I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak hal yang menunjang baik tidaknya hasil cetakan pada
lain seperti sifat yang ada pada pasir cetak terdapat pula faktor lain yang
Penuangan logam adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
semua hal, temperatur lingkungan, juga logam yang akan dicairkan, karena
industri dunia. Semakin berkurangnya sumber daya alam yang menjadi bahan
baku pengecoran, maka efisiensi perlu dipertimbangkan. Proses pengecoran yang
bagus, efisien dan ekonomis akan mengurangi adanya pemborosan produksi.
Sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi juga ikut berperan serta dalam
menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing dengan produk-produk luar
negeri. Pengecoran/casting adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana
logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga
cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Ada 4
faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran yakni
Pertama, adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak. Kedua, terjadi
perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan.
Ketiga, pengaruh material cetakan. Keempat, pembekuan logam dari kondisi cai
Kualitas suatu produk pengecoran sangat dipengaruhi oleh metode pengecoran
yang dilakukan. Salah satu metode pengecoran yang paling sering digunakan
adalah pengecoran dengan cetakan pasir basah atau green sand molds. Pada
pengecoran dengan cetakan pasir basah ini banyak parameter yang berpengaruh
terhadap sifat mekanik dan kualitas hasil pengecoran, antara lain adalah komposisi
bahan pengikat (bentonit) pada cetakan pasir basah akan mempengaruhi kualitas
produk pengecoran yang dihasilkan. Pada proses pembuatan produk cor dengan
menggunakan cetakan pasir basah masih sering terjadi cacat-cacat yang tidak
diinginkan pada hasil pengecoran, seperti cacat permukaan, penetrasi logam cair
kedalam cetakan, rontokan cetakan, inklusi retak, gelembung gas dan rongga
penyusutan atau porositas. Cacat pada produk cor membawa dampak kualitas
yang dihasilkan dari pengecoran tersebut, di antaranya berkurangnya daya tahan
dan umur produk cor. Timbulnya cacat-cacat tersebut dipengaruhi oleh beberapa
hal antara lain kemampuan alir gas (permeabilitas) dan kekuatan cetakan yang
kurang baik, hal itu bisa disebabkan karena campuran bahan pengikat pada pasir
cetak basah yang kurang ataupun kadarnya yang berlebihan. Campuran bentonit
memiliki pengaruh terhadap daya ikat antara pasir, ikatan-ikatan pasir tersebut
akan mempengaruhi berbagai sifat- sifat dari pasir cetak. Penambahan bentonit
baik kekuatan tekan basah maupun kering, namun akan disertai juga dengan
penurunan permeabilitas cetakan. Sebaliknya, penambahan bentonit yang kurang
dari kadarnya, tidak akan memberikan kekuatan ikatan yang baik dalam pasir
cetak tersebut. Dengan demikian variasi campuran bentonit pada pasir cetak basah
akan mempengaruhi kualitas hasil pengecoran. Dengan campuran bentonit yang
berbeda pada pasir cetak basah akan berbeda juga kualitas produk cor yang
dihasilkan. Dalam penelitian ini digunakan material besi cor kelabu dengan variasi
campuran bentonit yang digunakan 3% dan 5%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas produk cor yang dihasilkan. Untuk mengetahui berapa besar
pengaruh variasi campuran bentonit terhadap kualitas hasil pengecoran dan berapa
presentase campuran bentonityang paling ideal perlu dilakukan beberapa
pengujian, diantaranya uji kekuatan tarik, uji kekerasan, dan pengamatan struktur
mikro pada besi cor kelabu (Chandra. dkk, 2013).
Penelitian menggunakan radiografi sinar-X yang mengamati logam cair saat
mengalir di dalam saluran menyimpulkan bahwa sebagian besar kerusakan
dikarenakan rancangan sistem saluran yang buruk. Pengecoran gravitasi
merupakan cara yang paling sederhana dalam membuat suatu produk coran, akan
tetapi pengecoran ini juga merupakan jenis pengecoran yang paling buruk dari
segi keandalan dan kualitas. Hal ini dikarenakan turbulensi dan terperangkapnya
udara yang terjadi saat penuangan sangat sulit dikendalikan hanya karena sistem
saluran yang digunakan sangat buruk, sehingga sering menimbulkan cacat dan
akhirnya menurunkan sifat fisik dan mekanik pada produk cor. Untuk merancang
sistem saluran pada pengecoran gravitasi perlu dilakukan penelitian dengan
menggunakan simulasi komputer sehingga logam cair bisa diamati pada saat
masuk kedalam sistem saluran sampai memenuhi seluruh rongga cetakan.
Material komposit (A- MMCs) yang digunakan untuk produk otomotif, akan
mampu mengurangi bobot namun memiliki kekuatan yang lebih baik, sehingga
performa produk alat transportasi tersebut menjadi lebih baik dan hemat bahan
bakar minyak (BBM), selain itu juga biaya produksi lebih rendah karena volume
bahan baku yang digunakan lebih sedikit. A-MMCs memiliki densitas yang lebih
Keunggulan inilah yang menjadi fokus perhatian utama para peneliti untuk
menjadikan A-MMCs sebagai bahan pengganti material konvensional untuk
komponen alat transportasi. Salah satu komponen alat transportasi air (perahu
motor nelayan) yang sangat penting adalah balingbaling (propeller). Propeller
merupakan salah satu komponen mesin yang memegang perananan penting dalam
konstruksi transportasi air (kapal laut). Propeller dipasang pada poros yang
dihubungkan langsung dengan mesin kapal. Jika mesin kapal dihidupkan maka
poros propeller akan berputar dan memutar propeller. Kecepatan putaran propeller
sama dengan putaran poros dimana kecepatan putaran poros bergantung kecepatan
putaran mesin kapal. Dengan berputarnya propeller maka kapal laut mendapatkan
tenaga untuk bergerak. Dengan demikian propeller mempunyai fungsi yang sangat
besar, karena kecepatan kapal dipengaruhi oleh kondisi propeller. Besar kecilnya
ukuran sebuah propeller disesuaikan dengan ukuran dari alat tansportasi yang
akan menggunakannya. Pada umumnya sebuah propeller dibuat dari material yang
memiliki sifat mekanik dan sifat kimia yang baik. Sifat mekanik misalnya kuat,
keras, ulet, tahan terhadap beban tumbukan serta tahan aus. Sedang sifat kimia
yakni dipilih dari material yang tidak mudah mengalami korosi. Hal ini
dimaksudkan agar sebuah propeller dapat berfungsi dengan baik, aman serta
berumur panjang. Penggunaan komposit matrik logam berbasis aluminium
sebagai bahan propeller dapat mereduksi berat komponen tanpa mengurangi
kehandalannya sehingga dapat meningkatkan performance engine, khususnya
pemakaian bahan bakar (Sethi, 2007).
Pada proses pengecoran logam, segala macam bentuk cacat sangatlah
dihindari karena akan mengurangi kualitas benda coran dengan menurunkan
efektivitas dari proses produksi. Salah satu cacat yang umum terjadi pada benda
hasil pengecoran adalah porositas. Porositas adalah terperangkapnya gas dalam
logam cair pada waktu pengecoran sehingga pada benda hasil cor terdapat lubang-
lubang baik pada permukaan maupun pada benda bagian dalam benda cor.
Penyebab utama terjadinya cacat pada proses pengecoran yaitu sifat-sifat dari
cetakan seperti: permeabilitas pasir yang rendah, kekuatan tekan cetakan yang
dipengaruhi ukuran dan bentuk pasir cetak yang digunakan. Sifat permeabilitas ini
akan mempengaruhi pergerakan udara didalam coran. Pergerakan udara di dalam
coran sangat mempengaruhi laju aliran logam cair didalam coran sehingga akan
mempengaruhi pula pembentukan cacat rongga udara pada hasil coran Pesatnya
perkembangan industri kecil menengah dalam bidang pengecoran
logammendorong inovasi dan pembaruan yang lebih baik dalam proses produksi
guna menghasilkan produk cor yang lebih unggul. Salah satu hal yang sangat
mempengaruhi hasil pengecoran adalah penggunaan cetakan pasir. Cetakan pasir
dan cetakan tanah mengandung zat pengikat seperti tanah lempung, bentonit dan
zat pengikat lainnya (Surdia dan Chijiiwa, 2013).
B. Definisi Pengecoran Logam
Pengecoran logam merupakan salah satu metode dalam pembuatan suatu
benda. Metode dalam pengecoran logam berkembang menjadi berbagai macam
jenis seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan dan
meningkatnya kebutuhan manusia. Metode pengecoran ditinjau dari jenis
cetakannya dapat digolongkan menjadi metode pengecoran logam cetakan tetap
dan tidak tetap. Metode pengecoran logam cetakan tetap diantaranya metode high
pressure die casting, low pressure die casting, pengecoran sentrifugaldan gravity
die casting, sedangkan metode pengecoran cetakan tidak tetap diantaranya
pengecoran cetakan pasir, investment castingdan lost foam casting (Tata Surdia,
2006).
Aluminium (Al) merupakan logam ringan yang mempunyai sifat tahan
terhadapkorosi dan hantaran listrik yang baik. Pemakaian aluminium diperkirakan
pada masa mendatang masih terbuka luas baik sebagai material utama maupun
material pendukung dengan ketersediaan biji aluminium di bumi yang melimpah.
Aluminium dapatdipergunakan untuk peralatan rumah tangga, material pesawat
terbang, otomotif, kapal laut, konstruksi dan lain-lain. Produk-produk aluminium
dihasilkan melalui proses pengecoran (casting) dan pembentukan (forming).
Aluminium hasil pengecoran banyak dijumpai pada peralatan rumah tangga dan
komponen otomotif misalnya velg (cast wheel), piston, blok mesin dan lain
misalnya aluminium profil dan plat yang banyak digunakan dalam kontruksi.
(Mulyonorejo, 2010).
Salah satu produk cor yang dapat diproduksi oleh industri kecil menengah
adalah propeller kapal. Sistem saluran (gating system) pada proses pengecoran
propeller kapal sangatlah pentin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
parameter sistem saluran yang optimum dalam pengecoran propeller kapal.
Penelitian ini dilakukan dengan simulasi software procast 2016 menggunakan
metode Taguchi untuk mendapatkan parameter sistem saluran optimum. Dari
penelitian yang dilakukan didapat parameter yang paling berpengaruh terhadap
respon shrinkage porosity penuangan logam laboratorium pengecoran logam ialah
bentuk runner, kemudian tinggi sprue, dan yang terakhir bentuk sprue base. Untuk
kontribusi tiap parameter yang paling berpengaruh ialah bentuk runner sebesar
42,40% terhadap shrinkage porosity yang terbentuk. Pesatnya perkembangan
industri kecil menengah dalam bidang pengecoran logam mendorong inovasi dan
pembaruan yang lebih baik dalam proses produksi guna menghasilkan produk cor
yang lebih unggul. Produk cor yang memiliki karakteristik baik dan proses
produksi yang efisien diperlukan untuk mendukung berkembangnya industri
pengecoran logam, khususnya industri kecil menengah agar produk yang
dihasilkan memiliki daya saing di pasaran. Salah satu dari sekian banyak produk
cor yang dapat diproduksi oleh industri kecil menengah adalah propeller kapal.
Propeller atau balingbaling adalah komponen berbentuk kitiran yang berfungsi
mentransmisikan tenaga dengan mengubah gerak rotasi menjadi gaya dorong
(thrust) untuk menggerakkan kapal ataupun pesawat terbang (Mulyonorejo, 2014).
Saluran tuang dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu bagian
untuk mengalirnya logam cair mengisi rongga cetakan. Bagianbagiannya meliputi
cawan tuang (pouring basin), saluran turun (sprue), saluran pengalir (runner), dan
saluran masuk (ingate). Sprue atau saluran turun adalah suatu saluran vertikal
tempat penuangan atau pouring logam cair yang berada pada daerah diatas parting
line yang akan meneruskan logam cair kedalam gate, riser dan produk cor. Dalam
penelitian ini bentuk Sprue (saluran turun) membentuk terompet/Tapered Round
kuningan, logam kuningan yaitu paduan antara tembaga dan seng yang dimana
ada unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yang bertujuan memperbaiki sifat-
sifat mekanis serta mempunyai suhu temperatur penuangnya mencapai 950 0C
sampai
1.100 0C (Surdia dan Chijiiwa, 2013).
C. Jenis-Jenis Cetakan
1. Cetakan Tidak Permanen (Expendable Mold)
Cetakan tidak permanen (Expendable mold) hanya dapat digunakan satukali
saja. Contoh yakni Cetakan pasir (sand casting), cetakan kulit (shell mold
casting), dancetakan presisi (precisian casting).
2. Cetakan Permanent (Permanent Mold)
Cetakan permanen (permanent mold) dapat digunakan berulang-ulang
(biasanya dibuat dari logam). Permanent mold castingadalah pembuatan
logam dengan cetakan yang dipadukan dengan tekanan hidrostastik. Cara ini
tidak praktis untuk pengecoran yang berukuran besar dan ketika
menggunakan logam dengan titik didih tinggi. Logam bukan baja seperti
alumunium, seng, timah, magnesium, perunggu bila dibuatdengan cara ini
hasilnya baik. Cetakan ini terdiri atas dua atau lebih bagian yang digabung
dengan sekrup,klam, plat atau alat lain yang dapat dilepas setelah produk
mengeras.Pada umumnya, permanent molds dibuat dari close-graindan
dijepit satusama lain. Cetakan ini biasanya dilapisi dengan bahan perekat
tahan panas (heatresistingwet mixture) dan jelaga yang akan menjaga
cetakan agar tidak lengketdan mengurangi efek dingin pada logam. Setelah
cetakan disiapkan, kemudian ditutup dan seluruh bagian inti ataubagian yang
bebas dikunci ditempat. Kedua biji besi dan biji baja dapat digunakandalam
cetakan jenis ini. Untuk mengantisipasi suhu logam dilakukan dengan
menuangkan air kedalam cetakan melalui pintu yang terbuka. Setelah
hasilcetakan cukup dingin, bagian yang bebas ditarik dan cetakan dibuka
dan hasilcetakan diangkat.Cetakan tersebut kemudian dibersihkan dan susun
kembalibagian- bagian cetakan, cetakan pun siap dituangi lagi (digunakan
Gambar 2.1 Dua macam bentuk cetakan (a) cetakan terbuka, (b) cetakan tertutup
(Sumber: Muzakki, 2010)
Setelah dingin bendacor dilepaskan dari cetakannya, untuk beberapa metode
pengecoran diperlukan proses pengerjaan lanjut yakni memotong logam yang
berlebihan, membersihkan permukaan, memeriksa produk cord, memperbaiki sifat
F. Bahan-Bahan Cetakan
Dalam proses pengecoran alumunium ini ada beberapa peralatan pokokyang
dibutuhkan untuk melaksanakan proses pengecoran, antara lain: Dalam proses
pengecoran alumunium ini ada beberapa peralatan pokokyang dibutuhkan untuk
melaksanakan proses pengecoran, antara lain:
1. Tungku krusibel adalah sebuah dapur pelebur alaumunium yang tertua dan
paling sederhana oleh karena itu saya menggunakan tungku pelebur ini
dengan bentuk silindris Ø 45cm tinggi 50cm agar mudah saat pengoperasian
dan menghemat biaya pembuatan. Tungku ini dibuat dari plat besi yang di
rolluntuk membentuk silindris atau bisa menggunakan drum bekas yang
diberi penguat dari plat strip. Didalam tungku pelebur ini dilapisibatu
tahanapi, bata tahan api dipasang pada bagian dalam tungku dengan semen
tahan api atau mortar. Kemudian tutup tungku krusibel ini dicor dengan
castable, satu jenis bahan refraktori yang dapat digunakan untuk lapisan
tungku krusibel (Surdia dan Chijiwa, 1975).
membuat pot krusibel antara lain: baja, besi cor, grafit dan silicon karbid.
(Surdia dan Chijiwa, 1975).
bermacam-macam sesuai dengan ukuran benda yang akan dibuat (Surdia &
LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM 26
PENUANGAN LOGAM
Chijiwa, 1986).
lubang yang terbentuk akibat pengecilan volume yang terjadi ketika logam
mengalami pembekuan karena adanya laju pendinginan. Pada saat proses
pembekuan logam,tiap bagian coran yang berbeda bentuknya atau dimensinya
memiliki kecepatan pembekuan yang berlainan yang tergantung laju pendinginan
dan gradient temperature. Pada umumnya, cacat shrinkage terjadi pada bagian
yang paling tebal dengan laju pembekuan yang paling lambat dan daerah cacat
biasanya dikelilingi oleh krital-kristal dendrite yang terjadi pada saat pembekuan
logam. Adanya tuntutan untuk mampu menghasilkan produk cor dengan lower
reject, cost reduction, dan higher quality telah menempatkan masalah cacat coran
dan berbagai aspek penyebabnya, menjadi fokus pengendalian proses mulai dari
pembelian bahan, engineering and casting design, pattern making, mold and core
making, melting, pouring, dan finishing process. Adanya cacat pada saat
pembuatan poros engkol berupa rongga pada bagian dalam bisa merupakan
inisiasi adanya kegagalan proses saat menerima gaya pembebanan sewaktu
pemakaian, hal ini perlu dicegah dengan mencari penyebab dan solusi agar cacat
bisa dihilangkan. Hasil pemeriksaan dianalisis untuk mencari penyebab terjadinya
cacat penyusutan dan solusinya. Salah satu solusi untuk mendapatkan produk
poros engkol yang bebas dari cacat penyusutan dengan melakukan optimasi
desian gating system sehingga mampu penghasilkan proses solidifikasi yang
terkendali melalui analisis perhitungan perancangan. Hasil optimasi desain ini
yang akan dicor ulang sebelumnya telah dilakukan proses simulasi computer
dengan harapan untuk mengurangi cacat pada saat pengecoran. Penelitianyang
dilakukan dengan menggunakan material besi cor nodular kualitas FCD-700
dengan menganalisis proses produksi dan gating system pada saat pengecoran
poros engkol, yang diperkirakan merupakan salah satu parameter dominan
terjadinya cacat. Analisis gating system/saluran tuang dan riser dilakukan karena
penentuan dimensi dan layout system merupakan parameter yang diprediksi
menjadi penyebab terjadinya cacat. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan terhadap saluran turun (sprue), saluran pengalir (runner), saluran
masuk (ingate) saluran penambah (riser) serta layout dari sistem saluran tuang.
pengecoran. Coran dengan modulus yang besar atau jarak alir yang pendek,
temperatur tuang lebih rendah. Untuk memperkecil kontraksi volume pada saat
masih cair, maka diset pada temperatur rendah. Riser yang dibuat dengan tujuan
untuk mengatasi outer shunk, dapat dibuat lebih kecil dibanding riser untuk
mengatasi makro shrinkage yang terjadi pada tahap pembekuan berikutnya, macro
shrinkage: cacat ini tidak tampak dari luar, kecuali benda cor dipotong melewati
pusat panasnya, kadang juga terjadi dekat saluran tuang (ingate). Karakteristik
cacat macro shrinkage terdapat pada bagian dalam benda coran berupa lubang
/rongga, permukaannya kasar dan dendritik dengan dimensi lebih dari 5 mm.
Mekanisme cacat macro shrinkage terjadi setelah pembekuan awal pada
permukaan dimana kulit permukaan yang membeku sudah tidak dapat lagi di
deformasi oleh perbedaan tekanan ditengah rongga cetak dengan atmosfir. Jika
pasokan logam cair dari riser tidak mencukupi maka kontraksi akan terjadi pada
logam yang cair maupun sudah membeku sehingga terjadi rongga pada bagian
yang membeku. Bentuk cacat macro shrinkage. Untuk mengatasi terjadinya cacat
macro shrinkage hampir sama dengan outer shunk akan tetapi pasokan logam cair
(feed metal) dari riser harus lebih lama tersedia dibanding outer shunk karena
cacat ini terjadi pada pembekuan lebih lanjut dibanding outer shunk, dengan
menempatkan riser pada posisi yang tepat, micro shrinkage: cacat berupa rongga
kecil di bawah 3 mm yang terdapat pada bagian dalam benda cor. Cacat micro
shrinkage terletak dekat dengan riser pada benda cor. Cacat ini biasanya tidak
terditeksi kecuali adanya pemotongan pada benda kerja. Mekanisme cacat terjadi
pada tahap akhir pembekuan dimana konstraksi terjadi tidak dapat lagi
dikompensasi dengan peningkatan volume akibat presifitasi carbon menjadi grafit.
Dalam proses pengecoran logam diperlukan suatu desain saluran tuang yang baik,
hal tersebut sangatlah penting karena dapat mempengaruhi kualitas dari produk
coran yang dihasilkan, kemudahan dalam proses fetling, memiliki faktor
ekonomis dan sebagainya. Langkah pertama dalam pembuatan desain sistem
saluran tuang adalah penentuan berat tuangan, dilanjutkan dengan menentukan
dimensi dari saluran turun, saluran pengalir dan saluran masuk. Secara garis besar
cor, berat riser, dan perkiraan berat gating yang digunakan sebagai asumsi awal
berat coran. Berat tuangan dapat dihitung melalui perhitungan dari gambar kerja,
dimana sebelumnya dihitung terlebih dahulu volume tuangannya yang kemudian
dikalikan dengan berat jenis dari logam cair. Dalam perancangan sering
digunakan faktor pengali untuk menambah allowence permesinan 1,1 kali lebih
besar dari pada hasil perhitungan untuk produk yang memiliki banyak permukaan
as-cast, dan sekitar 1,3 kali untuk produk yang memiliki banyak permukaan
permesinan. Berat total tuangan (Wt) dari proses pengecoran didapat dari berat
benda tuang ditambah berat riser ditambah berat gating. Pada bab ini akan dibahas
mekanisme dan penyebab terjadinya cacat macro shrinkage pada proses
pengecoran poros engkol yang didasarkan pada data awal pemeriksaan dan
parameterparameter penyebab terjadinya cacat. Analisis terjadinya cacat
penyusutan pada produk gravity casting ini dapat dilakukan melalui tahapan
penelitian yang sesuai dengan diagram alir. Poros engkol merupakan bagian dari
komponen mesin yang utama, berfungsi untuk menggerakan piston agar mesin
dapat dihidupkan. Prinsip kerjanya, pada saat dinamo starter berputar, diteruskan
ke roda penerus, kemudian ke poros engkol, maka poros engkol tersebut berputar.
Tenaga putar dari poros engkol dirubah menjadi gerak translasi pada piston
didalam silinder mesin. Kegagalan pengecoran poros engkol ini ditandai adanya
cacat berbentuk penyusutan yang berlokasi pada daerah ukuran dimensi yang
paling besar Pemeriksaan visual dilakukan dengan cara melihat bentuk permukaan
hasil pengecoran, selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya cacat pada bagian
dalam dengan cara memotong pada arah melintang dan vertikal pada daerah yang
memungkinkan terjadinya cacat macro shrinkage. Prediksi daerah/segmen pada
poros yang mempunyai ketebalan atau diameter terbesar dengan modul tertinggi
dimungkinkan terjadinya shrinkage. Dari hasil pemotongan penampang poros
dapat diamati adanya cacat berupa rongga dendritik dengan kedalaman lebih dari
5 mm dengan lebar 4 mm dan dklasifikasikan sebagai cacat macro shrinkage.
Gambar 6 menunjukkan lokasi terjadinya cacat macro shrinkage. Poros engkol
merupakan komponen yang sangat penting. Untuk itu harus dapat menggerakan
pembangkit listrik pada mesin, pompa oli sebagai tenaga aliran untuk pendorong
mengalirnya minyak pelumas di dalam mesin, dan delco untuk membagi aliran
listrik ke setiap busi. Agar busi menyala dan membakar campuran udara di dalam
ruang bakar secara teratur sesuai dengan urutan pengapian (firing order), sebagai
tenaga dari mesin untuk motor bensin, untuk motor diesel tanpa menggunakan
busi, melainkan glow plug yang alirannya diambil bukan melewati distributor,
tapi langsung dari arus dari aki (baterai) (Kadarisman, dkk, 2017).
Pesatnya perkembangan industri kecil menengah dalam bidang pengecoran
logam dewasa ini mendorong inovasi dan pembaruan yang lebih baik dalam
proses produksi guna menghasilkan produk cor yang lebih unggul. Produk cor
yang memiliki karakteristik baik dan proses produksi yang efisien diperlukan
untuk mendukung berkembangnya industri pengecoran logam, khususnya industri
kecil menengah agar produk yang dihasilkan memiliki daya saing di pasaran.
Salah satu dari sekian banyak produk cor yang dapat diproduksi oleh industri kecil
menengah adalah propeller kapal. Propeller atau balingbaling adalah komponen
berbentuk kitiran yang berfungsi mentransmisikan tenaga dengan mengubah gerak
rotasi menjadi gaya dorong (thrust) untuk menggerakkan kapal ataupun pesawat
terbang. Propeller adalah inducer propulsi yang paling penting pada kapal laut,
menyebabkan momentum pada fluida yang menghasilkan sebuah gaya dorong
untuk menggerakkan kapal. Perbedaan tekanan dihasilkan antara permukaan
depan dan belakang blade (sudu propeller) yang berbentuk airfoil dengan fluida
yang dipercepat di bagian belakang blade (Degu and Sridhar, 2014). Umumnya
pembuatan propeller kapal-kapal kecil atau biasa disebut ketek yang diproduksi
oleh industri kecil menengah, memiliki kapasitas dan kualitas yang masih rendah,
serta tidak berkelanjutan. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan,
pengetahuan serta modal yang dimiliki. Dari beberapa industri kecil pembuat
propeller kapal, kebanyakan proses pengecoran yang dilakukan biasanya
menggunakan cetakan pasir. Sedangkan cetakan logam hanya digunakan apabila
ada pesanan dari pembeli (Umar, 2010).
Gambar 2.11 Langkah pembuatan cetakan (mould) pada system shell moulding
Gambar 2.12 Langkah pembuatan cetakan (mould) pada system shell moulding
(Sumber: Sudjana, 2008)
4. Die Casting
Sebagaimana telah bahas pada uraian terdahulu tentang proses
pengecoran dengan cetakan Logam, bahwa cetakan logam ini dirancang
tidak saja pada bentuk benda kerja yang dikehendaki akan tetapi
karakteristik serta kualitas dari benda tuangan itu sendiri penting menjadi
pertimbangan dimana kualitas dari benda tuangan ini juga dipengaruhi
oleh proses penuangan yang dilakukannya.Proses penuangan sebagaimana
dilakukan dengan sentrifugal casting memiliki tujuan tertentu yang
berbeda dengan proses penuangan dengan metoda yang lain, antara lain
metoda penuangan pada dies casting ini dibedakan menjadi dua selain
metoda sentrifugal yang telah diuraikan diatas, antara lain :
1. Pressure die casting
2. Gravity die casting
penuangan logam.
3. Agar praktikan mampu mengetahui gating system apa yang terbaik pada
4. Cetakan pasir
5. Kacamata pelindung
6. Masker
5. Setelah bersih dari terak, ambil logam cair menggunakan ladel dengan hati
hati lalu tuangkan logam cair cair ke dalam cetakan pasir melalui saluran
masuk.
7. Hentikan penuangna bila logam cair sudah muncul dari saluran keluar.
9. Bongkar cetakan pasir jika logam sudah dingin, hati hati jangan sampai
11. Amati hasil coran dan analisa permasalahan yang timbul pada hasil coran
IV. PEMBAHASAN
A. Pembahasan Umum
Gambar 4.1
(Sumber: Lab Pengecoran)
b. Pakai pelindung tubuh, sarung tangan dan kacamata pelindung sebelum
mengambil logam cair dari dalam dapur.
Gambar 4.2
(Sumber: Lab Pengecoran)
Gambar 4.3
(Sumber: Lab Pengecoran)
d. Sebelum mengambil logam cair maka bersihkan dulu terak – terak diatasnya
dengan alat pengambil terak.
Gambar 4.4
(Sumber: Lab Pengcoran)
e. Setelah bersih dari terak, ambil logam cair menggunakan ladel dengan hati
hati lalu tuangkan logam cair cair ke dalam cetakan pasir melalui saluran
masuk.
Gambar 4.5
(Sumber: Lab Pengecoran)
f. Selama penuangan, jaga kecepatan tuangnya jangan sampai terlalu cepat atau
terlalu lambat.
g. Hentikan penuangan bila logam cair sudah muncul dari saluran keluar.
Gambar 4.6
(Sumber: Lab Pengecoran)
Gambar 4.7
(Sumber: Lab Pengecoran)
i. Bongkar cetakan pasir jika logam sudah dingin, hati hati jangan sampai
merusak hasil coran.
Gambar 4.8
(Sumber: Lab Pengecoran)
LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM 58
PENUANGAN LOGAM
j. Amati hasil coran dan analisa permasalahan yang timbul pada hasil coran.
Gambar 4.9
(Sumber: Lab Pengecoran)
B. Pembahasan Khusus
Proses penuangan (pengecoran) ialah pengisian rongga cetakan dengan
bahan tuangan yang telah dileburkan (dicairkan),berbagai cara penuangan
dapat dilakukan sesuai dengan system pengecoran yang digunakan, seperti
penuangan pada cetakan pasir dilakukan dengan system penuangan
menggunakan panci tuang(ladle), dimana cetakan dibuat pada rangka cetak.
Untuk pengecoran dengan cetakan logam dimana bentuk luar dari cetakan itu
sendiri telah didisain sesuai dengan perencanaan dalam proses
pengecorannya.
3. Shell Moulding
4. Die Casting
5. Investment casting
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses penuangan (pengecoran) ialah pengisian rongga cetakan dengan
bahan tuangan yang telah dileburkan (dicairkan), berbagai cara penuangan dapat
dilakukan dengan sistem penuangan menggunakan panci tuang (ladle), dimana
cetakan dibuat pada rangka cetak logam dimana bentuk luar dari cetakan itu
sendiri telah didesain sesuai dengan perencanaan dalam proses pengecorannya.
Pengecoran (casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam
dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan
yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Ada 4 faktor
yang berpengaruh yaitu:
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak.
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam
cetakan.
3. Pengaruh material cetakan.
4. Pembekuan logam dari kondisi cair.
B. Saran
Laboratorium
1. Tetap menjaga kebersihan di dalam laboratorium
2. Menambah peralatan yang belum lengkap
3. Menjaga dan merawat peralatan lab agar dapat bertahan lama
Asisten I (Kak Eko Julianto Perwira)
1. Pertahankan cara menjelaskan materinya
2. Tetap menjaga keramahannya kepada praktikan
Asisten II (Kak Andi Tenri Mardhita)
1. Pertahankan kebaikannya kepada praktikan
2. Tetap tegas kepada praktikan