SUSUNAN REDAKSI
Penanggung Jawab : Ketua Departemen Teknik Mesin, Sekolah Vokasi,
Univesitas Gadjah Mada
Pemimpin Redaksi : Handoko, S.T., M.T.
Penyunting / Editor : 1. Budi Basuki, S.T., M.Eng.
2. Andhi Akhmad Ismail, S.T., M.Eng.
3. Setyawan Bekti Wibowo, S.T., M.Eng.
4. B. Tulung Prayoga, S.T., M.T.
Mitra Bestari : Ir. F. Eko Wismo Winarto, M.Sc., Ph.D.
Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D.
Dr. Ir. Suryo Darmo, M.T.
Ir. Tarmono, M.T.
Bendahara : Sugiyanto, S.T., M.Eng.
Administrasi : Dwi Sapto
Pembantu Umum : Mulyadi
Alamat Redaksi : Jl. Yacaranda, Sekip, Unit IV, Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 6491301
Alamat Web : jurnal.ugm.ac.id/jmtp
E-mail : jmtp@ugm.ac.id
Diterbitkan Oleh : Departemen Teknik Mesin, Sekolah Vokasi, Univesitas
Gadjah Mada
Redaksi menerima naskah tulisan ilmiah dari kalangan akademisi, peneliti serta praktisi dari
industri pada bidang ilmu material teknik dan teknologi proses.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karuniaNya, Jurnal Material Teknologi Proses, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015, telah berhasil
diterbitkan. Jurnal ini dirintis oleh Departemen Teknik Mesin, Sekolah Vokasi, Universitas
Gadjah Mada, sebagai bentuk peran aktif dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu dengan ikut
mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada bidang material teknik
dan teknologi proses. Terima kasih kami haturkan kepada para penulis yang telah
menyumbangkan karya ilmiahnya sehingga jurnal ini dapat disusun.
Semoga dengan terbitnya jurnal ini dapat memberi manfaat yang sebesar – besarnya
bagi komunitas ilmiah, sains dan teknologi serta secara luas bagi kemajuan peradaban manusia.
Redaksi
ISSN: 2477 - 2135
DAFTAR ISI
Redaksi menerima tulisan ilmiah dari kalangan akademisi, peneliti dan praktisi. Naskah tersebut adalah hasil karya
tulis asli yang belum pernah diterbitkan. Naskah dapat berupa hasil penelitian, pemikiran, ide atau gagasan ilmiah
serta kajian (review) atas suatu topik dalam bidang ilmu material teknik dan teknologi pemrosesannya. Redaksi
berhak menolak naskah yang tidak memenuhi persyaratan teknis, mengubah susunan naskah dan memperbaiki
gaya bahasa sebelum naskah dimuat.
STUDI UKURAN GRAFIT BESI COR KELABU TERHADAP LAJU KEAUSAN
PADA PRODUK BLOK REM METALIK KERETA API
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 16
Sutiyoko dkk [3], melakukan penelitian banyaknya jumlah grafit. Grafit besi cor kelabu
mengenai kekerasan dan struktur mikro besi cor berbentuk flake (serpih), berupa lempeng-lempeng
kelabu pada pengecoran evaporative, diperoleh hasil kecil yang melengkung. Ujung-ujung grafit
bahwa kekerasan besi cor kelabu mengalami berbentuk runcing yang menyebabkan ketangguhan
penurunan dengan semakin meningkatnya ukuran besi cor kelabu rendah 5 .
mesh pasir, dengan kata lain semakin kecil ukuran Matrik ferit dalam besi cor kelabu sangat ulet,
pasir maka benda cor akan semakin lunak. tetapi kekerasannya sangat rendah. Matrik perlit
Permeabilitas pasir semakin kecil dengan mampunyai kombinasi kekerasan dan keuletan yang
mengecilnya ukuran pasir. Hal ini menyebabkan baik, tetapi nilainya masih rendah. Sementit dan
udara lebih lama tertahan di dalam cavity sehingga martensit mempunyai kekerasan yang tinggi, tetapi
pembekuan cairan lebih lama. Pembekuan cairan sangat getas. Diantara matrik-matrik tersebut, bainit
yang lebih lama memberikan kesempatan silikon mempunyai kombinasi nilai kekerasan dan keuletan
untuk melepas karbon dari besi untuk membentuk terbaik sehingga untuk penggunaan besi cor kelabu
grafit. Semakin banyak terbentuk grafit maka dengan tuntutan nilai kekerasan dan kekuatan impak
kekerasan benda cor akan semakin menurun. yang tinggi, besi cor kelabu dengan matrik bainit
Pratowo dkk [4], melakukan penelitian mengenai lebih unggul dibandingkan yang lainnya 6 .
peningkatan kekerasan dan ketahanan aus permukaan Kekuatan dan kekerasan besi cor kelabu dapat
besi cor kelabu melalui proses boronisasi, diperoleh dinaikkan dengan cara menaikkan jumlah karbon
hasil bahwa persentase keausan maksimal untuk besi yang berupa sementit dalam eutektoid dan akan
cor kelabu sebesar 0,0667% pada temperatur mencapai maksimum pada struktur matriks perlitik
boronisasi 875 oC dengan waktu penahanan 5 jam 7.
atau naik sekitar 80% dari material awal. Nilai Tipe grafit besi cor kelabu dapat dikelompokkan
kekerasan maksimal untuk besi cor kelabu sebesar menjadi lima tipe, yaitu : tipe A, B, C, D dan E.
810,5 VHN pada temperatur boronisasi 875 oC Grafit tipe A memiliki serpih-serpih grafit yang
dengan waktu penahanan 5 jam atau naik sekitar terbagi rata dan orientasinya sebarang. Struktur
300% dari material awal dan nilai kekerasan tersebut timbul pada besi cor kelas tinggi dengan
maksimal. matriks perlit dan terdapat potongan-potongan grafit
yang bengkok yang memberikan kekuatan tertinggi
DASAR TEORI pada besi cor. Grafit bengkok tersebut diperoleh
Besi cor adalah paduan besi dan karbon dengan dengan cara meningkatkan pengendapan kristal-
kandungan karbon berkisar antara 2,0 – 6,67 %, kristal sepanjang austenit proeutektik. Besi cor
namun yang biasa digunakan untuk berbagai dengan kandungan karbon tinggi jarang yang
komponen mesin mempunyai kandungan karbon 2,5 mempunyai potongan grafit bengkok disebabkan oleh
– 4,0 %. Dasar pengklasifikasian besi cor ditentukan pengendapan kristal yang sedikit sehingga perlu
oleh struktur metalografi yang sangat dipengaruhi dilakukan penghilangan oksida dan inokulasi
oleh kandungan karbon dalam paduan. Karbon dapat penggrafitan pada besi cair.
berupa sementit (Fe3C) ataupun karbon bebas (grafit). Grafit tipe B memiliki bentuk seperti bunga ros
Bentuk, ukuran dan distribusi grafit akan (rosette) dengan orientasi sebarang. Struktur ini
mempengaruhi sifat mekanik besi cor. Unsur lain merupakan salah satu sel eutektik yang bagian
berupa silikon, mangan, phosphor dan belerang juga tengahnya mempunyai potongan-potongan eutektik
mempengaruhi struktur metalografi besi cor. halus dari grafit dan sepih-serpih grafit radial di
Pengelompokan besi cor berdasarkan struktur mikro sekitarnya. Struktur tersebut biasanya ditemukan
khususnya bentuk karbon dibagi dalam empat pada produk coran tipis yang mengalami pendinginan
golongan yaitu: besi cor putih (white cast iron), besi cepat. Tipe rosette tersebar dalam besi cor yang
cor mampu tempa (malleable cast iron), besi cor mempunyai kandungan karbon tinggi karena banyak
kelabu (grey cast iron), besi cor nodular (nodular pengendapan grafit yang mengakibatkan struktur
cast iron). menjadi lemah dan terkadang pada bagian tengah
Besi cor kelabu merupakan jenis besi cor yang dapat terjadi retak atau lubang kecil.
paling banyak digunakan karena sifat peredam Grafit tipe C mempunyai grafit serpih yang
getaran dan self lubrication yang baik. Grafit pada saling menumpuk dengan orientasi sebarang. Hal ini
besi cor kelabu yang berbentuk flake terbentuk pada disebabkan oleh jumlah grafit yang begitu banyak
saat pembekuan. Proses penggrafitan dipengaruhi sehingga ferrit sangat mudah mengendap. Namun
oleh tingginya kadar karbon, unsur grafite stabilizer pengendapan ferrit mengakibatkan struktur menjadi
(silikon), temperatur penuangan tinggi dan lemah, sehingga tipe grafit seperti ini jarang
pendinginan yang lambat. Patahan penampang besi dipakai.
cor akan berwarna kelabu yang disebabkan
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 17
Grafit tipe D mempunyai potongan grafit kekerasan dan keausan pada produk blok rem metalik
eutektik halus yang mengkristal di antara dendrit kereta api.
kristal austenit. Potongan grafit tipe ini dikenal
sebagai penyisihan antar dendrit dengan orientasi CARA PENELITIAN
sebarang. Keadaan ini disebabkan oleh pendinginan Cara penelitian yang dilakukan adalah :
lanjut pada proses pembekuan eutektik seperti 1. Memotong 20 blok rem metalik kereta api
oksidasi dalam pencairan. Potongan grafit seperti ini kemudian dilakukan preparasi sehingga bisa
menyebabkan besi cor memiliki kekuatan tinggi diamati struktur mikronya
dengan keuletan rendah. 2. Memilih 5 (lima) spesimen yang mempunyai
Grafit tipe E muncul apabila kandungan karbon perbedaan ukuran grafit yang signifikan dari 20
agak rendah. Hal ini akan mengurangi kekuatan spesimen yang diamati
karena jarak yang dekat antara potongan-potongan 3. Menguji kekerasan (metode Brinnel) dan
grafit yang terdistribusi seperti pada tipe D. Tetapi keausan (universal wear)
kadang-kadang kekuatannya tinggi yang disebabkan 4. Melakukan analisa hasil dengan cara
karena kandungan karbon yang rendah dan membandingkan ukuran grafit, penyebaran
berkurangnya pengendapan grafit. Berdasarkan ASM grafit, serta jenis matrik penyusun di sekitar
Vol. 15, tipe-tipe grafit tersebut ditunjukkan pada grafit terhadap kekerasan dan laju keausan.
Gambar 1. 5. Mengambil kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
Pengujian Metalografi
Hasil pengujian metalografi seperti terlihat pada
Gambar 2 hingga Gambar 6. Pengambilan foto
spesimen tanpa etsa dilakukan dengan perbesaran
lensa okuler dan obyektif masing-masing 10x
(perbesaran total 100x), sedangkan spesimen yang
dietsa menggunakan perbesaran lensa okuler 10x dan
obyektif 20x (perbesaran total 200x). Pengamatan
pertama dilakukan pada spesimen sebelum dilakukan
proses etsa karena pengamatan difokuskan pada
ukuran grafit. Sedangkan pengamatan kedua
dilakukan pada spesimen yang telah dilakukan proses
Gambar 1. Tipe – Tipe Grafit etsa sehingga struktur mikro disekitar grafit menjadi
lebih jelas. Pengamatan struktur mikro dilakukan
TUJUAN PENELITIAN untuk mengetahui bentuk, ukuran dan penyebaran
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk matrik penyusun.
mengetahui pengaruh ukuran grafit terhadap
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 18
Gambar 3. Struktur mikro spesimen 2
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 19
Pengujian Keausan PEMBAHASAN
Pengujian laju keausan dilakukan dengan alat Pengamatan struktur mikro yang diperoleh
universal wear machine dengan hasil seperti terlihat (menggunakan metalurgical microscope) terlihat
pada Tabel 1. Pengujian keausan dilakukan dengan seperti pada Gambar 2 hingga Gambar 6. Berdasar
cara spesimen digesek menggunakan revolving disk pengamatan struktur mikro blok rem terlihat grafit
ketebalan 3,45 mm dan jari-jarinya 13,6 mm selama berbentuk serpih (flake) tipe A yang tersebar merata
60 detik dengan pembebanan 6,36 kgf. Besarnya dengan orientasi sebarang. Perbedaan terlihat dari
keausan dilihat dari banyaknya volume yang hilang ukuran grafitnya, sedangkan matrik penyusun terlihat
pada saat diberikan pembebanan sebesar 6,36 kgf sama yang didominasi perlit (80-90%) dan sedikit
sejauh 15 m. ferrit (10-20%). Ukuran grafit mempunyai trend
Tabel 1. Hasil Pengujian Keausan membesar jika dibandingkan antara spesimen 1
Nilai hingga 5. Ukuran grafit pada spesimen 1 berukuran
Lebar Panjang Volume paling kecil (panjang dan lebar rata-rata sekitar 30
keausan
Spes. wear b wear B tergores
Wsi µm dan 2 µm) sedangkan ukuran grafit pada
(mm) (mm) W (mm3)
(mm3/kg.m) spesimen 5 berukuran paling besar (panjang dan lebar
1 1.50 2.70 0.05584 0.00088 rata-rata sekitar 225 µm dan 9 µm). Ukuran dan
penyebaran grafit berpengaruh pada harga kekerasan
2 1.35 2.65 0.03995 0.00063 (Gambar 8) dan laju keausannya (Gambar 9).
3 1.25 2.66 0.03183 0.00050 Harga kekerasan spesimen 1 hingga 5 secara
4 1.10 2.55 0.02080 0.00033 berturutan adalah 207, 197, 189, 173 dan 113 BHN.
Nilai kekerasan yang distandarkan oleh PT KAI
5 0.95 2.50 0.01313 0.00021 untuk blok rem adalah 175 hingga 197 BHN. Dari
data yang diperoleh hanya spesimen 2 dan 3 saja
Pengujian Kekerasan yang memenuhi standar. Ukuran grafit pada spesimen
Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode 2 dan 3 mempunyai panjang rata-rata 40 sd 70 µm
indentasi Brinnel karena struktur mikro yang tidak dan lebar rata-rata sekitar 5 µm. Spesimen 1 dengan
homogen (terdapat grafit dengan ukuran cukup besar ukuran grafit paling kecil mempunyai kekerasan
dengan penyebaran merata). Besar beban yang tertinggi (207 BHN) sedangkan spesimen 5 dengan
digunakan adalah 187,5 kgf dengan hasil seperti ukuran grafit paling besar mempunyai kekerasan
terlihat pada Tabel 2. terendah (113 BHN) hal ini disebabkan grafit
mempunyai kekerasan yang rendah (2 skala Mohs),
Tabel 2. Hasil Pengujian Kekerasan namun mempunyai sifat self lubrication sehingga
Kekerasan mampu menurunkan laju keausan [5]. Hal ini sesuai
D rata-rata Kekerasan
Spes. Rata-Rata dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutiyoko
(mm) (BHN)
(BHN) [3] bahwa semakin banyak terbentuk grafit maka
1,05 206.63 kekerasan benda cor akan semakin menurun.
1 1,05 206.63 207
250
1,05 206.63
Kekerasan (BHN)
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 20
blok rem saat bergesekan dengan roda sehingga KESIMPULAN
semakin besar ukuran grafit maka laju keausan akan Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan:
semakin rendah (tahan aus). Hal tersebut dapat dilihat 1. Kekerasan tertinggi (207 BHN) terjadi pada
laju keausan spesimen 1 dengan ukuran grafit paling spesimen 1 dengan ukuran grafit terkecil dan
kecil mempunyai laju keausan terbesar (8,8.10-4 kekerasan terendah terjadi pada spesimen 5
mm3/kg.m) sedangkan spesimen 5 dengan ukuran dengan ukuran grafit terbesar
grafit paling besar mempunyai laju keausan paling 2. Laju keausan terendah (2,1.10-4 mm3/kg.m)
rendah (2,1.10-4 mm3/kg.m). Laju keausan spesimen terjadi pada spesimen 5 dengan ukuran grafit
5 turun hingga 76% dibanding spesimen 1. terbesar (laju keausan turun hingga 76% dari
spesimen 1).
0.00100
3. Berdasar pengamatan struktur mikro, ukuran
grafit dengan panjang rata-rata 40 s.d 70 µm dan
Laju Keausan (mm3/kg.m)
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 21