PANGGOH
(EKSPERIMENTAL)
ABSTRAK
Mengingat beton kuat menahan tekan dan lemah dalam menahan tarik, beton tidak dapat menahan gaya
tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberi perkuatan penulangan terutama untuk menggantikan tugas
beton dalam menahan tarik yang timbul dalam sistem.
Pada percobaan ini tulangan yang dipakai adalah kayu panggoh. Balok kemudian didesain secara
ultimate, dimana balok diberi beban secara berkala hingga terjadi keruntuhan. Hal ini untuk mengetahui beban
maksimal yang dapat dipikul oleh balok dengan meninjau tegangan dan regangan yang terjadi. Kemudian
dibandingkan hasil secara teoritis dan hasil laboratorium.
Dari hasil perhitungan secara teoritis beban runtuh balok beton bertulangan kayu panggoh adalah
15,145 ton sedangkan di laboratorium balok mengalami runtuh pada beban 15,2 ton dengan perbandingan
0,36% dari hasil teoritis. Dari hasil pengujian di laboratorium, sampel dengan beban maksimum 15 ton
mengalami regangan sebesar 0,00302 sedangkan dari secara teoritis balok mengalami regangan sebesar 0,00302
pada beban sebesar 13058,11 kg dengan perbandingan 12,95% dari hasil teoritis.
ABSTRACT
Given concrete is strong to resist press and weak to withstand the pull, concrete can not
withstand tensile force exceeds a certain value without causing cracks. For that matter, so that
concrete can work well in a system structure, structure need reinforcement especially to replace the
concrete task of stopping pull inherent in the system.
In this experiment reinforcement used is wood named as panggoh. Then the beam is designed
for ultimate beam, where the beam is periodically given to load the collapse occurred to know the
maximum load that can be carried by beams to explore the tension and stretching that occurs. Then
compare the results theoretically and laboratory results.
From the results of theoretical calculations for the collapse load of concrete beams panggoh
reinforcement was 15,145 tons while in the lab suffered collapsed beams at 15.2 ton load by
comparison 0.36% of the theoretical yield. From the test results in the laboratory, the samples with a
maximum load of 15 tons suffer big stretch of 0.00302 while theoretically as large stretch stringer
experience on a charge of 0.00302 load of 13058.11 kg with 12.95% of the comparison of the
theoretical results.
Beton adalah bahan bangunan yang sering digunakan karena memiliki banyak kelebihan yang slah
satunya adalah kuat menahan tekan. Namun beton juga memiliki kelemahan yaitu lemah dalam tarik. Dimana
kuat tarik beton hanya berkisar 9% - 15% dari kuat tekannya (Dipohusodo, 1996). Hal tersebut biasanya
diseimbangkan dengan memperkuat beton dengan batang tulangan baja untuk menahan gaya tarik yang terjadi.
Kayu panggoh adalah nama lain untuk kulit pohon aren di wilayah Sumatera Utara, khususnya di
Kabupaten Kar. Beton bertulang adalah struktur yang menggunakan dua jenis bahan yaitu beton dan tulangan
yang keduanya digunakan secara bersamaan untuk bersama-sama menahan beban yang ada. Dimana beton
dengan sifat yang kuat akan tekan namun lemah akan tarik haruslah dipadukan dengan bahan tulangan yang
kuat akan tarik. Biasanya tulangan yang dipakai adalah baja, bambu dan juga kayu.
Pada tugas akhir ini dilakukan penelitian terhadap kayu panggoh sebagai pengganti alternatif tulangan
baja yaitu dengan mencari tahu terlebih dahulu sifat Mechanical Properties kayu panggoh kemudian melakukan
kombinasi antara kayu dan beton dalam satu kesatuan struktur beton bertulang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah panggoh dapat menggantikan tulangan baja
berdasarkan beban maksimal yang dapat dipikul balok, regangan dan lendutan yang terjadi di laboratorium dan
kemudian membandingkannya dengan hasil teoritis.
Kayu Panggoh
Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur)
karena merupakan tanaman serba guna. Semua bagian pohon ini dapat dimanfaatkan. Pohon aren merupakan
jenis tumbuhan yang banyak hidup di bumi Indonesia.
Kayu panggoh merupakan bagian dari pohon aren. Kayu panggoh adalah nama yang diberikan oleh
masyarakat Karo, Sumatera Utara. Kayu panggoh adalah lapisan luar setelah ijuk. Dimana lapisan ini tidak
begitu tebal dibandingkan bagian intinya. Namun bagian ini sangat keras. Masyarakat Karo dulunya sangat
sering menggunakan kayu ini untuk digunakan sebagai kandang ternak mereka. Kayu ini tahan terhadap gigitan
ternak bahkan pada kandang yang sudah lama pun kayu panggoh ini masih terlihat baik-baik saja. Kayu
panggoh inipun dapat dilihat penggunaannya pada struktur rumah adat karo dan alat-alat pertanian merreka
seperti cangkul dan pisau.
Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat
kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI 03-2847-2002).
Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan. Pengerasan yang terjadi akibat adanya peristiwa reaksi kimia
antara semen dan air. Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan satuan
N/mm2 atau Mpa. Beton akan meningkat kekuatannnya seiring dengan bertambahnya umur beton tersebut.
Gambar 2. Diagram tegangan-regangan batang tulangan baja terhadap kuat tekan beton (Dipohusodo, 1996)
Beton memiliki kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil. Oleh karena itu untuk struktur
bangunan biasanya, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi.
Nilai kuat tarik beton hanya berkisar 9-15% kuat tekannya. Karena beton hanya kuat terhadap tekan maka
biasanya beton hanya diperhitungkan mempunyai kerja yang baik di daerah tekan saja.
Beton Bertulang
Beton bertulang terdiri dari beton dan tulangan.Mengingat beton kuat menahan tekan dan lemah dalam
menahan tarik, beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk
itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberi perkuatan
penulangan terutama untuk menggantikan tugas beton dalam menahan tarik yang timbul dalam sistem.
Pada gelagar balok bentang sederhana yang menahan beban mengakibatkan timbulnya momen lentur
sehingga akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut. Di dalam setiap struktur beton
bertulang, harus diupayakan supaya tulangan dan beton dapat mengalami deformasi secara bersamaan, dengan
maksud agar terjadi kompatibilitas regangan.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Kayu terlebih dahulu diperiksa mechanical dan properties nya. Pengujian dan pemeriksaan yang akan
dilakukan pada kayu tersebut mengacu kepada metode pengujian di Inggris BS 373 (1957) “Metode Pengujian
Contoh Kecil Kayu”. (sumber : Desch, Dinwoodie. Timber : its structure, properties and utilization). Pengujian
tersebut meliputi :
Menurut ketentuan Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu (PKKI 2002), kuat acuan berdasarkan
pemilahan secara mekanis diambil berdasarkan modulus elastisitas lentur. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
menurut ketentuan kuat acuan Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu (PKKI 2002), maka kayu yang
digunakan dengan modulus elastisitas 131649,6 kg/cm² termasuk kayu dengan kode mutu E18.
Dan untuk kuat acuan kayu berdasarkan tegangan-tegangan izin atau tegangan ultimate dibagi safety
factor sebesar 2,25, maka hasilnya dapat dilihat di tabel 2 berikut ini.
Dari tabel.2 diatas elastisitas lentur kayu tersebut adalah 131649,6 kg/cm² maka berdasarkan PKKI
1961 didapat bahwa untuk kayu kelas I mempunyai Elastisitas sejajar serat E// sebesar 125.000 kg/cm²,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Kayu Panggoh setara dengan jenis kayu pada kelas I.
Beton direncanakan menggunakan tulangan kayu panggoh dengan ukuran 2x2 cm dan beton normal
dengan mutu K-225 (coba-coba). Dimana tegangan tekan sebesar 0,85 f’c dianggap bekerja dengan distribusi
merata sepanjang daerah efektif beton.
Dari hasil penelitian physical dan mechanical properties kayu diketahui data – data sebagai berikut:
Kuat tekan beton (fc’) = 0,85 x 225 kg/cm2 = 191,25 kg/cm2 = 19,125 Mpa
= 20554,105 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
= 205541,05 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑐𝑐𝑐𝑐2
Ɛp
Diketahui:
b = 200 mm
h = 300 mm
d = 225 mm
d’= 50 mm
Ap= 6 (20 x 20) = 2400 mm2
Ap’= 2 (20 x 20) = 800 mm2
Perencanaan Beton Bertulangan Kayu Panggoh Berdasarkan Kuat Lentur dan Tarik Panggoh
Balok beton bertulang direncanakan berdasarkan kuat lentur dan tarik panggoh. Dengan mengacu pada gambar
dan menggunakan keseimbangan gaya-gaya horizontal, maka:
NT = ND1 + ND2
As.fb = 0,85 fc’ba + fb’As,
Setelah dilakukan perhitungan secara teoritis balok kayu panggoh beton akan runtuh pada beban sebesar 12,743
Ton.
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 /𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
Beban layan =
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓
12,743
= = 9,802 Ton
1.3
Maka beban layan yang dapat dipikul oleh balok adalah 9,802 Ton.
Dengan cara yang sama, berdasarkan kuat tarik kayu panggoh balok akan runtuh pada P = 151,452 kN = 15,145
Ton
Maka secara teoritis balok kayu panggoh beton tersebut akan runtuh pada beban sebesar 15,145 Ton.
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 /𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
Beban layan =
𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓
15,145
= = 11,65 Ton
1.3
Maka beban layan yang dapat dipikul oleh balok adalah 11,65 Ton.
Jika momen lentur lebih kecil daripada momen retak Mcr. Balok dapat diasumsikan tidak retak dan momen
inersia dapat diasumsikan sebesar momen inersia untuk panampang kotor Ig.
Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah beban bekerja seketika itu pula
terjadi lendutan. Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 ayat 2.3 ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung
dengan menggunakan nilai momen inersia efektif Ie berdasarkan persamaan berikut:
M
3
M
3
I e = cr I g + 1 − cr I cr ≤ I g
Ma
a
M
5 PL3 13PL3
Pada L/3: ∆ = Pada L/2: ∆ =
324 E c I e 648E c I e
14000
12000
10000
y1
8000 y3
teori
6000
4000
2000
0
0 1 2 3 4
14000
Beban (kg)
12000
10000
8000 teori
6000 y2
4000
2000
0
0 1 2 3 4 5
Penurunan (cm)
Regangan
Perubahan Panjang
Regangan Analisa Data
Beban (x0,001mm)
P 1 2 3 1 2 3 Regangan (mm/mm)
(kg) ɛc Ɛp ɛp’
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1000 -4 2 13 -0,013 0,0067 0,043 -0,00004 -0,00004 -0.000021
2000 -15 10 25 -0,05 0,033 0,083 -0,00012 -0,00012 -0.000059
3000 -19 14 43 -0,063 0,047 0,143 -0,00017 -0,00017 -0.000084
4000 -37 25 58 -0,123 0,083 0,193 -0,00028 -0,00028 -0.000149
5000 -46 35 74 -0,153 0,117 0,247 -0,00035 -0,00035 -0.000178
6000 -65 42 95 -0,217 0,14 0,317 -0,00048 -0,00048 -0.000244
7000 -87 65 119 -0,29 0,217 0,397 -0,00063 -0,00063 -0.000319
8000 -95 88 147 -0,317 0,293 0,490 -0,00072 -0,00072 -0.000363
9000 -105 99 185 -0,35 0,33 0,617 -0,00083 -0,00083 -0.00042
10000 -127 102 208 -0,423 0,34 0,693 -0,00098 -0,00098 -0.000495
11000 -135 124 255 -0,45 0,413 0,85 -0,0011 -0,0011 -0.000554
12000 -157 135 295 -0,523 0,45 0,983 -0.00127 -0.00127 -0.000643
13000 -195 155 350 -0,65 0,517 1,167 -0,00156 -0,00156 -0.000785
14000 -252 172 598 -0,84 0.573 1,99 -0,00226 -0,00226 -0.00113
15000 -343 185 783 -1,143 0,617 2,61 -0,00302 -0,00302 -0.00152
16000
14000
12000
10000
Beban (kg)
8000 pteori
plab
6000
4000
2000
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004
Regangan (mm/mm)
Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan hasil-hasil sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan secara teoritis beban runtuh balok beton bertulangan kayu panggoh adalah
15,145 Ton.
2. Dari hasil pengujian di laboratorium, sampel yang didesain secara ultimate mengalami runtuh pada
pemberian beban 15,2 ton dengan perbandingan 0,36% dari hasil teoritis.
3. Dari hasil pengujian di laboratorium, sampel dengan beban maksimum 15 ton mengalami regangan
sebesar 0,00302.
4. Dari hasil perhitungan secara teoritis beban maksimum balok beton dengan tulangan kayu panggoh
mengalami regangan sebesar 0,00302 pada beban sebesar 13058,11 kg dengan perbandingan 12,95%
dari hasil teoritis.
DAFTAR PUSTAKA
Desch, H.E., dan Dinwoodie, J.E. 1981. Timber, Its Structure, Properties and Utilisation. Macmillan.
Dipohusodo, Istimawan. 1996, Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia.
Dumanauv, F.J. 2001. Mengenal Kayu.Yogyakarta : Kanisius.
Http://www.kajianpustaka.com/2012/11/analisis-lentur-balok-beton-bertulang.html#ixzz2NoBv7mqC
Nugraha, Paul. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi.
Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI
– 5). Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
SK SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan Standar
Nasional.
SK SNI 03-3400-1994, Metode Spesifikasi dan Tata Cara, Badan Penelitian dan Pengembangan.
Sumarni, Sri. 2007, Struktur Kayu. Surakarta : UNS Press.
Yayasan Dana Normalisasi Indonesia. 1979. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5 PKKI 1961). Bandung
: Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.