Anda di halaman 1dari 13

Tugas CJR (Critical Journal Review)

Critical Journal Review


MK. Struktur Kayu
Prodi S1 Teknik Sipil

Skor :

Nama : Jeremia Sitorus


NIM : 5193550021
Kelas : B S1-Teknik Sipil
Dosen Pengampu : Edo Barlian, ST, MT
Mata Kuliah : Struktur Kayu

Jurusan PTB
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan
2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan YME, atas berkat
dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas Critical Journal
Review ini tepat waktu.

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Edo Barlian, ST, MT


yang telah memberikan tugas dan memberikan saran dalam
pengerjaan tugas ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman
teman yang telah membantu saya.

Dalam tugas ini saya ingin mereview Jurnal yang berjudul


“PERBANDINGAN STRUKTUR DAN BIAYA BANGUNAN
RANGKA ATAP ANTARA MATERIAL KAYU & BAJA
RINGAN” sebagai jurnal utama dan “KAJIAN TEKNIS WAKTU
DAN BIAYA PADA PERBANDINGAN STRUKTUR ATAP
KAYU DAN STRUKTUR ATAP BAJA RINGAN” sebagai jurnal
pembanding.

Saya menyadari bahwa Critical Journal Review yang saya buat


ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar saya bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Critical Journal Review ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 3 Juni 2021

Jeremia Sitorus

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2


2.1 IDENTITAS JURNAL ................................................................................ 2
2.2 RINGKASAN ISI JURNAL ........................................................................ 3

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL ...................................... 7


3.1 KELEBIHAN .............................................................................................. 7
3.2 KEKURANGAN ......................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 9


4.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 9
4.2 SARAN ....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sambungan kayu merupakan konstruksi yang terdiri dari dua potong kayu yang
dihubungkan dengan suatu sistem hubungan tertentu dengan suatu bentuk tertentu
dan menggunakan alat sambungan pada sambungannya.Kayu sebagai bahan
konstruksi memerlukan persyaratan tertentu yaitu keteguhan kayu dalam memikul
beban maksimum yang mungkin timbul, karena kayu di dalam konstruksi
bangunan digunakan pada bagian yang menahan muatan tetap dan muatan angin
dengan bentangan yang panjang (Sinaga, 1994).
Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi masih menjadi pilihan utama bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia.Sebagian besar kayu diperuntukaan pada
bangunan rumah atau gedung, sedangkan sebagian lagi digunakan untuk
jembatan, dermaga, dan lainnya.Untuk keperluan konstruksi tersebut maka
diperlukan bahan kayu dengan bentangan yang berukuran panjang, sedangkan
kayu-kayu yang dijual di pasaran sangat terbatas ukuran panjangnya.Maka untuk
keperluan tersebut biasanya dilakukan teknik penyambungan.
Macam sambungan yang perlu diperhitungkan dengan serius adalah sambungan
tekan.Hal ini disebabkan kekuatan sambungan kayu khususnya yang menerima
gaya tekan biasanya memiliki keteguhan kayu yang relative rendah dalam
memikul beban maksimum yang mungkin timbul dalam waktu yang lama,
sehingga sulit untuk menyamai besar kekuatan batang atau balok utamanya.
Kekuatan sambungan kayu sangat dipengaruhi oleh komponen pembentuk
sambungan, yaitu alat sambung dan macam atau bentuk sambungan. Bentuk
sambungan yang bermacam-macam dalam suatu konstruksi bangunan diperlukan
suatu alat sambungan sebagai pengokoh kekuatan sambungan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Identitas Jurnal


Identitas Jurnal 1 Jurnal 2
Judul jurnal PERBANDINGAN KAJIAN TEKNIS
STRUKTUR DAN WAKTU DAN BIAYA
BIAYA BANGUNAN PADA
RANGKA ATAP PERBANDINGAN
ANTARA MATERIAL STRUKTUR ATAP
KAYU & BAJA KAYU DAN
RINGAN (Study Kasus STRUKTUR ATAP
Gedung Fakultas Teknik BAJA RINGAN
dan Ilmu Komputer
UNISI)
Volume Vol. 6 No. 3 Vol. 5 No. 1
Tahun Terbit 2020 2019
Nama Penulis Gita Muhtarida 1. Muhammad
Aldiansyah
2. Katarina Rini
Ratnayanti
3. Ermma
Desmaliana
Publikasi Jurnal Selodang Mayang Jurusan Teknik Sipil
Itenas
Reviewer Harry Hendarto Harry Hendarto

2
1.2 Ringkasan Isi Jurnal

– Jurnal 1
Sambungan antar komponen struktur, khususnya hubungan join balok-
kolom memberikan kontribusi yang dominan terhadap perilaku struktur
bangunan gedung. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku
kekuatan dan kekakuan sambungan kayu dengan alat sambung baut, yaitu
hubungan join balok-kolom. Dalam penelitian ini dikembangkan model
perkuatan sambungan dengan adanya ring-modifikasi dan perkuatan-paku
(selanjutnya disebut sambungan PRP) untuk meningkatkan tingkat daktilitas
sambungan.
Ruang lingkup penelitian antara lain jenis kayu yang digunakan yaitu
Meranti (Shorea spp.), Rengas (Gluta spp.), dan Keruing (Dipterocarpus spp.)
dengan rentang berat jenis berkisar antara 0,47-0,72. Pengujian eksperimental
dilakukan di laboratorium dengan tipe pembebanan monotonik. Model benda
uji yang digunakan mengacu pada metode uji baut pada sambungan kayu
ASTM D5652-95. Penggunaan ring-modifikasi dan perkuatan paku
memberikan kontribusi positif terhadap hasil pengujian sambungan
khususnya perilaku kinerja kekuatan dan kekakuan sambungan kayu, yaitu
beban batas proporsional yang dapat dicapai sambungan PRP meningkat
berkisar 3,09-19,89% lebih tinggi dibandingkan dengan sambungan standar
(tanpa perkuatan).
Beban batas ultimit yang dapat dicapai sambungan PRP 3,47- 28,94%
lebih tinggi dibandingkan dengan sambungan standar. Secara umum tingkat
daktilitas yang dapat dicapai sambungan PRP adalah 3,69-11,03% lebih
tinggi dibandingkan dengan sambungan standar.
Penelitian dalam tulisan ini bertujuan untuk melakukan pengujian
eksperimental di laboratorium untuk mempelajari pengaruh penggunaan
washer (ring) yang dimodifikasi (ring- modifikasi) untuk memberikan efek

3
pretension pada baut dan perkuatan tambahan dengan paku (selanjutnya
disebut sambungan tipe PRP atau perkuatan dengan ring dan paku) terhadap
perilaku kekuatan dan kekakuan sambungan kayu.
A. Perkuatan sambungan dengan alat sambung mekanis tambahan
Kobel (2011) telah mempelajari pengaruh perkuatan khususnya
untuk sambungan yang menahan beban lateral (Selanjutnya disebut
sambungan batang tarik) untuk struktur rangka batang bentang panjang.
Ada 4 (Empat) tipe perkuatan yang dipelajari yaitu tipe perkuatan A2 +
B2 , perkuatan 02 + A2, perkuatan inclined, dan perkuatan dywidag.
Skematik model perkuatan sambungan tersebut selengkapnya dibawah
ini

Tabel 1. Model perkuatan pada sambungan batang tarik (Kobel , 2011)

– Jurnal 2
Tujuan dari pengujian terhadap sambungan ini yaitu untuk
memperoleh data tentang nilai keteguhan lengkung statis (Modulus of
Elasticity (MoE) dan Modulus of Rupture (MoR)) dari bentuk
sambungandan jumlah paku sebagai alat sambung. Hasil yang diharapkan
dari penelitian ini adalah didapatkan nilai keteguhan lengkung statis dari
bentuk sambungan dan jumlah paku pada suatu sambungan, sehingga
dapat ditentukan sambungan mana yang memiliki nilai kekuatan yang
lebih baik berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian yang
dilakukan.

4
Kayu Resak dibuat menjadi ukuran 5cm x 5 cm x 44,25cm untuk
satu bagian sambungan sehingga jika digabungkan dengan pasangannya
menjadi ukuran 5 cm x 5 cm x 76 cm. Selain itu dibuat juga contoh uji
kontrol (tanpa sambungan ) dengan ukuran 5 x 5 x 76 cm (standar ASTM
D143 –52). Bentuksambungan yang dibuat untuk dibandingkan adalah
bentuksambungan bibir miring berkait,sambungan bibir lurus,sambungan
bibir miring dan tanpa sambungan (kontrol) dan jumlah paku yang dibuat
untuk dibandingkan adalah 2 buah dan 4 buah paku yang kesemuanya
dilakukan dalam 3 kali ulangan.
Sampel contoh uji tersebut diuji menggunakan Universal Testing
Machine merk Galdabini, sehingga diperoleh data hasil pengujian.Data
yang diperoleh yaitu nilai Keteguhan Lengkung Statis yang meliputi nilai
Modulus of Elasticity (MoE)dan Modulus of Rupture (MoR) yang dalam
perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:
MoE = Keteguhan lengkung statis sampai modulus elastis (kg/cm3)
MoR = Keteguhan lengkung statis sampai batas maksimum (kg/cm2)
P = Beban Maksimum (Kg)
P’ = Beban sampai batas proporsi (kg)
L = jarak penyangga (cm)
∆𝑦 = defleksi/lenturan pada batas proporsi (cm)
b = lebar contoh uji (cm)
h = tebal contoh uji (cm)

Hasil
Keteguhan lengkung stastis sampai batas modulus elastisitas (MoE)
Hasil perhitungan nilai rata-rata dari pengujian Modulus of Elasticity
(MOE) dari bentuk sambungandan jumlah paku pada contoh uji tersebut
pada Tabel 1.

5
Tabel 1. Nilai Rerata Pengujian Modulus of Elasticity (MoE)(kg/cm2)
pada kayu Resak.

Nilai modulus of Elasticity (MoE) dari masing-masing bentuk sambungan


jumlah paku yang memiliki nilai berbeda-beda. Pada contoh uji dimana
sambungan yang memiliki nilai tertinggi terdapat pada sambungan bibir
miring berkait dengan 4 buah paku sebesar nilai rerata MoE sebesar
28.611,6350 kg/cm2. Sedangkan, yang memiliki nilai rendah terdapat
pada sambungan bibir lurus dengan 2 buah paku sebesar nilai rerata MoE
sebesar 12.312,7147 kg/cm2.
Keteguhan Lengkung Statis sampai batas patah (MoR) . Hasil perhitungan
nilai rata-rata dari pengujian Modulus of Rupture (MoR) dari bentuk
sambung dan jumlah paku pada contoh uji tersebut pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai rerata pengujian modulus of repture (MoR) (kg/cm2) pada
kayu resak

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rerata Modulud of Repture (MoR) dari


masing – masing bentuk sambungan dan jumlah paku memiliki nilai yang
bervariasi . Pada contoh uji dimana sambungan yang memiliki nilai
tertinggi terdapat pada sambungan bibir miring berkait dengan 4 buah
paku yang memiliki nilai rerata MoR sebesar 62,1453 kg/cm2.Sedangkan,
yang memiliki nilai terendah terdapat pada sambungan bibir mirig dengan
2 buah paku yang memiliki nilai rerata MoR sebesar 26,3880 kg/cm2.

6
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

1.1 Kelebihan Jurnal

– Jurnal 1
Dari segi penelitian, metode penelitian dilakukan secara mendetail dan
mengembangkan beberapa poin-poin penting dan penting untuk dipelajari.
Pada jurnal ini dicantumkan variasi penggunaan kayu pada struktur.
Pembebanan yang dilakukan diperhitungkan secara otomatis dengan software
komputer.

– Jurnal 2
Jurnal ini membahas pengaruh protension baut pada sambungan kayu,
perkuatan sambungan dengan alat sambung mekanis tambahan , metode
penentuan titik proporsional yasumura dan kawai (Munoz dkk.,2010) yang
membahas tentang menentukan titik atau beban batas proposional hasil
pengujian eksperimental laboratorium yang memiliki beberapa macam, yaitu
: metode karacabeyli dan ceccotti.

1.2 Kekurangan Jurnal

– Jurnal 1
Kekurangan dari jurnal ini tidak terdapat nya gambar secara jelas
tentang hasil perhitungan lengkungan MoR membuat pembaca sedikit sulit
memahaminya. Pada pembahasan kekuatan sambungan baik MoE dan MoR
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Sehingga, dalam
penggunaan bentuk sambungan jumlah paku sulit untuk dipahami. Yang
terdapat pada tabel 1 dan 2.

7
– Jurnal 2
Dalam jurnal ini tidak terdapat penjelasan yang jelas dan dapat
dipahami di beberapa grafik dan gambar tabel seperti contohnya pada sub bab
yang berjudul , perkuatan sambungan dengan alat sambung mekanis
tambahan .

8
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kayu didalam konstruksi bangunan digunakan pada bagian yang menhaan muatan
tetap dan muatan angin dengan bentangan yang panjang (Sinaga ,1994). Penggunaan
kayu sebagai bahan konstruksi masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar
masyarakat indonesia. Sebagian kayu diperuntukkan pada bangunan rumah atau
gedung, sedangkan sebagian lagi digunakan untuk jembatan, dermaga, dan lainnya.
Untuk sambungan kayu ( tipe standar) kayu keruing secara umum terjadi
kegagalan pada baut. Dengan adanya perkuatan paku , kegagalan ini dapat dicegah.
Karena hal ini terlihat dari fakta keruing tipe PRP dimana kegagalan yang terjadi
adalan tumpu kayu dan bukan pada baut.

1.2 Saran
Untuk menambah wawasan mengenai perencanaan atap kayu ataupun
perhitungan bangunan lainnya, kita dapat menggunakan beberapa jurnal sebagai
referensi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Muhtarida, Gita. 2019. Perbandingan Struktur dan Biaya Bangunan Rangka Atap Antara
Material kayu & Baja Ringan (Study kasus Gedung Fakultas Teknik dan Ilmu
Komputer UNISI. Pontianak

Aldiansyah, Muhamad, dkk. Kajian Teknis Waktu dan Biaya pada Perbandingan
Struktur Atap Kayu dan Struktur Atap Baja Ringan

10

Anda mungkin juga menyukai