Anda di halaman 1dari 112

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, material struktur bangunan
semakin berkembang, hal ini dapat terlihat dari banyaknya teknologi material
yang memadukan beberapa unsur menjadi satu dengan kekuatan yang dapat
menahan beban lebih tinggi. Baja sebagai bahan yang digunakan dalam struktur
bangunan telah lama digunakan, hal ini karena baja merupakan salah satu bahan
bangunan yang sangat kuat. Kekuatan yang tinggi per satuan berat ini membuat
potensi beban matinya cukup kecil. Perencanaan struktur baja harus
dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur mengenai perilaku struktur
dengan dasar-dasar pengetahuan dalam statika, dinamika,mekanika bahan dan
analisa struktur untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman,
selama masa layannya.
Banyaknya permintaan pembuatan rangka atap bangunan tingkat tinggi,
rangka jembatan, dan lain sebagainya membuat baja sebagai material struktur
sangat diandalkan guna untuk menunjang kekuatan, kekokohan, fleksibilitas, dan
tidak kalah penting baja digunakan karena pada umumnya bahan baja memiliki
daya tahan yang lebih lama dibandingkan dengan material struktur lainnya.
Kekuatan baja sebagai bahan bangunan tidak terlepas dari perencanaan awal
atau perencanaan struktur seorang pendesign. Oleh karena itu dalam kenyataannya
proses penggunaan baja pada bangunan perlu di optimalkan dan dirancang
sedemikian rupa utamanya pada penggunaan baja untuk atap bangunan perlu
dirancang mulai dari pemilihan profil baja kanal untuk perencanaan gording,
perencanaan dimensi batang dan lain sebagainya. Perhitungan struktur baja
tentunya harus melibatkan prinsip-prinsip ilmiah yang dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan disini berupa pemilihan kanal
yang tepat dan profil yang memenuhi syarat, sesuai dengan tujuan dari
perencanaan struktur menurut tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan
gedung (SNI-03-1729-2002) yaitu menghasilkan suatu struktur baja yang kuat,
stabil, mampu layan, awet dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya. Dengan demikian
2

penulis menulis laporan hasil rancangan struktur atap bangunan mengunakan


material baja dengan perhitungan pembebanan pada tiap jenis beban.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan ini membahas mengenai :
1. Perhitungan panjang batang
2. Perhitungan dimensi gording
3. Perhitungan dimensi trackstang
4. Perhitungan dimensi ikatan angin
5. Perhitungan konstruksi perletakan
6. Perhitungan gaya-gaya batang menggunakan SAP dan Cremona
7. Perhitungan dimensionering kuda-kuda
8. Perhitungan Sambungan
9. Gambar kuda-kuda
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya :
1. Bagaimana hasil perhitungan panjang batang pada konstruksi atap kuda-kuda
tipe C ?
2. Bagaimana hasil perhitungan dimensi gording pada konstruksi atap kuda-
kuda tipe C ?
3. Bagaimana hasil perhitungan dimensi trackstang pada konstruksi atap kuda-
kuda tipe C?
4. Bagaimana hasil perhitungan dimensi ikatan angin pada konstruksi atap kuda-
kuda tipe C ?
5. Bagaimana hasil perhitungan konstruksi perletakan rangka batang pada
konstruksi atap kuda-kuda tipe C ?
6. Bagaimana hasil perhitungan gaya-gaya batang menggunakan metode sap dan
cremona pada kuda-kuda tipe C?
7. Bagaimana hasil perhitungan dimensionering batang kuda-kuda pada
konstruksi atap kuda-kuda tipe C?
8. Bagaimana hasil perhitungan sambungan baut pada konstruksi atap kuda-
kuda pada kuda-kuda tipe C ?
3

9. Bagaimana hasil penggambaran kuda-kuda dan detail sambungan baut


dengan pembebanan yang telah diperhitungkan pada konstruksi atap kuda-
kuda tipe C?
1.4 Tujuan Laporan
Berdasarkan permasalahan diatas, dapat dirumuskan beberapa tujuan
penulisan laporan ini, diantaranya :
1. Pembaca dapat memahami hasil perhitungan panjang batang pada
konstruksi atap kuda-kuda tipe C.
2. Pembaca dapat memahami hasil perhitungan dimensi gording pada
konstruksi atap kuda-kuda tipe C.
3. Pembaca dapat memahami hasil perhitungan dimensi trackstang pada
konstruksi atap kuda-kuda tipe C.
4. Pembaca dapat memahami hasil perhitungan dimensi ikatan angin pada
konstruksi atap kuda-kuda tipe C.
5. Pembaca dapat memahami hasil perhitungan konstruksi perletakan rangka
batang pada konstruksi atap kuda-kuda tipe C.
6. Pembaca dapat memahami hasil perhitungan gaya-gaya batang
menggunakan metode sap dan cremona pada konstruksi atap kuda-kuda
tipe C.
7. Pembaca dapat memahami hasil perhitungan dimensionering batang kuda-
kuda pada konstruksi atap kuda-kuda tipe C.
8. Pembaca dapat memahami hasil perhitungan sambungan baut pada
konstruksi atap kuda-kuda pada kuda-kuda tipe C .
9. Pembaca dapat memahami dan mengetahui hasil penggambaran kuda-kuda
dan detail sambungan baut dengan beban yang telah diperhitungkan.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan ini terdiri dari cover, kata pengantar,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, BAB I Pendahuluan yang meliputi latar
belakang, ruang lingkup laporan, rumusan masalah, tujuan laporan, dan
sistematika penulisan, kemudian dalam BAB II membahas mengenai kajian
pustaka yang didalamnya terdapat kajian-kajian umum mengenai konstruksi baja,
BAB III Rancangan konstruksi atap baja yang didalamnya terdapat rumus-rumus
4

yang pergunakan dalam perhitungan perencanaan konstruksi, BAB IV


perhitungan konstruksi atap baja, BAB V kesimpulan dan saran, Daftar Pustaka,
dan Lampiran.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Baja
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar
antara 0,2% hingga 2,1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja
adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi
kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam
karena berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya
sabit dan cangkul. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon
adalah titanium, krom (chromium), nikel, vanadium, cobalt dan tungsten
(wolfram). Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya,
berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada
baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile
strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta
menurunkan keuletannya (ductility) (Anonimous A, 2012).
Menurut komposisi kimianya baja karbon dapat klasifikasikan menjadi tiga,
yaitu :
1. Baja karbon rendah dengan kadar karbon 0,05% - 0,30% C
Sifatnya muda ditempa dan mudah di kerjakan pada proses permesinan.
Penggunaannya untuk 6 komposisi 0,05% - 0,20% C biasanya untuk bodi mobil,
bangunan, pipa, rantai, paku keeling, sekrup, paku dan komposisi karbon 0,20% -
0,30% C digunakanm untuk roda gigi, poros, baut, jembatan, bangunan.
2. Baja karbon menengah dengan kadar karbon 0,30% - 0,60%
Kekuatannya lebih tinggi dari pada baja karbon rendah. Sifatnya sulit untuk
dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan untuk kadar karbon 0,30% - 0,40%
untuk batang penghubung pada bagian automotif. Untuk kadar karbon 0,40% -
0,50% digunakan untuk rangka mobil, crankshafts, rails, ketel dan obeng. Untuk
kadar karbon 0,50% - 0,60% digunakan untuk palu dan eretan pada mesin.
3. Baja karbon tinggi dengan kandungan 0,60% - 1,50% C
Kegunaannya yaitu untuk pembuatan obeng, palu tempa, meja pisau, rahang
ragum, mata bor, alat potong, dan mata gergaji, baja ini untuk pembuatan baja
6

perkakas. Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong (Arifin dkk, 2008).
Sedangkan menurut kadar zat arangnya, baja dibedakan menjadi tiga kelompok
utama baja bukan paduan yaitu baja dengan kandungan kurang dari 0,8% C (baja
hypoeutectoid), himpunan ferrit dan perlit (bawah perlitis), baja dengan
kandungan 0,8% C (baja eutectoid atau perlitis), terdiri atas perlit murni, dan baja
dengan kandungan lebih dari 0,8% C (baja hypereutectoid), himpunan perlit dan
sementit (atas perlitis) (Mulyadi, 2010)
2.2 Pengaruh Unsur Paduan pada Baja
Menurut Mulyadi (2010) Pengaruh unsur-unsur paduan dalam baja adalah
sebagai berikut :
1. Silisium (Si)
Silisium terkandung dalam jumlah kecil di dalam semua bahan besi dan
dibubuhkan dalam jumlah yang lebih besar pada jenis-jenis istimewa.
Meningkatkan kekuatan, kekerasan, kekenyalan, ketahanan aus, ketahanan
terhadap panas dan karat, dan ketahanan terhadap keras. Tetapi menurunkan
regangan, kemampuan untuk dapat ditempa dan dilas.
2. Mangan (Mn)
Mangan dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan, kemampuan untuk dapat
di temper menyeluruh, ketahanan aus, penguatan pada pembentukan dingin, tetapi
menurunkan kemampuan serpih.
3. Nikel (Ni)
Nikel dapat meningkatkan keuletan, kekuatan, pengerasan menyeluruh,
ketahanan karat, tahanan listrik (kawat pemanas), tetapi menurunkan kecepatan
pendinginan regangan panas.
4. Krom (Cr)
Krom dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan, batas rentang ketahanan
aus, kemampuan diperkeras, kemampuan untuk dapat ditemper menyeluruh,
ketahanan panas, kerak, karat dan asam, pemudahan pemolesan, tetapi
menurunkan regangan (dalam tingkat kecil).
5. Molibdenum (Mo)
Mo dapat meningkatkan kekuatan tarik, batas rentang, kemampuan untuk
dapat ditemper menyeluruh, batas rentang panas, ketahanan panas dan batas
7

kelelahan, suhu pijar pada perlakuan panas, tetapi menurunkan regangan,


kerapuhan pelunakan.
6. Kobalt (Co)
Co dapat meningkatkan kekerasan, ketahanan aus, ketahanan karat dan
panas, daya hantar listrik dan kejenuhan magnetis.
7. Vanadium (V)
Vanadium dapat meningkatkan kekuatan, batas rentang, kekuatan panas,
dan ketahanan lelah, suhu pijar pada perlakuan panas, tetapi menurunkan
kepekaan terhadap sengatan panas yang melewati batas pada perlakuan panas.
8. Wolfram (W)
Wolfram dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan, batas rentang, kekuatan
panas, ketahanan terhadap normalisasi dan daya sayat, tetapi menurunkan
regangan.
9. Titanium (Ti)
Titanium dapat memiliki kekuatan yang sama seperti baja, mempertahankan
sifatnya hingga 400 C, karena itu merupakan kawat las.
2.3 Sifat Mekanik Bahan Baja
Untuk mengetahui sifat mekanik baja dilakukan pengujian tarik terhadap
benda uji, dengan memberikan gaya tarikan sampai benda uji menjadi putus.
Tegangan diberikan dengan persamaan gaya dibagi luas penampang, (f/A), dan
regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang benda
uji, (L/L), dan hasil pengujian dilukiskan pada gambar berikut.

Gambar 2.1 (a) Benda uji, dengan uji tarik, (b) dan (c) bersifat liat
(ductile), (d) bersifat rapuh/getas (brittle).
8

Tabel 2.1 Sifat mekanik tiap jenis baja


Jenis Tegangan Putus Tegangan Leleh Peregangan
Baja Minimum, fu (Mpa) Minimum Fy (Mpa) Minimum (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13

Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan


ditetapkan (SNI 03- 1729-2002) sebagai berikut:
1. Modulus elastisitas : E = 200.000 Mpa
2. Modulus geser : G = 80.000 Mpa
3. Nisbah poisson : μ = 0,3
4. Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6 /oC
2.4 Kelebihan Dan Kelemahan Baja Sebagai Material Struktur
Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu struktur bangunanadalah
pemilihan jenis material yang akan digunakan. Jenis-jenis material yang selama
ini dikenal dalam dunia konstruksi antara lain baja, beton bertulang, serta kayu.
Material baja sebagai bahan konstruksi telah digunakan sejak lama mengingat
beebrapa keunggulannya dibandingkan material yang lain. Beberapa keunggulan
baja sebagai material konstuksi antara lain adalah :
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi
Sehingga dapat mengurangi ukuran struktur serta mengurangi pula berat
sendiri dari struktur. Hal ini cukup menguntungkan bagi struktur-struktur
jembatan yang panjang, gedung yang tinggi atau juga bangunan-bangunanyang
berada pada kondisi tanah yang buruk.
2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi
Tidak seperti halnya material beton bertulang yang terdiri dari berbagai
macam bahan penyusun, material baja jauh lebih seragam serta mempunyai
tingkat keawetan yang jauh lebih tinggi jika prosedur perawatan dilakukan secara
semestinya.
9

3. Sifat elastis
Baja mempunyai perilaku yang cukup dekat dengan asumsi-asumsi yang
digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja dapat berprilaku elastis hingga
tegangan yang cukup tinggi mengikuti hokum Hooke. Momen inersia dari suatu
profil baja juga dapat dihitung dengan pasti sehingga memudahkan dalam
melakukan proses analisa struktur.
4. Daktilitas baja cukup tinggi
Daktilitas didefinisikan sebagai sifat material untuk menahan deformasi yang
besar tanpa keruntuhan terhadap beban tarik. Suatu elemen baja yang diuji
terhadap tarik akan mengalami pengurangan luas penampang dan akan terjadi
perpanjangan sebelum terjadi keruntuhan. Sebaliknya pada material keras dan
getas (brittle) akan hancur terhadap beban kejut. SNI 03-1729-2002
mendefinisikan daktilitas sebagai kemampuan struktur atau komponennya untuk
melakukan deformasi inelastis bolak-balik berulang (siklis) di luar batas titik leleh
pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya dukung
bebannya. Beban normal yang bekerja pada suatu elemen struktur akan
mengakibatkan konsentrasi tegangan yang tinggi pada beberapa titik.
Sifat daktil baja memungkinkan terjadinya leleh lokal pada titik-titik tersebut
sehingga dapat mencegah keruntuhan prematur. Keuntungan lain dari material
daktil adalah jika elemen struktur baja mendapat beban cukup maka akan terjadi
defleksi yang cukup jelas sehingga dapat digunakan sebagai tanda keruntuhan.
5. Liat (Toughness)
Baja struktur merupakan material yang liat artinya memiliki kekuatan dan
daktilitas. Suatu elemen baja masih dapat terus memikul beban dengan deformasi
yang cukup besar. Ini merupakan sifat material yang penting karena dengan sifat
ini elemen baja bisa menerima deformasi yang besar selama pabrikasi,
pengangkutan, dan pelaksanaan tanpa menimbulkan kehancuran. Dengan
demikian pada baja struktur dapat diberikan lenturan, diberikan beban kejut,
geser, dan dilubangi tanpa memperlihatkan kerusakan. Kemampuan material
untuk menyerap energi dalam jumlah yang cukup besar disebut toughness.
10

6. Tambahan pada struktur yang telah ada


Struktur baja sangat sesuai untuk penambahan struktur. Baik sebagian
bentang baru maupun seluruh sayap dapat ditambahkan pada portal yang telah
ada, bahkan jembatan baja seringkali diperlebar.
7. Kelebihan lain dari materia baja struktur
Kelebihan lain dari material baja adalah a) kemudahan penyambungan baik
dengan baut, paku keling maupun las, (b) cepat dalam pemasangan, (c) dapat
dibentuk menjadi profil yang diinginkan, (d) kekuatan terhadap fatik, (e)
kemungkinan untuk penggunaan kembali setelah pembongkaran, (f) masih
bernilai meskipun tidak digunakan kembali sebagai elemen struktur, (g) adaptif
terhadap prefabrikasi.
Adapun Kelemahan Baja sebagai Material Struktur Secara umum baja
mempunyai kekurangan seperti dijelaskan pada paragraf dibawah ini.
1. Biaya pemeliharaan
Umumnya material baja sangat rentan terhadap korosi jika dibiarkan terjadi
kontak dengan udara dan air sehingga perlu dicat secara periodik.
2. Biaya perlindungan terhadap kebakaran
Meskipun baja tidak mudah terbakar tetapi kekuatannya menurun drastis jika
terjadi kebakaran. Selain itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik
sehingga dapat menjadi pemicu kebakaran pada komponen lain. Akibatnya, portal
dengan kemungkinan kebakaran tinggi perlu diberi pelindung. Ketahanan material
baja terhadap api dipersyaratkan dalam Pasal 14 SNI 03-1729-2002.
3. Rentan terhadap buckling
Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar pula bahaya terhadap
buckling (tekuk). Sebagaimana telah disebutkan bahwa baja mempunyai kekuatan
yang tinggi per satuan berat dan jika digunakan sebagai kolom seringkali tidak
ekonomis karena banyak material yang perlu digunakan untuk memperkuat kolom
terhadap buckling.
4. Fatik
Fatik artinya kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam
perancangan perlu dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen struktur
akan terjadi beban siklis.
11

5. Keruntuhan getas
Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan keruntuhan getas
dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi. Jenis beban fatik
dan temperatur yang sangat rendah akan memperbesar kemungkinan keruntuhan
getas.
2.5 Beban Pada Struktur Rangka Atap Baja
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara
pasti besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya
merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Besar beban yang bekerja pada
suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan yang berlaku, sedangkan masalah
kombinasi dari beban-beban yang bekerja telah diatur dalam SNI 03-1729-2002
pasal 6.2.2. beberapa jenis beban yang sering dijumpai antara lain :
1. Beban mati
Beban mati adalah berat semua bagian suatu gedung/bangunan yang bersifat
tetap selama masa layan sruktur, termasuk unsur-unsur tambahan, finishing,
gedung/bangunan tersebut.
2. Beban hidup
Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa
layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini adalah
berat manusia, perabotan yang dapat dipindah-pindah, kendaraan, dan barang-
barang lain. Karena besar dan lokasi beban yang senantiasa berubah-ubah maka
penentuan beban hidup secara pasti adalah merupakan suatu hal yang cukup sulit.
3. Beban angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan dari
gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian dari
struktur. Besarnya tekanan tiup harus diambil minimum sebesar 25 kg/m 2, kecuali
untuk bangunan-bangunan berikut :
1) Tekanan tiup ditepi laut hingga 5 km dari pantai darus diambil minimum 40
kg/m2.
2) Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih dari
40 kg/m2, harus diambil sebesar p = v2/16 (kg/m2) dengan v adalah kecepatan
angin.
12

3) Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan dengan rumus
(42,5 + 0,6 h).
2.6 Alat Sambungan Baja
Suatu konstruksi bangunan baja adalah tersusun atas batang-batang baja yang
digabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan menggunakan
berbagai macam teknik sambungan. Adapun fungsi / tujuan sambungan baja
antara lain :
1. Untuk menggabungkan beberapa batang baja membentuk kesatuan konstruksi
sesuai kebutuhan.
2. Untuk mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan (panjang, lebar, tebal, dan
sebagainya).
3. Untuk memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja di lapangan.
4. Untuk memudahkan penggantian bila suatu bagian / batang konstruksi
mengalami rusak.
5. Untuk memberikan kemungkinan adanya bagian / batang konstruksi yang
dapat bergerak misal peristiwa muai-susut baja akibat perubahan suhu.
Adapun jenis-jenis alat sambung yan digunakan pada struktur baja yaitu :
1. Paku Keling
Paku keling adalah suatu alat sambung konstruksi baja yang terbuat dari
batang baja berpenampang bulat. Menurut bentuk kepalanya, paku keling
dibedakan 3 (tiga) macam :
1) Paku keling kepala mungkum / utuh

d = diameter paku keling ( mm )


D = 1,6 d @ 1,8 d
H = 0,6 d @ 0,8 d

Gambar 2.2 Paku keling kepala mungkum / utuh


13

2) Paku keling kepala setengah terbenam

d = diameter paku keling ( mm )


D = 1,6 d @ 1,8 d
H = 0,6 d @ 0,7 d
h = 0,4 d @ 0,6 d

Gambar 2.3 Paku keling kepala setengah terbenam


3) Paku keling kepala terbenam

d = diameter paku keling ( mm )


D = 1,6 d
H = 0,4 d @ 0,6 d

Gambar 2.4 Paku keling kepala terbenam


Paku keling untuk konstruksi baja terdapat beberapa macam ukuran
diameter yaitu : ˘11 mm, ˘14 mm, ˘17 mm, ˘20 mm, ˘23 mm, ˘26 mm,
˘29 mm, dan ˘32 mm.
2. Baut
Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu
ujungnya dibentuk kepala baut ( umumnya bentuk kepala segi enam ) dan ujung
lainnya dipasang mur/pengunci. Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat
digunakan untuk membuat konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak,
maupun sambungan sementara yang dapat dibongkar/dilepas kembali. Bentuk
uliran batang baut untuk baja bangunan pada umumnya ulir segi tiga (ulir tajam)
sesuai fungsinya yaitu sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi empat
(ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut penggerak atau pemindah tenaga
misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain. Baut untuk konstruksi
baja bangunan dibedakan 2 jenis :
14

1) Baut Hitam
Baut hitam yaitu baut dari baja lunak ( St-34 ) banyak dipakai untuk
konstruksi ringan / sedang misalnya bangunan gedung, diameter lubang dan
diameter batang baut memiliki kelonggaran 1 mm.
2) Baut Pass
Baut pass yaitu baut dari baja mutu tinggi ( ‡ St-42 ) dipakai untuk konstruksi
berat atau beban bertukar seperti jembatan jalan raya, diameter lubang dan
diameter batang baut relatif pass yaitu kelonggaran £ 0,1 mm.

Gambar 2.5 Bagian-bagian baut


Tabel 2.2 Diameter baut
Jenis Ukuran diamater
ϕ7/16” 11,11 mm
ϕ 1/2” 12,70 mm
ϕ 5/8” 15,87 mm
ϕ 3/4” 19,05 mm
ϕ 7/8” 22,22 mm
ϕ 1” 25,40 mm
ϕ 11/8” 28,57 mm
ϕ 11/4” 31,75 mm

Keuntungan sambungan menggunakan baut antara lain :


1) Lebih mudah dalam pemasangan/penyetelan konstruksi di lapangan.
2) Konstruksi sambungan dapat dibongkar-pasang.
3) Dapat dipakai untuk menyambung dengan jumlah tebal baja > 4d ( tidak
seperti paku keling dibatasi maksimum 4d ).
15

4) Dengan menggunakan jenis Baut Pass maka dapat digunakan untuk


konstruksi berat /jembatan.
3. Alat Sambung Las
Menyambung baja dengan las adalah menyambung dengan cara memanaskan
baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi,
yang kemudian setelah dingin akan menyatu dengan baik. Untuk menyambung
baja bangunan kita mengenal 2 jenis las yaitu :
1) Las Karbid ( Las Otogen)
Las karbid yaitu pengelasan yang menggunakan bahan pembakar dari gas
oksigen (zat asam) dan gas acetylene (gas karbid). Dalam konstruksi baja las ini
hanya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan atau konstruksi sekunder, seperti ; pagar
besi, teralis dan sebagainya.
2) Las Listrik ( Las Lumer )
Las listrik yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk
pengelasannya diperlukan pesawat las yang dilengkapi dengan dua buah kabel,
satu kabel dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel yang lain
dihubungkan dengan tang penjepit batang las / elektrode las. Jika elektrode las
tersebut didekatkan pada benda kerja maka terjadi kontak yang menimbulkan
panas yang dapat melelehkan baja ,dan elektrode (batang las) tersebut juga ikut
melebur ujungnya yang sekaligus menjadi pengisi pada celah sambungan las.
Karena elektrode / batang las ikut melebur maka lama-lama habis dan harus
diganti dengan elektrode yang lain.
Dalam perdagangan elektrode / batang las terdapat berbagai ukuran diameter
yaitu 21/2 mm, 31/4 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, dan 7 mm. Untuk konstruksi baja
yang bersifat strukturil (memikul beban konstruksi)) maka sambungan las tidak
diijinkan menggunakan las Otogen, tetapi harus dikerjakan dengan las listrik dan
harus dikerjakan oleh tenaga kerja ahli yang profesional.
Adapun Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling /
Baut :
1) Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan
menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
2) Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
16

3) Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan. Dengan
las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi, sedang
dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.
4) Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang
pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan
sebagainya ).
5) Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga
kekuatannya utuh. Kerugian / kelemahan sambungan las :
6) Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika
pengelasannya baik maka keuatan sambungan akan baik, tetapi jika
pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak aik
bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las
cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan
akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang
tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi
bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak
diijinkan menggunakan sambungan las.
7) Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.
17

BAB III
RANCANGAN KONSTRUKSI ATAP BAJA

3.1 Data Proyek

Gambar 3.1 Rancangan Kuda-kuda Tipe C


Tipe Konstruksi Atap :C
Bahan Penutup Atap : Asbes
Berat Penutup Atap : 11 kg
Jarak Kuda-Kuda (l) : 3.45 meter
Bentang Kuda-Kuda (L) : 12 meter
Beban Angin Kiri (q1) : 40 kg
Beban Angin Kanan (q2 ) : 50 kg
Jenis Plafond : Eternit
Beban Berguna : 100 kg
Sambungan : Baut
Perletakan Kiri : Rol
Perletakan Kanan : Sendi
Mutu Baja 34 (Ϭ) : 1400 Kg/cm2
18

3.2 Dimensi Batang


3.2.1 Rumus Jarak setengah kuda-kuda

Gambar 3.2 Potongan setengah Kuda-kuda


Jarak setengah kuda-kuda diperlukan untuk mempermudah perhitungan
panjang batang tepi bawah. Dapat dicari dengan rumus :
AD = ½ x L
Keterangan : AD : panjang sisi bawah kuda-kuda (m)
L : Panjang Bentang kuda-kuda (m)
3.2.2 Rumus Panjang Batang Tepi Bawah
Batang tepi bawah yang terdapat pada kuda-kuda sebanyak 9 batang,
sehingga dalam perhitungan dicari dengan panjang bentangan kuda-kuda
dibagi dengan jumlah batang tepi bawah, dengan rumus sebagai berikut :
b=
Keterangan : b : Panjang batang tepi bawah (m)
L : Panjang Bentang kuda-kuda (m)
n b : banyak panjang batang tepi bawah
3.2.3 Rumus Panjang Batang Tepi Atas

Gambar 3.3 Potongan setengah Kuda-kuda


19

Sebelum mencari panjang batang teapi atas, untuk mempermudah


perhitungan, maka dicari panjang CD terlebih dahulu dengan menggunakan
rumus sudut :
Tan α =
Kemudian, mencari panjang AC dengan rumus phytagoras :
2 2
AC = +
Keterangan : AC : Sisi miring kuda-kuda (m)
AD : Sisi bawah kuda-kuda (m)
CD : Tinggi kuda-kuda (m)
3.2.4 Rumus Jarak Gording (A)
Nilai panjang sisi atas (a) dapat diperoleh dengan rumus :
½a=
Maka a = 2 x ½ a
Keterangan : a : panjang sisi atas kuda-kuda (m)
AC : panjang sisi miring kuda-kuda (m)
3.2.5 Rumus Perhitungan Garis Bantu Vertikal

Gambar 3.4 Kuda-kuda Tipe C


Untuk mempermudah dalam mencari batang diagonal, maka dibuatlah
garis bantu vertikal. Berikut rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung
garis bantu vertikal, diantaranya :

V1 = V11 Keterangan :

Tan α = 1 1 V : Garis Bantu Vertikal (m)


2
1
b : Panjang Batang bawah (m)
20

V2 = V10 V4 = V8
Tan α = 3 2
2 Tan α = 7 4
2
V3= V9
V5 = CD
Tan α = 5 3
2
Tan α = 9 5
2

Catatan : Digunakan bantuan rumus Tan karena telah diketahui sisi depan dan
sisi miring kuda-kuda
3.2.6 Rumus Perhitungan Panjang Batang Diagonal
Untuk menghitung panjang batang diagonal, dikarenakan bentuk dan
panjang antar diagonal satu dengan diagonal lain berbeda namun terdapat
kesimetrisan bentuk antara setengah kuda-kuda kiri dengan setengah kuda-
kuda kanan, maka dapat dicari dengan rumus-rumus berikut :
1. d1 = d16
4. d6 = d7 = d10 = d11
1 2
2
d1 = 2 1 + 1
1 2
2
2. d2 = d3 = d15 = d14 d6 = 2 4
+ 4

1 2
d2 = 2 + 2
2 5. d8 = d9
2

3. d4 = d5 = d12= d13 1 2
2
d8 = 2 5 + 5
1 2 2
d4 = 3 + 3
2 Keterangan :
d : panjang batang diagonal (m)
b : Panjang batang bawah (m)
v : Panjang garis bantu vertikal (m)

3.3 Rumus Perhitungan Dimensi Gording


3.3.1 Rumus Menghitung Beban Mati
Beban mati adalah beban dengan besar yang konstan dan berada pada
posisi yang sama setiap saat. Beban ini terdiri dari berat sendiri struktur dan
beban lain yang melekat pada struktur secara permanen. Rumus yang
digunakan diantaranya :
21

q1 = Berat Penutup atap (asbes) x a


q2 = Berat Sendiri Gording
keterangan : Berat Penutup Atap : Asbes ( Kg/m2)
a : Jarak Tepi Atas (m)
Kemudian dicari q total dengan rumus berikut :
q total = q1 + q2
Karena gording ditempatkan tegak lurus bidang penutup atap dan beban
mati q bekerja secara vertikal sedangkan gording berada pada bidang miring
maka q diuraikan terhadap sumbu x dan sumbu y.
qx1 = q total x sin α
qx2 = q total x cos α
Diperhitungan gording ada momen yang bekerja, momen tersebut mereduksi
sebanyak 20 % dari 100% maka total reduksi adalah selisih dari 100%-20%.
Mx1 = 80 % ( 1/8 . qx1 . (l/2)2
My2 = 1/8 . qy2 . (l)2 . 80%
3.3.2 Rumus Menghitung Beban Hidup
Beban hidup yang dimaksud disini adalah beban yang mampu
berpindah, berubah tempat. Sama halnya dengan beban mati, beban hidup
diuraikan kepada sumbu x dan y.
Px = P . sin α Py = P . cos α
Momen yang terjadi akibat beban hidup, dicari dengan rumus :
Mx2 = 80 % (1/4 . Px . l/2)
My2 = 80 % ( ¼ Py . l )
3.3.3 Rumus Menghitung Beban Angin
Koefisien Angin Tekan (CWt) : (0,02 α – 0,4)
Koefisien Angin Hisap (Wh ) : C’ = - 0,4
Beban angin terdiri dari 2 macam, yaitu :
1. Beban Angin Kiri
Tekan ( W) = C x Pki x a
Hisap (W’) = C’ x Pki x a
2. Beban Angin Kanan
Tekan (W) = C x Pka x a
22

Hisap (W’) = C’ x Pka x a


Dalam perhitungan diambil harga W tekan terbesar.
Keterangan : C : koefisien Angin Tekan
C’ : koefisien Angin Hisap
Pka : Beban Angin Kanan
Pki : Beban Angin Kiri
a : Jarak tepi atas (m)
Momen Akibat Angin dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Mx = 1/8 . Wx . ( l/2 )2 . 80 %
My = 1/8 . Wy . l2 . 80 %
3.3.4 Rumus Menghitung Beban Air Hujan
Beban Air Hujan (Ph) = 40 Kg
Q Air Hujan = Ph – (0,8 . α )
q air hujan = Qah x a
qx2 = qah x sin α
qy2 = qah x cos α
Keterangan a : Jarak Tepi atas (m)
Momen yang terjadi Akibat Beban Air Hujan
Mx2 = 1/8 . qx2 . (l/2)2 . 80%
My2 = 1/8 . qy2 . (l)2 . 80%
3.3.5 Rumus Kontrol Gording Terhadap Tegangan
Syarat : Pada kombinasi ke 3 maka Ϭ = + ; Ϭ < Ϭij ,

kombinasi pembebanan dibagi menjadi 3 bagian bagian kombinasi yaitu :


1. Kombinasi Pembebanan 1
Dicari dengan rumus :
Mx Total = Mx Beban Mati + Mx Beban Hidup
My Total = My Beban Mati + My beban Hidup
Ϭ = +

Ϭ < Ϭijin
2. Kombinasi Pembebanan 2
Dicari dengan rumus :
Mx Total = Mx Beban Mati + Mx Beban Hidup + Mx Beban Angin
23

My Total = My Beban Mati + My beban Hidup + My Beban Angin


Ϭ = +

Ϭ < Ϭijin
3. Kombinasi Pembebanan 3
Mx Total = Mx Beban Mati + Mx Beban Hidup + Mx Beban Angin + Mx
Beban Air Hujan
My Total = My Beban Mati + My beban Hidup + My
Beban Angin + My Beban Air Hujan
Ϭ = + ; Ϭ < Ϭij

3.3.6 Rumus Kontrol Terhadap Lendutan


Ketentuan : E = 2,1 x 106
Ix = 106
Iy = 19,4
Dimana Ix dan Iy diambil dari tabel profil baja dengan tipe yang disesuaikan
dengan perencanaan yang ekonomis dan efisien.
Syarat lendutan yang diijinkan untuk balok pada konstruksi kuda-kuda
terlindung adalah :
1
F max ≤ 250 x l
1. Lendutan Beban Sendiri (Beban Mati)
5 .qx1 .(l 2)⁴
Fx1 =
384 . E . Iy . . ⁴
Fy1 =
. .
2. Lendutan Akibat Beban Berguna
Px . (l 2)³
Fx2 = 48 . E . Iy

Py . l³
Fy2 = 48 . E . Ix

3. Akibat Beban Angin


5 .wx .(l 2)⁴
Fx3 = 384 . E . Iy

5 .Wmax . l⁴
Fy3 = 384 . E . Ix

4. Akibat Beban Air Hujan


5 .qx2 .(l 2)⁴
Fx4 = 384 . E . Iy
24

5 .qy2 . l⁴
Fy4 = 384 . E . Ix

Pembebanan total :
Fxtotal = Fx1 + Fx2 + Fx3 + Fx4
Fytotal = Fy1 + Fy2 + Fy3 + Fy4

Ftotal = (Fx)2 + (Fy)² ≤ Fmax

Jika hasil f total melebihi f maksimum maka pemakaian kanal diganti, atau
dilakukan penambahan trackstang.
3.4 Rumus Perhitungan Dimensi Trackstang
Trackstang disini berfungsi untuk mengurangi lendutan yang terjadi pada
gording sekaligus untuk mengurangi tegangan yang timbul. Pada Ketentuan
perencanaan terlebih dahulu kita harus menentukan berapa trackstang yang akan
dipakai, karena berpengaruh terhadap perhitungan selanjutnya.
Akibat Beban Mati (q) Akibat Beban Hidup (p)
q = qx. L P= px = 50 kg
Keterangan : qx : berat akibat beban Mati (Kg/m)
L : Panjang bentang (m)
Px : berat sendiri orang pada proyeksi ke x (Kg)
Pts : beban Trackstang (Kg)
Karena batang tarik dipasang 1 buah trackstang, maka dapat diperoleh dengan
rumus :
Pts = 1 + Px ,
Kemudian untuk pengecekan perencanaan dalam menentukan dapat dipakai atau
tidaknya, menggunakan rumus sebagai berikut :
Ϭ = ≤ Ϭ ijin 1400 kg/cm2
Keterangan : Ϭ : Tegangan (Kg/cm2)
Ϭ ijin : tegangan yang diijinkan sesuai mutu baja (Kg/cm2)
Kemudian mencari berat bersih (berat netto) dan berat kotor (f brutto) dengan
rumus sebagai berikut :
FNetto = Ϭ ijin

Kemudian mencari berat kotor dengan menggunakan rumus berikut :


FBrutto = 125 %. Fnetto
25

Dalam perhitungan dimensi trackstang harus diperoleh diameter yang


cocok digunakan dalam perencanaan, maka dimeter tersebut dapat dicari dengan
mengasosiasikan rumus berikut :
FBrutto = ¼ Ԯ d2

d= 1
4
Ԯ

keterangan : Ԯ : 3,14
d : Diameter (mm)
Dengan demikian setelah mendapatkan diameter besinya, maka disesuaikan
dengan macam ukuran besi ulir dan polos yang ada dipasaran/ di pabrikasi.
Berikut tabel ukuran diameter besi yang ada dipasaran.
Tabel 3.1 Ukuran Besi Ulir dan Besi Polos
Ukuran (mm) Berat (Kg)
6 0,222
8 0,395
9 0,500
10 0,617
12 0.888
13 1,040
16 1,578
19 2,223

3.5 Rumus Perhitungan Dimensi Ikatan Angin


Ikatan angin digunakan sebagai pengikat untuk menjaga posisi kuda-kuda
agar tetap berdiri tegak dan sejajar. Balok tersebut dipasang dengan posisi miring
dari tiang tengah kuda-kuda (makelar) bagian atas tiang tengah kuda-kuda yang
lain pada bagian bawah.
3.5.1 Rumus Menghitung Luas Kuda-kuda
Dalam penentuan ikatan angin diperlukan terlebih dahulu data luas
kuda-kuda, hal ini dikarenakan posisi ikatan angin berada pada posisi miring
dari tiang tengah kuda-kuda (makelar) bagian atas tiang tengah kuda-kuda
yang lain pada bagian bawah.
26

Luas kuda-kuda = ½ . Bentang Kuda-kuda . Tinggi kuda-kuda


Kemudian mencari sudut yang dibentuk pada ikatan angin, hal ini dapat
dilihat dari gambar berikut :

Gambar 3.5 Dimensi ikatan angin



Tan β = −
, maka didapat sudut β.

3.5.2 Rumus Pembebanan


Dalam menghitung pembebaban ikatan angin, data dicari dengan rumus-
rumus berikut :

P= −1

Kemudian dihitung :
N= β

FNetto = Ϭ ijin

FBrutto = 125% . FNetto


Dalam perhitungan dimensi ikatan angin harus diperoleh diameter yang cocok
digunakan dalam perencanaan, maka dimeter tersebut dapat dicari dengan
mengasosiasikan rumus berikut :
FBrutto = ¼ Ԯ d2

d = Ԯ
,

keterangan : Ԯ : 3,14
d : Diameter (mm)
Fbr : Berat kotor (cm2)
Fn : Berat bersih (cm2)
27

Dengan demikian setelah mendapatkan diameter besinya, maka


disesuaikan dengan macam ukuran besi ulir dan polos yang ada dipasaran/ di
pabrikasi. Berikut tabel ukuran diameter besi yang ada dipasaran.
Tabel 3.2 Ukuran Besi Ulir dan Besi Polos
Ukuran (mm) Berat (Kg)
6 0,222
8 0,395
9 0,500
10 0,617
12 0.888
13 1,040
16 1,578
19 2,223

Kemudian, kontrol tegangan pada ikatan angin harus tidak boleh


melebihi tegangan yang diijinkan pada mutu baja yang dipakai, kontrol
tegangan ini dapat diperoleh dengan rumus berikut :
Ϭ= ; Ϭ < Ϭij
Keterangan : P: beban ikatan angin (kg)
Ϭ : Tegangan (Kg/cm2)
F netto : Berat bersih (cm2)
3.6 Rumus Perhitungan Dimensi Konstruksi Rangka Batang
3.6.1 Beban Sendiri
Pada perhitungan akbiat beban sendiri diperlukan data sebagai berikut :
1. Berat Penutup Atap
2. Jarak Gading-gading kuda-kuda (l)
3. panjang batang atas (a)
4. Berat sendiri kanal
Maka Beban Penutup Atap (PA) dapat dicari degan rumus berikut :
(PA) = a . l . Berat Penutup Atap
28

3.6.2 Berat Beban Berguna (PA)


Berat akibat beban berguna diambil dari berat sendiri orang yakni senilai
100 kg. Berat ini diperhitungkan untuk mencegah adanya kerusakan pada
bidang atap ketika ada pembebanan diatasnya.
Berat berguna (berat hidup) = P orang + P Air Hujan
3.6.3 Berat Sendiri Gording (PQ)
Berat sendiri gording diperoleh dari tabel profil baja, kemudian dapat
dihitung dengan rumus berikut :
PQ = Jarak gading-gading kap x Berat sendiri gording
3.6.4 Berat Sendiri Kuda-kuda
Data yang harus diketahui sebelumnya yaitu :
1. Bentang kuda-kuda (L)
2. Jarak gading-gading kap (l)
3. Jumlah node/titik simpul (n)
Berat sendiri kuda-kuda dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
GK1 = (L-2)l Sampai dengan GK2 = (L+4)l
Maka karena didapat 2 nilai GK, sehingga nilai GK dirata-ratakan :
1+ 2
GK rata-rata= 2

Untuk menghitung berat total kuda-kuda dengan rumus berikut :


GK = L x GK rata-rata
Dengan demikian didapat :
Berat sendiri kuda-kuda pada titik simpul :

( −1)

3.6.5 Berat sendiri ikatan angin (P Bracing)


P ikatan Angin = 25% . berat sendiri kuda-kuda
Dengan demikian, kita dapat menghitung banyaknya total berat pada titik
simpul yaitu :
Ptotal = PA + PQ + GK + Pbracing
Keterangan : Semua beban dalam satuan Kg
3.6.6 Berat Beban Angin
Sebelum melakukan perhitungan harus diketahui terlebih dahulu data
mengenai :
29

1. Koefisien Angin Tekan (c) : (0,02α – 0,4)


2. Koefisien Angin Hisap (c’) : -0,4
3. Beban Angin Kiri ( Kg/m2)
4. Beban Angin Kanan (Kg/m2)
Untuk meghitung beban tekan dan hisap pada angin kiri digunakan rumus
berikut :
W tekan = c . a . l . beban angin kiri
W hisap (W’) = c’ . a . l . beban angin kiri
Untuk meghitung beban tekan dan hisap pada angin kanan digunakan rumus
berikut :
W tekan = c . a . l . beban angin kanan
W hisap (W’) = c’ . a . l . beban angin kanan
3.6.7 Beban Berat Plafond
Sebelum melakukan perhitungan harus diketahui terlebih dahulu data
mengenai berat sendiri plafond (Qf) dalam satuan Kg/m2, Jarak gading-
gading kap/jarak kuda-kuda (l) dalam satuan meter, dan Jarak Tepi Bawah (b)
dalam satuan meter.
Pplafond = Qf . Jarak Tepi bawah . l
3.6.8 Beban Air Hujan
Sebelum melakukan perhitungan harus diketahui terlebih dahulu data
mengenai P Air Hujan : 40 Kg/m2, jarak tepi atas (a) kuda-kuda, serta jarak
kuda-kuda/gading-gading kap (l).
q air hujan : 40 –(0,8-α)
maka beban air hujan dapat dihitung dengan rumus berikut :
Beban Air Hujan = q air hujan . Jarak tepi atas . jarak gading-gading kap
3.7 Cara-Cara Penggambaran Cremona dan SAP
3.7.1 Cara Penggambaran Cremona
Cara cremona adalah cara grafis dimana dalam penyelesaiannya
menggunakan alat tulis pensil yang runcing dan penggaris siku ( segitiga )
atau bisa menggunakan aplikasi AutoCAD. Cremona adalah nama orang yang
pertama-tama menguraikan diagram tersebut yakni Luigi Cremona ( Itali ).
Pada metode ini skala gambar sangat berpengaruh terhadap besarnya
30

kekuatan batang karena jika gambarnya terlalu kecil akan sulit


pengamatannya.
Penggambaran cremona antara beban yang satu dengan yang lainnya
pada prinsipnya sama, hanya saja penggambaran beban angin disesuaikan
dengan sudut yang membentuknya.
Adapun cara penyelesaian gambar cremona yaitu :
1. Gambar dengan teliti dan benar suatu bagan sistem rangka batang ( hati-
hati dalam menentukan skala gambarnya ).
2. Kontrol syarat kestabilan konstruksi rangka batang.
3. Berilah notasi atau nomor pada tiap-tiap batang.
4. Gambar gaya-gaya luar.
5. Tentukan besarnya reaksi tumpuan akibat adanya gaya luar.
6. Nyatakan dalam bagan semua gaya luar yang disebabkan oleh muatan
serta besarnya reaksi tumpuan. Kemudian menentukan arah gaya-gaya
mengelilingi rangka batang dan urutannya searah putaran jarum jam.
7. Gambarlah vektor gaya-gaya luar tersebut dengan urutan sesuai arah
jarum jam.
8. Mulai penggambaran cremona dari dua batang yang belum diketahui
besar gaya batangnya.
9. Kemudian langkah berikutnya menuju pada titik buhul yang hanya
mempunyai dua gaya batang yang belum diketahui besarnya.
10. Apabila arah gaya batang menuju pada titik buhul yang ditinjau maka
batang merupakan batang tekan atau negatif sedangkan bila arah gaya
batang itu meninggalkan titik buhul yang ditinjau maka batang itu
merupakan batang tarik atau positif.
3.7.2 Cara penggambaran SAP
Untuk mengecek ketelitian penggambaran cremona dapat menggunakan
aplikasi SAP. Toleransi ketelitian penggunaan sap adalah 3% dari hasil gaya
yang dihasilkan pada penggambaran gaya batang cremona. Apabila hasil gaya
batang yang diperoleh dari SAP lebih dari 3 % maka penggambaran harus
diulangi. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi hasil gaya-gaya batang
antara SAP dan Cremona tidak sama diantaranya :
31

1. Kurang teliti dalam pemasukan beban.


2. Kurang teliti dalam menggambar garis-garis gaya batang pada cremona.
3. Salah dalam merilis data yang akan di run pada SAP.
4. Salah dalam penempatan perletakan rol dan sendi pada SAP
Adapun langkah-langkah dalam menggambar gaya batang pada SAP
dibedakan menurut beban yang akan dicari, berikut uraiannya.
1. Pastikan aplikasi SAP telah terinstal pada komputer

Gambar 3.6 Membuka Aplikasi SAP


2. Buka aplikasi SAP, kemudian akan muncul icon seperti dibawah ini. Lalu
klik oke.

Gambar 3.7 Membuka Aplikasi SAP


3. Kemudian klik file-new model

Gambar 3.8 Klik file-New Model


4. Kemudian akan muncul icon seperti dibawah ini. Sebelum memulai
penggambaran, terlebih dahulu ubah satuan yang digunakan, yaitu
menggunakan satuan KgF M C, lalu pilih model 2d truss.
32

Gambar 3.9 Penggantian Satuan Pada SAP


5. Setelah mengklik model 2d trusses, akan muncul icon seperti dibawah ini,
lalu pilih pratt truss. Setelah itu mulailah mengisi data L1 L2 adalah
panjang setengah bentang kuda-kuda, untuk h1 dan h3 isikan angka 0.
Adapun untuk kolom N1 dan N2 diisi dengan jumlah batang bawah kuda-
kuda, dan H2 adalah tinggi kuda-kuda.

Gambar 3.10 Pemilihan Model


6. Setelah selesai mengisi data diatas, klik ok dan akan muncul kuda-kuda
seperti dibawah.

Gambar 3.11 Hasil Keluaran Model SAP Sebelum di edit


7. Sesuaikan bentuk kuda-kuda sesuai dengan tipe yang kita akan
rencanakan. Caranya hapus garis-garis yang tidak sesuai kemudian klik
icon yang ada di kiri atas yang bersimbolkan pensil.
33

Gambar 3.12 Proses edit gambar


8. Mulai menggambar ulang kuda-kuda sesuai dengan tipe yang kita akan
rencanakan.

Gambar 3.13 Proses Edit Gambar


9. Jika perletakan sendi dan rol belum sesuai, maka ganti perletakan tersebut
dengan cara klik assign-frame-reistrain, kemudian pilih perletakan yang
diinginkan

Gambar 3.14 Proses Edit Perletakan


10. Kemudian ganti beban yang bekerja pada SAP, yaitu dengan cara klik
define-load patterns- dan masukkan nama beban-beban yang akan kita
cari. Misalnya beban mati dengan tipe Dead dan self weight multipler 0
kemudian klik add new load patterns, untuk beban hidup pilih type live
dan self weight multipler 0 kemudian klik add new load patterns, untuk
beban plafond pilih type other dan self weight multipler 0 kemudian klik
add new load patterns, begitupun dengan beban angin yaitu pilih type wind
dan self weight multipler 0 kemudian klik add new load patterns.
34

Gambar 3.15 Pemasukan Nama Beban


11. Kemudian untuk menyesuaikan dan memberi nama-nama batang yang
terdapat pada kuda-kuda yang direncanakan, klik view – set display option
– centang pada kolom labels – ok.

Gambar 3.16 Proses Penamaan Batang

Gambar 3.17 Proses Penamaan Batang


12. Karena nama-nama batang yang ada belum sesuai dengan nama batang
yang telah kita rencanakan, maka ubahlah dengan cara klik pada toolbar
edit – change labels.

Gambar 3.18 Proses Penggantian Nama Batang


13. Setelah mengklik change labels pada tollbar edit, maka selanjutnya
ubahlah nama-nama batang sehingga sesuai dengan yang telah
direncanakan. Caranya klik nama-nama batang kemudian ubah nama-
nama batang tersebut satu persatu.
35

Gambar 3.19 Proses Penggantian Nama Batang


14. Kemudian masukkan beban yang telah dihitung, yaitu beban mati, beban
hidup, beban plafond, dan beban angin. Beban-beban tersebut dimasukkan
satu persatu. Langkah awal pemasukan beban mati, beban hidup, dan
beban plafond adalah sama, namun untuk pemasukan beban angin sedikit
berbeda.
15. Untuk pemasukan beban-beban hidup, beban mati dan beban plafond
diawali dengan mengklik titik-titik simpul yang akan diberi beban.

Gambar 3.20 Proses Pemasukan Beban


16. Kemudian masukkan beban dengan cara klik toolbar assign-joint load-
forces.

Gambar 3.21 Proses Pemasukan Beban


17. Kemudian ganti load pattens name dengan beban yang dikehendaki yang
telah diatur sejak awal pada toolbar define load patterns. Masukkan beban
pada kolom yang disediakan, isi pada moment about global Z. Jika beban
yang akan dimasukkan ke arah bawah/ menekan maka dalam pemasukan
beban diberi tanda negatif (-), jika beban yang bekerja mengarah ke atas
maka dalam pemasukan beban diberi tanda posiitif (+).
36

Gambar 3.22 Proses Pemasukan Beban


18. Hasil dari pemasukan beban-beban akan tampil seperti gambar dibawah,
namun untuk beban plafond beban yang bekerja berada pada titik simpul
bawah.

Gambar 3.23 Hasil Pemasukan Beban


19. Untuk pemasukan beban angin, klik batang (frame) yang akan diberi
beban

Gambar 3.24 Proses Pemasukan Beban Angin


Klik pada tollbar assign-frame loads-point

Gambar 3.25 Proses Pemasukan Beban Angin


20. Kemudian untuk pemasukan beban, pilihlah load patterns name beban
angin yang telah kita buat pada tollbar define load patterns. Selanjutnya
ubah coor sys dengan local. Option yang kita pilih adalah add to exciting
37

loads,dan centang pada absolute distance from end-I, direction diubah


menjadi 2.

Gambar 3.26 Proses Pemasukan Beban Angin


21. Mulailah memasukan beban, beban angin memperhatikan jarak, sehingga
pada kolom distance diisi jarak antara beban dititik simpul satu ke titik
simpul lainnya. Kemudian beban dimasukkan pada kolom load. Jika beban
angin hisap maka angka yang dimasukkan positif (+), jika beban angin
yang akan dimasukkan adalah beban angin tekan maka pengisian beban
didahului dengan tanda minum (-). Pemasukan beban secara satu persatu .
kolom yang digunakan biasanya hanya kolom pertama dan kedua.

Gambar 3.27 Proses dan hasil Pemasukan Beban Angin


22. Setelah selesai memasukkan beban, kemudian blok semua objek dengan
cara ctrl+a. Kemudian klik pada toolbar assign-frame-realeases/partial
fixity.

Gambar 3.28 Proses Realease Beban


23. Selanjutnya ceklis pada kolom paling bawah yaitu momen 33 major, ceklis
dua kolom tersebut.
38

Gambar 3.29 Proses Realease Beban


24. Kemudian klik define- load patterns- dan klik beban yang akan di
realeases.

Gambar 3.30 Proses Realease Beban


25. Selanjutnya klik analize- set analize

Gambar 3.31 Proses Realease Beban


26. Kemudian akan muncul jendela sebagai berikut. Pilih lah XZ plane lalu
Ok.

Gambar 3.32 Proses Realease Beban


27. Kemudian masih di toolbar analize klik run analize atau klik F5 pada
keyboard.
39

Gambar 3.33 Proses Realease Beban


28. Kemudian akan muncul jendela berikut. Pilih beban yang akan di realease
dan klik runn now pada jendela tersebut. tunggu hingga data selesai di
proses.

Gambar 3.34 Proses Realease Beban


29. Setelah di run analize, maka secara otomatis akan tersimpan pada
komputer yang kita miliki. Buat folder baru kemudian beri nama file SAP
yang telah kita buat. Setelah itu file sap yang telah di run analize akan
muncul kembali. Untuk melihat atau mengecek kebenaran hasilnya, klik
display-show forces/stresses- joint (untuk mengecek Rva dan Rvb).

Gambar 3.35 Proses Running Beban

Gambar 3.36 Hasil Display Joint beban


30. Kemudian untuk mengecek semua beban yang bekerja klik display-show
forces/stresses-frame, akan muncul jendela sebagai berikut. Klik combo
name dan pilih beeban yang akan kita cek. Dijendela tersebut klik axial
40

forces. Pada scalling klik auto dan pada option klik show values on
diagram.

Gambar 3.37 Hasil Display Joint Pembebanan


Kemudian muncul gambar berikut.

Gambar 3.38 Hasil Display Frame Pembebanan


3.8 Rumus Dimensionering Kuda-kuda
Dalam mendimensi kuda-kuda diperlukan data daftar gaya batang maksimum
pada masing-masing batang. Gaya batang maksimum didapat dari perhitungan
kombinasi yang diperoleh dari grafis cremona. Perhitungan dimensionering kuda-
kuda akan berbeda antara satu batang dengan batang lainnya karena antara batang
satu dengan batang lainnya memiliki perbedaan pemakaian profil batang.
3.8.1 Dimensi Batang Atas (a)
Dimensi batang atas dengan batang tekan memakai profil rangkap, hal
ini dikarenakan gaya yang bekerja pada batang atas memiliki pengaruh gaya
luar yang lebih besar dibandingkan batang lain sehingga pada batang ini
digunakan kopling/kopel untuk memperkuat konstruksi yang ada.
Dalam perhitungan batang atas dimulai dengan menaksir harga Imin
dengan rumus berikut :
Imin = 1,69 . P . Lk2
Karena Batang maksimum a merupakan batang tekan, dengan memakai profil
rangkap maka rumus menjadi :
IProfil = 2
41

Setelah mendapatkan nilai IProfil, maka lihat tabel profil kemudian


sesuaikan hasil hitungan Iprofil dengan nilai Iղ pada tabel profil konstruksi
baja. Kemudian tulis data-data yang ada dalam tabel profil, yakni nilai Iղ, F,
e ,iղ, Iξ , Ix = Iy , ix = iy . Dalam mendimensi harus dilihat kemungkinan tekuk
terhadap sumbu x (sumbu bahan ) dan sumbu Y (sumbu bebas bahan) dan
sumbu ղ (melintang)
Karena batang atas merupakan atang tekan perlu dihitung :
1. Perhitungan Terhadap Sumbu Bahan (X)
λ=
keterangan :
λ : Panjang Tekuk
Lk : Jarak kuda-kuda (cm)
ix didapat dari tabel profil
Kemudian setelah mendapat nilai λ dilihat dalam tabel konstruksi baja
dengan nilai λ maka akan didapat ω. Setelah itu hitung tegangan dengan
syarat tidak boleh melebihi tegangan yang diijinkan.
ω.p
Ϭ hitung =
Karena Ϭ hitung < Ϭ ijin
2. Kontrol Terhadap Sumbu Bebas Bahan (Y)
Dalam perencanaan batang tekan pada batang atas perlu dipasang plat
kopling/kopel (n) yang banyaknya disesuaikan dengan panjang jarak
maksimum batang. Adapun untuk pemakaian kopling sebanyak 4 buah
memiliki syarat :
90<x<50
Adapun rumus untuk mencari jarak antar plat kopling yaitu :
L= −1

Keterangan :
L : Jarak antar plat kopling (cm)
Ls : panjang batang atas maksimum (cm)
n : Banyaknya kopling yang dipakai
42

Kemudian harus direncanakan tebal plat (t). Perencanaan tebal plat harus
diatur sedemikian rupa sehingga ketika dalam perencanaan sambungan
tegangan yang dihasilkan tidak melebihi tegangan ijin.
e0 = e + ½ t
Keterangan :
e0 : Letak awal titik berat dari flens (cm)
e : Letak titik berat dari flens (cm)
t : Tebal plat (cm)
kemudian hitung Iy dengan rumus berikut :
Iy = Σiy + ΣF. e02
Σiy = 2. Iy
Maka Iy didapat :
Iy = Σiy + ΣF. e02

iy = ix =

λ=
Dari tabel konstruksi baja nilai λ didapat nilai ω
Kemudian untuk bangunan :
1 ωy.P
L≤2λ. 4−3 .Ϭ

Dalam mendimensi batang tekan harus dilihat terhadap kemungkinan tekuk


ke arah sumbu X. Y, ξ , dan ղ.
3.8.2 Dimensi Batang Bawah (b)
Pada dimensi batang bawah jika batang maksimum adalah batang tekan
perhitungan hanya sampai pada perhitungan terhadap sumbu bahan x.. Jika
batang maksimum berada pada batang tarik, maka digunakan rumus-rumus
berikut :
Keterangan :
Ϭ= ≤ Ϭ ijin
σ : Tegangan hitung (Kg/cm2)
Fn = Ϭ
Fn : Berat netto (cm2)
Fbr = ɅF + Fn
Fbr : Berat brutto (cm2)
Fbr = 20% Fbr + Fn
P : Gaya (Kg)
43

Batang b merupakan batang tarik dengan menggunakan profil rangkap (double)


maka :
20% Fbr + Fn
Fbr = 2

Karena rancangan direncanakan dengan ukuran luasan yang terbesar, maka


Fbr harus > 2 cm2, sehingga jika hasil Fbr < 2 cm2 maka Fbr ditambah dengan
1 cm2.
3.8.3 Dimensi Batang Diagonal (d)
Pada dimensi batang diagonal menggunakan profil tunggal, kemudian jika
batang maksimum adalah batang tekan maka tidak perlu menggunakan kopel
dan perhitungan hanya sampai pada perhitungan terhadap sumbu bahan x. Jika
batang maksimum berada pada batang tarik, maka digunakan rumus-rumus
berikut :
Keterangan :
Ϭ= ≤ Ϭ ijin
σ : Tegangan hitung (Kg/cm2)
Fn = Ϭ
Fn : Gaya netto (cm2)
Fbr = ɅF + Fn
Fbr : Baya brutto (cm2)
Fbr = 20% Fbr + Fn
P : Gaya (Kg)

Batang d merupakan batang tarik dengan menggunakan profil tunggal


(single) maka :
Fbr = 20% Fbr + Fn
Karena rancangan direncanakan dengan ukuran luasan yang terbesar, maka
Fbr harus > 2 cm2, sehingga jika hasil Fbr < 2 cm2 maka Fbr ditambah dengan
1 cm2.
3.9 Rumus Perhitungan Sambungan Baut
Dalam menghitung sambungan baut diperlukan daftar gaya maksimum
dari tiap-tiap batang, dan dimensi profil batang, serta diameter baut yang
digunakan. Untuk penentuan diameter baut diambil dari aturan diameter baut
untuk konstruksi baja. Adapun pengambian diameter tersebut didasarkna pada
dimensi profil yang digunakan, yakni setiap dimensi profil memiliki diameter
perlemahan maksimum yang terdapat didalam tabel profil, maka pemgambilan
44

diameter baut harus lebih kecil daripada diameter maksimal perlemahan pada
tabel profil.
Penggunaan diameter baut harus ditambah 1 mm, hal tersebut didasarkan
pada ulir yang terdapat pada baut memerlukan ruang untuk dapat masuk ke dalam
objek yang akan disambung, sehingga diberi ruang 1 mm untuk proses masuknya
baut ke dalam objek penyambung.
Harus diketahui terlebih dahulu S1, S2, Smin
Keterangan : S2 : Tebal plat profil (cm)
S1 : Tebal plat (cm)
Smin : Tebal Plat minimum (cm)
Untuk batang yang disambung adalah batang dengan profil yang digunakan
adalah profil rangkap (double) maka rumus yang digunakan adalah :
NGS = 2 . ¼ π. d2. t, dimana t = 0,6 σ
Ntp = d. Smin. σtp
Untuk
σtp = 1,5 σijin bila a1 > atau sama dengan 2d
σtp = 1,2 σijin bila 1,5 d ≤ a1 < 2d
Diperoleh Nmin.
Untuk batang yang disambung adalah batang dengan profil yang
digunakan adalah profil Tunggal (single) maka rumus yang digunakan adalah :
NGS = ¼ π. d2. t, dimana t = 0,6 σ
Ntp = d. Smin. σtp
Diperoleh Nmin.
Keterangan :
Ngs : Daya pikul baut terhadap geser (Kg)
Ntp : Daya pikul baut terhadap tumpu (Kg)
Nmin : Daya pikul baut minimum (Kg)
d : Diameter (cm)
t : Torsi
Nmin yang diambil adalah gaya yang paling kecil yang dihasilkan pada
perhitungan Ngs dan Ntp.
Untuk menghitung jumlah baut digunakan rumus berikut ini :
45

/2
n=
Keterangan : P : Gaya Batang Maksimum (Kg)
Jumlah baut yang dipakai minimal 2 buah
Jumlah baut yang digunakan pada batang harus dikontrol tegangan plat
penyambung yang dihasilkannya, dengan rumus sebagai berikut :
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
/2
σ=
Syarat : σ hitung < σ ijin
Keterangan :
Fn : Berat Netto (cm2)
h : tinggi profil yang digunakan (cm)
s : tebal plat penyambung (cm)
p : gaya (Kg)
σ : Tegangan (Kg/cm2)
46

BAB IV
PERHITUNGAN KONSTRUKSI ATAP BAJA

4.1 Perhitungan Panjang Batang


4.1.1 Perhitungan Jarak setengah kuda-kuda

Gambar 4.1 Potongan Setengah Kuda-kuda


AD = ½ x L
= ½ x 12 meter
= 6 meter
4.1.2 Perhitungan Panjang Batang Tepi Bawah

Gambar 4.2 Potongan Setengah Kuda-kuda


Diketahui : L = 12 m
Nb=9
Ditanyakan : Nilai b ?
Jawab : b =
12
b= 9
= 1,33 m dimana b1=b2=b3=...=b9
47

4.1.3 Perhitungan Panjang Batang Tepi Atas

Gambar 4.3 Potongan Setengah Kuda-kuda


Diketahui : AD = ½ L = 6 meter
α = 35o
Ditanyakan : Panjang AC dan CD ?
Jawab :
Mencari panjang CD terlebih dahulu dengan menggunakan rumus sudut
Tan α =

Tan 35o = 6
, maka CD = 4,20 meter
Mencari panjang AC dengan rumus phytagoras
2 2
AC = +

AC = (6)2 + (4,20)2 = 53,64 = 7,324 meter

4.1.4 Perhitungan Jarak Gording (A)

Gambar 4.4 Kuda-kuda tipe c


48

Syarat : Jarak antar gording (a) < 2 Meter


a1 = a12 = a6 = a7 = ½ a
maka nilai a dapat diperoleh dengan :
7,324
½a= = 9
= 0,814 meter
a1 = a2 = a6 = a7 = ½ a = 0,814 meter
dengan demikian a = a2 = a3 = a4 = a5 = a8 = a9 = a10 = a11 = 0,814 x 2 = 1,628
meter
4.1.5 Perhitungan Garis Bantu Vertikal

Gambar 4.5 Kuda-kuda tipe C


1. V1 = V11
Tan α = 1 1
2
1

1
Tan 35o = 1
2
(1,33)

V1 = 0,467 meter Gambar 4.6 Potongan dalam kuda-


kuda V1
2. V2 = V10
Tan α = 3 2
2

2
Tan 35o = 3
2
(1,33)

V2 = 1,40 meter Gambar 4.7 Potongan dalam


3. V3= V9 kuda-kuda V2

Tan α = 5 3
2

2
Tan 35o = 5
2
(1,33)

V3 = 2,334 meter
Gambar 4.8 Potongan
dalam kuda-kuda V3
49

4. V4 = V8
Tan α = 7 4
2

4
Tan 35o = 7
2
(1,33)
Gambar 4.9 Potongan dalam
V4 = 3,268 meter
kuda-kuda V4
5. V5 = CD
Tan α = 9 5
2

Tan 35o = 9 5

2
(1,33)

V5 = 4,20 meter
Gambar 4.10 Potongan dalam
kuda-kuda V5

4.1.6 Perhitungan Panjang Batang Diagonal


1. d1 = d18
1 2
2
d1 = 2 1 + 1

d1 = (0,665)2 + (0, 466)2


Gambar 4.11 Diagonal 1
d1 = 0,660314 = 0,814 meter
2. d2 = d3 = d16 = d17
1 2 2
d2 = 2 2 + 2

d2 = (0,665)2 + (1,40)2

d2 = 2,402225 = 1,55meter Gambar 4.12 Diagonal 2


3. d4 = d5 = d14 = d15
1 2
2
d4 = 2 3 + 3

d4 = (0,625)2 + (2,334)2

d4 = 5,889806 = 2,427 meter


Gambar 4.13 Diagonal 4
4. d6 = d7 = d11 = d12
1 2
2
d6 = 2 4 + 4
50

d6 = (0,625)2 + (3,268)2

d6 = 3,335 meter
5. d8 = d9 = d10 = d11
1 2
2
d8 = 2 5
+ 5
Gambar 4.14 Diagonal 6
d8 = (0,625)2 + (4,20)2

d8 = 18,082225= 4,254 meter

Gambar 4.15 Diagonal 8


Tabel 4.1 Resume Dimensi Panjang Batang
Batang Batang a Batang b Batang d (m) Garis bantu vertikal
(m) (m) (m)
1 0,814 1,33 0,814 0,461
2 1,628 1,33 1,55 1,385
3 1628 1,33 1,55 2,309
4 1,628 1,33 2,427 3,233
5 1,628 1,33 2,427 4,156
6 1,628 1,33 3,335 4,62
7 1,628 1,33 3,335 4,156

8 1,628 1,33 4,254 3,233


9 1,628 1,33 4,254 2,309
10 1,628 - 3,335 1,385
11 1,628 - 3,335 0,461
12 0,814 - 2,427 -
13 - - 2,427 -
14 - - 1,55 -
15 - - 1,55 -
16 - - 0,814 -
51

4.2 Perhitungan Dimensi Gording

Gambar 4.16 Dimensi Gording


Mutu Baja 34 : Ϭij 1400 kg/cm2
Muatan Mati : Berat sendiri gording (Kg/m)

Gambar 4.17 Gambar Baja Kanal


Berat sendiri penutup atap (Kg/m2)
Muatan hidup : Berat orang maksimum (p) 100 Kg
Muatan Angin (Kg/m2)
Ketentuan : 1. Jarak kuda-kuda (l) = 3,45 m
2. Kemiringan atap (α) = 350
3. Berat sendiri penutup atap Asbes = 11 kg/m2
4. Jarak Gording (a) = 1,628 m
5. Trackstang = 1 buah
52

Tahapan Perencanaan :
1. Mengasumsikan berat sendiri gording
2. Menghitung beban mati
3. Menghitung beban berguna
4. Menghitung beban angin
4.2.1 Menaksir Dimensi Balok Gording
Dicoba profil baja kanal-8 dengan data sebagai berikut :
1. Berat (q1) : 8,64 Kg/m
2. Wx : 26,5 Cm3
3. Wy : 6,36 Cm4
4. Ix : 106 Cm4
5. Iy : 19,4 Cm4
4.2.2 Perhitungan Beban Mati

Gambar 4.18 Kuda-kuda tampak atas


q1 = Berat Penutup atap (asbes) x a
= 11 kg/m2 x 1,628 m
= 17,908 kg/m
q2 = Berat Sendiri Gording = 8,64 kg/m
Maka didapat q total :
q total = q1 + q2
= 17,908 kg/m + 8,64 kg/m
= 26,548 kg/m
Gording ditempatkan tegak lurus bidang penutup atap dan beban mati q
bekerja secara vertikal, maka q diuraikan terhadap sumbu x dan sumbu y.
53

qx1 = q total x sin α qx2 = q total x cos α


= 26,548 kg/m x sin 350
= 26,548 kg/m x cos 350
= 15,227 kg/m
= 21,747 kg/m
Momen yang terjadi akibat beban penutup atap dan gording setelah
direduksi 80 % (Tergantung jenis bangunan) adalah :
Mx1 = 80 % ( 1/8 . qx1 . (l/2)2
= 80 % ( 1/8 .15,227 Kg/m. (3,45 m/2)2
= 4,531 Kg m
My1 = 80 % ( 1/8 . qy1 . (l)2
= 80 % (1/8. 21,747 Kg/m. (3,45 m)2
= 25,884 Kg m
4.2.3 Perhitungan Beban Hidup

Gambar 4.19 Proyeksi pembebanan beban hidup


Beban hidup adalah beban yang besar dan posisinya dapat berubah-ubah.
Beban hidup yang dapat bergerak dengan tenaganya sendiri disebut beban
bergerak, seperti kendaraan, manusia, dan keran (crane). Jenis beban hidup
lain adalah angin,hujan, ledakan, gempa, tekanan tanah, tekanan air,
perubahan temperatur, dan beban yang disebabkan oleh pelaksanaan
konstruksi. Dari data diatas, diketahui bahwa :
P = 100 kg dan α = 350
Px = P . sin α Py = P . cos α
= 100 kg . sin 350 = 100 kg . cos 350
= 57,358 Kg = 81,915 Kg
54

Momen yang terjadi akibat beban hidup setelah direduksi 80 % :


Mx2 = 80 % (1/4 . Px . l/2 ) My2 = 80 % ( ¼ Py . l )
= 80 % ( ¼ . 57,358 kg . 3,45m/2 ) = 80 % ( ¼ . 81,915 kg. 3,45 m )
= 19,786 Kg m = 56,521 Kg m
4.2.4 Perhitungan Beban Angin

Gambar 4.20 Beban angin kanan

Gambar 4.21 Beban angin kiri


Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap dengan
ketentuan :
Beban Angin Kiri : 40 Kg/m2
Beban Angin Kanan : 50 Kg/m2
Koefisien Angin Tekan (CWt) : (0,02 α – 0,4)
(0,02 . 35 – 0,4 ) = 0,3
Koefisien Angin Hisap (Wh ) : C’ = - 0,4
55

Kemiringan Atap : 350


1. Beban Angin Kiri
Tekan ( W) = C x Pki x a
= 0,3 x 40 kg/m2 x 1,628 m
= 19,536 Kg/m
Hisap (W’) = C’ x Pki x a
= -0,4 x 40 kg/m2 x 1,628 m
= -26,048 Kg/m
2. Beban Angin Kanan
Tekan (W) = C x Pka x a
= 0,3 x 50 kg/m2 x 1,628 m
= 24,42 Kg/m
Hisap (W’) = C’ x Pka x a
= -0,4 x 50 kg/m2 x 1,628 m
= -32,56 Kg/m
Dalam perhitungan diambil harga W tekan terbesar :
Wx Max : 0
Wy Max : 24,42 Kg/m

Gambar 4.22 Proyeksi pembebanan beban angin


Momen Akibat Angin
Mx = 1/8 . Wx . ( l/2 )2 . 80 %
= 1/8 . 0 . (3,45/2)2 . 80 %
=0
My = 1/8 . Wy . l2 . 80 %
= 1/8. 24,42 . 3,452 . 80 %
= 24,066 Kg/m
56

4.2.5 Perhitungan Beban Air Hujan


Beban Air Hujan (Ph) = 40 Kg
Q Air Hujan = Ph – (0,8 . α )
Qah = 40 – (0,8 . 35 )
= 12 Kg
q air hujan = Qah x a
= 12 kg/m2 x 1,628 m
= 19,536 Kg/m
qx2 = qah x sin α
= 19,536 kg/m x sin 350
= 11,205 Kg/m
qy2 = qah x cos α
=19,536 kg/m x cos 350
= 16,003 Kg/m
Momen Akibat Beban Air Hujan
Mx2 = 1/8 . qx2 . (l/2)2 . 80%
= 1/8 . 11,205 kg/m. (3,45m/2)2 . 80%
= 3,334 Kg/m
My2 = 1/8 . qy2 . (l)2 . 80%
= 1/8 . 16,003 (3,45)2 80%
= 19,047 kg/m
Tabel 4.2 Resume Pembebanan Rangka Kuda-kuda
Q, P dan M Beban Mati Beban Hidup Beban Beban Air
Angin Hujan
P - 100 Kg - -
qx, w max 26,548 - 24,42 Kg/m -
Kg/m
qx, px, wx 15,227 57,358 Kg 0 11,205
Kg/m Kg/m
qy, py, wy 21,747 81,915 Kg/m 24,42 Kg/m 16,003
Kg/m Kg/m
Mx 4,531 Kg/m 19,788 Kg/m 0 3,334 Kg/m
My 25,884 56,521 Kg/m 29,066 19,047
Kg/m Kg/m Kg/m
57

4.2.6 Perhitungan Kontrol Gording Terhadap Tegangan


Dari tabel profil baja kanal 8 dapat diketahui :
Wx : 26,5 cm3
Wy : 6,36 cm3
1. Kombinasi Pembebanan 1
Mx Total = Mx Beban Mati + Mx Beban Hidup
= 4,531 Kg m + 19,788 Kg m
= 24,319 Kg m
= 2431,9 Kg cm
My Total = My Beban Mati + My beban Hidup
= 25,884 kg m + 56,521 kg m
= 82,405 kg m
= 8240,5 kg cm
Ϭ = +
2431,9 8240,5
= 6,36
+ 26,5

= 677,294 Kg/cm2
Karena Ϭ < Ϭij yaitu 677,294 Kg/cm2 < 1400 Kg/cm2.... OK!!!
2. Kombinasi Pembebanan 2
Mx Total = Mx Beban Mati + Mx Beban Hidup + Mx Beban
Angin
= 4,531 Kg m + 19,788 Kg m + 0
= 24,319 Kg m
= 2431,9 Kg cm
My Total = My Beban Mati + My beban Hidup + My
Beban Angin
= 25,884 kg m + 56,521 kg m + 29,066 kg m
= 111,471 kg m
= 11147,1 kg cm
Ϭ = +
2431,9 Kg cm 11147,1 kg cm
= 6,36 3
+ 26,5 3
58

= 803,019 Kg/cm2
Karena Ϭ < Ϭij yaitu 803,019 Kg/cm2 < 1400 Kg/cm2.... OK!!!
3. Kombinasi Pembebanan 3
Mx Total = Mx Beban Mati + Mx Beban Hidup + Mx Beban Angin +
Mx Beban Air Hujan
= 4,531 Kg m + 19,788 Kg m + 0 + 3,334 kg m
= 27,653 Kg m
= 2765,3 Kg cm
My Total = My Beban Mati + My beban Hidup + My Beban Angin +
My Beban Air Hujan
= 25,884 kgm + 56,521 kgm + 29,066 kgm + 19,047 kg m
= 130,518 kg m
= 13051,8 kg cm
Ϭ = +
2765,3 kg cm 13051,8 kg cm
= 6,36 3
+ 26,5 3

= 927,316 Kg/cm2
Karena Ϭ < Ϭij yaitu 927,316Kg/cm2 < 1400 Kg/cm2.... OK!!
4.2.7 Perhitungan Kontrol Terhadap Lendutan

Gambar 4.23 Lendutan Pada Bidang Atap


Ketentuan :
E : 2,1 x 106
l : 3,45 m = 345 cm
Ix : 106 cm4
Iy : 19,4 cm4
Syarat lendutan yang diijinkan untuk balok pada konstruksi kuda-kuda
terlindung adalah :
59

1
F max ≤ 250 x l
1
F ≤ 250 x 345
F ≤ 1,38 cm
1. Lendutan Beban Sendiri (Beban Mati)
qx1 = 15,227 Kg/m = 0,15227 kg/cm
qx2 = 21,747 Kg/m = 0,21747 kg/cm
. . ⁴
5 .qx1 .(l )⁴ fy1 =
fx1 = 384 . E . 2Iy . .

. 0,21747 kg/cm. ( )⁴
5 . 0,15227 kg/cm . (345 cm 2)⁴ =
= 384 . 2,10x10⁶ . 19,4 . , .

= 0,043 cm = 0,180 cm
2. Lendutan Akibat Beban Berguna
Px = 57,358 Kg/m = 0,57358 kg/cm
Py = 81,915 Kg/cm
Px . (l 2)³ Py . l³
fx2 = 48 . fy2 = 48 . E . Ix
E . Iy

0,57358 kg/cm . (345 m 2)³ 81,915 kg/cm. 345³


= = 48 .2,10x10⁶ . 106
48 . 2,10x106 . 19,4

= 0,0015 Cm = 0,00315 Cm
3. Akibat Beban Angin
Wmin = 0 Kg/Cm
Wmax = 24,42 Kg/m = 0,2442 Kg/Cm
fx3 = 0 Cm
5 .Wmax . l⁴
fy3 = 384 . E . Ix
5 . 0,2442 Kg/Cm .( 345 cm)⁴
= 384 . 2,10x10⁶ . 19,4

= 0,202 Cm
4. Akibat Beban Air Hujan
qx₂ = 11,205 Kg/m = 0,11205 Kg/Cm
qy₂ = 16,003 Kg/m = 0,16003 Kg/Cm
5 .qx2 .(l 2)⁴
Fx4 = 384 . E . Iy

5 . 0,11205 Kg/Cm . (345 cm 2)⁴


= 384 . 2,10x10⁶ . 19,4

= 0,032 Cm
60

5 .qy2 . l⁴
Fy4 = 384 . E . Ix
5 . 0,16003 Kg/Cm. (345 cm)⁴
= 384 . 2,10x10⁶ . 106

= 0,133 Cm
Jadi pembebanan total adalah :
Fxtotal = Fx1 + Fx2 + Fx3 + Fx4
= 0,043 + 0,0015 + 0 + 0,033
= 0,0775 ≤ 1,38 cm...OK!!!
Fytotal = Fy1 + Fy2 + Fy3 + Fy4
= 0,180 + 0,00315 + 0,202 + 0,133
= 0,51815 ≤ 1,38 cm...OK!!!

Ftotal = (Fx)2 + (Fy)²

= (0,0775)2 + (0,51815)²

= 0,2744856725
= 0,524 ≤ 1,38 cm...OK!!!
4.3 Perhitungan Dimensi Trackstang
Trackstang berfungsi untuk menahan atau mengurangi lendutan pada
gording sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur yang timbul.
Ketentuan perencanaan :
Jarak kuda-kuda (l) : 3,45 Meter
Jumlah Trackstang : 1 buah
Akibat Beban Mati (q) Akibat Beban Hidup (p)
Q = qx. L P= px = 57,358 kg
= 15,227 kg/m . 3,45 m = 52,53315 kg
Karena batang tarik dipasang 1 buah trackstang, maka per batang tarik :
Pts = 1 + Px 52,53315
Pts = + 57,358 kg = 109,89115 kg
Ϭ = ≤ Ϭ ijin 1400 kg/cm2
109,89115
FNetto = Ϭ ijin
= 1400 kg/cm2 = 0,07845 cm2

FBrutto = 125 %. Fn
= 1,25 . 0,07845 cm2
61

= 0,098 cm2
FBrutto = ¼ Ԯ d2

0,098 2
d = 1 = 1 = 0,353 cm = 3,53 mm
4
Ԯ 4
.3,14

Dengan demikian diperoleh 3,53 mm, maka sesuai dengan tabel ukuran besi ulir
dan polos diambil diameter sebesar 6 mm.
Tabel 4.3 Ukuran Besi Ulir dan Besi Polos
Ukuran (mm) Berat (Kg)
6 0,222
8 0,395
9 0,500
10 0,617
12 0.888
13 1,040
16 1,578
19 2,223

4.4 Perhitungan Dimensi Ikatan Angin


Ikatan angin digunakan sebagai pengikat untuk menjaga posisi kuda-kuda
agar tetap berdiri tegak dan sejajar. Balok tersebut dipasang dengan posisi miring
dari tiang tengah kuda-kuda (makelar) bagian atas tiang tengah kuda-kuda yang
lain pada bagian bawah. Ada dua balok ikatan angin dari satu kuda-kuda dengan
kuda-kuda yang lain yang dipasang berlawanan. Beban angin yang diperhitungkan
adalah beban angin terbesar yaitu angin kanan dengan beban sebesar 50 Kg/cm2.

Gambar 4.24 Dimensi ikatan angin


62

Ikatan angin dipengaruhi oleh :


1. Beban Angin terbesar : 50 Kg/cm2
2. Bentang kuda-kuda (L) : 12 Meter
3. Tinggi Kuda-kuda : 4,20 Meter
4. Jumlah Titik Simpul Atas (Node) : 11
5. Panjang Miring Kuda-kuda : 7,324 Meter
6. Tegangan Ijin Mutu Baja 34 : 1400 Kg/cm2
7. Jarak Kuda-kuda (l) : 3,45 Meter
4.4.1 Perhitungan Luas Kuda-kuda
− 7,324 Meter
Tan β = −
= 3,45
= 2,123

β = tan-1 2,123
β = 64,780
Luas kuda-kuda = ½ . Bentang Kuda-kuda . Tinggi
= ½ . 12 m . 4,20 m
= 25,2 m2
4.4.2 Pembebanan
− 50 / 25,2 m2 1260
P= −1
= 11−1
= 10
= 126 Kg
Maka dihitung :
120
N= β
= 64,78
= 295,709 Kg

Ϭ=

FNetto =Ϭ ijin = Ϭ ijin


295,709
FNetto = Ϭ ijin = 1400 kg/cm^2 = 0,2112 cm2

FBrutto = 125% . FNetto


= 1,25 . 0,2112 cm2
= 0,264 cm2
FBrutto = ¼ Ԯ d2

0,264 cm2
d = 1 = 1 = 0,6545 cm = 6,545 mm
4
Ԯ 4
.3,14

Dengan demikian diperoleh 6,545 mm, maka sesuai dengan tabel


ukuran besi ulir dan polos diambil diameter sebesar 8 mm.
63

Kontrol Tegangan
126
Ϭ= = 0,2112 ^2
= 596,59 kg/cm2

Karena Ϭ < Ϭij yaitu 596,59 Kg/cm2 < 1400 Kg/cm2.... OK!!!
4.5 Perhitungan Dimensi Konstruksi Rangka Batang
4.5.1 Akibat Beban Sendiri
Untuk menghitung berat beban sendiri, diperlukan data berikut :
Diketahui :
Berat Penutup Atap Asbes : 11 Kg/m2
Jarak Gording (l) : 3,45 m
Jarak Gading-gading kap (a) : 1,628 m
Berat sendiri kanal 8 : 8,64 Kg
Ditanyakan :
Beban Penutup Atap ?
Jawab :
Beban Penutup Atap (PA) = a . l . Berat Penutup Atap
= 1,628 m . 3,45 m . 11 kg/m2
= 61,7826 Kg
4.5.2 Berat Akibat Beban Berguna (PA)
Berat akibat beban berguna diambil dari berat sendiri orang yakni senilai
100 kg. Berat ini diperhitungkan untuk mencegah adanya kerusakan pada
bidang atap ketika ada pembebanan diatasnya.
PA = 100 Kg + Berat Air Hujan = 100 Kg + 67,3992 Kg = 167,3992
4.5.3 Berat Sendiri Gording (PQ)
Berat sendiri gording diperoleh dari tabel profil baja kanal yaitu untu
baja kanal 8 seberat 8,64 kg/m.
PQ = Jarak gading-gading kap x Berat sendiri gording
PQ = 3,45 m x 8,64 kg/m = 29,808 Kg
4.5.4 Berat Sendiri Kuda-kuda
Diketahui : L : 12 Meter
l : 3,45 Meter
n : 11 Titik simpul
Ditanyakan : Berat Sendiri Kuda-kuda ?
64

Jawab :
Berat sendiri kuda-kuda dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
GK = (L-2)l Sampai dengan
= (12-2) 3,45 m GK = (L+4)l
= 34,5 Kg/m = (12+4) 3,45m = 55,2 Kg/m
Maka karena didapat 2 nilai GK, sehingga nilai GK dirata-ratakan :
1+ 2 34,5 Kg/m + 55,2 Kg/m
GK = 2
= 2
= 44,85 kg/m
Karena ada 11 titik simpul dan bentang kuda-kuda 12 meter maka :
GK = L x GK = 12 m x 44,85 Kg/m = 538,2 Kg/m
Dengan demikian didapat :
Berat sendiri kuda-kuda pada titik simpul :
538,2 /
( −1)
= (11−1)
= 53,82Kg

4.5.5 Berat sendiri ikatan angin (P Bracing)


Diketahui : berat sendiri kuda-kuda : 58,82 Kg
Ditanyakan : Berat sendiri ikatan angin ?
Jawab :
P ikatan Angin = 25% . berat sendiri kuda-kuda
= 25 % . 58,82 Kg
= 13,455 Kg
Dengan demikian, diketahui banyaknya total berat pada titik simpul yaitu :
Ptotal = PA + PQ + GK + Pbracing
= 61,7826 Kg + 29,808 Kg + 53,82 Kg + 13,455 Kg
= 158,8656 Kg
4.5.6 Berat Beban Angin
Diketahui :
α = 35º
Koefisien Angin Tekan (c) :
(0,02α – 0,4) = (0,02 . 35 -0,4) = 0,3
Koefisien Angin Hisap (c’) : -0,4
Beban Angin Kiri : 40 Kg/m2
Beban Angin Kanan : 50 Kg/m2
65

Ditanyakan :
W angin kiri dan W angin kanan ?
Jawab :
Angin Kiri
W tekan = c . a . l . beban angin kiri
= 0,3 . 1,628m . 3,45m . 40 Kg/m2
= 67,3992 Kg
W hisap (W’) = c’ . a . l . beban angin kiri
= -0,4 . 1,628 m . 3,45m . 40 Kg/m2
= -89,8656 Kg
Angin Kanan
W tekan = c . a . l . beban angin kanan
= 0,3 . 1,628 m . 3,45 m . 50 Kg/m2
= 84,249 Kg
W hisap (W’) = c’ . a . l . beban angin kanan
= -0,4 . 1,628 m . 3,45m . 50 Kg/m2
= -112,332 Kg
4.5.7 Beban Berat Plafond
Diketahui : Berat Sendiri Plafond Eternit dan penggantungnya (qf) : 20 Kg/m2
Jarak kuda-kuda (l) : 3,45 m
Jarak Tepi Bawah (b) : 1,33 m
Pplafond = Qf . Jarak Tepi bawah . l
= 20 Kg/m2 . 3,45m . 1,33m = 91,77 Kg
4.5.8 Beban Air Hujan
Diketahui : P Air Hujan : 40 Kg/m2
q air hujan : 40 –(0,8-α)
40-(0,8.35) = 12 Kg/m2
Ditanyakan : Beban Air Hujan ?
Jawab :
Beban Air Hujan = q air hujan . Jarak tepi atas . jarak gading-gading kap
= 12 Kg/m2 . 1,628 m . 3,45 m
= 67,3992 Kg
66

Tabel 4.4 Resume Dimensi Konstruksi Rangka Batang


No Nama Beban P total (Kg)
1 Beban Mati 158,8656
2 Beban hidup 167,3992
3 Beban plafond 91,77
4 Beban angin kiri 67,3992 -89,8656
5 Beban angin kanan 84,249 -112,332

4.6 Perhitungan Gaya-Gaya Batang (SAP dan Cremona)

Gambar 4.25 Hasil Cremona Beban Hidup

Tabel 4.5 Beban Hidup


Beban Hidup
RVA = 753,2964 kg
RVB = 753,2964 kg
Skala Gaya 1 cm : 100 Kg

Skala Jarak 1 cm : 1 m

Nomor Cremona
SAP
Batang Dimensi Skala
67

Tarik Tekan Tarik Tekan Tarik Tekan


a1 12,40369 1240,369 1240,37
a2 11,30924 1130,924 1130,92
a3 10,03239 1003,239 1003,24
a4 8,63394 863,394 863,39
a5 7,20508 720,508 720,51
a6 7,20508 720,508 720,51
a7 8,63394 863,394 863,39
a8 10,03239 1003,239 1003,24
a9 11,30924 1130,924 1130,92
a10 12,40369 1240,369 1240,37
b1 10,16051 1016,051 1016,05
b2 8,96516 896,516 896,52
b3 7,7698 776,98 776,98
b4 6,5744 657,44 657,44
b5 5,37909 537,909 537,91
b6 6,5744 657,44 657,44
b7 7,7698 776,98 776,98
b8 8,96516 896,516 896,52
b9 10,16051 1016,051 1016,05
d1 1,09444 109,444 109,44
d2 0,69524 69,524 69,52
d3 1,73812 173,812 173,81
d4 1,63213 163,213 163,21
d5 2,53886 253,886 253,89
d6 2,49152 249,152 249,15
d7 3,36356 336,356 336,36
d8 3,3369 333,69 333,69
d9 3,3369 333,69 333,69
d10 3,36356 336,356 336,36
d11 2,49152 249,152 249,15
d12 2,53886 253,886 253,89
d13 1,63213 163,213 163,21
d14 1,73812 173,812 173,81
68

d15 0,69524 69,524 69,52


d16 1,09444 109,444 109,44

Gambar 4.26 Hasil Cremona Beban Mati

Tabel 4.6 Beban Mati


Beban Mati
RVA = 714,8952 kg
RVB = 714,8952 kg
Skala Gaya 1 cm : 100 Kg

Skala Jarak 1 cm : 1 m

Cremona
Nomor SAP
Dimensi Skala
Batang
Tarik Tekan Tarik Tekan Tarik Tekan
a1 11,77138 1177,138 1177,14
69

a2 10,73273 1073,273 1073,27


a3 9,52097 952,097 952,1
a4 8,1938 819,38 819,38
a5 6,83778 683,778 683,78
a6 6,83778 683,778 683,78
a7 8,1938 819,38 819,38
a8 9,52097 952,097 952,1
a9 10,73273 1073,273 1073,27
a10 11,77138 1177,138 1177,14
b1 9,64255 964,255 964,26
b2 8,50813 850,813 850,81
b3 7,37371 737,371 737,37
b4 6,23929 623,929 623,93
b5 5,10488 510,488 510,49
b6 6,23929 623,929 623,93
b7 7,37371 737,371 737,37
b8 8,50813 850,813 850,81
b9 9,64255 964,255 964,26
d1 1,03865 103,865 103,87
d2 0,6598 65,98 65,98
d3 1,64951 164,951 164,95
d4 1,54892 154,892 154,89
d5 2,40944 240,944 240,94
d6 2,36451 236,451 236,45
d7 3,19207 319,207 319,21
d8 3,16679 316,679 316,68
d9 3,16679 316,679 316,68
d10 3,19207 319,207 319,21
d11 2,36451 236,451 236,45
d12 2,40944 240,944 240,94
d13 1,54892 154,892 154,89
d14 1,64951 164,951 164,95
d15 0,6598 65,98 65,98
d16 1,03865 103,865 103,87
70

Gambar 4.27 Hasil Cremona Beban Plafond

Tabel 4.7 Beban Plafond


Beban Plafond
RVA = 412,965 kg
RVB = 412,965 kg
Skala Gaya 1 cm : 200 Kg

Skala Jarak 1 cm : 2 m
Cremona
Nomor SAP
Dimensi Skala
Batang
Tarik Tekan Tarik Tekan Tarik Tekan
a1 6,39984 639,984 639,98
a2 6,39984 639,984 639,98
71

a3 5,59986 559,986 559,99


a4 4,79988 479,988 479,99
a5 3,9999 399,99 399,99
a6 3,9999 399,99 399,99
a7 4,79988 479,988 479,99
a8 5,59986 559,986 559,99
a9 6,39984 639,984 639,98
a10 6,39984 639,984 639,98
b1 5,44244 544,244 524,24
b2 4,80557 480,557 480,56
b3 4,19395 419,395 419,4
b4 3,55737 355,737 355,74
b5 2,91246 291,246 291,25
b6 3,55737 355,737 355,74
b7 4,19395 419,395 419,4
b8 4,80557 480,557 480,56
b9 5,44244 544,244 524,24
d1 0 0
d2 1,01638 101,638 101,64
d3 0,50819 50,819 50,82
d4 1,4316 143,16 143,16
d5 0,9544 95,44 95,44
d6 1,8732 187,32 187,32
d7 1,4049 140,49 140,49
d8 2,32292 232,292 232,3
d9 2,32292 232,292 232,3
d10 1,4049 140,49 140,49
d11 1,8732 187,32 187,32
d12 0,9544 95,44 95,44
d13 1,4316 143,16 143,16
d14 0,50819 50,819 50,82
d15 1,01638 101,638 101,64
d16 0 0
72

Gambar 4.28 Hasil Cremona Beban Angin Kanan

Tabel 4.8 Beban Angin Kanan


Beban Angin Kanan
RVA = 144,097 kg
RVB = 40,578 kg
Skala Gaya 1 cm : 50 Kg
Skala Jarak 1 cm : 0.5 m
Cremona
Nomor SAP
Dimensi Skala
Batang
Tarik Tekan Tarik Tekan Tarik Tekan
a1 4,2224 211,12 211,12
a2 3,6091 180,455 180,46
a3 3,09026 154,513 154,51
a4 2,37216 118,608 118,61
a5 1,60426 80,213 80,21
a6 1,15026 57,513 57,51
73

a7 0,57434 28,717 28,72


a8 0,03576 1,788 1,79
a9 0,35336 17,668 17,67
a10 0,81332 40,666 40,67
b1 3,13662 156,831 156,83
b2 1,178 58,9 58,91
b3 0,78026 39,013 39,01
b4 2,7387 136,935 136,94
b5 4,69716 234,858 234,86
b6 6,16598 308,299 308,3
b7 7,63482 381,741 381,74
b8 9,10366 455,183 455,18
b9 10,5725 528,625 528,63
d1 1,7931 89,655 89,66
d2 1,13908 56,954 56,95
d3 2,8477 142,385 142,39
d4 2,674 133,7 133,7
d5 4,1596 207,98 207,98
d6 4,08206 204,103 204,1
d7 5,5108 275,54 275,54
d8 5,46712 273,356 273,36
d9 4,10034 205,017 205,02
d10 4,1331 206,655 206,66
d11 3,06154 153,077 153,08
d12 3,11972 155,986 155,99
d13 2,00554 100,277 100,28
d14 2,13578 106,789 106,79
d15 0,8543 42,715 42,72
d16 1,34482 67,241 67,24
74

Gambar 4.29 Hasil Cremona Beban Angin Kiri


Tabel 4.9 Beban Angin Kiri
Beban Angin Kiri
RVA = 32,60 kg
RVB = 113,78 kg
Skala Gaya 1 cm : 50 Kg
Skala Jarak 1 cm : 0.5 m
Cremona
Nomor SAP
Dimensi Skala
Batang
Tarik Tekan Tarik Tekan Tarik Tekan
a1 0,65544 32,772 32,77
a2 0,28746 14,373 14,37
a3 0,02382 1,191 1,2
a4 0,45468 22,734 22,74
a5 0,91542 45,771 45,77
a6 1,27742 63,871 63,88
a7 1,88816 94,408 94,41
75

a8 2,45546 122,773 122,78


a9 2,84904 142,452 142,47
a10 3,3251 166,255 166,28
b1 0,3436 17,18 17,17
b2 0,83144 41,572 41,58
b3 2,00652 100,326 100,33
b4 3,18158 159,079 159,08
b5 4,35664 217,832 217,84
b6 5,92116 296,058 296,06
b7 7,4839 374,195 374,2
b8 9,04126 452,063 452,07
b9 10,5614 528,07 528,09
d1 1,07586 53,793 53,79
d2 0,68344 34,172 34,17
d3 1,70862 85,431 85,43
d4 1,60442 80,221 80,22
d5 2,49578 124,789 124,79
d6 2,44924 122,462 122,46
d7 3,30648 165,324 165,32
d8 3,28028 164,014 164,01
d9 0 4,36744 218,372 218,38
d10 4,40234 220,117 220,12
d11 3,25726 162,863 162,87
d12 3,31914 165,957 165,96
d13 2,12648 106,324 106,33
d14 2,2645 113,225 113,23
d15 0,88392 44,196 44,21
d16 1,39192 69,596 69,6
76

Tabel 4.10 Resume Pembebanan Kombinasi 1

Gaya p (kg) Batang Terbesar


Nama Batang
Tarik Tekan Tarik Tekan
Batang Tepi Atas (a) 3057,49 a10
Batang Tepi Bawah (b) 2524,55 3053,18 b9 b9
Batang Diagonal (d) 882,66 769,05 d8 & d9 d7 & d10

Tabel 4.11 Resume Pembebanan Kombinasi 2


Gaya p (Kg) Batang Terbesar
Nama Batang
Tarik Tekan Tarik Tekan
Batang Tepi Atas (a) 211,12 3098,16 a1 a10
Batang Tepi Bawah (b) 3053,18 156,83 b9 b1
Batang Diagonal (d) 1087,68 1002,71 d9 d10

Tabel 4.12 Resume Pembebanan Kombinasi 3


Gaya p (Kg) Batang Terbesar
Nama Batang
Tarik Tekan Tarik Tekan
Batang Tepi Atas (a) 166,26 3090,26 a10 a1
Batang Tepi Bawah (b) 2541,73 528,07 b1 b9
Batang Diagonal (d) 1046,68 961,38 d8 d7

4.7 Dimensionering Kuda-kuda


Dalam mendimensi kuda-kuda diperlukan data daftar gaya batang maksimum
pada masing-masing batang.
Tabel 4.13 Daftar Gaya Maksimum
Nama Batang Jumlah Beban Maksimum di- Keterangan
Batang tepi atas (a) 3098,157 Kg A10 Tekan (-)
Batang tepi bawah (b) 3053,175 Kg B9 Tarik (+)
Batang diagonal (d) 1087,678 Kg D9 Tarik (+)

4.7.1 Dimensi Batang Atas (a)


Diketahui :
Batang terdiri dari batang a1 s/d a10
Gaya batang maksimum : 3098,157 kg = 3,098157 ton
Panjang batang maksimum : 1,628 m
Tegangan ijin (Ϭ) : 1400 kg/cm2
77

Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki


Ditanyakan:
Profil rangkap baja yang memenuhi tegangan ijin ?
Jawab :
Menaksir harga Imin dengan rumus berikut :
Imin = 1,69 . P . Lk2
= 1,69 . 3,098157 ton . (1,628 m)2
= 13,877 tm2
Batang maksimum a merupakan batang tekan, dengan memakai profil rangkap
maka didapat :
13,877 ^2
IProfil = 2
= 2
= 6,939 tm2
Setelah mendapatkan nilai IProfil, maka lihat tabel profil diambil ┴ 55.55.6
Didapat : F = 6,31 cm2
Iղ = 7,24 cm4 e = 1,56 cm
Ix = Iy = 17,3 cm4 iղ = 1,07 cm
ix = iy = 1,66 cm4Iξ = 27,4 cm4
Dalam mendimensi harus dilihat kemungkinan tekuk terhadap sumbu x (sumbu
bahan ) dan sumbu Y (sumbu bebas bahan) dan sumbu ղ (melintang)
1. Perhitungan Terhadap Sumbu Bahan (X)
162,8
λ= = 1,66
= 98,072 ~ 99

dilihat dalam tabel konstruksi baja dengan nilai λ 99 didapat ω = 2,009


ω.p 2,009 .3098,157
Ϭ hitung = = 2 .6,31 ^2
= 493, 201 Kg/cm2

Karena Ϭ hitung < Ϭ ijin , yaitu 493,201 Kg/cm2 < 1400 kg/cm2...... OK!
2. Kontrol Terhadap Sumbu Bebas Bahan (Y)
Perencanaan dipasang plat kopling/kopel (n) sebanyak 3 buah.
162,8
L= −1
= 3−1
= 81,4 cm
Tebal plat kopling (t) = 1 cm
e0 = e + ½ t = 1,56 cm + ½ (1cm) = 2,06 cm
Iy = Σiy + ΣF. e02
Σiy = 2. Iy = 2. 17,3 cm4 = 34,6 cm4
ΣF.e02 = 2 (6,31 cm2 . (2,06 cm)2) = 53,554 cm4
78

Maka Iy didapat :
Iy = Σiy + ΣF. e02
= 34,6 cm4 + 53,554 cm4 = 88,154 cm4
88,154 cm4
iy = ix = = 2 .6,31 2 = 2,643 cm
162,8
λ= = 2,643
= 61,597 ~ 62

Dari tabel konstruksi baja nilai λ 62 didapat ω = 1,363


Kemudian untuk bangunan :
1 ωy.P
L≤ 2λ. 4−3 .Ϭ
1 1,363. 3098,157 kg
81,4 cm ≤ 2 99 cm. 4 − 3 2 .6,31 2 .1400 / 2

81,4 cm ≤ 152,502 cm ..... OK!!!!


Dalam mendimensi batang tekan harus dilihat terhadap kemungkinan
tekuk ke arah sumbu X. Y, ξ , dan ղ.
4.7.2 Dimensi Batang Bawah (b)
Diketahui :
Batang terdiri dari batang b1 s/d b9
Gaya batang maksimum (p) : 3053,175 kg = 3,053175 ton
Panjang batang = 1,33 m = 133 cm
Tegangan ijin (Ϭ) : 1400 kg/cm2
Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
Ditanyakan : Profil rangkap baja yang memenuhi tegangan ijin ?
Jawab :
Ϭ= ≤ Ϭ ijin, dimana Ϭ ijin = 1400 kg/cm2
3053,175
Fn = Ϭ = 1400 kg/cm2 = 2,181 cm2

Fbr = ɅF + Fn
Fbr = 20% Fbr + Fn
Fn = 80% Fbr
100
Fbr = 80
Fn
100
Fbr = 80
. 2,181 cm2
Fbr = 2,726 cm2
79

Batang b merupakan batang tarik dengan menggunakan profil rangkap (double)


maka :
2,726 2
Fbr = 2
= 1,363 cm2
Karena rancangan direncanakan dengan ukuran luasan yang terbesar, maka
Fbr harus > 2, sehingga Fbr ditambah dengan 1 cm2
Fbr = 1,363 cm2 + 1 cm2 = 2,363 cm2
Karena profil minimum yang diijinkan untuk konstruksi baja ringan
dengan sambungan baut tidak boleh memakai profil kurang dari 45 maka
digunakan profil ┴ 45.45.5 dengan Fbr = 4,30 cm2, penggunaan profil ini
dikarenakan ukuran diameter baut pada konstruksi baja minimal 11,11 mm.
Catatan : Profil dengan sambungan baut tidak boleh memakai profil kurang
dari 45 karena profil dibawah 45 tidak memenuhi ukuran diameter minimum
untuk sambungan baut.
4.7.3 Dimensi Batang Diagonal (d)
Diketahui :
Batang terdiri dari batang d1 s/d d16
Gaya batang maksimum (p) : 1087,678 kg = 1,087678 ton
Panjang batang = 4,254 m = 425,4 cm
Tegangan ijin (Ϭ) : 1400 kg/cm2
Digunakan profil tunggal baja siku sama kaki
Ditanyakan : Profil rangkap baja yang memenuhi tegangan ijin ?
Jawab :
Ϭ= ≤ Ϭ ijin, dimana Ϭ ijin = 1400 kg/cm2
1087,678
Fn = Ϭ = 1400 kg/cm2 = 0,777 cm2

Fbr = ɅF + Fn
Fbr = 20% Fbr + Fn
Fn = 80% Fbr
100
Fbr = 80
Fn
100
Fbr = 80
. 0,777 cm2
Fbr = 0,971 cm2
80

Batang b merupakan batang tarik dengan menggunakan profil tunggal (single)


maka :
Fbr = 0,971 cm2
Karena rancangan direncanakan dengan ukuran luasan yang terbesar, maka
Fbr harus > 2, sehingga Fbr ditambah dengan 1 cm2
Fbr = 0,971 cm2 + 1 cm2 = 1,971 cm2
Karena setelah ditambah 1 cm2 nilai Fbr tetap <2, maka Fbr disesuaikan
dengan standar ekonomis perencanaan. Profil minimum yang diijinkan untuk
konstruksi baja ringan dengan sambungan baut tidak boleh memakai profil
kurang dari 45 maka digunakan profil ┴ 45.45.5 dengan Fbr = 4,30 cm2,
penggunaan profil ini dikarenakan ukuran diameter baut pada konstruksi baja
minimal 11,11 mm.
Catatan : Profil dengan sambungan baut tidak boleh memakai profil kurang
dari 45 karena profil dibawah 45 tidak memenuhi ukuran diameter minimum
untuk sambungan baut.
Tabel 4.14 Resume dimensionering kuda-kuda
No Nama Batang Dimensi Batang Keterangan
1. a1 s/d a10 ┴55.55.6 Tekan (-)
2. b1 s/d b9 ┴45.45.5 Tarik (+)
3. d1 s/d d16 └ 45.45.5 Tarik (+)

4.8 Perhitungan Sambungan

Gambar 4.30 Titik-Titik Simpul Kuda-kuda


81

4.8.1 Perhitungan Sambungan Perbatang


Diketahui :
Sambungan : Baut
Tabel 4.15 Daftar Dimensi Batang
No Nama Batang Dimensi Batang Keterangan
1. a1 s/d a10 ┴ 55.55.6 Tekan (-)
2. b1 s/d b9 ┴ 45.45.5 Tarik (+)
3. d1 s/d d16 └ 45.45.5 Tarik (+)

1. Perhitungan Sambungan Baut Pada Batang Atas (a)


Diketahui :
Dimensi Profil : ┴ 55.55.6 ; d 17 mm = 1,7 cm
Dari profil diketahui h = 55 mm = 5,5 cm
l = 55 mm = 5,5 cm
t = 6 mm = 0,6 cm
Digunakan baut dengan d ϕ 5/8”, d = 16,7 mm = 1,67 cm < 1,7 cm
S1 = 10 mm = 1 cm
S2 = 6 mm = 0,6 cm
σ ijin : 1400 kg/cm2
Ditanyakan : Nilai N min ?
Jawab :
S2 < S1 yaitu 0,6 cm < 1 cm, Smin = 0,6 cm
NGS = 2 . ¼ π. d2. t, dimana t = 0,6 σ
= 2. ¼ . 3,14. (1,67 cm )2 0,6. 1400 kg/cm2
= 3678 Kg
Ntp = d. Smin. σtp
= 1,67 cm . 0,6 cm . 1,5 . 1400 kg/cm2
= 2104,2 kg
Nmin = Ntp = 2104,2 kg
1). Batang a1
Diketahui :
P = 3057,491 Kg
82

Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 3057,491 /2
n= = 2104,2
= 0,727, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s)- ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 3057,491 /2
σ= = 3,83 2 = 399,150 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 399,150 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
2). Batang a2
Diketahui :
P = 2844,181 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2844,181 /2
n= = 2104,2
= 0,676, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s)- ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 2844,181 /2
σ= = 3,83 2 = 371,303 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 371,303 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
3). Batang a3
Diketahui :
P = 2515,322 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2525,322 /2
n= = 2104,2
= 0,598 karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


83

Kontrol Plat Penyambung


Fn = ( h.s)- ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 2515,322 /2
σ= = 3,83 2 = 328,371 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 328,371 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
4). Batang a4
Diketahui :
P = 2162,762 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2162,762 /2
n= = 2104,2
= 0,514, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s)- ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 2162,762 /2
σ= = 3,83 2 = 282,345kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 282,345 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
5). Batang a5
Diketahui :
P = 1804,726 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 1804,726 /2
n= = 2104,2
= 0,429, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s)- ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 1804,726 /2
σ= = 3,83 2 = 235,604 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 235,604 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
84

6). Batang a6
Diketahui :
P = 1804,276 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 1804,276 /2
n= = 2104,2
= 0,429, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s)- ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 1804,276 /2
σ= = 3,83 2 = 235,509kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 235,509 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
7). Batang a7
Diketahui :
P = 2162,762 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2162,762 /2
n= = 2104,2
= 0,514, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 2162,762 /2
σ= = 3,83 2 = 282,345 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 282,345 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
8). Batang a8
Diketahui :
P = 2515,322 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
85

Jawab :
/2 2525,322 /2
n= = 2104,2
= 0,597, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 2515,322 /2
σ= = 3,83 2 = 328,375 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 328,375 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
9). Batang a9
Diketahui :
P = 2861,849 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2861,849 /2
n= = 2104,2
= 0,680, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s)- ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
= 3,83 cm2
/2 2861,849 /2
σ= = 3,83 2 = 373,609 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 373,609 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
10). Batang a10
Diketahui :
P = 3098,157 Kg
Nmin = 2104,2 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 3098,157 /2
n= = 2104,2
= 0,736, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s)- ( d.s ) = (5,5 cm . 1 cm ) – ( 1,67 cm . 1 cm)
86

= 3,83 cm2
/2 3098,157 /2
σ= = 3,83 2 = 404,460 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 404,460 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
2. Perhitungan Sambungan Baut Pada Batang Bawah (b)
Diketahui :
Dimensi Profil : ┴ 45.45.5 ; d 14 mm = 1,4 cm
Dari profil diketahui h = 45 mm = 4,5 cm
l = 4,5 mm = 4,5 cm
t = 5 mm = 0,5 cm
Digunakan baut dengan d ϕ 1/2”, d = 12,7 mm + 1 mm = 1,37 cm < 1,37
cm
S1 = 10 mm = 1 cm
S2 = 0,5 mm = 0,5 cm
σ ijin : 1400 kg/cm2
Ditanyakan : Nilai N min ?
Jawab :
S2 < S1 yaitu 0,5 cm < 1 cm, Smin = 0,5 cm
NGS = 2 . ¼ π. d2. t, dimana t = 0,6 σ
= 2. ¼ . 3,14. (1,37 cm )2 0,6. 1400 kg/cm2
= 2475,256 Kg
Ntp = d. Smin. σtp
= 1,37 cm . 0,5 cm . 1,5 . 1400 kg/cm2
= 1438,5 kg
Nmin = Ntp = 1438,5 kg
1). Batang b1
Diketahui :
P = 2541,730 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2541,730 /2
n= = 1438,5
= 0,883, karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


87

Kontrol Plat Penyambung


Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 2541,730 /2
σ= = 3,13 2 = 406,027 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 406,027 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
2). Batang b2
Diketahui :
P = 2227,886 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2227,886 /2
n= = 1438,5
= 0,774, karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 2227,886 /2
σ= = 3,13 2 = 355,892 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 355,892 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
3). Batang b3
Diketahui :
P = 1972,759 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 1972,759 /2
n= = 1438,5
= 0,686 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 1972,759 /2
σ= = 3,13 2 = 315,137 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 315,137 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
88

4). Batang b4
Diketahui :
P = 1774,041 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 1774,041 /2
n= = 1438,5
= 0,617 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 1774,041 /2
σ= = 3,13 2 = 283,393 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 283,393 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
5). Batang b5
Diketahui :
P = 1574,501 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 1574,501 /2
n= = 1438,5
= 0,547 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 1574,501 /2
σ= = 3,13 2 = 251,518 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 251,518 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
6). Batang b6
Diketahui :
P = 1945,405 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
89

Jawab :
/2 1945,405 /2
n= = 1438,5
= 0,676 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 1945,501 /2
σ= = 3,13 2 = 310,783 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 310,783 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
7). Batang b7
Diketahui :
P = 2315,487 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2315,487 /2
n= = 1438,5
= 0,805 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 2315,487 /2
σ= = 3,13 2 = 369,886 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 369,886 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
8). Batang b8
Diketahui :
P = 2683,069 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 2683,069 /2
n= = 1438,5
= 0,0,933 karena jumlah baut yang dipakai minimal

2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
90

= 3,13 cm2
/2 2683,069 /2
σ= = 3,13 2 = 428,605 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 428,605 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
9). Batang b9
Diketahui :
P = 3053,157 Kg
Nmin = 1438,5 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 3053,157 /2
n= = 1438,5
= 1,061 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 3053,157 /2
σ= = 3,13 2 = 487,725 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 487,725 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
3. Perhitungan Sambungan Baut Pada Batang Diagonal (d)
Diketahui :
Dimensi Profil : └ 45.45.5 ; d 14 mm = 1,4 cm
Dari profil diketahui h = 45 mm = 4,5 cm
l = 4,5 mm = 4,5 cm
t = 5 mm = 0,5 cm
Digunakan baut dengan d ϕ 1/2”, d = 12,7 mm + 1 mm = 1,37 cm < 1,37
cm
S1 = 10 mm = 1 cm
S2 = 0,5 mm = 0,5 cm
σ ijin : 1400 kg/cm2
Ditanyakan : Nilai N min ?
Jawab :
S2 < S1 yaitu 0,5 cm < 1 cm, Smin = 0,5 cm
NGS = ¼ π. d2. t, dimana t = 0,6 σ
91

= ¼ . 3,14. (1,37 cm )2 0,6. 1400 kg/cm2


= 1237,628 Kg
Ntp = d. Smin. σtp
= 1,37 cm . 0,5 cm . 1,5 . 1400 kg/cm2
= 1438,5 kg
Nmin = Ntp = 1237,628 kg
1). Batang d1
Diketahui :
P = 267,102 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 267,102 /2
n= = 1237,628
= 0,108 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 267,102 /2
σ= = 3,13 2 = 42,668 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 42,668 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
2). Batang d2
Diketahui :
P = 271,314 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 271,314 /2
n= = 1237,628
= 0,110 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 271,314 /2
σ= = 3,13 2 = 43,341 kg/cm2
92

karena σ hitung < σ ijin yaitu 43,341 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
3). Batang d3
Diketahui :
P = 475,013 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 475,013 /2
n= = 1237,628
= 0,192 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 475,013 /2
σ= = 3,13 2 = 75,881 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 75,881 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
4). Batang d4
Diketahui :
P = 541,486 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 541,486 /2
n= = 1237,628
= 0,219 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 541,486 /2
σ= = 3,13 2 = 86,499 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 86,499 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
5). Batang d5
Diketahui :
P = 715,059 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
93

Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?


Jawab :
/2 715,059 /2
n= = 1237,628
= 0,289 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 715,059 /2
σ= = 3,13 2 = 114,227 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 114,227 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
6). Batang d6
Diketahui :
P = 795,385 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 795,385 /2
n= = 1237,628
= 0,321 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 795,385 /2
σ= = 3,13 2 = 127,058 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 127,058 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
7). Batang d7
Diketahui :
P = 961,377 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 961,377 /2
n= = 1237,628
= 0,388 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
94

Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)


= 3,13 cm2
/2 961,377 /2
σ= = 3,13 2 = 153,575 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 153,575 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
8). Batang d8
Diketahui :
P = 1046,675 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 1046,675 /2
n= = 1237,628
= 0,423 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 1046,675 /2
σ= = 3,13 2 = 167,200 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 167,200 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
9). Batang d9
Diketahui :
P = 1087,68 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 1087,68 /2
n= = 1237,628
= 0,439 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 1087,68 /2
σ= = 3,13 2 = 173,750 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 173,750 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
95

10). Batang d10


Diketahui :
P = 1002,708 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 1002,708 /2
n= = 1237,628
= 0,405 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 1002,708 /2
σ= = 3,13 2 = 160,177 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 160,177 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
11). Batang d11
Diketahui :
P = 672,923 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 672,923 /2
n= = 1237,628
= 0,272 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 672,923 /2
σ= = 3,13 2 = 107,496 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 107,496 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
12). Batang d12
Diketahui :
P = 746,256 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
96

Jawab :
/2 746,256 /2
n= = 1237,628
= 0,301 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 746,256 /2
σ= = 3,13 2 = 119,210 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 119,210 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
13). Batang d13
Diketahui :
P = 561,542 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 561,542 /2
n= = 1237,628
= 0,227 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 561,542 /2
σ= = 3,13 2 = 89,703 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 89,703 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
14). Batang d14
Diketahui :
P = 496,371 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 496,371 /2
n= = 1237,628
= 0,201 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
97

= 3,13 cm2
/2 496,371 /2
σ= = 3,13 2 = 79,292 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 79,292 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
15). Batang d15
Diketahui :
P = 279,857 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 279,857 /2
n= = 1237,628
= 0,113 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 279,857 /2
σ= = 3,13 2 = 44,706 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 44,706 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
16). Batang d16
Diketahui :
P = 280,55 Kg
Nmin = 1237,628 Kg
Ditanyakan : Jumlah Baut yang diperlukan (n) ?
Jawab :
/2 280,55 /2
n= = 1237,628
= 0,113 karena jumlah baut yang dipakai minimal 2

buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


Kontrol Plat Penyambung
Fn = ( h.s) - ( d.s ) = (4,5 cm . 1 cm ) – ( 1,37 cm . 1 cm)
= 3,13 cm2
/2 280,55 /2
σ= = 3,13 2 = 44,816 kg/cm2

karena σ hitung < σ ijin yaitu 44,816 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 ... OK
98

4.7.2 Perhitungan Sambungan Baut Pertitik Simpul

Gambar 4.31 Titik-Titik Simpul pada kuda-kuda

1. Titik Simpul 1 (a1-b1)


1). a1
/2 3057,491 /2
n = = 2104,2
= 0,727, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). b1
/2 2541,730 /2
n = = 1438,5
= 0,883, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2. Titik Simpul 2 (a1-a2-d1)
1). a1
/2 3057,491 /2
n = = 2104,2
= 0,727, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). a2
/2 2844,181 /2
n = = 2104,2
= 0,676, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


3). d1
/2 267,102 /2
n = = 1237,628
= 0,108 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


99

3. Titik Simpul 3 (b1-d1-d2-b2)


1) b1
/2 2541,730 /2
n = = 1438,5
= 0,883, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2). d1
/2 267,102 /2
n = = 1237,628
= 0,108 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d2
/2 271,314 /2
n = = 1237,628
= 0,110 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4) b2
/2 2227,886 /2
n = = 1438,5
= 0,774, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4. Titik simpul 4 (a2-d2-d3-a3)
1). a2
/2 2844,181 /2
n = = 2104,2
= 0,676, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). d2
/2 271,314 /2
n = = 1237,628
= 0,110 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d3
/2 475,013 /2
n = = 1237,628
= 0,192 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). a3
/2 2525,322 /2
n = = 2104,2
= 0,598 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


5. Titik Simpul 5 (b2-d3-d4-b3)
1). b2
100

/2 2227,886 /2
n = = 1438,5
= 0,774, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2). d3
/2 475,013 /2
n = = 1237,628
= 0,192 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d4
/2 541,486 /2
n = = 1237,628
= 0,219 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4) b3
/2 1972,759 /2
n = = 1438,5
= 0,686 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


6. Titik Simpul 6 (a3-d4-d5-a4)
1). a3
/2 2525,322 /2
n = = 2104,2
= 0,598 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). d4
/2 541,486 /2
n = = 1237,628
= 0,219 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d5
/2 715,059 /2
n = = 1237,628
= 0,289 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). a4
/2 2162,762 /2
n = = 2104,2
= 0,514, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


7. Titik simpul 7 (b3-d5-d6-b4)
1). b3
/2 1972,759 /2
n = = 1438,5
= 0,686 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2). d5
101

/2 715,059 /2
n = = 1237,628
= 0,289 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d6
/2 795,385 /2
n = = 1237,628
= 0,321 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). b4
/2 1774,041 /2
n = = 1438,5
= 0,617 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


8. Titik Simpul 8 (a4-d6-d7-a5)
1). a4
/2 2162,762 /2
n = = 2104,2
= 0,514, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). d6
/2 795,385 /2
n = = 1237,628
= 0,321 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d7
/2 961,377 /2
n = = 1237,628
= 0,388 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). a5
/2 1804,726 /2
n = = 2104,2
= 0,429, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


9. Titik simpul 9 (b4-d7-d8-b5)
1). b4
/2 1774,041 /2
n = = 1438,5
= 0,617 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2). d7
/2 961,377 /2
n = = 1237,628
= 0,388 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d8
102

/2 1046,675 /2
n = = 1237,628
= 0,423 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). b5
/2 1574,501 /2
n = = 1438,5
= 0,547 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


10. Titik simpul 10 (a5-d8-d9-a6)
1). a5
/2 1804,726 /2
n = = 2104,2
= 0,429, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). d8
/2 1046,675 /2
n = = 1237,628
= 0,423 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d9
/2 1087,68 /2
n = = 1237,628
= 0,439 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). a6
/2 1804,276 /2
n = = 2104,2
= 0,429, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


11. Titik Simpul 11 (b5-d9-d10-b6)
1). b5
/2 1574,501 /2
n = = 1438,5
= 0,547 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2). d9
/2 1087,68 /2
n = = 1237,628
= 0,439 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3).d10
/2 1002,708 /2
n = = 1237,628
= 0,405 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). b6
103

/2 1945,405 /2
n = = 1438,5
= 0,676 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


12. Titik Simpul 12 (a6-d10-d11-a7)
1). a6
/2 1804,276 /2
n = = 2104,2
= 0,429, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). d10
/2 1002,708 /2
n = = 1237,628
= 0,405 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d11
/2 672,923 /2
n = = 1237,628
= 0,272 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). a7
/2 2162,762 /2
n = = 2104,2
= 0,514, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


13. Titik simpul 13 (b6-d11-d12-b7)
1). b6
/2 1945,405 /2
n = = 1438,5
= 0,676 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2). d11
/2 672,923 /2
n = = 1237,628
= 0,272 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d12
/2 746,256 /2
n = = 1237,628
= 0,301 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). b7
/2 2315,487 /2
n = = 1438,5
= 0,805 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


104

14. Titik simpul 14 (a7-d12-d13-a8)


1). a7
/2 2162,762 /2
n = = 2104,2
= 0,514, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). d12
/2 746,256 /2
n = = 1237,628
= 0,301 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d13
/2 561,542 /2
n = = 1237,628
= 0,227 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). a8
/2 2525,322 /2
n = = 2104,2
= 0,597, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


15. Titik Simpul 15 (b7-d13-d14-b8)
1). b7
/2 2315,487 /2
n = = 1438,5
= 0,805 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2). d13
/2 561,542 /2
n = = 1237,628
= 0,227 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d14
/2 496,371 /2
n = = 1237,628
= 0,201 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). b8
/2 2683,069 /2
n= = 1438,5
= 0,0,933 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


105

16. Titik Simpul 16 (a8-d14-d15-a9)


1). a8
/2 2525,322 /2
n = = 2104,2
= 0,597, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). d14
/2 496,371 /2
n = = 1237,628
= 0,201 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d15
/2 496,371 /2
n = = 1237,628
= 0,201 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). a9
/2 2861,849 /2
n = = 2104,2
= 0,680, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


17. Titik Simpul 17 (b8-d15-d16-b9)
1). b8
/2 2683,069 /2
n= = 1438,5
= 0,0,933 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


2). d15
/2 496,371 /2
n = = 1237,628
= 0,201 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). d16
/2 280,55 /2
n = = 1237,628
= 0,113 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


4). b9
/2 3053,157 /2
n = = 1438,5
= 1,061 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


106

18. Titik Simpul 18 (a9-d16-a10)


1). a9
/2 2861,849 /2
n = = 2104,2
= 0,680, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). d16
/2 280,55 /2
n = = 1237,628
= 0,113 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.


3). a10
/2 3098,157 /2
n = = 2104,2
= 0,736, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


19. Titik Simpul 19 (a10-b9)
1). a10
/2 3098,157 /2
n = = 2104,2
= 0,736, karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 5/8”.


2). b9
/2 3053,157 /2
n = = 1438,5
= 1,061 karena jumlah baut yang dipakai

minimal 2 buah, maka diambil 2 ϕ 1/2”.

Tabel 4.16 Resume Data Nmin


No Batang Ngs Ntp Nmin Keterangan
1 a1 s/d a10 3678 Kg 2104,2 2104,2 Tekan (-)
Kg Kg
2 b1 s/d b9 2475,256 Kg 1438,5 1438,5 Tarik (+)
Kg Kg
3 d1 s/d d16 1237,628 Kg 1438,5 1237,628 Tarik (+)
Kg Kg

Tabel 4.17 Resume Perhitungan Sambungan Baut


No Nama Ukuran Jumlah σijin Fn
Batang Diameter Sambungan (Kg/cm2) (cm2)
1 A1 ϕ 5/8’’ 2 buah 399,150 3,83
2 A2 ϕ 5/8’’ 2 buah 371,305 3,83
107

3 A3 ϕ 5/8’’ 2 buah 328,371 3,83


4 A4 ϕ 5/8’’ 2 buah 282,345 3,83
5 A5 ϕ 5/8’’ 2 buah 235,604 3,83
6 A6 ϕ 5/8’’ 2 buah 235,509 3,83
7 A7 ϕ 5/8’’ 2 buah 282,345 3,83
8 A8 ϕ 5/8’’ 2 buah 328,375 3,83
9 A9 ϕ 5/8’’ 2 buah 373,609 3,83
10 A10 ϕ 5/8’’ 2 buah 404,460 3,83
11 B1 ϕ 1/2’’ 2 buah 406,027 3,13
12 B2 ϕ 1/2’’ 2 buah 355,892 3,13
13 B3 ϕ 1/2’’ 2 buah 315,137 3,13
14 B4 ϕ 1/2’’ 2 buah 283,393 3,13
15 B5 ϕ 1/2’’ 2 buah 251,518 3,13
16 B6 ϕ 1/2’’ 2 buah 310,783 3,13
17 B7 ϕ 1/2’’ 2 buah 369,886 3,13
18 B8 ϕ 1/2’’ 2 buah 428,605 3,13
19 B9 ϕ 1/2’’ 2 buah 487,725 3,13
20 D1 ϕ 1/2’’ 2 buah 42,668 3,13
21 D2 ϕ 1/2’’ 2 buah 43,341 3,13
22 D3 ϕ 1/2’’ 2 buah 75,881 3,13
23 D4 ϕ 1/2’’ 2 buah 86,499 3,13
24 D5 ϕ 1/2’’ 2 buah 114,227 3,13
25 D6 ϕ 1/2’’ 2 buah 127,058 3,13
26 D7 ϕ 1/2’’ 2 buah 153,575 3,13
27 D8 ϕ 1/2’’ 2 buah 167,200 3,13
28 D9 ϕ 1/2’’ 2 buah 173,750 3,13
29 D10 ϕ 1/2’’ 2 buah 160,177 3,13
30 D11 ϕ 1/2’’ 2 buah 107,496 3,13
31 D12 ϕ 1/2’’ 2 buah 119,210 3,13
32 D13 ϕ 1/2’’ 2 buah 89,703 3,13
33 D14 ϕ 1/2’’ 2 buah 79,292 3,13
108

34 D15 ϕ 1/2’’ 2 buah 44,706 3,13


35 D16 ϕ 1/2’’ 2 buah 44,816 3,13
Σ 70 buah
109

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan perhitungan struktur baja penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Dalam merencanakan struktur baja perlu dihitung terlebih dahulu panjang
batang yang akan dipakai, hal ini berguna pada perencanaan struktur baja
berikutnya. Dimana panjang batang ini mempengaruhi perencanaan struktur
yang memenuhi syarat tegangan yang diijinkan atau tidak.
Dalam perhitungan konstruksi atap yang telah dilakukan maka batang dengan
panjang maksimal di batang atas adalah 1,628 meter, di batang bawah 1,33
meter, dan di batang diagonal 4,156 meter
2. Dalam merencanakan dimensi gording, harus diperhitungkan dengan teliti,
ketelitian ini terutama pada pemilihan ukuran baja kanal. Pemilihan ukuran
baja kanal pada pendimensian gording ini harus memenuhi syarat yang
ditentukan.
Dalam perhitungan perencanaan dimensi gording konstruksi atap yang telah
dilakukan didapat hasil bahwa kanal yang dapat memenuhi syarat tegangan
dan lendutan yaitu kanal 8 dengan tegangan Ϭ < Ϭij yaitu 927,316Kg/cm 2 <
1400 Kg/cm2 dan lendutan 0,524 ≤ 1,38 cm.
3. Pada perencanaan perhitungan tracstang sangat penting karena akan
berpengaruh terhadap beban lendutan yang akan terjadi pada gording, jika
salah dalam merencanakan trackstang ini kemungkinan terjadi lendutan akan
semakin besar sehingga kemungkinan gaya tekuk pada batang dibawahnya
akan semakin besar.
Sehingga dalam perencanaan didapat hasil yaitu tegangan akan memenuhi
syarat tegangan ijin apabila menggunakan 1 buah trackstang Dengan
diperoleh diameter besi 3,53 mm, maka sesuai dengan tabel ukuran besi ulir
dan polos diambil diameter sebesar 6 mm.
4. Dalam perhitungan perencanaan ikatan angin diperoleh bahwa dalam
perhitungan diperoleh ukuran besi untuk menopang beban angin adalah 6,545
mm, maka sesuai dengan tabel ukuran besi ulir dan polos diambil diameter
110

sebesar 8 mm, dengan tegangan yaitu Ϭ < Ϭij yaitu 596,59 Kg/cm2 < 1400
Kg/cm2
5. Dimensi konstruksi batang harus direncanakan seoptimal mungkin, karena
dengan perencanaan konstruksi batang meliputi seluruh beban yang bekerja
pada batang. Dalam perhitungan yang telah dilakukan, maka berat beban
maksimum berapa pada beban hidup dengan berat 167,3992 kg, adapun untuk
berat beban mati adalah 158,8656 kg, berat beban plafond 91,77 kg, berat
beban angin kiri 67,3992 dan 89,8656 serta berat beban angin kanan 84,249
kg dan 112,332 kg.
6. Perhitungan beban-beban yang bekerja kemudian digambar dengan metode
cremona dan dapat cek kebenarannya dengan mengunakan aplikasi SAP.
Dan didapatkan gaya-gaya maksimum yaitu untuk beban batang atas berat
maksimum yang didapat adalah 3098,157 Kg dengan batang maksimum di
A10 (batang tekan). Adapun gaya maksimum untuk beban dibatang bawah
terdapat pada batang B9 yang merupakan batang tarik dengan jumlah beban
3053,175, serta berat batang maksimum pada batang diagonal yaitu 1087,678
maksimum di batang D9 yang merupakan batang tarik.
7. Pada perencanaan dimensionering kuda-kuda perlu direncanakan profil baja
yang sesuai dengan banyaknya beban yang ditopang oleh masing-masing
batang kuda-kuda, sehingga setiap batang kuda-kuda dapat dipakai profil
yang berbeda-beda. Dalam perhitungan perencanaan yang tekah dilakukan
didapat hasil bahwa batang atas dengan jumlah batang 10 buah memenuhi
tegangan ijin jika menggunakan profil ┴55.55.6, batang bawah dengan
jumlah batang 9 buah dapat memenuhi tegangan ijin jika menggunakan profil
┴45.45.5, dan batang diagonal d1 s/d d16 dapat memenuhi tegangan ijin jika
menggunakan profil └ 45.45.5
8. Dalam memperhitungkan sambungan pada baja, khususnya sambungan baut
perlu diketahui terlebih dahulu gaya-gaya maksimum yang bekerja pada suatu
batang, adapun jumlah baut yang digunakan menurut perhitungan yang telah
dilakukan adalah 70 buah baut. Baut yang digunakan untuk batang atas
adalah baut diameter ϕ5/8” sedangkan baut yang digunakan pada batang
bawah dan diagonal adalah baut dengan diameter ϕ1/2”.
111

5.2 Saran
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, penulis memberi saran agar dalam
merencanakan suatu konstruksi kuda-kuda dengan rangka atap baja, perlu
perencanaan struktur yang sangat teliti, detail, dan berpegang pada prinsip
perhitungan yang telah ditetapkan agar ketika hasil perencaaan struktur telah
selesai dapat diaplikasikan ke lapangan dan menghasilkan konstruksi yang kokoh,
kuat, awet, dan efisien dalam pemakaian bahan sehingga tidak banyak
mengeluarkan biaya perawatan.
112

Anda mungkin juga menyukai