net/publication/333632791
CITATIONS READS
0 3,048
7 authors, including:
Muhammad Aswin
University of Sumatera Utara
26 PUBLICATIONS 111 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Aswin on 05 June 2019.
Muhammad Aswin
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Abstrak : Besi-besi beton yang terdapat di pasaran, sering dijumpai tidak dalam keadaan lurus lagi
tetapi sudah dalam keadaan dibengkokkan. Hal ini sulit dihindari, akibat dari keterbatasan yang ada
(seperti masalah pengangkutan, panjang kendaraan pengangkut lebih pendek daripada panjang besi
beton), kesalahan perangkaian di workshop maupun faktor kesengajaan (seperti pembengkokan
besi beton untuk kemudahan pekerjaan di lapangan) dan sebagainya. Besi-besi beton yang sudah
dibengkokkan tersebut, biasanya diluruskan kembali sebelum digunakan. Kondisi besi-besi beton
yang demikian jika digunakan pada struktur beton bertulang, maka akan berpengaruh pada
kekuatan lentur dan daktilitasnya sehingga perlu sekali diadakan penelitian pada besi beton yang
sudah dibengkokkan tersebut. Pada penelitian ini, digunakan besi beton (tulangan baja ulir)
berdiameter 12 mm dengan Sudut Pembengkokan 900 dan 1800 (Diameter Dalam Pembengkok yang
berbeda yaitu masing-masing 59,8 mm dan 10,3 mm) . Besi beton yang sudah dibengkokkan
kemudian dibiarkan beberapa hari dan setelah itu diluruskan kembali. Selanjutnya dilakukan uji
tarik pada besi-besi beton tersebut. Hasilnya ternyata memberikan keadaan dan nilai kuat tarik serta
daktilitas yang berbeda terhadap karakter uji tarik pada besi beton tanpa pembengkokan.
Kata Kunci : Pembengkokan Besi Beton, Sudut Pembengkokan, Diluruskan, Kuat Tarik, Daktilitas.
Untuk besi beton yang tidak mengalami Kondisi tersebut menjelaskan bahwa
pembengkokan, tegangan lelehnya dapat nilai tegangan leleh dan ultimit besi beton
ditentukan langsung dari grafik (Gambar 5.1). menjadi lebih besar akibat pembengkokan.
Sedangkan untuk besi beton yang sudah Tegangan terbesar diperoleh dari
mengalami pembengkokan (Gambar 5.2 dan pembengkokan Tipe c, kemudian Tipe d dan
Gambar 5.3), tegangan lelehnya diperoleh Tipe b, yang masing-masing nilainya
dengan Metode Offset. dibandingkan terhadap Tipe a.
Berdasarkan nilai-nilai yang terdapat Nilai over strength factor yang
pada Tabel 5.1 dan Grafik-grafik Tegangan- dihasilkan rata-rata sedikit lebih besar dari 1,4.
Regangan di atas, dapat dilihat bahwa besi Nilai tertinggi diberikan oleh Tipe a, kemudian
beton yang telah mengalami pembengkokan Tipe b, lalu Tipe d dan terendah pada Tipe c.
memberikan nilai tegangan leleh dan ultimit Nilai-nilai ini cukup sesuai dengan peraturan
yang lebih besar dibandingkan dengan nilai SK SNI T-15-1991-03 yang menyatakan bahwa
tegangan dari besi beton yang normal (yang faktor yang memperhitungkan pengaruh
belum mengalami pembengkokan). penambahan kekuatan maksimal dari tulangan
Hal ini karena akibat pembengkokan, baja terhadap kuat leleh, ditetapkan sebesar 1,4
menyebabkan besi beton mengalami untuk fy yang lebih besar dari 400 MPa.
peregangan. Regangan yang terjadi bisa sebesar Selain tegangan yang dihasilkan
regangan leleh besi beton yang normal atau bisa menjadi lebih besar, ternyata besi beton yang
lebih besar sehingga besi beton tersebut sudah dibengkokkan juga memberikan
mengalami penguatan regangan (strain regangan leleh yang lebih besar dibandingkan
hardening) dan juga mengalami penuaan dengan nilai regangan leleh dari besi beton
regangan (strain aging) akibat besi beton yang yang normal (yang belum mengalami
telah dibengkokkan didiamkan beberapa hari. pembengkokan). Tetapi kapasitas regangan
Setelah mengalami pembengkokan, uji patahnya (fracture) mengalami penurunan.
tarik memberikan kondisi bahwa tegangan yang Proses pembengkokan menyebabkan
terjadi tidak dimulai dari titik nol tetapi dimulai besi beton mengalami peregangan dan setelah
dari titik saat pemberian beban pembengkokan pelurusan kembali (beban pembengkokan
terakhir yang dilepas (dimulai dari nilai dilepas) maka kurva saat pelepasan beban ini
regangan tertentu). Garis tegangan selanjutnya akan sejajar dengan kurva elastis pertama dan
sejajar dengan garis linier tegangan awal dan kembali ke titik nol tegangan, tetapi sudah
nilai tegangannya meningkat dibandingkan mengalami regangan dengan nilai tertentu.
terhadap nilai pada kondisi normal.
VII. Saran
1. Untuk mengetahui informasi yang lebih
lengkap tentang pengaruh pembengkokan
besi beton terhadap peningkatan tegangan
dan turunnya daktilitas, sebaiknya
digunakan sampel yang lebih banyak,
diameter dan jenis besi beton yang
bervariasi, serta sudut pembengkokan dan
diameter dalam yang berbeda-beda.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian terhadap
kuat lentur balok beton bertulang yang
menggunakan besi-besi beton yang telah
mengalami pembengkokan-pelurusan
kembali (strain aging), yang dibandingkan
terhadap balok beton normal.