87
Tabel 3.1 Properti Mekanik Beberapa Bahan Material Kontruksi
88
Gambar 3.1. Grafik Tegangan dengan Regangan.
B. Kriteria Perancangan
1. Material
Bahan material yang digunakan dalam pembuatan model jembatan antara
lain:
a. Baja
Struktur utama sebagai bahan konstruksi dalam pembuatan
model Jembatan KEDAR adalah menggunakan material baja. Baja
adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja
berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai gradenya. Fungsi
karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja
89
karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak
digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon
adalah (titanium), krom (chromium), nikel, vanadium, cobalt dan
tungsten (wolfram). Dengan memvariasikan kandungan karbon dan
unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun
di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan
keuletannya (ductility).
Selain kapasitas baja untuk menahan beban berat selama masa
layan, perencanaan juga harus memasukkan faktor arsitektur.
berdasarkan pertimbangan itu
Selain itu jembatan baja juga memiliki kelebihan daripada
material lain seperti beton, kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Besi baja mempunyai kuat tarik dan kuat tekan yang tinggi,
sehingga dengan material yang sedikit bisa memenuhi kebutuhan
struktur.
2) Keuntungan lain bisa menghemat tenaga kerja karena besi baja
diproduksi di pabrik, sehingga di lapangan hanya tinggal
pemasangannya saja.
3) Setelah selesai masa layan, besi baja bisa dibongkar dengan
mudah dan dipindahkan ke tempat lain, setelah masa layan,
jembatan baja bisa dengan mudah diperbaiki dari karat yang
menyebabkan penurunan kekuatan strukturnya.
4) Pemasangan jembatan baja di lapangan lebih cepat dibandingkan
dengan jembatan beton dan memerlukan ruang yang relatif kecil
di lokasi konstruksi. Ini adalah salah satu keuntungan dari
jembatan baja ketika lokasi itu berhubungan dengan lokasi proyek
padat dan sempit.
5) Rendahnya biaya pemasangan, jadwal konstruksi yang lebih
cepat, dan keselamatan kerja sewaktu pemasangan lebih terjamin.
90
b. Multiplek
Yohanes, dkk (2012). Mendefinisikan Multiplek adalah sejenis
papan yang dibuat di pabrik yang terdiri dari papan kayu (Veneer
kayu) yang direkatkan bersama-sama. Triplek merupakan salah satu
produk kayu yang sering digunakan. Triplek bersifat fleksibel, murah,
dapat dibentuk, dapat didaur ulang, dan tidak memiliki teknik
pembuatan rumit.
2. Alat Sambung
Alat sambung yang digunakan di dalam perancangan struktur
jembatan model ini adalah baut, hal ini sesuai dengan peraturan
Kompetisi Jembatan Indonesia ke-11, dimana sambungan antar elemen
rangka batang hanya diperbolehkan menggunakan sambungan baut, tidak
menggunakan sambungan las.
Sesuai dengan pengetahuan dasar ketekniksipilan bahwa prinsip
dari struktur rangka batang adalah setiap sambungan pada elemen-
elemennya berupa sambungan sendi, dimana sendi tidak menahan
momen, maka dari itu gaya yang bekerja pada rangka batang hanyalah
gaya aksial. Sesuai dengan desain orientasi baut, maka akibat gaya aksial
ini kita perlu menentukan tahanan geser dari baut yang kita gunakan.
Namun, ada beberapa elemen pada rangka batang yang tidak
hanya menerima gaya aksial saja, misalnya saja pada batang melintang
91
(cross girder) dimana uji pembebanan akan dilakukan. Perilaku dari
cross girder ini adalah batang lentur, sehingga memungkinkan terjadinya
kombinasi antara geser dan tarik pada baut, tarik yang terjadi diakibatkan
oleh momen lentur yang bekerja akibat gaya luar. Maka dari itu, kita juga
harus menentukan tahanan baut terhadap kombinasi momen dan geser
dengan cara mengetahui kekuatan tarik dan geser dari baut.
3. Beban
Berdasarkan peraturan Kompetisi Jembatan Indonesia ke-11
beban uji model jembatan telah ditetapkan sebesar 50-400 kg di tengah
bentang dengan lendutan izin sebesar 7,5 mm dan kembali dibebani
sebesar 50-400 kg di seperempat bentang. Untuk berat model jembatan
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Tabel Berat Jembatan Model
Berat
No Jenis Struktur Bahan
(kg)
1 Frame atas Baja
4. Metodologi Perancangan
Perancangan struktur merupakan modelisasi dari ukuran
sebenarnya dengan perbandingan skala model 1:6. Metode perancangan
KEDAR Bridge dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam perancangan model disajikan dalam gambar 3.3 berikut
92
Start
Finish
C. Sistem Struktur
D. Modelisasi Struktur
94
Gambar 3.5 Define Grid Data
96
4. Definisikan kombinasi-kombinasi pembebanan yang akan mempengaruhi
kinerja struktur jembatan.
97
Gambar 3.11 Input Tumpuan Rol
6. Release frame pada joint struktur rangka. Hal ini sangat penting agar
elemen-elemen yang terdapat pada struktur rangka hanya akan mendapat
gaya dalam tekan dan tarik tetapi tidak ada gaya dalam momen.
98
Gambar 3.14 Pemodelan Frame Release pada Software SAP2000
7. Input beban yang akan diberikan pada struktur. Pada pemodelan jembatan
KEDAR, pembebanan akan dilakukan dalam dua tahap yaitu pada
setengah bentang dan seperempat bentang. Beban yang diberikan berupa
beban merata yang akan diberikan pada gelagar melintang.
101
Gambar 3.19 Set Analysis Cases to Run
E. Analisis Struktur
1. Pembebanan
a. Beban Primer
1) Beban mati
2) Beban hidup
102
3) Beban kejut
b. Beban Sekunder
1) Beban angin
c. Beban Khusus
1) Gaya sentrifugal
Beban mati adalah beban yang diakibatkan oleh berat struktur itu
sendiri dan juga beban yang diakibatkan oleh elemen-elemen non-struktural
yang tetap ada pada sistem struktur tersebut. Pada pemodelan jembatan
KEDAR, yang termasuk dalam beban mati adalah:
104
Gambar 3.20 Gaya dalam aksial akibat pembebanan di seperempat bentang
105
Gambar 3.22 Gaya dalam momen akibat pembebanan di seperempat bentang
106
Gambar 3.23 Gaya dalam aksial akibat pembebanan di setengah bentang
107
Frame vertikal
Frame diagonal
Frame atas
Gelagar melintang
Gelagar memanjang
Bracing
108
Pada tabel diatas diambil gaya-gaya dalam terbesar yang akan dijadikan
sebagai acuan untuk menentukan luas penampang profil yang efisien.
Gaya-gaya dalam terbesar ini juga yang nantinya akan digunakan sebagai
acuan dalam mendesain sambungan yang berupa baut dan pelat.
3. Analisis Lendutan
Sesuai peraturan lendutan pada panduan KJI ke-XI, lendutan yang
diizinkan untuk jembatan model sepanjang 6m adalah sebagai berikut:
𝐿 600
𝛿=
800 mm = 800 = 0,75 mm
Perhitungan lendutan di atas juga akan menjadi salah satu acuan untuk
mendesain komponen agar dengan penampang yang efisien namun tetap
kuat menahan gaya luar yang terjadi dan tidak melebihi lendutan yang
diizinkan.
Desain Komponen
1. Perencanaan Batang Tarik
a) Spesifikasi:
Nu = 2818 N
109
L = 500 mm
Pilih profil, mutu baja BJ 41
Nu ≤ 0,9 x Ag x fy
𝑁𝑢 2818
2
Ag perlu ≥ 0,9 𝑥 𝑓𝑦 = 0,9𝑥250 = 12,5244 𝑚𝑚
Dipilih profil siku 30x30x3
Spesifikasi profil:
2
Ag = 174 𝑚𝑚
rx = ry = 9
fy = 250 Mpa
fu = 410 Mpa
b) Cek Penampang
𝐿
λ= 𝑖
𝐼𝑚𝑖𝑛
i= 𝐴
c) λ ≤ 240
𝐿 500
𝑟
λ = 𝑚𝑖𝑛 = 9 = 55,55556 < 240
(memenuhi sebagai komponen utama)
d) Sambungan Baut
Ukuran lubang (SNI 03-1729-2002, pasal 17.3.6)
d = 6,35 mm
d ≤ 24 mm
d+2 = 8,35 mm
An = Ag – (n x d x t)
2
An = 174 – (1 x 8,35 x 3) = 148,95 𝑚𝑚
Kontrol luas lubang (harus ≤ 15%)
2
Luas lubang = Ag – An = 174 – 148,95 = 25,05 𝑚𝑚
110
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
Persentase luas lubang = 𝐴𝑔 x 100%
25,05
= 174 x 100% = 14,4% ≤ 15% → OK !!
e) Menghitung Kuat Rencana
ϕNn = 0,75 x Ae x fu
= 0,75 x 148,95 x 410 = 45802,13 N= 45,80213 kN
ϕNn = 0,90 x Ag x fy
= 0,90 x 174 x 250 = 39150 N = 39,150 kN
→ ϕNn yang dipakai sebagai kuat rencana adalah yang terkecil
f) Cek Keamanan
ϕNn = 39,150 ≥ Nn = 2,818 kN → OK !!
111
ϕNu = 21,59775 > Nu = 2,818 kN
112
𝐿𝑘
𝑖
Asumsi : 𝑚𝑖𝑛 = 100 < 200
500
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 100 = 5 mm
b) Faktor Tekuk
𝐿𝑘 𝑓𝑦 500 250
λc =
𝜋 𝑥 𝑖𝑚𝑖𝑛 x 𝐸 = 𝜋 𝑥 5 x 200000 = 1,125966
1,43 1,43
ω = 1,6 ‒ (0,67 𝑥 𝜆𝑐) = 1,6 ‒ (0,67 𝑥 1,125966) = 1,691102
c) Menentukan Ag
𝑁𝑢 5639
𝑓𝑦 250
𝜙𝑥 0,85 𝑥
Ag ≥ 𝜔 = 1,691102 = 44,87587 𝑚𝑚2
d) Pilih Profil
Dipilih profil siku 30x30x3
2
Ag = 174 𝑚𝑚
b = 30 mm
i min= 9 mm
t = 3 mm
e) Cek Kelangsingan Penampang
𝑏 30
λ = 𝑡 = 3 = 10
170 170
λp = 𝑓𝑦 = 250 = 10,75174
370 370
λr = 𝑓𝑦 ‒ 𝑓𝑟 = 250 ‒ 70 = 27,57817
λ < λp < λr → Penampang kompak dan stabil
f) Menghitung Kuat Rencana
𝐿𝑘 𝑓𝑦 500 250
λc =
𝜋 𝑥 𝑖𝑚𝑖𝑛 x 𝐸 = 𝜋 𝑥 9 x 200000 = 0,625537
113
1,43 1,43
ω = 1,6 ‒ (0,67 𝑥 𝜆𝑐) = 1,6 ‒ (0,67 𝑥 0,625537) = 1,210951
𝑓𝑦 250
ϕNn = 0,85 x Ag x 𝜔 = 0,85 x 174 x 1,210951 = 30533,86 N
= 30,53386 kN
g) Cek Keamanan
ϕNn = 30,53386 ≥ Nn = 5,639 kN → OK !!
114
250 250
λr = 𝑓𝑦 = 250 = 15,8113883
λ < λr → Penampang tak kompak
Karena penampang tak kompak maka kapasitas momen nominal tidak
mencapai momen plastisnya
d) Perhitungan momen nominal dan momen residual
Mp = Zx x fy = 3272,5 x 250 = 818125 N.mm
Mr = (fy – fr) x Sx = (250-70) x 1910 = 343800 N.mm
𝜆𝑟 ‒ 𝜆 𝜆 ‒ 𝜆𝑝
Mn = 𝜆𝑟 ‒ 𝜆𝑝 x Mp + 𝜆𝑟 ‒ 𝜆𝑝 x Mr
15,8113883 ‒ 8 8 ‒ 0
= 15,8113883 ‒ 0 x 818125 + 15,8113883 ‒ 0 x 343800
= 578133,424 N.mm
ϕMn = 0,9 x Mn = 0,9 x 578133,424 = 520320,081 N.mm
= 0,52032 kN.m
e) Cek kekuatan
ϕMn = 0,52032 kN.m ≥ Mu = 0,4086 → OK !!
115
Untuk memudahkan dalam analisis, maka akan dibuat tabel pengecekan
komponen sebagai berikut:
Tabel 3.6 Gaya dalam yang terjadi akibat pembebanan setengah bentang
P (kN) V2 (kN) M3 (kN.m)
Frame Profil
Tarik Tekan Maks Min Maks Min
Siku
Frame Atas 0 5,639 - - - - 30x30x3
Gelagar Siku
Memanjang 2,818 0,31 0,12 0,12 0,0299 0,0299 30x30x3
Frame Siku
Vertikal 1,199 1,1 - - - - 25x25x3
Frame Siku
Diagonal 1,34 1,34 - - - - 20x20x3
Gelagar Siku
Melintang 0,005214 0,136 2,452 0,0000161 0,000008052 0,4086 40x40x5
Siku
Bracing 0,057 0,05 0,003011 0,0028 0,0016 0,0017 20x20x3
Tabel 3.7 Gaya dalam yang terjadi akibat pembebanan seperempat bentang
P (kN) V2 (kN) M3 (kN.m)
Frame
Tarik Tekan Maks Min Maks Min
Frame Atas 0 7,218 0 0 0 0
Gelagar Memanjang 3,862 0,672 0,103 0,179 0,0448 0,0448
Frame Vertikal 2,104 2,385 0 0 0 0
Frame Diagonal 2,716 2,716 0 0 0 0
Gelagar Melintang 0,003315 0,368 3,432 3,433 0,286 0,5722
Bracing 0,124 0,115 0,002597 0,00451 0,0025 0,0025
Tabel 3.8 Kapasitas gaya dalam yang dapat diterima oleh penampang
Kapasitas
Frame Cek
Tarik (kN) Tekan (kN) V2 (kN) M3 (kN.m)
Frame Atas - 30,53386074 - - OK !!
Gelagar
Memanjang 39,15 30,53386074 12,15 0,141447962 OK !!
Frame Vertikal 31,95 23,14967813 - - Ok !!
Frame
Diagonal 25,2 14,73337278 - - Ok !!
Gelagar
Melintang 85,275 54,70554921 27 0,520320081 OK !!
Bracing 25,2 4,182506681 8,1 0,080222274 Ok !!
Desain Sambungan
116
Hal yang paling penting diperhatikan dalam perencanaan suatu
sambungan adalah kekuatan baut dan pelat buhul. Karena dalam sistem
struktur rangka batang, seluruh beban yang diterima oleh sistem struktur akan
didistribusikan ke joint-joint rangka batang tersebut sehingga sebisa mungkin
kekuatan sambungan harus lebih besar dari kekuatan elemen batang itu
sendiri. Berikut ini adalah contoh perhitungan sambungan untuk jembatan
model:
Dari ketiga nilai di atas diambil nilai terendah untuk dijadikan sebagai
perencanaan
Nilai terendah = 3,531305941 kN
Ru ≤ ϕ Rn
ϕRn = 0,85 x Rn = 3,0016100502 kN
Setelah didapatkan nilai kekuatan untuk satu buahbaut, maka selajutnya akan
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan jumlah baut pada tiap-tiap
elemen. Berikut adalah tabel perhitungan jumlah baut:
Nu /
Frame Nu Baut
ϕRn
𝑓
0,4 x 𝑢𝑏 x Φ x m = 0,4 x 297,5 x 0,75 x 1 = 89,25 Mpa
𝑓𝑢𝑣 < 0,4 x 𝑓𝑢𝑏 x Φ x m → OK !!
Sesuai dengan tema yang diangkat pada lomba KJI ke-11yaitu “Jembatan
Kokoh, Ringan, dan Ramah Lingkungan, berikut adalah pendefinisian tema
dengan perancangan jembatan:
1. Kokoh
Kokoh berarti jembatan harus mampu menahan beban-beban yang
bekerja pada sistem struktur tersebut, selain itu jembatan juga harus
memiliki lendutan dibawah batas lendutan yang diizinkan. Setelah
dilakuan analisis perhitungan struktur jembatan, ternyata jembatan
tersebut mampu menahan beban rencana yang bekerja yaitu sebesar
500kg dan mengalami lendutan sebesar 3,5735 mm ditengah bentang,
lendutan tersebut lebih kecil dari lendutan yang diizinkan yaitu sebesar
7,5 mm. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa jembatan
tersebut “kokoh” karena mampu menahan beban yang bekerja dan tidak
mengalami lenduta lebih dari yang diizinkan.
2. Ringan
Dalam perencanaan jembatan ini, penentuan penampang untuk masing-
masing elemen dan sambungan dilakukan dengan se-efisien mungkin
dengan memperhitungkan gaya-gaya dalam yang dihasilkan dari aksi
beban yang diberikan. Dan setelah dilakukan analisis secara bertahap
sampai menemukan dimensi penampang yang efisien, ternyata jembatan
tersebut mempunyai berat 187,14 kg. Berat jembatan tersebut tidak
melebihi dari berat maksimal jembatan yang ditentukan dalam peraturan
lomba yaitu seberat 210kg. Dengan demikian berarti jembatan tersebut
dapat dikatakan sebagai sistem struktur yang “ringan”.
120
3. Ramah Lingkungan
Dalam merencanakan komponen-komponen yang efisien, selain untuk
aspek ekonomi, hal ini juga bertujuan untuk meminimalkan pengadaan
bahan material yang diambil dari alam. Dan saat melakukan proses
konstruksi, bahan yang diambil adalah bahan yang benar-benar akan
dipakai karena telah diperhitungkan secara teliti. Hal ini bertujuan untuk
menghindar adanya sisa-sisa bahan material yang tidak digunakan yang
dapat mencemari dan merusak lingkungan.
121