Skor :
Jurusan PTB
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan
2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan YME, atas berkat
dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas Critical Journal
Review ini tepat waktu.
Jeremia Sitorus
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1.2 Ringkasan Isi Jurnal
– Jurnal 1
Sambungan antar komponen struktur, khususnya hubungan join balok-
kolom memberikan kontribusi yang dominan terhadap perilaku struktur
bangunan gedung. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku
kekuatan dan kekakuan sambungan kayu dengan alat sambung baut, yaitu
hubungan join balok-kolom. Dalam penelitian ini dikembangkan model
perkuatan sambungan dengan adanya ring-modifikasi dan perkuatan-paku
(selanjutnya disebut sambungan PRP) untuk meningkatkan tingkat daktilitas
sambungan.
Ruang lingkup penelitian antara lain jenis kayu yang digunakan yaitu
Meranti (Shorea spp.), Rengas (Gluta spp.), dan Keruing (Dipterocarpus spp.)
dengan rentang berat jenis berkisar antara 0,47-0,72. Pengujian eksperimental
dilakukan di laboratorium dengan tipe pembebanan monotonik. Model benda
uji yang digunakan mengacu pada metode uji baut pada sambungan kayu
ASTM D5652-95. Penggunaan ring-modifikasi dan perkuatan paku
memberikan kontribusi positif terhadap hasil pengujian sambungan
khususnya perilaku kinerja kekuatan dan kekakuan sambungan kayu, yaitu
beban batas proporsional yang dapat dicapai sambungan PRP meningkat
berkisar 3,09-19,89% lebih tinggi dibandingkan dengan sambungan standar
(tanpa perkuatan).
Beban batas ultimit yang dapat dicapai sambungan PRP 3,47- 28,94%
lebih tinggi dibandingkan dengan sambungan standar. Secara umum tingkat
daktilitas yang dapat dicapai sambungan PRP adalah 3,69-11,03% lebih
tinggi dibandingkan dengan sambungan standar.
Penelitian dalam tulisan ini bertujuan untuk melakukan pengujian
eksperimental di laboratorium untuk mempelajari pengaruh penggunaan
washer (ring) yang dimodifikasi (ring- modifikasi) untuk memberikan efek
3
pretension pada baut dan perkuatan tambahan dengan paku (selanjutnya
disebut sambungan tipe PRP atau perkuatan dengan ring dan paku) terhadap
perilaku kekuatan dan kekakuan sambungan kayu.
A. Perkuatan sambungan dengan alat sambung mekanis tambahan
Kobel (2011) telah mempelajari pengaruh perkuatan khususnya
untuk sambungan yang menahan beban lateral (Selanjutnya disebut
sambungan batang tarik) untuk struktur rangka batang bentang panjang.
Ada 4 (Empat) tipe perkuatan yang dipelajari yaitu tipe perkuatan A2 +
B2 , perkuatan 02 + A2, perkuatan inclined, dan perkuatan dywidag.
Skematik model perkuatan sambungan tersebut selengkapnya dibawah
ini
– Jurnal 2
Tujuan dari pengujian terhadap sambungan ini yaitu untuk
memperoleh data tentang nilai keteguhan lengkung statis (Modulus of
Elasticity (MoE) dan Modulus of Rupture (MoR)) dari bentuk
sambungandan jumlah paku sebagai alat sambung. Hasil yang diharapkan
dari penelitian ini adalah didapatkan nilai keteguhan lengkung statis dari
bentuk sambungan dan jumlah paku pada suatu sambungan, sehingga
dapat ditentukan sambungan mana yang memiliki nilai kekuatan yang
lebih baik berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian yang
dilakukan.
4
Kayu Resak dibuat menjadi ukuran 5cm x 5 cm x 44,25cm untuk
satu bagian sambungan sehingga jika digabungkan dengan pasangannya
menjadi ukuran 5 cm x 5 cm x 76 cm. Selain itu dibuat juga contoh uji
kontrol (tanpa sambungan ) dengan ukuran 5 x 5 x 76 cm (standar ASTM
D143 –52). Bentuksambungan yang dibuat untuk dibandingkan adalah
bentuksambungan bibir miring berkait,sambungan bibir lurus,sambungan
bibir miring dan tanpa sambungan (kontrol) dan jumlah paku yang dibuat
untuk dibandingkan adalah 2 buah dan 4 buah paku yang kesemuanya
dilakukan dalam 3 kali ulangan.
Sampel contoh uji tersebut diuji menggunakan Universal Testing
Machine merk Galdabini, sehingga diperoleh data hasil pengujian.Data
yang diperoleh yaitu nilai Keteguhan Lengkung Statis yang meliputi nilai
Modulus of Elasticity (MoE)dan Modulus of Rupture (MoR) yang dalam
perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
MoE = Keteguhan lengkung statis sampai modulus elastis (kg/cm3)
MoR = Keteguhan lengkung statis sampai batas maksimum (kg/cm2)
P = Beban Maksimum (Kg)
P’ = Beban sampai batas proporsi (kg)
L = jarak penyangga (cm)
∆𝑦 = defleksi/lenturan pada batas proporsi (cm)
b = lebar contoh uji (cm)
h = tebal contoh uji (cm)
Hasil
Keteguhan lengkung stastis sampai batas modulus elastisitas (MoE)
Hasil perhitungan nilai rata-rata dari pengujian Modulus of Elasticity
(MOE) dari bentuk sambungandan jumlah paku pada contoh uji tersebut
pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Nilai Rerata Pengujian Modulus of Elasticity (MoE)(kg/cm2)
pada kayu Resak.
6
BAB III
– Jurnal 1
Dari segi penelitian, metode penelitian dilakukan secara mendetail dan
mengembangkan beberapa poin-poin penting dan penting untuk dipelajari.
Pada jurnal ini dicantumkan variasi penggunaan kayu pada struktur.
Pembebanan yang dilakukan diperhitungkan secara otomatis dengan software
komputer.
– Jurnal 2
Jurnal ini membahas pengaruh protension baut pada sambungan kayu,
perkuatan sambungan dengan alat sambung mekanis tambahan , metode
penentuan titik proporsional yasumura dan kawai (Munoz dkk.,2010) yang
membahas tentang menentukan titik atau beban batas proposional hasil
pengujian eksperimental laboratorium yang memiliki beberapa macam, yaitu
: metode karacabeyli dan ceccotti.
– Jurnal 1
Kekurangan dari jurnal ini tidak terdapat nya gambar secara jelas
tentang hasil perhitungan lengkungan MoR membuat pembaca sedikit sulit
memahaminya. Pada pembahasan kekuatan sambungan baik MoE dan MoR
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Sehingga, dalam
penggunaan bentuk sambungan jumlah paku sulit untuk dipahami. Yang
terdapat pada tabel 1 dan 2.
7
– Jurnal 2
Dalam jurnal ini tidak terdapat penjelasan yang jelas dan dapat
dipahami di beberapa grafik dan gambar tabel seperti contohnya pada sub bab
yang berjudul , perkuatan sambungan dengan alat sambung mekanis
tambahan .
8
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kayu didalam konstruksi bangunan digunakan pada bagian yang menhaan muatan
tetap dan muatan angin dengan bentangan yang panjang (Sinaga ,1994). Penggunaan
kayu sebagai bahan konstruksi masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar
masyarakat indonesia. Sebagian kayu diperuntukkan pada bangunan rumah atau
gedung, sedangkan sebagian lagi digunakan untuk jembatan, dermaga, dan lainnya.
Untuk sambungan kayu ( tipe standar) kayu keruing secara umum terjadi
kegagalan pada baut. Dengan adanya perkuatan paku , kegagalan ini dapat dicegah.
Karena hal ini terlihat dari fakta keruing tipe PRP dimana kegagalan yang terjadi
adalan tumpu kayu dan bukan pada baut.
1.2 Saran
Untuk menambah wawasan mengenai perencanaan atap kayu ataupun
perhitungan bangunan lainnya, kita dapat menggunakan beberapa jurnal sebagai
referensi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Muhtarida, Gita. 2019. Perbandingan Struktur dan Biaya Bangunan Rangka Atap Antara
Material kayu & Baja Ringan (Study kasus Gedung Fakultas Teknik dan Ilmu
Komputer UNISI. Pontianak
Aldiansyah, Muhamad, dkk. Kajian Teknis Waktu dan Biaya pada Perbandingan
Struktur Atap Kayu dan Struktur Atap Baja Ringan
10