Mesin getar ayakan
- Pasir kering oven
Hasil Pengujian :
Tabel A.6. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus
Ukuran Tertahan Lolos
Syarat
Ayakan Persentase Kumulatif Kumulatif
Berat (gr) ASTM
(mm) (%) (%) (%)
9,50 0 0 0 100 100
4,75 135,76 4,53 4,53 95,47 95 100
2,36 243,36 8,12 12,65 87,35 80 100
1,18 372,24 12,42 25,07 74,93 50 85
0,85 473,27 15,79 40,86 59,14 34 70
0,30 1205,10 40,21 81,07 18,93 10 30
0,15 335,85 11,21 92,28 7,72 2 10
0,00 231,38 7,72 100 0 0
Jumlah 2996,92 100 356,46

Modulus Halus =
(%kom) 100
100
356,46 100
= = 2,5646
100
3000 2996,92
Agregat yang hilang = x100% = 0,103%
3000

A-6
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gradasi Agregat Halus


Kumulatif Lolos (%)

Diameter Saringan (mm)

Batas Minimum Batas Maximum Hasil Pengujian


Gambar A.1. Kurva Daerah Susunan Gradasi Agregat Halus (pasir)

Syarat :
Modulus halus agregat halus berkisar antara 2.3 3.1 (Kardiyono Tjokrodimuljo,
1996).

Analisa :
Modulus halus dan gradasi dari agregat halus berada diantara batas maksimum
dan minimum. Hal ini menandakan bahwa agregat halus yang akan digunakan
telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan ASTM C-136.

A-7
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR

Pengujian : Gradasi
Tanggal : 11 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-136
Alat dan bahan : - Satu set ayakan (19.0 mm, 12.5 mm, 9.5 mm, 4.75
mm, 2.36 mm, 1,18 mm, 0,85 mm dan pan)
- Timbangan
- Mesin getar ayakan
- Kerikil kering oven
Hasil pengujian :
Tabel A.7. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar
Ukuran Tertahan Lolos
Ayakan Berat (gr) Persentase Komulatif Komulatif Syarat
(mm) (%) ASTM
(%) (%)
25 0 0 0 100 100
19 194 6.475 6.475 93.523 90-100
12,5 2105 70.261 76.736 23.272 20-55
9,5 515 17.189 93.925 6.010 0-10
4,75 107 3.572 97.497 2.471 0-5
2,36 75 2.503 100 0 -
1,18 0 0 100 0 -
0,85 0 0 100 0 -
PAN 0 0 100 0 -
Jumlah 2996 100 674.633

Modulus Halus =
(%kom) 100
100
674,633 100
= = 5,746 5
100
3000 2996
Agregat yang hilang = 100% = 0,133%
3000

A-8
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gradasi Agregat Kasar


Kumulatif Lolos (%)
120
100
80
60
40
20
0
PAN 0.85 1.18 2.36 4.75 9.5 12.5 19 25

Diameter Saringan (mm)

Batas Maks Hasil Pengujian Batas Min

Gambar A.2. Grafik Gradasi Agregat Kasar

Syarat :
Modulus halus agregat kasar berkisar antara 5 8 (Kardiyono Tjokrodimulyo,
1996).

Analisa :
Modulus halus dan gradasi dari agregat kasar berada diantara batas maksimum
dan minimum. Hal ini menandakan bahwa agregat kasar yang akan digunakan
telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan ASTM C-136.

A-9
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR

Pengujian : Abrasi
Tanggal : 11 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-131
Alat dan bahan : - Bejana Los Angeles dan bola-bola baja
- Saringan 20 mm
- Neraca
- Kerikil
Hasil pengujian :
Tabel A.8. Hasil Pengujian Abrasi Agregat Kasar
Simbol Keterangan Berat (gr)

a Berat kerikil kering oven mula-mula 5000


b Sisa kerikil kering oven di atas ayakan 2,36mm 3750

ab
Persentase berat yang hilang = 100%
a
5000 3750
= 100% = 25%
5000

Syarat :
Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 50 % (PBI 1971 pasal 3.4 ayat 5).

Analisis :
Abrasi yang terjadi 25 % dan ini memenuhi standar yang disyaratkan, yaitu
kurang dari 50 %.

A-10
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR

Pengujian : Specific Gravity


Tanggal : 11 Pebruari 2009
Standar : ASTM C-127
Alat dan bahan : - Bejana dan kontainer
- Oven listrik
- Kerikil 3000 gr
- Neraca
- Air bersih
Hasil pengujian :
Tabel A.9. Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Kasar :
Simbol Keterangan Berat (gr)

a kerikil kering oven 3000


b Berat kerikil kondisi SSD 3071,5
c Berat kerikil dalam air 1880

a 3000
Bulk Specific Grafity = = = 2,518
bc 3071,5 1880
b 3071,5
Bulk Specific Gravity SSD = = = 2,578
bc 3071,5 1880
a 3000
Apparent Specific Grafity = = = 2,679
ac 3000 1880
ba 3071,5 3000
Absorption = 100% = 100% = 2,38%
a 3000

A-11
Lampiran B
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Mix Design
Perhitungan Mix Design melalui pendekatan dari proposal makalah lomba kuat
tekan beton,oleh Universitas Kristen Petra Surabaya
Untuk pengecoran 6 sampel dan silinder 15X30 cm, dengan margin 25%
Volume Total = 6 X [( X X 0,15) X 0,3] X 1,25
= 0,039761 m
Volume Kerikil = 30% X Volume total
= 30% X 0,039761
= 0,011928 m
Berat kerikil = Gs Kerikil X Volume kerikil
= 2725 X 0,011928
= 32,50 Kg
Volume Mortar = 70% X Volume total
= 70% X 0,039761
= 0,027833 m
Volume Pasir = 40% X volume mortar
= 40% X 0,027833
= 0,011133 m
Berat Pasir = Gs pasir X Volume pasir
= 2725 X 0,011133
= 30,34 Kg
Volume pasta = 60% X volume mortar
= 60% X 0,027833
= 0,016700 m
Vw / Vp = 0,83
Vw = 0,007574 m
Berat air = Gs air X Volume air
= 1000 kg/m X 0,007574
= 7,57 kg
S : Fa =2:1

B-1
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Volume Semen = 2/3 x Vp


= 2/3 x 0,009125
= 0,006084 m
Berat Semen =Gs semen x Volume semen
= 3150 kg/m x 0,006084
= 19,16 kg
Volume Fly ash = 1/3 x Vp
=1/3 x 0,009125
= 0,003042 m
Berat fly ash = Gs fly ash x fly ash
= 2536 kg/m x 0,003042
=7,71 kg
Superplasticizer = 0,62% x berat powder
( Viscocrete) = 0,62% x 26,88
= 0,166644 liter
Silika Fume = 5% x berat pasta
= 5% x (Berat semen + berat fly ash)
= 5% x (19,16 + 7,71)
Serat Baja di gunakan dengan Panjang 25mm, 50mm dan kombinasi keduanya
dengan berat 1% dari volume mortar.

B-2
Lampiran C
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Hasil Pengujian Pembebanan Terhadap Sampel


Dengan Bahan Campuran
Data Data Data
Sampel Sampel Sampel
4.1 4.2 4.3
Baban Arah Arah Baban Arah Arah Baban Arah Arah
Desak Aksial Lateral Desak Aksial Lateral Desak Aksial Lateral
(kN/mm) (Inch) (Inch) (kN/mm) (Inch) (Inch) (kN/mm) (Inch) (Inch)
0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00
20 0.08 0.06 20 0.08 0.06 20 0.00 0.06
40 0.12 0.13 40 0.28 0.12 40 0.24 0.16
60 0.24 0.14 60 0.43 0.20 60 0.47 0.20
80 0.24 0.20 80 0.51 0.24 80 0.63 0.22
100 0.47 0.24 100 0.59 0.27 100 0.83 0.28
120 0.71 0.27 120 0.75 0.31 120 1.10 0.31
140 1.24 0.30 140 0.87 0.33 140 1.38 0.34
160 1.46 0.36 160 1.30 0.38 160 1.50 0.41
180 1.73 0.46 180 1.61 0.47 180 1.77 0.45
200 2.28 0.57 200 2.09 0.55 200 1.93 0.49
220 2.72 0.63 220 2.52 0.63 220 2.44 0.55
240 2.87 0.68 240 2.87 0.71 240 2.62 0.66
260 3.05 0.82 260 3.31 0.79 260 2.82 0.68
280 3.27 0.91 280 3.66 0.94 280 3.13 0.71
300 3.43 1.02 300 3.90 1.01 300 3.43 0.75
320 3.61 1.09 320 4.21 1.07 320 3.68 0.79
340 3.91 1.15 340 4.54 1.12 340 3.91 0.83
360 4.24 1.28 360 4.70 1.18 360 4.24 0.87
380 4.62 1.38 380 4.84 1.24 380 4.76 0.95
400 5.35 1.42 400 5.12 1.32 400 5.34 1.02
420 5.74 1.53 420 6.19 1.37 420 6.02 1.09
440 6.04 1.70 440 6.42 1.51 440 6.43 1.14
460 6.21 1.76 460 6.61 1.56 460 7.83 1.19
480 6.57 1.85 480 6.84 1.59 480 8.54 1.24
500 6.83 1.94 500 6.91 1.68 500 8.94 1.26
520 7.06 2.00 520 7.05 1.78 520 9.35 1.28
540 7.28 2.12 540 7.54 1.86 540 9.57 1.38
560 7.45 2.17 560 8.66 1.91 560 9.87 1.44
580 7.76 2.27 580 9.43 2.02 580 10.22 1.56
600 8.50 2.35 600 10.13 2.07 600 10.51 1.57
620 9.20 2.40 620 10.62 2.18 620 10.78 1.68
640 9.43 2.49 640 11.12 2.26 640 11.00 1.73
660 9.99 2.54 660 11.72 2.32 660 11.91 1.83
680 10.40 2.65 680 11.91 2.41 680 12.01 2.00
700 11.01 2.72 700 12.58 2.48 700 12.83 2.52
720 11.51 2.80 720 12.90 2.76 720 13.46 3.43
740 11.96 2.90 740 13.05 2.99
760 12.72 2.95 760 13.59 3.74
780 13.39 3.10
810 13.83 3.82
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Hasil Pengujian Pembebanan Terhadap Sampel Dengan Bahan Normal


Data Data Data
Sampel Sampel Sampel
1.1 1.2 1.3
Baban Arah Arah Baban Arah Arah Baban Arah Arah
Desak Aksial Lateral Desak Aksial Lateral Desak Aksial Lateral
(kN/mm) (Inch) (Inch) (kN/mm) (Inch) (Inch) (kN/mm) (Inch) (Inch)
0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00
20 0.00 0.06 20 0.00 0.07 20 0.00 0.05
40 0.25 0.13 40 0.28 0.11 40 0.20 0.15
60 0.43 0.15 60 0.38 0.17 60 0.31 0.17
80 0.67 0.18 80 0.67 0.24 80 0.69 0.22
100 0.75 0.24 100 1.00 0.28 100 0.87 0.28
120 0.98 0.27 120 1.17 0.31 120 0.98 0.31
140 1.30 0.30 140 1.46 0.38 140 1.32 0.34
160 1.75 0.38 160 2.01 0.44 160 1.65 0.41
180 1.91 0.46 180 2.24 0.52 180 1.94 0.46
200 2.09 0.57 200 2.48 0.55 200 2.10 0.49
220 2.78 0.65 220 2.87 0.61 220 2.77 0.55
240 2.87 0.68 240 3.11 0.66 240 2.87 0.66
260 3.28 0.82 260 3.35 0.69 260 3.24 0.68
280 3.50 0.91 280 3.78 0.76 280 3.50 0.71
300 4.07 1.03 300 4.37 0.80 300 4.02 0.85
320 4.35 1.09 320 4.57 0.87 320 4.33 0.88
340 4.69 1.14 340 4.96 0.91 340 4.65 1.01
360 5.00 1.28 360 5.43 0.99 360 5.00 1.04
380 5.35 1.35 380 5.63 1.02 380 5.35 1.16
400 6.03 1.42 400 5.87 1.10 400 5.98 1.20
420 6.93 1.54 420 6.77 1.15 420 6.54 1.31
440 7.20 1.70 440 7.17 1.22 440 6.93 1.43
460 7.60 1.75 460 7.40 1.28 460 7.35 1.50
480 8.23 1.91 480 8.07 1.34 480 7.80 1.69
500 9.06 2.02 500 8.19 1.40 500 8.11 1.75
520 9.96 2.24 520 8.70 1.54 520 8.74 1.81
540 10.24 2.41 540 9.33 2.08 540 9.17 2.16
560 10.55 2.57 560 10.15 2.14 560 9.41 2.28
580 11.26 2.72 580 10.59 2.20 580 9.57 2.54
600 11.85 2.87 600 11.00 2.35 600 9.80 2.72
620 12.48 2.92 620 11.38 2.49 620 10.43 2.87
640 13.07 3.04 640 12.05 2.53 640 10.67 2.91
660 13.86 3.13 660 12.52 2.59 660 11.42 2.96
680 14.02 3.19 680 13.23 2.62 680 11.89 3.01
700 15.04 3.24 700 13.82 2.65 700 12.43 3.06
720 15.04 3.15 720 13.23 3.09
740 14.72 3.15
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Hasil Pengujian Pembebanan Terhadap Sampel


Dengan Bahan Serat Baja 25mm
Data Data Data
Sampel Sampel Sampel
2.1 2.2 2.3
Baban Arah Arah Baban Arah Arah Baban Arah Arah
Desak Aksial Lateral Desak Aksial Lateral Desak Aksial Lateral
(kN/mm) (Inch) (Inch) (kN/mm) (Inch) (Inch) (kN/mm) (Inch) (Inch)
0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00
20 0.00 0.06 20 0.00 0.04 20 0.00 0.06
40 0.21 0.09 40 0.20 0.12 40 0.24 0.12
60 0.33 0.16 60 0.24 0.20 60 0.39 0.20
80 0.70 0.19 80 0.53 0.23 80 0.63 0.22
100 0.88 0.25 100 0.62 0.30 100 0.91 0.28
120 0.99 0.28 120 0.73 0.31 120 1.10 0.31
140 1.32 0.30 140 0.85 0.33 140 1.26 0.34
160 1.67 0.35 160 1.09 0.38 160 1.54 0.41
180 1.95 0.43 180 1.42 0.50 180 1.57 0.45
200 2.10 0.57 200 1.89 0.61 200 1.81 0.49
220 2.24 0.66 220 2.28 0.65 220 2.13 0.55
240 2.44 0.70 240 2.44 0.72 240 2.60 0.66
260 2.60 0.82 260 2.76 0.79 260 2.99 0.68
280 2.81 0.91 280 3.15 0.94 280 3.15 0.71
300 2.99 1.06 300 3.46 1.01 300 3.39 0.79
320 3.23 1.09 320 3.86 1.07 320 3.86 0.88
340 3.54 1.15 340 4.41 1.12 340 4.09 1.01
360 3.86 1.24 360 4.65 1.18 360 4.65 1.04
380 4.09 1.35 380 4.96 1.24 380 4.96 1.16
400 4.57 1.45 400 5.43 1.32 400 5.59 1.20
420 4.96 1.53 420 5.83 1.38 420 6.69 1.31
440 5.59 1.65 440 6.22 1.55 440 7.32 1.43
460 6.69 1.72 460 6.61 1.61 460 7.80 1.50
480 7.09 1.76 480 7.17 1.67 480 8.54 1.69
500 7.87 1.88 500 7.28 1.76 500 8.86 1.75
520 8.28 1.94 520 7.52 1.84 520 9.32 1.81
540 8.62 2.01 540 8.07 2.02 540 9.89 2.16
560 8.74 2.11 560 8.17 2.11 560 10.39 2.28
580 8.86 2.16 580 8.58 2.17 580 10.87 2.54
600 9.10 2.24 600 9.13 2.25 600 11.10 2.72
620 9.37 2.28 620 9.53 2.35 620 11.42 2.87
640 9.61 2.61 640 10.24 2.44 640 11.91 2.94
660 10.08 2.69 660 11.10 2.56 660 12.05 3.04
680 10.43 2.76 680 11.41 2.76 680 12.60 3.09
700 10.56 2.83 700 12.23 2.87 700 12.99 3.19
720 10.67 2.85 720 12.44 2.97 720 13.46 3.31
740 11.42 2.91 740 12.58 3.04 740 14.61 3.62
760 11.89 2.93 760 12.83 3.13
780 12.43 3.04 780 13.28 3.27
800 13.23 3.10
820 14.72 3.31
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Hasil Pengujian Pembebanan Terhadap Sampel Dengan Bahan Serat Baja


50mm
Data Data Data
Sampel Sampel Sampel
3.1 3.2 3.3
Baban Arah Arah Baban Arah Arah Baban Arah Arah
Desak Aksial Lateral Desak Aksial Lateral Desak Aksial Lateral
(kN/mm) (Inch) (Inch) (kN/mm) (Inch) (Inch) (kN/mm) (Inch) (Inch)
0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00
20 0.08 0.06 20 0.00 0.06 20 0.00 0.06
40 0.16 0.11 40 0.20 0.13 40 0.24 0.17
60 0.28 0.15 60 0.28 0.16 60 0.47 0.20
80 0.39 0.19 80 0.43 0.20 80 0.63 0.23
100 0.45 0.24 100 0.50 0.27 100 0.83 0.28
120 0.54 0.27 120 0.59 0.30 120 1.02 0.31
140 0.65 0.30 140 0.79 0.33 140 1.14 0.32
160 0.78 0.36 160 1.02 0.38 160 1.54 0.41
180 0.87 0.46 180 1.42 0.47 180 1.70 0.45
200 1.02 0.57 200 1.69 0.55 200 1.93 0.51
220 1.18 0.63 220 2.03 0.63 220 2.44 0.55
240 1.30 0.68 240 2.35 0.71 240 3.07 0.65
260 1.50 0.82 260 2.64 0.79 260 3.35 0.68
280 1.85 0.91 280 3.15 0.94 280 3.43 0.75
300 2.27 0.99 300 3.93 1.01 300 3.61 0.83
320 2.48 1.09 320 4.16 1.07 320 3.76 0.88
340 2.89 1.15 340 4.61 1.12 340 3.91 1.02
360 3.13 1.21 360 5.06 1.18 360 4.17 1.04
380 3.28 1.31 380 5.24 1.24 380 4.36 1.14
400 3.69 1.43 400 5.39 1.33 400 4.52 1.20
420 4.05 1.54 420 5.47 1.37 420 4.69 1.31
440 4.80 1.67 440 5.74 1.54 440 4.94 1.43
460 5.10 1.76 460 6.05 1.61 460 5.15 1.50
480 5.43 1.86 480 6.14 1.75 480 5.48 1.69
500 6.54 1.94 500 6.30 1.92 500 5.76 1.75
520 7.36 2.10 520 6.85 2.01 520 6.26 1.81
540 7.87 2.18 540 7.44 2.08 540 6.46 2.16
560 8.66 2.24 560 8.15 2.17 560 6.84 2.28
580 9.15 2.33 580 9.13 2.20 580 6.98 2.54
600 9.41 2.45 600 9.69 2.28 600 7.28 2.64
620 9.69 2.52 620 9.92 2.48 620 7.61 2.69
640 10.06 2.59 640 10.05 2.80 640 8.15 2.75
660 10.39 2.61 660 10.55 2.87 660 8.42 2.78
680 11.10 2.61 680 10.87 3.05 680 8.60 2.89
700 11.73 2.72 700 11.73 3.13 700 9.06 2.95
720 12.13 2.79 720 12.47 3.27 720 9.36 3.00
740 12.83 2.87 740 13.15 3.31 740 9.83 3.06
760 13.19 3.04 760 13.90 3.43 760 10.21 3.09
780 13.33 3.09 780 14.85 3.50 780 10.71 3.24
800 13.48 3.25 810 15.74 3.70 800 11.02 3.36
820 13.69 3.31 820 11.65 3.42
840 13.77 3.43 840 12.35 3.50
850 14.06 3.68 860 13.02 3.60
880 14.96 3.90
Perhitungan besarnya kuat tekan beton pada benda uji silinder dengan rumus :
P
fc =
Ac
Dengan :
fc = kuat tekan beton salah satu benda uji (MPa)
P = beban desak maksimum (N)
Ac = luas permukaan benda uji tertekan (mm2)

Contoh Perhitungan pada sampel 1.1 beton dengan penambahan serat baja 0mm,
pada P = 700kN/mm :
700 x1000
fc =
0.25 x3.14 x150 x150
fc = 39,632 MPa

Contoh Perhitungan pada sampel 2.1 beton dengan penambahan serat baja 25mm,
pada P = 820kN/mm :
820 x1000
fc =
0.25 x3.14 x150 x150
fc = 46,426 MPa

Contoh Perhitungan pada sampel 3.1 beton dengan penambahan serat baja 50mm,
pada P = 850kN/mm :
850 x1000
fc =
0.25 x3.14 x150 x150
fc = 48,100 MPa

Contoh Perhitungan pada sampel 4.1 beton dengan penambahan serat baja
Campuran, pada P = 810kN/mm :
810 x1000
fc =
0.25 x3.14 x150 x150
fc = 45,8599 MPa
Perhitungan regangan () yang terjadi dengan rumus :
l
= x 25,4 .10 3
l
Dengan : l = penurunan arah longitudinal
L = tinggi beton relative (jarak antara dua strain gauge)
25,4 . 10-3 = konversi satuan dial dari inch ke mm

Contoh perhitungan regangan ()pada sampel 1.1 beton dengan penambahan serat
baja 0mm, denganl = 15,04

15.04
= x 25,4 .10 3
200
= 1,910.10 3 mm

Contoh perhitungan regangan ()pada sampel 2.1 beton dengan penambahan serat
baja 25mm, denganl = 14,72

14,72
= x 25,4 .10 3
200
= 1,86944.10 3 mm

Contoh perhitungan regangan ()pada sampel 3.1 beton dengan penambahan serat
baja 25mm, denganl = 14.06

14,06
= x 25,4 .10 3
200
= 1,7856.10 3 mm

Contoh perhitungan regangan ()pada sampel 4.1 beton dengan penambahan serat
campuran, denganl = 13,83

13,83
= x 25,4 .10 3
200
= 1,7564.10 3 mm
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Hasil Pengujian Pembebanan Terhadap Sampel Dengan Bahan Normal

Sampel 01 Sampel 02 Sampel 3


W(kg) 11.1 W(kg) 11.180 W(kg) 11.250
L(m) 0.300 L(m) 0.300 L(m) 0.300
D (m) 0.150 D (m) 0.150 D (m) 0.150
BJ (kg/m3) 2093.772 BJ (kg/m3) 2108.862 BJ (kg/m3) 2122.066
Tegangan Regangan Regangan Tegangan Regangan Regangan Tegangan Regangan Regangan
(MPa) Aksial Lateral (MPa) Aksial Lateral (MPa) Aksial Lateral
x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1.132 0.000 0.008 1.132 0.000 0.009 1.132 0.000 0.006
2.264 0.032 0.016 2.264 0.035 0.014 2.264 0.025 0.019
3.396 0.055 0.019 3.396 0.048 0.022 3.396 0.040 0.022
4.528 0.085 0.023 4.528 0.085 0.030 4.528 0.087 0.028
5.660 0.095 0.031 5.660 0.127 0.036 5.660 0.110 0.035
6.792 0.124 0.034 6.792 0.149 0.040 6.792 0.124 0.039
7.924 0.165 0.038 7.924 0.185 0.048 7.924 0.168 0.043
9.056 0.222 0.048 9.056 0.255 0.056 9.056 0.210 0.052
10.188 0.243 0.058 10.188 0.285 0.066 10.188 0.246 0.058
11.320 0.265 0.073 11.320 0.315 0.070 11.320 0.267 0.062
12.452 0.353 0.082 12.452 0.365 0.078 12.452 0.352 0.070
13.584 0.365 0.086 13.584 0.395 0.084 13.584 0.365 0.084
14.716 0.416 0.104 14.716 0.425 0.088 14.716 0.412 0.086
15.848 0.445 0.116 15.848 0.480 0.096 15.848 0.445 0.090
16.980 0.517 0.131 16.980 0.555 0.102 16.980 0.510 0.108
18.112 0.553 0.138 18.112 0.580 0.110 18.112 0.550 0.112
19.244 0.595 0.145 19.244 0.630 0.116 19.244 0.590 0.128
20.376 0.635 0.162 20.376 0.690 0.126 20.376 0.635 0.132
21.508 0.680 0.171 21.508 0.715 0.130 21.508 0.680 0.147
22.640 0.766 0.180 22.640 0.745 0.140 22.640 0.760 0.152
23.772 0.880 0.195 23.772 0.860 0.146 23.772 0.830 0.167
24.904 0.915 0.216 24.904 0.910 0.155 24.904 0.880 0.182
26.036 0.965 0.222 26.036 0.940 0.162 26.036 0.934 0.190
27.168 1.045 0.243 27.168 1.025 0.170 27.168 0.990 0.215
28.300 1.150 0.256 28.300 1.040 0.178 28.300 1.030 0.222
29.432 1.265 0.284 29.432 1.105 0.196 29.432 1.110 0.230
30.564 1.300 0.306 30.564 1.185 0.264 30.564 1.165 0.274
31.696 1.340 0.326 31.696 1.289 0.272 31.696 1.195 0.289
32.828 1.430 0.345 32.828 1.345 0.280 32.828 1.215 0.322
33.960 1.505 0.365 33.960 1.397 0.298 33.960 1.245 0.346
35.092 1.585 0.371 35.092 1.445 0.316 35.092 1.325 0.364
36.235 1.660 0.386 36.235 1.530 0.321 36.235 1.355 0.369
37.367 1.760 0.398 37.367 1.590 0.329 37.367 1.450 0.376
38.500 1.780 0.405 38.500 1.680 0.333 38.500 1.510 0.382
39.632 1.910 0.412 39.632 1.755 0.337 39.632 1.578 0.389
40.764 1.910 0.400 40.764 1.680 0.393
41.897 1.870 0.400
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Hasil Pengujian Pembebanan Terhadap Sampel Dengan Bahan Serat Baja 25mm

Sampel 01 Sampel 02 Sampel 3


W(kg) 11.35 W(kg) 11.450 W(kg) 11.150
L(m) 0.300 L(m) 0.300 L(m) 0.300
D (m) 0.150 D (m) 0.150 D (m) 0.150
BJ (kg/m3) 2140.929 BJ (kg/m3) 2159.791 BJ (kg/m3) 2103.203
Tegangan Regangan Regangan Tegangan Regangan Regangan Tegangan Regangan Regangan
(MPa) Aksial Lateral (MPa) Aksial Lateral (MPa) Aksial Lateral
x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1.132 0.000 0.007 1.132 0.000 0.005 1.132 0.000 0.007
2.264 0.027 0.012 2.264 0.025 0.015 2.264 0.030 0.015
3.396 0.042 0.020 3.396 0.030 0.025 3.396 0.050 0.025
4.528 0.089 0.024 4.528 0.067 0.029 4.528 0.080 0.028
5.660 0.112 0.032 5.660 0.079 0.038 5.660 0.115 0.035
6.792 0.126 0.036 6.792 0.093 0.040 6.792 0.140 0.039
7.924 0.168 0.038 7.924 0.108 0.042 7.924 0.160 0.043
9.056 0.212 0.045 9.056 0.139 0.048 9.056 0.195 0.052
10.188 0.248 0.055 10.188 0.180 0.063 10.188 0.200 0.057
11.320 0.267 0.072 11.320 0.240 0.078 11.320 0.230 0.062
12.452 0.285 0.084 12.452 0.290 0.083 12.452 0.270 0.070
13.584 0.310 0.089 13.584 0.310 0.091 13.584 0.330 0.084
14.716 0.330 0.104 14.716 0.350 0.100 14.716 0.380 0.086
15.848 0.357 0.116 15.848 0.400 0.120 15.848 0.400 0.090
16.980 0.380 0.134 16.980 0.440 0.128 16.980 0.430 0.100
18.112 0.410 0.139 18.112 0.490 0.136 18.112 0.490 0.112
19.244 0.450 0.146 19.244 0.560 0.142 19.244 0.520 0.128
20.376 0.490 0.157 20.376 0.590 0.150 20.376 0.590 0.132
21.508 0.520 0.172 21.508 0.630 0.158 21.508 0.630 0.147
22.640 0.580 0.184 22.640 0.690 0.168 22.640 0.710 0.152
23.772 0.630 0.194 23.772 0.740 0.175 23.772 0.850 0.166
24.904 0.710 0.210 24.904 0.790 0.197 24.904 0.930 0.182
26.036 0.850 0.219 26.036 0.840 0.204 26.036 0.990 0.190
27.168 0.900 0.223 27.168 0.910 0.212 27.168 1.085 0.215
28.300 1.000 0.239 28.300 0.925 0.224 28.300 1.125 0.222
29.432 1.052 0.246 29.432 0.955 0.234 29.432 1.184 0.230
30.564 1.095 0.255 30.564 1.025 0.257 30.564 1.256 0.274
31.696 1.110 0.268 31.696 1.038 0.268 31.696 1.320 0.289
32.828 1.125 0.274 32.828 1.090 0.275 32.828 1.380 0.322
33.960 1.156 0.285 33.960 1.160 0.286 33.960 1.410 0.346
35.092 1.190 0.289 35.092 1.210 0.298 35.092 1.450 0.364
36.235 1.220 0.332 36.235 1.300 0.310 36.235 1.512 0.374
37.367 1.280 0.342 37.367 1.410 0.325 37.367 1.530 0.386
38.500 1.325 0.351 38.500 1.449 0.350 38.500 1.600 0.393
39.632 1.341 0.359 39.632 1.553 0.364 39.632 1.650 0.405
40.764 1.355 0.362 40.764 1.580 0.377 40.764 1.710 0.420
41.897 1.450 0.369 41.897 1.598 0.386 41.897 1.856 0.460
43.029 1.510 0.372 43.029 1.630 0.398
44.161 1.578 0.386 44.161 1.686 0.415
45.294 1.680 0.394
46.426 1.870 0.420
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Hasil Pengujian Pembebanan Terhadap Sampel Dengan Bahan Serat Baja 50mm

Sampel 01 Sampel 02 Sampel 3


W(kg) 11.600 W(kg) 11.500 W(kg) 11.750
L(m) 0.300 L(m) 0.300 L(m) 0.300
D (m) 0.150 D (m) 0.150 D (m) 0.150
BJ (kg/m3) 2188.086 BJ (kg/m3) 2169.223 BJ (kg/m3) 2216.380
Tegangan Regangan Regangan Tegangan Regangan Regangan Tegangan Regangan Regangan
(MPa) Aksial Lateral (MPa) Aksial Lateral (MPa) Aksial Lateral
x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1.132 0.010 0.007 1.132 0.000 0.008 1.132 0.000 0.007
2.264 0.020 0.014 2.264 0.025 0.016 2.264 0.030 0.021
3.396 0.035 0.019 3.396 0.035 0.020 3.396 0.060 0.025
4.528 0.049 0.024 4.528 0.055 0.026 4.528 0.080 0.029
5.660 0.057 0.030 5.660 0.064 0.034 5.660 0.105 0.035
6.792 0.068 0.034 6.792 0.075 0.038 6.792 0.130 0.039
7.924 0.082 0.038 7.924 0.100 0.042 7.924 0.145 0.041
9.056 0.099 0.046 9.056 0.130 0.048 9.056 0.195 0.052
10.188 0.110 0.058 10.188 0.180 0.060 10.188 0.216 0.057
11.320 0.130 0.072 11.320 0.215 0.070 11.320 0.245 0.065
12.452 0.150 0.080 12.452 0.258 0.080 12.452 0.310 0.070
13.584 0.165 0.086 13.584 0.299 0.090 13.584 0.390 0.083
14.716 0.190 0.104 14.716 0.335 0.100 14.716 0.425 0.086
15.848 0.235 0.115 15.848 0.400 0.120 15.848 0.435 0.095
16.980 0.288 0.126 16.980 0.499 0.128 16.980 0.458 0.105
18.112 0.315 0.138 18.112 0.528 0.136 18.112 0.478 0.112
19.244 0.367 0.146 19.244 0.585 0.142 19.244 0.497 0.129
20.376 0.398 0.154 20.376 0.642 0.150 20.376 0.529 0.132
21.508 0.416 0.167 21.508 0.666 0.158 21.508 0.554 0.145
22.640 0.468 0.182 22.640 0.684 0.169 22.640 0.574 0.152
23.772 0.514 0.196 23.772 0.695 0.174 23.772 0.596 0.166
24.904 0.610 0.212 24.904 0.729 0.195 24.904 0.628 0.182
26.036 0.648 0.224 26.036 0.768 0.204 26.036 0.654 0.190
27.168 0.690 0.236 27.168 0.780 0.222 27.168 0.696 0.215
28.300 0.830 0.246 28.300 0.800 0.244 28.300 0.732 0.222
29.432 0.935 0.267 29.432 0.870 0.255 29.432 0.795 0.230
30.564 1.000 0.277 30.564 0.945 0.264 30.564 0.820 0.274
31.696 1.100 0.285 31.696 1.035 0.275 31.696 0.869 0.289
32.828 1.162 0.296 32.828 1.160 0.280 32.828 0.887 0.322
33.960 1.195 0.311 33.960 1.230 0.290 33.960 0.924 0.335
35.092 1.230 0.320 35.092 1.260 0.315 35.092 0.967 0.342
36.235 1.278 0.329 36.235 1.276 0.355 36.235 1.035 0.349
37.367 1.320 0.332 37.367 1.340 0.365 37.367 1.069 0.353
38.500 1.410 0.331 38.500 1.380 0.387 38.500 1.092 0.367
39.632 1.490 0.346 39.632 1.490 0.398 39.632 1.150 0.375
40.764 1.540 0.354 40.764 1.584 0.415 40.764 1.189 0.381
41.897 1.630 0.365 41.897 1.670 0.420 41.897 1.248 0.389
43.029 1.675 0.386 43.029 1.765 0.436 43.029 1.297 0.392
44.161 1.693 0.392 44.161 1.886 0.445 44.161 1.360 0.412
45.294 1.712 0.413 45.837 1.999 0.470 45.294 1.399 0.427
46.426 1.739 0.420 46.426 1.480 0.434
47.558 1.749 0.436 47.558 1.568 0.445
48.100 1.785 0.467 48.691 1.653 0.457
49.823 1.900 0.495
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Hasil Pengujian Pembebanan Terhadap Sampel Dengan Bahan Campuran

Sampel 01 Sampel 02 Sampel 3


W(kg) 11.15 W(kg) 11.350 W(kg) 11.570
L(m) 0.300 L(m) 0.300 L(m) 0.300
D (m) 0.150 D (m) 0.150 D (m) 0.150
BJ (kg/m3) 2103.203 BJ (kg/m3) 2140.929 BJ (kg/m3) 2182.427
Tegangan Regangan Regangan Tegangan Regangan Regangan Tegangan Regangan Regangan
(MPa) Aksial Lateral (MPa) Aksial Lateral (MPa) Aksial Lateral
x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001 x 0.001
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1.132 0.010 0.007 1.132 0.010 0.007 1.132 0.000 0.007
2.264 0.015 0.016 2.264 0.035 0.015 2.264 0.030 0.020
3.396 0.030 0.018 3.396 0.055 0.025 3.396 0.060 0.025
4.528 0.030 0.026 4.528 0.065 0.030 4.528 0.080 0.028
5.660 0.060 0.030 5.660 0.075 0.034 5.660 0.105 0.035
6.792 0.090 0.034 6.792 0.095 0.039 6.792 0.140 0.039
7.924 0.158 0.038 7.924 0.110 0.042 7.924 0.175 0.043
9.056 0.185 0.046 9.056 0.165 0.048 9.056 0.190 0.052
10.188 0.220 0.058 10.188 0.205 0.060 10.188 0.225 0.057
11.320 0.290 0.072 11.320 0.265 0.070 11.320 0.245 0.062
12.452 0.345 0.080 12.452 0.320 0.080 12.452 0.310 0.070
13.584 0.364 0.086 13.584 0.365 0.090 13.584 0.333 0.084
14.716 0.387 0.104 14.716 0.420 0.100 14.716 0.358 0.086
15.848 0.415 0.115 15.848 0.465 0.120 15.848 0.398 0.090
16.980 0.436 0.130 16.980 0.495 0.128 16.980 0.435 0.095
18.112 0.458 0.138 18.112 0.535 0.136 18.112 0.467 0.100
19.244 0.497 0.146 19.244 0.577 0.142 19.244 0.497 0.105
20.376 0.538 0.162 20.376 0.597 0.150 20.376 0.539 0.110
21.508 0.587 0.175 21.508 0.615 0.158 21.508 0.605 0.121
22.640 0.680 0.180 22.640 0.650 0.168 22.640 0.678 0.129
23.772 0.729 0.194 23.772 0.786 0.174 23.772 0.764 0.139
24.904 0.767 0.216 24.904 0.815 0.192 24.904 0.816 0.145
26.036 0.789 0.224 26.036 0.839 0.198 26.036 0.995 0.151
27.168 0.835 0.235 27.168 0.869 0.202 27.168 1.085 0.157
28.300 0.867 0.246 28.300 0.878 0.213 28.300 1.135 0.160
29.432 0.897 0.254 29.432 0.895 0.226 29.432 1.187 0.162
30.564 0.925 0.269 30.564 0.957 0.236 30.564 1.215 0.175
31.696 0.946 0.275 31.696 1.100 0.242 31.696 1.253 0.183
32.828 0.986 0.288 32.828 1.198 0.257 32.828 1.298 0.198
33.960 1.080 0.298 33.960 1.287 0.263 33.960 1.335 0.200
35.092 1.168 0.305 35.092 1.349 0.277 35.092 1.369 0.213
36.235 1.197 0.316 36.235 1.412 0.287 36.235 1.397 0.220
37.367 1.269 0.322 37.367 1.489 0.295 37.367 1.512 0.232
38.500 1.321 0.336 38.500 1.512 0.306 38.500 1.525 0.254
39.632 1.398 0.345 39.632 1.598 0.315 39.632 1.630 0.320
40.764 1.462 0.355 40.764 1.638 0.350 40.764 1.710 0.435
41.897 1.519 0.368 41.897 1.657 0.380
43.029 1.615 0.375 43.029 1.726 0.475
44.161 1.700 0.394
45.837 1.757 0.485
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Grafik Tegangan dan Regangan pada beton mutu tinggi dengan penambahan serat baja 0mm :
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Grafik Tegangan dan Regangan pada beton mutu tinggi dengan penambahan serat baja 25mm :
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Grafik Tegangan dan Regangan pada beton mutu tinggi dengan penambahan serat baja 50mm :
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET- FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta 57126, Indonesia
Telp.& Fax. : (0271) 634524. email : civiluns@uns.ac.id

Grafik Tegangan dan Regangan pada beton mutu tinggi dengan penambahan serat baja campuran :
Lampiran D
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-1 Mesin Los Angelos

Gambar D-2 Ayakan dan Mesin Penggetar Ayakan

D-1
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-3 Timbangan

Gambar D-4 Compression Testing Machine (Alat Uji Modulus Elastisitas)

D-2
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-5 Vibrator

D-3
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Dokumentasi Persiapan Pembuatan Sampel:

Gambar D-6 Serat baja sesuai dimensi nya.

Gambar D-7 Menimbang Silica fume

D-4
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-8 Menimbang Fly Ash

Gambar D-9 Pencucian Agregat kasar dan Agregat halus

D-5
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-10 Superplasticizer

Dokumentasi Pembuatan Sampel :

D-6
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-11 Memasukkan Semua bahan dalam molen

Gambar D-12 Alat Uji Nilai Slump

D-7
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-13 Mengukur ketinggiannya

D-8
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-14 Memadatkan adonan dalam cetakan ( begisting )

Gambar D-15 Penomoran Sampel

D-9
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Dokumentasai Pengujian Modulus Elastisitas :

Gambar D-16 Memasang Sampel Pada Pengujian Modulus Elastisitas

Gambar D-17 Mencatat Sampel Pada Pengujian Modulus Elastisitas

D-10
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-18 Beban Max. Tercatat 730 kN

Gambar D-19 Beban Max. Tercatat 880 kN

D-11
LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. (0271) 647069 Fax .662118

Gambar D-20 Beban Max. Tercatat 860 kN

D-12

Anda mungkin juga menyukai