Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN TULANGAN KAYU

PANGGOH

(EKSPERIMENTAL)

Gabe Sri Sutarti Sihombing1, Besman Surbakti2


Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara,Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email: gebbie.kyukyu@gmail.com
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU
Medan
Email: besmansurbakti@yahoo.com

ABSTRAK
Mengingat beton kuat menahan tekan dan lemah dalam menahan tarik, beton tidak dapat menahan gaya
tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberi perkuatan penulangan terutama untuk menggantikan tugas
beton dalam menahan tarik yang timbul dalam sistem.
Pada percobaan ini tulangan yang dipakai adalah kayu panggoh. Balok kemudian didesain secara
ultimate, dimana balok diberi beban secara berkala hingga terjadi keruntuhan. Hal ini untuk mengetahui beban
maksimal yang dapat dipikul oleh balok dengan meninjau tegangan dan regangan yang terjadi. Kemudian
dibandingkan hasil secara teoritis dan hasil laboratorium.
Dari hasil perhitungan secara teoritis beban runtuh balok beton bertulangan kayu panggoh adalah
15,145 ton sedangkan di laboratorium balok mengalami runtuh pada beban 15,2 ton dengan perbandingan
0,36% dari hasil teoritis. Dari hasil pengujian di laboratorium, sampel dengan beban maksimum 15 ton
mengalami regangan sebesar 0,00302 sedangkan dari secara teoritis balok mengalami regangan sebesar 0,00302
pada beban sebesar 13058,11 kg dengan perbandingan 12,95% dari hasil teoritis.

Kata kunci : kayu panggoh, kayu sebagai pengganti tulangan

ABSTRACT

Given concrete is strong to resist press and weak to withstand the pull, concrete can not
withstand tensile force exceeds a certain value without causing cracks. For that matter, so that
concrete can work well in a system structure, structure need reinforcement especially to replace the
concrete task of stopping pull inherent in the system.
In this experiment reinforcement used is wood named as panggoh. Then the beam is designed
for ultimate beam, where the beam is periodically given to load the collapse occurred to know the
maximum load that can be carried by beams to explore the tension and stretching that occurs. Then
compare the results theoretically and laboratory results.
From the results of theoretical calculations for the collapse load of concrete beams panggoh
reinforcement was 15,145 tons while in the lab suffered collapsed beams at 15.2 ton load by
comparison 0.36% of the theoretical yield. From the test results in the laboratory, the samples with a
maximum load of 15 tons suffer big stretch of 0.00302 while theoretically as large stretch stringer
experience on a charge of 0.00302 load of 13058.11 kg with 12.95% of the comparison of the
theoretical results.

Keywords: panggoh, wood as a substitute reinforcement

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 1


1. PENDAHULUAN

Beton adalah bahan bangunan yang sering digunakan karena memiliki banyak kelebihan yang slah
satunya adalah kuat menahan tekan. Namun beton juga memiliki kelemahan yaitu lemah dalam tarik. Dimana
kuat tarik beton hanya berkisar 9% - 15% dari kuat tekannya (Dipohusodo, 1996). Hal tersebut biasanya
diseimbangkan dengan memperkuat beton dengan batang tulangan baja untuk menahan gaya tarik yang terjadi.
Kayu panggoh adalah nama lain untuk kulit pohon aren di wilayah Sumatera Utara, khususnya di
Kabupaten Kar. Beton bertulang adalah struktur yang menggunakan dua jenis bahan yaitu beton dan tulangan
yang keduanya digunakan secara bersamaan untuk bersama-sama menahan beban yang ada. Dimana beton
dengan sifat yang kuat akan tekan namun lemah akan tarik haruslah dipadukan dengan bahan tulangan yang
kuat akan tarik. Biasanya tulangan yang dipakai adalah baja, bambu dan juga kayu.
Pada tugas akhir ini dilakukan penelitian terhadap kayu panggoh sebagai pengganti alternatif tulangan
baja yaitu dengan mencari tahu terlebih dahulu sifat Mechanical Properties kayu panggoh kemudian melakukan
kombinasi antara kayu dan beton dalam satu kesatuan struktur beton bertulang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah panggoh dapat menggantikan tulangan baja
berdasarkan beban maksimal yang dapat dipikul balok, regangan dan lendutan yang terjadi di laboratorium dan
kemudian membandingkannya dengan hasil teoritis.

Gambar 1. Pemodelan pemberian beban pada struktur balok beton bertulang

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 2


2. TINJAUAN PUSTAKA

Kayu Panggoh

Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur)
karena merupakan tanaman serba guna. Semua bagian pohon ini dapat dimanfaatkan. Pohon aren merupakan
jenis tumbuhan yang banyak hidup di bumi Indonesia.

Kayu panggoh merupakan bagian dari pohon aren. Kayu panggoh adalah nama yang diberikan oleh
masyarakat Karo, Sumatera Utara. Kayu panggoh adalah lapisan luar setelah ijuk. Dimana lapisan ini tidak
begitu tebal dibandingkan bagian intinya. Namun bagian ini sangat keras. Masyarakat Karo dulunya sangat
sering menggunakan kayu ini untuk digunakan sebagai kandang ternak mereka. Kayu ini tahan terhadap gigitan
ternak bahkan pada kandang yang sudah lama pun kayu panggoh ini masih terlihat baik-baik saja. Kayu
panggoh inipun dapat dilihat penggunaannya pada struktur rumah adat karo dan alat-alat pertanian merreka
seperti cangkul dan pisau.

Beton

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat
kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI 03-2847-2002).
Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan. Pengerasan yang terjadi akibat adanya peristiwa reaksi kimia
antara semen dan air. Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan satuan
N/mm2 atau Mpa. Beton akan meningkat kekuatannnya seiring dengan bertambahnya umur beton tersebut.

Gambar 2. Diagram tegangan-regangan batang tulangan baja terhadap kuat tekan beton (Dipohusodo, 1996)

Beton memiliki kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil. Oleh karena itu untuk struktur
bangunan biasanya, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi.
Nilai kuat tarik beton hanya berkisar 9-15% kuat tekannya. Karena beton hanya kuat terhadap tekan maka
biasanya beton hanya diperhitungkan mempunyai kerja yang baik di daerah tekan saja.

Beton Bertulang

Beton bertulang terdiri dari beton dan tulangan.Mengingat beton kuat menahan tekan dan lemah dalam
menahan tarik, beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk
itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberi perkuatan
penulangan terutama untuk menggantikan tugas beton dalam menahan tarik yang timbul dalam sistem.

Pada gelagar balok bentang sederhana yang menahan beban mengakibatkan timbulnya momen lentur
sehingga akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut. Di dalam setiap struktur beton
bertulang, harus diupayakan supaya tulangan dan beton dapat mengalami deformasi secara bersamaan, dengan
maksud agar terjadi kompatibilitas regangan.

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 3


Regangan- regangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya tegangan-tegangan yang harus ditahan
oleh balok, tegangan tekan pada bagian atas dan tegangan tarik pada bagian bawah. Apabila beban bertambah
maka pada balok akan terjadi deformasi dan regangan tambahan, yang pada akhirnya terjadi keruntuhan elemen
struktur.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Kayu terlebih dahulu diperiksa mechanical dan properties nya. Pengujian dan pemeriksaan yang akan
dilakukan pada kayu tersebut mengacu kepada metode pengujian di Inggris BS 373 (1957) “Metode Pengujian
Contoh Kecil Kayu”. (sumber : Desch, Dinwoodie. Timber : its structure, properties and utilization). Pengujian
tersebut meliputi :

1. Pemeriksaan kadar air


2. Pemeriksaan berat jenis
3. Pengujian kuat tekan sejajar serat
4. Pengujian kuat lentur
5. Pengujian elastisitas
6. Pengujian kuat tarik
Kemudian dilakukan pengujian beton dengan melakukan persiapan benda uji terlebih dahulu lalu
kemudian merencanakan kuat tekan beton sesuai dengan yang telah direncanakan di awal. Kemudian dilakukan
perencanaan beton bertulangan kayu panggoh yang kemudian akan diberikan pembebanan untuk melihat
lendutan dan regangan yang terjadi.

4. PEMBAHASAN DAN HASIL


Hasil Pengujian Physical dan Mechanical Properties Kayu

Tabel 1. Rangkuman penelitian mechanical properties (PKKI 2002)

Jenis Penelitian Hasil Penelitian

Kadar Air 15,803%.

Berat Jenis 1,01945 gr/ cm3

Kuat Tekan Sejajar Serat 812,169 kg/cm²

Elastisitas Lentur Kayu 131649,6 kg/cm²

Tegangan Lentur Kayu 1435,089 kg/cm²

Tegangan Tarik Sejajar


1838,54 kg/cm2
Serat

Menurut ketentuan Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu (PKKI 2002), kuat acuan berdasarkan
pemilahan secara mekanis diambil berdasarkan modulus elastisitas lentur. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
menurut ketentuan kuat acuan Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu (PKKI 2002), maka kayu yang
digunakan dengan modulus elastisitas 131649,6 kg/cm² termasuk kayu dengan kode mutu E18.

Dan untuk kuat acuan kayu berdasarkan tegangan-tegangan izin atau tegangan ultimate dibagi safety
factor sebesar 2,25, maka hasilnya dapat dilihat di tabel 2 berikut ini.

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 4


Tabel 2. Rangkuman penelitian mechanical properties (PKKI 1961)

No. Jenis Penelitian Hasil Penelitian

1 Kadar Air 15,803%.

2 Berat Jenis 1,01945 gr/ cm3

3 Kuat Tekan Sejajar Serat 360,964 kg/cm²

4 Elastisitas Lentur Kayu 131649,6 kg/cm²

5 Kuat Lentur Kayu 637,817 kg/cm2

6 Tegangan Tarik Sejajar Serat 817,129 kg/cm2

Dari tabel.2 diatas elastisitas lentur kayu tersebut adalah 131649,6 kg/cm² maka berdasarkan PKKI
1961 didapat bahwa untuk kayu kelas I mempunyai Elastisitas sejajar serat E// sebesar 125.000 kg/cm²,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Kayu Panggoh setara dengan jenis kayu pada kelas I.

Perencanaan Beton dengan Tulangan Kayu Panggoh

Beton direncanakan menggunakan tulangan kayu panggoh dengan ukuran 2x2 cm dan beton normal
dengan mutu K-225 (coba-coba). Dimana tegangan tekan sebesar 0,85 f’c dianggap bekerja dengan distribusi
merata sepanjang daerah efektif beton.

Dari hasil penelitian physical dan mechanical properties kayu diketahui data – data sebagai berikut:

Kuat lentur Kayu = 1435,089 kg/cm² x 0,85 x 1,0

= 1219,826 kg/cm2 = 121,9826 MPa

Elastisitas kayu = 131649,6 kg/cm²

Kuat tekan sejajar serat kayu = 812,169 kg/cm² x 0,67 x 1,0

= 544,153 kg/cm2 = 54,415 Mpa

Kuat tarik sejajar serat = 1838,54 kg/cm2 x 1,0 x 1,0

= 1838,54 kg/cm2 = 183,854 MPa

Direncanakan beton normal mutu K-225

Kuat tekan beton (fc’) = 0,85 x 225 kg/cm2 = 191,25 kg/cm2 = 19,125 Mpa

Elastisitas beton = 4700. �𝑓𝑓 ′ 𝑐𝑐 = 4700. �19,125

= 20554,105 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀

= 205541,05 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑐𝑐𝑐𝑐2

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 5


Ɛc

Ɛp

Gambar 3. Distribusi Tegangan dan Regangan Pada Penampang Beton

Diketahui:
b = 200 mm
h = 300 mm
d = 225 mm
d’= 50 mm
Ap= 6 (20 x 20) = 2400 mm2
Ap’= 2 (20 x 20) = 800 mm2

Perencanaan Beton Bertulangan Kayu Panggoh Berdasarkan Kuat Lentur dan Tarik Panggoh

Balok beton bertulang direncanakan berdasarkan kuat lentur dan tarik panggoh. Dengan mengacu pada gambar
dan menggunakan keseimbangan gaya-gaya horizontal, maka:
NT = ND1 + ND2
As.fb = 0,85 fc’ba + fb’As,

Setelah dilakukan perhitungan secara teoritis balok kayu panggoh beton akan runtuh pada beban sebesar 12,743
Ton.
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 /𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
Beban layan =
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓

12,743
= = 9,802 Ton
1.3

Maka beban layan yang dapat dipikul oleh balok adalah 9,802 Ton.

Dengan cara yang sama, berdasarkan kuat tarik kayu panggoh balok akan runtuh pada P = 151,452 kN = 15,145
Ton

Maka secara teoritis balok kayu panggoh beton tersebut akan runtuh pada beban sebesar 15,145 Ton.
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 /𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
Beban layan =
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓

15,145
= = 11,65 Ton
1.3

Maka beban layan yang dapat dipikul oleh balok adalah 11,65 Ton.

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 6


Lendutan yang Terjadi

Jika momen lentur lebih kecil daripada momen retak Mcr. Balok dapat diasumsikan tidak retak dan momen
inersia dapat diasumsikan sebesar momen inersia untuk panampang kotor Ig.

Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah beban bekerja seketika itu pula
terjadi lendutan. Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung
dengan menggunakan nilai momen inersia efektif Ie berdasarkan persamaan berikut:

M 
3

 M 
3


I e =  cr  I g + 1 −  cr   I cr ≤ I g
 Ma  
  a
M  

Tabel 3. Data lendutan Secara Teoritis Balok Beton Bertulang

Beban P Mmax Mcr Icr Ie Lendutan


(kg) (kNm) (cm4)
L/3 L/2 L/3 L/2 L /3 L/2
(kNm) (kNm) (cm4) (cm4) (cm) (cm)
0 0 0 6,887 4963,204 - - 0 0
4963,204
500 2.083 3,125 6,887 - - 0,0004 0,002
6,887 4963,204
1000 4,167 6,25 - - 0,006 0,026
1500 6,250 9,375 6,887 4963,204 - - 0,030 0,110
2000 8,333 12,5 6,887 4963,204 - 0,085
- 0,262
2500 10,417 15,625 6,887 4963,204 8391,588 0,177
16536,2 0,454
3000 12,5 18,75 6,887 4963,204 6947,223 0,302
10230,6 0,659
3500 14,583 21,875 6,887 4963,204 6212,615 0,447
7788,45 0,859
4000 16,667 25 6,887 4963,204 5800,212 0,603
6650,33 1,05
4500 18,75 28,125 6,887 4963,204 5551,061 0,760
6049,96 1,236
5000 20,833 31,25 6,887 4963,204 0,915
5703,79 5391,752 1,414
5500 22,917 34,375 6,887 4963,204 1,067
5490,34 5285,179 1,587
6000 25 37,5 6,887 4963,204 1,214
5351,63 5211,206 1,756
6500 27,083 40,625 6,887 4963,204 1,356
5257,61 5158,265 1,922
7000 29,167 43,75 6,887 4963,204 1,496
5191,65 5119,380 2,085
7500 31,25 46,875 6,887 4963,204 1,631
5144,01 5090,181 2,247
8000 33,333 50 6,887 4963,204 1,765
5108,74 5067,830 2,407
8500 35,417 53,125 6,887 4963,204 1,897
5082,08 5050,431 2,567
9000 37,5 56,25 6,887 4963,204 2,026
5061,56 5036,686 2,725
9500 39,583 59,375 6,887 4963,204 2,154
5045,50 5025,684 2,883
10000 41,667 62,5 6,887 4963,204 2,281
5032,75 5016,773 3,040
10500 43,75 65,625 6,887 4963,204 2,406
5022,51 5009,479 3,197
11000 45,833 68,75 6,887 4963,204 2,531
5014,18 5003,451 3,353
11500 47,917 71,875 6,887 4963,204 2,655
5007,34 4998,426 3,509
12000 50 75 6,887 4963,204 5001,68 4994,204 2,778 3,664
12500 52,083 78,125 6,887 4963,204 4996,94 4990,631 2,900 3,820
13000 54,167 81,25 6,887 4963,204 3,023
4992,95 4987,587 3,975
13500 56,25 84,375 6,887 4963,204 3,144
4989,56 4984,977 4,130

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 7


14000 58,333 87,5 6,887 4963,204 3,266
4986,67 4982,726 4,285
14500 60,417 90,625 6,887 4963,204 3,387
4984,19 4980,775 4,440
15000 62,5 93,75 6,887 4963,204 3,508
4982,05 4979,076 4,594
15145 63,104 94,656 6,887 4963,204 3,543
4978,63 4978,625 4,639

Retak awal terjadi awal terjadi pada P = 2000 kg

5 PL3 13PL3
Pada L/3: ∆ = Pada L/2: ∆ =
324 E c I e 648E c I e

Lendutan Secara Percobaan

Tabel 4. Lendutan dari Hasil Percobaan

Beban Beban Balok


P/2 Y1 (Dial 1) Y2 (Dial 2) Y3 (Dial 3)
(kg) (kg) (cm) (cm) (cm)
0 0 0 0 0
1000 500 0.002 0.039 0.004
2000 1000 0.057 0.092 0.060
3000 1500 0.094 0.222 0.093
4000 2000 0.110 0.674 0.155
5000 2500 0.482 0,990 0.290
6000 3000 0.92 1,305 0,415
7000 3500 1.20 1.620 0.695
8000 4000 1.42 1.900 1,070
9000 4500 1,505 2,320 1,230
10000 5000 1,674 2,670 1,670
11000 5500 2,056 2,980 1,960
12000 6000 2.325 3,300 2.364
13000 6500 2.741 3.880 2.786
14000 7000 3.137 4,110 2,980
15000 7500 3.262 4,480 3,180
15200 7600 Patah

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 8


Grafik Hubungan Beban - Lendutan Dial 1 &Dial 3
16000 Balok

14000

12000

10000
y1

8000 y3
teori
6000

4000

2000

0
0 1 2 3 4

Gambar 4. Grafik Hubungan Beban – Lendutan Dial 1 & Dial 3 Balok

Grafik Hubungan Beban - Lendutan Dial 2


Balok
16000

14000
Beban (kg)

12000

10000

8000 teori

6000 y2

4000

2000

0
0 1 2 3 4 5
Penurunan (cm)

Grafik 5. Hubungan Beban – Lendutan Dial 2 Balok

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 9


Tabel 5. Perbandingan Hasil Balok Secara Teoritis dan Percobaan

Hasil Percobaan Hasil Teoritis


P runtuh 15000 kg P runtuh 15145 kg
Lendutan Maksimum (Dial -1) 3,262 cm Lendutan Maksimum (Dial -1) 3,543 cm
Lendutan Maksimum (Dial -2) 4,480 cm Lendutan Maksimum (Dial -2) 4,639 cm
Lendutan Maksimum (Dial -3) 3,180 cm Lendutan Maksimum (Dial -3) 3,543 cm

Regangan

Tabel 6. Data Hasil Pengujian Regangan Balok di Laboratorium

Perubahan Panjang
Regangan Analisa Data
Beban (x0,001mm)
P 1 2 3 1 2 3 Regangan (mm/mm)
(kg) ɛc Ɛp ɛp’
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1000 -4 2 13 -0,013 0,0067 0,043 -0,00004 -0,00004 -0.000021
2000 -15 10 25 -0,05 0,033 0,083 -0,00012 -0,00012 -0.000059
3000 -19 14 43 -0,063 0,047 0,143 -0,00017 -0,00017 -0.000084
4000 -37 25 58 -0,123 0,083 0,193 -0,00028 -0,00028 -0.000149
5000 -46 35 74 -0,153 0,117 0,247 -0,00035 -0,00035 -0.000178
6000 -65 42 95 -0,217 0,14 0,317 -0,00048 -0,00048 -0.000244
7000 -87 65 119 -0,29 0,217 0,397 -0,00063 -0,00063 -0.000319
8000 -95 88 147 -0,317 0,293 0,490 -0,00072 -0,00072 -0.000363
9000 -105 99 185 -0,35 0,33 0,617 -0,00083 -0,00083 -0.00042
10000 -127 102 208 -0,423 0,34 0,693 -0,00098 -0,00098 -0.000495
11000 -135 124 255 -0,45 0,413 0,85 -0,0011 -0,0011 -0.000554
12000 -157 135 295 -0,523 0,45 0,983 -0.00127 -0.00127 -0.000643
13000 -195 155 350 -0,65 0,517 1,167 -0,00156 -0,00156 -0.000785
14000 -252 172 598 -0,84 0.573 1,99 -0,00226 -0,00226 -0.00113
15000 -343 185 783 -1,143 0,617 2,61 -0,00302 -0,00302 -0.00152

Tabel 7. Perbandingan Beban Secara Teoritis dengan Percobaan Balok

Beban Analisa Data fp fp’ fc Mn P teori


P Regangan (mm/mm) Mpa Mpa Mpa kNm (kg)
(kg) ɛc ɛp Ɛp’
0 0 0 0 0 0 0
0 0
1000 0,4871 0,2765 0,788574 2,1377 513,016
-0,00004 0,00004 -0.000021
2000 0,9336 0,7741 2,166172 5,8747 1409,818
-0,00012 0,00012 -0.000059
3000 1,6088 1,1058 3,054688 8,2867 1988,668
-0,00017 0,00017 -0.000084
4000 2,1650 1,8689 5,007549 13,5939 3262,281
-0,00028 0,00028 -0.000149
5000 2,7628 2,3444 6,160588 16,7316 4015,273
-0,00035 0,00035 -0.000178
6000 3,5442 3,2069 8,126797 22,0908 5301,388
-0,00048 0,00048 -0.000244

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 10


7000 4,4372 4,2023 10,19469 27,7420 6657,561
-0,00063 0,00063 -0.000319
8000 5,4867 4,7773 11,2914 30,7471 7378,713
-0,00072 0,00072 -0.000363
9000 6,9114 5,5293 12,61719 34,3893 8252,782
-0,00083 0,00083 -0.00042
10000 7,7667 6,5135 14,16683 38,6642 9278,673
-0,00098 0,00098 -0.000495
11000 9,5308 7,2987 15,25219 41,6744 10001,06
-0,0011 0,0011 -0.000554
12000 11,0254 8,4709 16,6234 45,5076 10920,95
-0.00127 0.00127 -0.000643
13000 13,0772 10,3398 18,19232 49,9820 11994,74
-0,00156 0,00156 -0.000785
14000 22,3789 14,9733 18,81002 52,3976 12574,43
-0,00226 0,00226 -0.00113
15000 29,2965 20,0381 19,292 54,5256 13085,11
-0,00302 0,00302 -0.00152

16000

14000

12000

10000
Beban (kg)

8000 pteori
plab
6000

4000

2000

0
0 0,001 0,002 0,003 0,004
Regangan (mm/mm)

Gambar 6. Perbandingan Hubungan Beban – Regangan Secara Teori dan Percobaan

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 11


Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan hasil-hasil sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan secara teoritis beban runtuh balok beton bertulangan kayu panggoh adalah
15,145 Ton.

2. Dari hasil pengujian di laboratorium, sampel yang didesain secara ultimate mengalami runtuh pada
pemberian beban 15,2 ton dengan perbandingan 0,36% dari hasil teoritis.

3. Dari hasil pengujian di laboratorium, sampel dengan beban maksimum 15 ton mengalami regangan
sebesar 0,00302.

4. Dari hasil perhitungan secara teoritis beban maksimum balok beton dengan tulangan kayu panggoh
mengalami regangan sebesar 0,00302 pada beban sebesar 13058,11 kg dengan perbandingan 12,95%
dari hasil teoritis.

DAFTAR PUSTAKA

Desch, H.E., dan Dinwoodie, J.E. 1981. Timber, Its Structure, Properties and Utilisation. Macmillan.
Dipohusodo, Istimawan. 1996, Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia.
Dumanauv, F.J. 2001. Mengenal Kayu.Yogyakarta : Kanisius.
Http://www.kajianpustaka.com/2012/11/analisis-lentur-balok-beton-bertulang.html#ixzz2NoBv7mqC
Nugraha, Paul. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi.
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI
– 5). Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
SK SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan Standar
Nasional.
SK SNI 03-3400-1994, Metode Spesifikasi dan Tata Cara, Badan Penelitian dan Pengembangan.
Sumarni, Sri. 2007, Struktur Kayu. Surakarta : UNS Press.
Yayasan Dana Normalisasi Indonesia. 1979. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5 PKKI 1961). Bandung
: Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.

Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara 12

Anda mungkin juga menyukai