ISSN : 2089-3949
VOL 2
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah rahmat dan karunia –
Nya sehingga Jurnal dengan judul “Jurnal Penelitian Dosen Fakultas Teknik
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam pembuatan Jurnal ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
semakimal mungkin tetapi tetap tidak luput dari kekurangan, kelemahan dan bahkan
kekeliruan. Oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat membangun bagi
DEWAN REDAKSI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DEWAN REDAKSI ii
DAFTAR ISI iii
Abstrak
Bangunan sipil terutama bangunan gedung dan jembatan yang mengalami kebakaran akhir – akhir ini
menjadi suatu permasalahan yang harus diselesaikan. Dan untuk menyelesaikan permasalahan ini, salah
satunya adalah dengan mengestiminasi kekuatan sisa yang ada akibat kebakaran tersebut.
Penelitian kuat lentur balok komposit baja-beton pasca bakar tidak lain bertujuan untuk mengetahui
kekuatan sisa yang dimaksud meliputidegredasi kuat lentur dan perilaku balok komposit baja-beton
setelah mengalami kebakaran. Nilai kekakuan (P/Δ), factor kekaukan (EI) dan kapasitas lentur (Mn)
balok komposit baja- beton yang diperoleh dari grafik hubungan beban –lendutan dan grafik momen
kelengkungan dapat memberikan gambaran yang jelas untuk tujuan itu.
Dengan memperhatikan grafik hubungan beban-lendungan dan momen-kelengkungan menunjukkan
bahwa balok komposit baja-beton (concrete-encased beam) yang dibakar pada suhu konstan selama 3
jam akan terjadi penurunan nilai kekakuan pada suhu 200C sebesar 20% dan terus meningkat dengan
bertambahnya temperature. Faktor kekakuan (EI) turun lebih dari 50% pada suhu 200C sampai 400C,
sedangkan kuat lentur(Mn) mengalami penurunan sebesar 13,33% pada suhu 300 C dan 16,67% pada
suhu 400C, akan tetapi pada suhu 200C kuat lentur maksimum masih dapat dipertahankan (kuat lentur
maksimal masih 100%).
Dengan demikian dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa balok komposit baja-beton (concrete-encased
beam) pasca bakar akan mengalami degradrasi kuat lentur seiring dengan kenaikan suhu dan lama
pembakaran. Selain itu dengan bertambahnya temperature, faktor daktilitas balok komposit menjadi turun
terutama daktilitas kelengkungan menunjukkan penurunan yang sangat tajam. Namun demikian pada
kondisi tertentu, balok seperti ini masih memiliki kekuatan dan kekakuan yang memadai sehingga masih
layak untuk difungsikan kembali asalkan deformasi pada beton tidak menunjukkan penurunan yang besar
dan masih dapat diperbaiki.
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini, baja komposit lebih sering 1.1 PERUMUSAN MASALAH
digunakan untuk struktur gedung berlantai Balok komposit baja-beton merupakan
banyak dan sebagian untuk struktur jembatan. salah satu elemen struktur yang tersusun
Bangunan gedung dan jembatan tersebut tidak dari berbagai macam material seperti baja,
terlepas dari permasalahan – permasalahan pasir, kerikil, semen dan air. Masing –
karena faktor alam maupun kesalahan dari masing material ini apabila terkena panas
manusia (human error) seperti timbulnya yang tinggi akan bereaksi sesuai dengan
kebakaran. Struktur dengan baja komposit kemampuan menahan panas yang
yang mengalami kebakaran akan mengakibatkan perubahan masing – masing
mengakibatkan kerusakan pada struktur dari zat penyusun materail tersebul dan pada
tingkat yang paling rendah hingga tingkat akhirnya akan mempengaruhi kekuatan
yang (collape). Hal ini dikarenakan elemen struktur secara keseluruhan.
temperature yang tinggi dapat mempengaruhi Elemen struktur komposit baja-beton yang
sifat dan perilaku dari elemen balok atau terkena suhu tinggi akan mengalami
kolom yang pada akhirnya dapat penurunan mutu bahan terutama kekuatan
mempengaruhi perilaku struktur secara desak beton yang sangat berpengaruh pada
keseluruhan. kekuatan lentur balok. Hal ini terjadi
karena kekuatan lentur balok komposit
sangat tergantung dari seberapa besar kuat
desak beton yang terjadi pada tepi atas
Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Sipil
Yayasan Wijaya Kusuma
Universitas Darwan Ali (UNDA) - Kuala Pembuang (Kab. Seruyan). E-mail: Muatthor@yahoo.com
Abstrak
Jalan sebagai bagian dari prasarana perhubungan darat mempunyai kedudukan dan peranan yang
sangat penting terhadap pembangunan dan pengembangan wilayah. Salah satu cara pengembangan
jalan adalah dengan meningkatkan kualitas dari kondisi fisik jalan yang mendukung lancarnya
pergerakan transportasi. Kondisi fisik jalan dapat ditingkatkan dengan merencanakan kualitas jalan
yang diinginkan sedemikian rupa sehingga tahan terhadap kerusakan-kerusakan yang timbul di
permukaan jalan akibat hantaman, gesekan beban roda kendaraan yang lewat di atasnya dan cuaca.
Upaya untuk mencapai kriteria tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kinerja
campuran aspal tersebut, misalnya dengan zat tambah (additive). Bahan tambah (additive) yang sering
digunakan seperti aboccel, roadcel, cellulose fibres, tafpack-super merupakan bahan tambah yang
harganya masih relatif mahal sehingga secara keseluruhan kurang ekonomis, untuk itu perlu dicari suatu
material yang sedapat mungkin bisa merupakan produk lokal dan ekonomis.
Penelitian ini mencoba bahan tambah lokal yaitu ban bekas yang diparut atau disebut serbuk ban
bekas. Karena ban bekas merupakan bahan buangan padat yang tentunya akan menimbulkan masalah
bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Bila material ini dapat digunakan sebagai bahan
tambah pada campuran aspal panas jenis Hot Rolled Sheet (HRS) maka banyak masalah yang sekaligus
dapat terpecahkan.
Hasil Penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa dengan kadar aspal optimal (6,5%) pada
campuran HRS berdasarkan pemeriksaan Marshall. Serbuk Ban Bekas dengan nilai 3,5% dapat
menghasilkan stabilitas 1576.722 Kg, flow 4.067 mm, rongga udara 3.056 %, rongga terisi aspal
80.746% dan hasil bagi Marshall 3.801 KN/mm. Dengan hasil tersebut disarankan menggunakan ban
bekas dengan prosentase yang tepat, dengan harapan mampu memberikan Stabilitas yang Tinggi.
Kata Kunci : Kadar Aspal Optimum, Serbuk Ban Bekas berbeda Proporsinya
Bahan yang digunakan untuk Hot Tabel 2.2 Sifat Agregat Campuran
Rolled Sheet (HRS) terdiri dari agregat,
filler dan aspal panas (Bina Marga, 1996). Sifat Gradasi baik Gradasi buruk
Kekuatan campuran Hot Rolled Sheet
(HRS) berasal dari kekuatan mortarnya, Stabilitas Buruk Baik
mortar terbentuk dari campuran agregat
Permeabilitas Baik Buruk
halus, bahan pengisi dan aspal. Untuk
mendapatkan kualitas campuran sesuai
Tingkat kepadatan Buruk Baik
dengan yang diharapkan maka bahan-bahan
tersebut harus diuji dan memenuhi Rongga pori besar sedikit
spesifikasi yang ditetapkan.
Sumber : Sukirman (2003)
2.2.1 Agregat
Agregat/batuan didefinisikan secara Sifat dan kualitas agregat menentukan
umum sebagai formasi kulit bumi yang kemampuannya dalam memikul beban lalu
keras dan penyal (solid). ASTM (1974) lintas. Agregat dengan kualitas dan sifat
mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang baik dibutuhkan untuk lapisan
yang terdiri dari material padat berupa masa permukaan yang langsung memikul beban
berukuran besar ataupun berupa fragmen- lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan
fragmen (Sukirman,1992). di bawahnya. Agregat yang digunakan
Dilihat dari jenisnya, agregat untuk dalam pekerjaan, proporsinya dibuat sesuai
konstruksi jalan dapat dibedakan atas : dengan rumus campuran kerja yang akan
memiliki kekuatan sisa tidak kurang dari
a. agregat asli (natural) meliputi: pasir, 75% bila diuji untuk hilangnya kohesi
kerikil, batu pecah/belah. akibat pengaruh air (DPU,1997).
b. agregat pabrik (manufactured) meliputi:
letusan gunung berapi dan berbagai Sifat agregat yang menentukan
produk dari tanah lempung atau batu kualitas sebagai bahan konstruksi
sabak . perkerasan jalan dapat dikelompokkan
Di Indonesia pada umumnya agregat menjadi :
yang digunakan dalam lapisan perkerasan, a. Kekuatan dan keawetan lapisan
khususnya campuran aspal panas jenis Hot permukaan, dipengaruhi oleh :
Rolled Sheet (HRS) adalah agregat yang
mengalami proses pengolahan (pemecahan 1). Gradasi
dan penyaringan). Tujuan dari proses ini 2). Ukuran maksimum
adalah untuk memperoleh bentuk bersudut 3). Kadar lempung
4). Kekerasan dan ketahanan
Agregat kasar yaitu agregat dengan Agregat halus yaitu agregat dengan
ukuran terkecil yang tertahan saringan #8 ukuran terkecil tertahan saringan # 200
(2,36 mm). Agregat kasar harus terdiri (0,075 mm), lolos saringan #8 (2,36
dari material bersih, keras, awet yang mm). Agregat halus yang dipakai pada
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak campuran aspal panas jenis Hot Rolled
dikehendaki. Pada campuran Hot Rolled Sheet (HRS) mempunyai peran yang
Sheet (HRS) persentase agregat kasar cukup penting, karena stabilitas yang
adalah kecil, sehingga agregat kasar dihasilkan oleh campuran diharapkan
mengambang (floating) di dalam adukan saling mengunci (interlocking) antar
butir agar dapat meningkatkan stabilitas
Pengumpulan/Persiapan
Bahan dan Alat
Spesifikasi Tidak
Standar
Ya
Mix Design
Uji Marshall
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium batas bawah batu pecah + garis batas
(2004) bawah abu batu = garis batas atas pasir,
Dari hasil pengujian yang telah lalu tarik garis vertikal masing-masing
dilakukan, secara umum agregat yang hingga sama-sama menyentuh garis
digunakan memenuhi persyaratan untuk diagonal. Kemudian baca skala dari
bahan penyusun campuran aspal panas jenis atas selanjutnya dikurangi hasil skala
Hot Rolled Sheet (HRS). baca proporsi batu pecah = skala
proporsi abu batu dengan satuan persen.
5.2.1 Perencanaan Campuran g. Tentukan proporsi pasir dengan cara
100 - skala baca proporsi batu pecah –
Penentuan proporsi tiap-tiap hasil skala baca abu batu, dengan
agregat (batu pecah, abu batu, dan pasir ) satuan persen.
terhadap total agregat dilakukan h. Dari hasil langkah-langkah di atas
dengan menggunakan metode diagonal diperoleh proporsi terhadap total
berdasarkan data analisis saringan masing- agregat yang terdiri dari : % batu
masing agregat. pecah, % abu batu, % pasir.
Prosedur penentuan proporsi Hasil perhitungan penggabungan
terhadap total agregat adalah sebagai agregat dengan menggunakan metode
berikut : diagonal dapat dilihat pada Gambar 5.1
a. Buatlah empat persegi panjang berikut ini.
berukuran 10 x 20 cm atau ukuran lain
dengan perbandingan 1: 2. Berdasarkan hasil perhitungan
b. Sumbu datar digunakan untuk penggabungan agregat yang dilakukan
menunjukkan ukuran saringan, sumbu dengan metode diagonal, selanjutnya
tegak digunakan untuk menunjukkan dilakukan variasi kadar serbuk ban bekas.
persen lolos saringan. Variasi kadar serbuk ban bekas yang dibuat
c. Plotkan hasil analisa saringan rata-rata adalah 2 variasi. Dari perhitungan
batu pecah, abu batu dan pasir. kombinasi yang telah dilakukan, diperoleh
d. Tarik garis diagonal. proporsi campuran yang memenuhi
e. Tentukan proporsi batu pecah, dengan persyaratan gradasi gabungan untuk
melihat plotting untuk batu pecah dan campuran Hot Rolled Sheet (HRS) adalah
abu batu, kemudian tentukan garis seperti pada Tabel 5.3 berikut ini.
Abstrak
Kompleksnya permasalahan dan kritisnya kondisi DAS Barito dapat dilihat dari aspek kuantitas dan
kualitas airnya. Pada musim hujan debit sungai Barito sangat besar dan sangat berbeda jauh dibandingkan
pada saat musim kemarau. Atau dengan kata lain perbedaan debit sungai Barito antara musim hujan dan
musim kemarau sangat besar. Secara visual tingkat kekeruhan sungai Barito sangat tinggi. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kekeruhan air sungai adalah erosi lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya erosi lahan rata – rata per hektar per tahun, untuk
menentukan tingkat bahaya erosi lahan dan untuk mengetahui upaya konservasi yang digunakan pada
masing – masing kecamatan. Lokasi studi pada penilitian ini adalah lahan yang berada di Kecamatan
Dusun Hilir, Karau Kuala dan Dusun Selatan. Ketiga kecamatan tersebut secara administratif merupakan
wilayah Kabupaten Barito Selatan Jika ditinjau dari DASnya Kecamatan Dusun Hilir terdiri dari Sub
DAS Mengkatip, Sub DAS Purun, Sub DAS Sakan Raya dan Sub DAS Ahas,Sub DAS Napu, Sub DAS
Rantau Upak, Sub DAS Puning, Sub DAS Batampang dan Sub DAS Karanen. Kecamatan Karau Kuala
terdiri dari Sub DAS Telang, Sub DAS Karau. Kecamatan Dusun Selatan terdiri dari Sub DAS Mulia, Sub
DAS Madara, Sub DAS Papuang, Sub DAS Perigi.Metode yang digunakan untuk menganalisa besarnya
erosi lahan adalah MUSLE. Adapun variabel pada metode ini adalah limpasan permukaan (Rw), indeks
erodibilitas (K), kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman ( C ) dan upaya konservasi (P). Data
sekunder yang diperlukan pada studi ini adalah data curah hujan, data tanah, data iklim dan data topografi.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh kesimpulan besarnya erosi lahan di Wilayah Kecamatan Karau Kuala
57,0294 ton / ha / tahun, Kecamatan Dusun Selatan 45,35203 ton / ha / tahun dan Kecamatan Dusun Hilir
21,6514 ton / ha / tahun. Tingkat bahaya erosi lahan yang ada di Wilayah Kecamatan Dusun Hilir adalah :
55,55 % sangat ringan dan 44,45 % ringan . Kecamatan Karau Kuala adalah : 63,64 % ringan; 18,18 %
sedang dan 18,18 % berat. Kecamatan Dusun Selatan adalah 42,30 % sangat ringan; 19,23 % ringan;
26,93 % sedang dan 11,54 % berat. Sehingga upaya konservasi untuk Kecamatan Karau Kuala,
Kecamatan Dusun Hilir dan Kecamatan Dusun Selatan adalah dengan upaya vegetatif untuk kondisi TBE
sangat ringan, ringan dan sedang sedangkan untuk kondisi TBE berat upaya konservasinya adalah
kombinasi antara vegetatif dan mekanis.
1. PENDAHULUAN
pengelolaan DAS Barito masalahnya
1.1 Latar Belakang adalah erosi dan sedimentasi.
Kompleksnya permasalahan dan Perkembangan erosi dan sedimentasi
kritisnya kondisi Sungai Barito dapat adalah akibat perkembangan penduduk
dilihat dari aspek kuantitas dan kualitas dan perubahan fungsi lahan. Penggunaan
air. Secara kuantitas debit air sangat lahan yang melampaui batas kemampuan
besar, sedangkan pada musim kemarau akan memungkinkan bertambahnya
debit air sangat sedikit sehingga sangat erosi. Pemahaman proses erosi dan
sulit untuk dilayari, sedangkan pada sedimentasi akan membantu dalam usaha
musim hujan permukaan air sungai tinggi perbaikan DAS.
mengakibatkan kota-kota dan desa-desa
1.2 Lokasi Penelitian
di sepanjang alur Sungai Barito terkena
Lokasi studi pada penilitian ini adalah
banjir.
lahan yang berada di Kecamatan Dusun
Secara kualitas kondisi air sangat buruk,
Hilir, Karau Kuala dan Dusun Selatan.
hal ini berarti pada daerah pengaliran
Ketiga kecamatan tersebut secara
Sungai Barito telah terjadi erosi yang
administratif merupakan wilayah
cukup signifikan. Sehingga dalam
Kabupaten Barito Selatan. Jika ditinjau
Helmuth Tanggara, (2005), Tesis Studi Erosi dan Wani Hadi Utomo, (1994), Erosi dan Konservasi
Konservasi DAS Katingan Hulu, Program Tanah, Penerbit IKIP Malang, Malang.