Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

STRUKTUR BAJA

Disusun Oleh:

 Jonathan R. Kembuan (19014006)


 Michael E. Vreikel (19014008)
 Dhea Rono (19014020)
 Philip Dotulong (19014042)
 Christopher Kuhu (19014039)
 Anatasya Piyoh (19014038)
 Sebastian J. Loasari (19014013)
 Zulfikar Pradana (19014001)
 Meisy Theresia Tamalero (19014029)
 Carolus Lamonge (19014041)

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK SIPIL

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah berjudul “KARAKTERISTIK BAJA,TIPE STRUKTUR
BAJA, DAN TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PERENCANAAN STRUKTUR BAJA”.
Penyusun makalah ini di buat untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh dosen yang
mengajar mata kuliah Struktur Beton 1. Dalam pembuatan makalah ini, penyusun menyadari
bahwa makalah ini begitu jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati,kami mengharapkan dari semua bentuk perbaikan, saran, kritik, masukan dari teman-
teman mahasiswa dan terutama dari dosen untuk meningkatkan kualitas makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Karakteristik Baja .......................................................................


B. Tipe Struktuer Baja .....................................................................
C. Tahapan-tahapan .........................................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Baja adalah logam paduan, logam besi yang berfungsi sebagai unsur dasar
dicampur dengan beberapa elemen lainnya, termasuk unsur karbon. Besi dapat
terbentuk menjadi dua bentuk kristal yaitu Body Center Cubic (BCC) dan Face Center
Cubic (FCC), tergantung dari tempraturnya ketika ditempa. Dalam susunan bentuk
BCC, ada atom besi ditengah-tengah kubus atom, dan susunan FCC memiliki atom
besi disetiap sisi pada enam sisi kubus atom. Interaksi alotropi yang terjadi antara
logam besi dengan elemen pemadu, seperti karbon, yang membuat baja dan besi tuang
memiliki ciri khas yang ada pada diri mereka. Kandungan unsur karbon dalam baja
berkisar antara 0.2% hingga 2.1% dari berat keseluruhan baja tersebut sesuai grade-
nya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon,
dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang
ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya:
mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium.
Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai
jenis kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal dari atom penyusun
besi. Tanpa karbon ini maka struktur kristal dari besi murni tidak memiliki resistensi
antar atom dan akan saling melewati satu sama lain, atau menjadi sangat lembek. Baja
karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan
untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan dan
kekuatan tariknya, namun di sisi lain membuatnya menjadi getas serta menurunkan
keuletannya. Meskipun baja sebelumnya telah diproduksi oleh pandai besi
menggunakan tungku pembakar selama ribuan tahun, penggunaannya menjadi
semakin bertambah ketika metode produksi yang lebih efisien ditemukan pada abad
ke-17. Dengan penemuan proses Bessemer di pertengahan abad ke-19, baja menjadi
material produksi massal yang membuat harga produksinya menjadi lebih murah. Saat
ini, baja merupakan salah satu material paling umum di dunia, dengan produksi lebih
dari 1,3 miliar ton tiap tahunnya menggantikan besi tempa.
Baja merupakan komponen utama pada bangunan, infrastruktur, kapal, mobil, mesin,
perkakas, dan senjata.
Baja modern secara umum diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya oleh
beberapa lembaga-lembaga standar. Proses pemurnian lanjutan, seperti basic oxygen
steelmaking (BOS), menggantikan sebagian besar metoda-metoda lama dengan
menurunkan biaya produksi dan meningkatkan kualitas produk akhir.
B. Rumusan Masalah
- Karakteristik Baja
- Tipe Struktur Baja
- Tahapan-tahapan dalam perencanaan struktur baja
-
C. Tujuan
1. Untuk memberi pemahaman tentang Karakteristik Baja.
2. Untuk memberi pemahaman tentang Tipe Struktur Baja.
3. Untuk memberi pemahaman tentang Tahapan-tapan dalam perencanaan struktur
baja
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur Baja 1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Baja
Pada paduan logam baja karbon rendah yang terdiri dari besi (Fe) dan unsur-
unsur karbon (C), Silikon (Si), Mangan (Mn), Phosfor (P) dan unsur-unsur lainnya.
Diantaranya tujuan terpenting dalam sebuah pengembangan material yaitu
menentukan struktur dan sifat- sifat material optimum, agar daya tahan yang dicapai
maksimum. Sifat utama baja antara lain:
a. Kekuatan (Power)
Karakteristik utama yang dimiliki oleh baja adalah kekuatannya. Baja
mempunyai kuat tarik yang sangat baik. Hal ini membuat baja yang diberikan
beban akan cenderung mengalami perubahan bentuk (deformasi). Perubahan tersebut
menyebabkan timbulnya regangan (strain) dengan besar sesuai deformasi persatuan
panjang. Sedangkan regangan menimbulkan terjadinya tegangan (stress) di dalam
baja.
b. Keuletan (Ductility)
Keuletan yaitu kemampuan sebuah baja untuk melakukan deformasi sebelum
terputus. Faktor yang mempengaruhinya yaitu regangan (strain) yang bersifat tetap
sebelum baja terputus. Adapun besar keuletan ini terhubung pada sifat yang bisa
pekerjaan yang bisa dilakukan terhadap baja. Untuk mengetahui besar keuletan baja,
Anda bisa melakukan serangkaian uji coba, terutama pada uji tarik.
c. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan yaitu ketahanan suatu material pada besarnya gaya yang bisa
menembus pada permukaannya. Kekerasan ini memegang pengaruh yang sangat besar
terhadap kekuatan yang dimiliki oleh baja. Uji coba terhadap kekuatan bisa
dilaksanakan menggunakan metode rockwell, ultrasonic, brinell, dan lain-lain.
d. Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan yaitu hubungan beberapa jumlah energi yang mampu diterima
baja hingga terputus. Bila semakin kecil ketangguhan yang dimiliki suatu baja, maka
karakteristik baja tersebut akan semakin rapuh. Baja yang tangguh akan mendukung
keselamatan penggunanya. Ketangguhan baja bisa diketahui melalui uji coba dengan
memberikan pukulan (impact) secara tiba-tiba.
B. Tipe Struktur Baja
Struktur baja mempunyai beberapa tipe antara lain :
 Portal

 Rangka bidang (plane truss)

 Rangka ruang (space truss)

 Gantung (suspension)

 Masted structures

 Shell systems

 Sistem Portal

1. Pengertian : yaitu sistem struktur yang terdiri dari tiang/ kolom (post) dan balok
(beam) di mana tiang dan balok tersebut tersusun dari batang tunggal.
2. Fungsional : dapat digunakan sebagai struktur pada bangunan bentang panjang
maupun bentang pendek.
3. Estetika : struktur ini cukup sederhana sehingga secara arsitektural pun biasa-biasa
saja (terkesan konvensional) dan mempunyai kelemahan yaitu dimensi kolom dan
balok semakin besar bila bentangnya semakin besar.
4. Konstruksional :
- Stabilitas : stabil ketika antar portal saling dihubungkan.
- Kekuatan : kuat untuk menopang penutup atap yang tidak terlalu berat, tetapi jika
bentang semakin panjang, balok akan mengalami gaya lendut yang makin besar
sehingga memerlukan dimensi komponen struktur yang makin besar pula serta
memerlukan perkuatan.
- Ketahanan goncangan : kuat terhadap gaya yang sejajar, tetapi lemah terhadap
gaya yang tegak lurus struktur.
- Kemudahan pembuatan : cukup mudah sebab strukturnya tidak terlalu rumit.
- Waktu pelaksanaan : singkat / cepat.
- Komponen utama : tiang / kolom (post) dan balok (beam).
- Bahan / material : struktur ini dapat menggunakan bahan kayu, beton bertulang,
dan baja.
- Bentuk dasar : segi empat dan segi tiga.
- Model / tipe : portal segi empat dan portal segi tiga.
5. Pembebanan (flow) :

Pembebanan Pada Tipe Portal

6. Detail konstruksi :

Detail Konstruksi Pada Tipe Portal

7. Aplikasi :
Contoh Aplikasi Tipe Portal

 Sistem Rangka Bidang


1. Pengertian : yaitu sistem struktur rangka batang yang tersusun secara dua
dimensional.
2. Fungsional : umumnya digunakan pada struktur atap bentang panjang (sport hall,
exhibition hall, stadion, dll) dan juga jembatan.
3. Estetika : secara arsitektural lebih baik dibandingkan portal dan lebih terkesan
modern.
4. Konstruksional :
- Stabilitas : menggunakan bentuk segitiga yang stabil (lebih stabil dibandingkan
portal).
- Kekuatan : kuat menahan beban yang cukup besar.
- Ketahanan goncangan : kokoh menahan gaya yang sejajar bidang (lebih kokoh
dibandingkan portal) tetapi lemah terhadap gaya yang tegak lurus bidang.
- Kemudahan pembuatan : pembuatannya agak lebih rumit dibandingkan portal.
- Waktu pelaksanaan : lebih lama dari portal.
- Komponen utama : batang dan sambungan.
- Bahan / material : umumnya menggunakan material baja, tapi juga dapat memakai
bahan kayu.
- Bentuk dasar : struktur ini memiliki bentuk dasar segitiga yang kemudian disusun.
- Model / tipe : rangka batang sistem kabel, rangka batang Pratt, rangka batang
Hower, rangka batang statis tak tentu, rangka batang funicular.
5. Pembebanan (flow) :

Pembebanan Pada Tipe Rangka Bidang


6. Detail konstruksi :

Detail Konstruksi Pada Tipe Rangka Bidang

7. Aplikasi :

Contoh Aplikasi Tipe Rangka Bidang

 Sistem Rangka Ruang


1. Pengertian : yaitu sistem struktur rangka batang yang tersusun secara tiga dimensional
(ruang).
2. Fungsional : hampir sama dengan rangka bidang, umumnya digunakan pada struktur
atap bentang panjang (sport hall, exhibition hall, stadion, dll).
3. Estetika : dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih kompleks dan atraktif.
4. Konstruksional :
- Stabilitas : lebih stabil dibandingkan rangka bidang.
- Kekuatan : kuat menopang beban yang besar karena beban didistribusikan secara
merata.
- Ketahanan goncangan : tahan terhadap gaya yang sejajar struktur dan tahan
terhadap tekuk lateral (gaya tegak lurus terhadap struktur).
- Kemudahan pembuatan : pembuatannya cukup rumit.
- Waktu pelaksanaan : cukup panjang / lama.
- Komponen utama : batang (member) dan sambungan (joint).
- Bahan / material : struktur ini menggunakan material baja.
- Bentuk dasar : struktur ini memiliki bentuk dasar piramid (tetrahedron), limas /
segitiga.
- Model / tipe : square on square no offset, cubic prisms, two member lengths,
trigonal prisms, octahedron and tetrahedron, one member lengths.
5. Pembebanan (flow) :

Pembebanan Pada Tipe Rangka Ruang

6. Detail konstruksi :

Detail Konstruksi Pada Tipe Rangka Ruang

7. Aplikasi :

Contoh Aplikasi Tipe Rangka Ruang


 Sistem Gantung
1. Pengertian : yaitu sistem struktur yang menggunakan kabel sebagai penggantung
(menahan gaya tarik) suatu konstruksi.
2. Fungsional : digunakan untuk konstruksi jembatan, atap, penggantung untuk lantai
bangunan tinggi.
3. Estetika : struktur ini menghasilkan bentuk-bentuk yang menarik, unik, modern, dan
memberi kesan ringan.
4. Konstruksional :
- Stabilitas : stabil dan strukturnya cukup fleksibel (kabel sebagai struktur selalu
dalam kondisi tarik, dengan distribusi gaya merata di setiap bagiannya).
- Kekuatan : kabel merupakan material yang kurang lebih 4 kali lebih kuat dari
struktur baja lainnya, berukuran dan bermassa lebih kecil.
- Ketahanan goncangan : relatif tahan terhadap goncangan karena sifatnya yang
cukup fleksibel
- Kemudahan pembuatan : agak rumit.
- Waktu pelaksanaan : agak lama (tidak secepat pemasangan portal).
- Komponen utama : kabel sebagai penggantung.
- Bahan / material : baja (kabel), beton (kolom).
- Bentuk dasar : tents, preloaded catenaries, dan grids.
- Model / tipe : incorporate suspension bridge element, suspended chain and cable
roofs, dan two-way cable networks in floor structures.
5. Pembebanan (flow) :
Pembebanan Pada Tipe Gantung
6. Detil konstruksi :
- kolom
- kabel
- sambungan kabel dengan kolom / tiang

7. Aplikasi :

Contoh Aplikasi Tipe Gantung

 Masted Structure
1. Pengertian : yaitu sistem struktur yang menggunakan tiang sebagai penyangga utama
di mana tiang tersebut menanggung kumpulan beban / gaya (yang disalurkan dari
kabel-kabel yang digantung pada tiang tersebut) yang kemudian disalurkan ke tanah.
2. Fungsional : hampir sama dengan suspension, yaitu untuk jembatan, atap bangunan
(stadion, ehibition hall, sport hall, dll).
3. Estetika : bentuk-bentuk yang dihasilkan menarik, atraktif, dan modern.
4. Konstruksional :
- Stabilitas : kestabilan dihasilkan melalui peletakan tiang (mast) yang tepat untuk
menahan kabel-kabel sesuai dengan persebaran kabel-kabel tersebut.
- Kekuatan : terletak pada tiang (mast) sebagai penyalur beban ke tanah yang
diterima dari kabel-kabel.
- Ketahanan goncangan : struktur ini cukup kuat untuk menahan gaya horizontal
maupun gaya logitudinal.
- Kemudahan pembuatan : cukup rumit.
- Waktu pelaksanaan : cukup lama.
- Komponen utama : tiang penyangga (mast)
- Bahan / material : baja dan beton
- Bentuk dasar : orthogonal, rotational, dan multiples.
- Model / tipe : single mast structures and assemblages, two mast structures and
assemblages, four mast structures and assemblages, membrane roofed structures,
grandstand structures, dan rational structures.

5. Pembebanan (flow) :

Pembebanan Pada Tipe Masted Structure


6. Detil konstruksi :

Detail Konstruksi Pada Tipe Masted Structure

7. Aplikasi :
Contoh Aplikasi Tipe Masted Structures

 Sistem Shell
1. Pengertian : yaitu sistem struktur yang menggabungkan plate, arc, dan catenarie
sehingga menghasilkan kekuatan yang dihasilkan oleh bentukan lengkung yang
dimilikinya.
2. Fungsional : digunakan untuk bangunan yang menggunakan bentuk dome, atap
lengkung (stadion, bandara, stasiun kereta api, dll).
3. Estetika : bentuknya dinamis, tidak kaku.
4. Konstruksional :
- Stabilitas : bentuk lengkung menciptakan kestabilan pada struktur.
- Kekuatan : mendapatkan kekuatan dari bentuknya bukan dari kekuatan
materialnya.
- Ketahanan goncangan : kokoh terhadap goncangan karena meneruskan bebannya
secara longitudinal seperti batang sekaligus secara transversal seperti busur.
- Kemudahan pembuatan : tergolong rumit / sulit.
- Waktu pelaksanaan : cukup lama.
- Komponen utama : penutup atap
- Bahan / material : selaput / membrane
- Bentuk dasar : bentuk dasar yang digunakan yaitu lengkungan (curved)
- Model / tipe : single curved system, rotational shell system, dan anticlastic shell
system.
5. Pembebanan (flow) :
Pembebanan Pada Tipe Shell

6. Detil konstruksi :
- plate
- arc
- catenarie
7. Aplikasi :

Contoh Aplikasi Tipe Shell System


C. Tahapan –tahapan Dalam Perencannan Struktur Baja

Perencanaan adalah bagian yang terpenting dari pembangunan suatu gedung


atau bangunan yang lainnya. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
menyusun, mengatur atau mengorganisasikan suatu hal atau topik sehingga
menghasilkan output (hasil) yang sesuai dengan keinginan. Perencanaan suatu gedung
(bangunan) dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menyusun dan
mengorganisasikan suatu proyek konstruksi baik itu berupa perhitungan-perhitungan
ataupun tulisan-tulisan, sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya sesuai dengan
keinginan dengan tetap memperhatikan standar ekonomis, aman, kuat dan nyaman.
Survey dan penyelidikan tanah merupakan tahap awal dari perencanaan. Perencanaan
dari suatu konstruksi bangunan harus memenuhi berbagai syarat kontsruksi yang telah
ditentukan yaitu kuat, kaku, bentuk yang serasi dan dapat dilaksanakan dengan biaya
yang ekonomis tetapi tidak mengurangi mutu dari konstruksi tersebut, sehingga dapat
dipergunakan sesuai dengan fungsi utama yang
diinginkan oleh perencana. Suatu struktur gedung harus direncanakan kekuatan
terhadap pembebanan, antara lain :
1. Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala tambahan, penyelesaian mesin-mesin serta peralatan yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut.
2. Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian
suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah dan atau beban akibat air hujan pada atap.
3. Beban angin
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan
dari gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian
dari struktur. Besarnya tekanan tiup harus diambil minimum sebesar 25 kglm2,
kecuali untuk bangunan-bangunan berikut:
1. Tekanan tiup di tepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum
40 kglm2
2. Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan riupnya lebih
dari 40 kg/m2, harus diambil sebesar p = V/16 (kg/m²), dengan V adalah
kecepatan angin dalam m/s
3. Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kgim2 harus ditentukan dengan rumus
(42,5 + 0,6h), dengan b adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter

Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan diatas harus dikalikan dengan
koefisien angin, untuk mendapatkan gaya resultan yang bekerja pada bidang
kontak tersebut.
4. Beban gempa
Beban gempa adalah beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur akibat
adanya pergerakan tanah secara vertikal dan horisontal. Pada umumnya
percepatan horisontal lebih besar dari percepatan vertikal sehingga pengaruh
gempa horisontal lebih menentukan dari gempa vertikal. Gerakan tanah secara
horisontal ini menghasilkan gaya geser dasar bangunanyang berikan oleh
persamaan berikut.

Dimana, C = faktor respon gempa.


I = faktor keutamaan gedung.
R = faktor reduksi gempa
Wt = berat total bangunan (termasuk beban hidup)
Ruang Lingkup Perencanaan

Ruang lingkup perencanaan pada konstruksi bangunan gedung meliputi beberapa


tahapan, antara lain :
1. Tahapan Perencanaan (Design) Konstruksi
Perencanaan sebuah konstruksi merupakan sebuah sistem yang sebaiknya
dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu agar konstruksiyang dihasilkan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Adapun tahapan-tahapan yang dimaksud adalah :
1. Tahap Pra-perencanaan (Prelimiary Design)
Pada tahap ini ahli struktur harus mampu membantu arsitek untuk memilih
komponen-komponen struktur penting, baik dimensi maupun posisinya. Pada
pertemuan pertama biasanya arsitek akan datang membawa informasi mengenai :
a. Sketsa denah, tampak dan potongan-potongan gedung beserta segala atributnnya.
b. Penjelasan dari fungsi setiap lantai dan ruangan.
c. Konsep awal dari sistem komponen vertikal dan horizontal dengan informasi
mengenai luas tipikal dari lantai gedung dan informasi awal mengenai rencana
pengaturan denah lantai tipikal, daerah entrance, function room ruang tangga dan
lain-lain.
d. Rencana dari komponen-komponen non-struktural, misalnya dinding arsitektural
yang berfungsi sebagai partisi. Berbekal dari informasi di atas seorang ahli
arsitektur harus mampu memberikan masukan mengenai :
 Pengaturan komponen vertikal, termasuk jarak kolom, ukuran kolom dan
penempatan kolom.
 Sistem komponen horizontal termasuk sistem balok dan system lantai.
 Sistem pondasi.
 Usulan mengenai komponen non-struktural.
2. Tahap Perencanaan, meliputi :
a. Perencanaan bentuk arsitektur bangunan
Dalam perencanaan arsitektur bangunan ini, seorang perencana belum
memperhitungkan kekuatan bangunan sepenuhnya. Dalam perencanaan
arsitektur ini, perencana merealisasikan keinginan-keinginan dari pemilik
bangunan sesuai dengan desain yang diinginkannya.
b. Perencanaan struktur (konstruksi) bangunan
Dalam perencanaan struktur ini, perencana mulai menghitung komponen-
komponen struktur berdasarkan dari bentuk arsitektural yang telah didapat.
Perencana mulai mendimensi serta menyesuaikan komponen-komponen
struktur tersebut agar memenuhi syarat-syarat konstruksi yang aman, kuat dan
nyaman untuk ditempati namun masih berdasarkan prinsip-prinsip yang
ekonomis.
Struktur adalah suatu kesatuan dan rangkaian dari beberapa elemen yang
direncanakan agar mampu menerima beban luar maupun berat sendiri tanpa
mengalami perubahan bentuk yang melampaui batas persyaratan.
Ada dua struktur pendukung bangunan yaitu :
1. Struktur bangunan atas (Upper Structure)
Struktur bangunan atas harus sanggup mewujudkan perencanaan dari segi
arsitektur dan harus mampu menjamin mutu baik dari segi keamanan maupun
kenyamanan bagi penggunanya. Untuk itu, bahan bangunan yang nantinya akan
digunakan sebagai bahan dasar dari konstruksi hendaknya memenuhi kriteria
sebagai berikut :
 Tahan Api.
 Kuat.
 Mudah diperoleh, dalam arti tidak memerlukan biaya mobilisasi bahan
yang demikian tinggi.
 Awet untuk jangka waktu pemakaian yang lama.
 Ekonomis, dengan perawatan yang relatif mudah.
Dari kriteria–kriteria yang tersebut diatas, maka sebagai komposisi struktur
utama dari bangunan ini menggunakan struktur beton bertulang. Perhitungan
perencanaan untuk bangunan struktur atas ini meliputi :

a. Perhitungan Pelat Lantai.


b. Perhitungan Tangga.
c. Perhitungan Portal.
d. Perhitungan Balok.
e. Perhitungan Kolom.

2. Struktur bangunan bawah (Sub Structure)


Struktur bangunan bawah merupakan sistem pendukung bangunan yang menerima
beban struktur atas, untuk diteruskan ke tanah dibawahnya.Perhitungan
perencanaan struktur bagian bawah (Sub Structure) ini meliputi:
a. Perhitungan Sloof.
b. Perhitungan pondasi.
D. Tipe-tipe baja

1. Wide Flange ( IWF )

WF biasa digunakan untuk : balok, kolom, tiang pancang, top & bottom chord member pada
truss, composite beam atau column, kantilever kanopi, dll. Istilah lain: IWF, WF, H-Beam,
UB, UC, balok H, balok I, balok W.

2. UNP (kanal U)

BESI KANAL - U

UKURURAN PANJANG BERAT BERAT


(Kg/M) (Kg/6M)

UNP 50 X 38 X 5MM 6M 5,0 30


UNP 65 X 42 X 5,5MM 6M 6,8 41
UNP 75 X 40 X 5 MM 6M 7,6 45,3
UNP 80 X 45 X 5 MM 6M 8,0 47,76
UNP 100 X 50 X 6 MM 6M 9,4 56,2
UNP 120 X 55 X 6 MM 6M 13,4 80,4
UNP 125 X 65 X 6 MM 6M 13,4 80,4
UNP 150 X 75 X 6,5 MM 6M 18,7 112
UNP 180 X 80 X 7 MM 6M 21,3 128
UNP 200 X 90 X 7,5 MM 6M 24,7 148
UNP 250 X 90 X 9 MM 6M 34,7 208
UNP 300 X 90 X 9 MM 6M 38,2 229
UNP 300 X 100 X 10 12M 43,8 263
MM

Penggunaan UNP hampir sama dengan WF, kecuali untuk kolom jarang digunakan karena relatif
lebih mudah mengalami tekuk. Istilah lain: Kanal U, U-channel, Profil U
3. Lipped Channel (CNP )

Biasa digunakan untuk : purlin (balok dudukan penutup atap), girts (elemen yang memegang
penutup dinding misalnya metal sheet, dll), member pada truss, rangka komponen
arsitektural.
Istilah lain : balok purlin, kanal C, C-channel, profil C

UKURAN BERAT
(Kg/6M)
CNP 60 X 30 X 10 X 1,6 MM 9,76 Kg
CNP 75 X 35 X 15 X 1,6 MM 12,4 Kg
CNP 75 X 45 X 15 X 1,6 MM 13,92 Kg

BESI KANAL C

CNP 75 X 45 X 15 X 2,3 MM 19,5 Kg


CNP 100 X 50 X 20 X 1,6 MM 17,36 Kg
CNP 100 X 50 X 20 X 2,3 MM 24,36 Kg
CNP 100 X 50 X 20 X 3,2 MM 33 Kg
CNP 125 X 50 X 20 X 2,3 MM 27,1 Kg
CNP 125 X 50 X 20 X 3,2 MM 36,8 Kg
CNP 150 X 50 X 20 X 2,3 MM 29,8 Kg
CNP 150 X 50 X 20 X 3,2 MM 40,6 Kg
CNP 150 X 65 X 20 X 2,3 MM 33 Kg
CNP 150 X 65 X 20 X 3,2 MM 45,1 Kg
CNP 200 X 75 X 20 X 3,2 MM 55,62 Kg
4. H - Beam

H Beam biasa digunakan untuk : balok, kolom, tiang pancang, top & bottom chord member
pada truss, composite beam atau column, kantilever kanopi, dll. Istilah lain: IWF, WF, H-
Beam, UB, UC, balok H, balok I, balok W

.
H BEAM

UKURAN BERAT (Kg)

H beam 100 x 100 x 6 x 8 mm x 12 M 206


H beam 125 x 125 x 5 x 7 mm x 12 M 222
H beam 125 x 125 x 6,5 x 9 mm x 12 M 286
H beam 150 x 150 x 7 x 10 mm x 12 M 378
H beam 175 x 175 x 7 x 11 mm x 12 M 482
H beam 200 x 200 x 8 x 12 mm x 12 M 599
H beam 250 x 250 x 9 x 14 mm x 12 M 869
H beam 300 x 300 x 10 x 15 mm x 12 M 1128
H beam 350 x 350 x 12 x 19 mm x 12 M 1644
H beam 400 x 400 x 13 x 21 mm x 12 M 2064

5. Plat Hitam

Pelat baja datang dengan berbagai standar ukuran dan tingkatan untuk memenuhi persyaratan
Anda baik untuk penggunaan secara langsung, di roll atau fabrikasi. Semua produk pelat baja
telah melalui protokol kontrol kualitas yang ketat. Pengunaan : pembuatan tangki, plat
lambung kapal dan lainnya.
TIPE UKURAN
Plat Hitam 1 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 1.2 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 2 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 2.3 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 2.5 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 3 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 4 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 5 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 6 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 8 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 10 mm 122 x 244 cm
Plat Hitam 12 mm 122 x 244 cm
6. Besi Siku

Kami menyediakan besi siku lobang dan besi siku biasa. Besi siku berbentuk siku sama kaki
yang digunakan untuk penggunaan umum dengan ukuran mulai 50 mm sampai 250 mm. Besi
Siku Lobang dapat digunakan untuk Rak Lemari, Sandaran buku,dll. Sedangkan untuk besi
siku biasa dapat digunakan untuk baja struktural atau kegunaan lainnya dengan tipe yang
tersedia adalah equal angle dan unequal angle.

UKURAN BERAT PER Kg

Siku 20 x 20 x 3 mm 5,31

Siku 250 x 250 x 25 mm 562

7. Steel Pipe

Penggunaan : bracing (horizontal dan vertikal), secondary beam (biasanya pada rangka atap),
kolom arsitektural, support komponen arsitektural (biasanya eksposed, karena bentuknya
yang silinder mempunyai nilai artistik) Istilah lain : steel tube, pipa
8. T-Beam (Hot Rolled)

Sebuah T-beam, digunakan dalam konstruksi, adalah sebuah struktur load-bearing logam,
yang berbentuk penampang T. Bagian atas T penampang berfungsi sebagai flange melawan
tegangan tekan. Sedangkan Web dari balok di bawah flens berfungsi untuk melawan
tegangan tarik dan untuk menyediakan pemisahan tekanan dari kekuatan tekuk. Pengunaan :
balok lantai, balok kantilever (kanopi) Istilah lain : balok T

Selain beberaa contoh di atas, ada beberapa jenis baja yang juga digunakan dalam dunia
konsstruksi
1. Baja Karbon
Baja karbon terbagi menjadi beberapa klasifikasi lagi yakni baja karbon rendah, baja karbon
menengah, dan baja karbon tinggi. Klasifikasi tersebut tentunya dibedakan sesuai dengan
jumlah karbon yang menyusun baja tersebut.

2. Baja Paduan
Yang dimaksud dengan baja paduan adalah baja yang sudah mendapatkan tambahan unsur
tertentu. Tujuan diadakannya penambahan unsur tersebut adalah untuk menaikkan sifat
mekanik baja, menaikkan sifat mekanik pada temperatur yang rendah, semakin meningkatkan
daya tahan terhadap reaksi kimia dalam hal ini oksidasi dan reduksi, serta membuat sifat-sifat
spesial baja paduan ini terdiri dari beberapa jenis, yakni low alloy steel, medium alloy steel,
serta high alloy steel. Selain itu, baja paduan juga dibedakan menjadi baja campuran khusus
dan high speed steel yang akan dijelaskan lebih lengkap di bawah ini.
3. Baja Paduan Khusus
Baja paduan khusus atau biasa disebut dengan special alloy steel merupakan baja yang
mengandung berbagai logam, misalnya nikel, chromium, mangan, molybdenum, tungsten,
dan vanadium. Logam tersebut apabila ditambahkan ke dalam baja maka akan mengubah
sifat mekanik dan kimia baja menjadi lebih keras, kuat, dan ulet.

4. High Speed Steel


Baja high speed steel ini memilii kandungan karbon sekitar 0,7%-1,5%. Jenis-jenis baja dan
penggunaannya antara lain untuk alat potong seperti drills, milling cutters, reamers, dan
sebagainya. Alasan penyebutan baja high speed steel ini karena alat-alat potong yang terbuat
dari baja jenis ini memang memiliki kecepatan saat dioperasikan, lebih cepat bahkan hingga
2x lipat dibandingkan dengan penggunaan dari baja carbon steel. Namun tentu saja harga
yang ditawarkan produk baja high speed steel ini jelas lebih mahal dibandingkan dengan baja
jenis carbon steel.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Baja merupakan bahan atau material yang mempunyai sifat khusus sesuai dengan
kandungan karbon dan komposisi bahan-bahan lain sebagai campuran. Dengan kadar
karbon yang berbeda, maka baja akan mempunyai sifat yang berbeda dengan jenis
baja yang lain. Begitu juga sifat baja tergantung bahan campuran yang dipadukan
dalam pembuatan baja tersebut sehingga memberikan sifat khusus untuk masing-
masing jenis baja.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Baja
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.umm.ac.id/4
1746/3/BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwihkt_w-
L_rAhWWeisKHWciCLoQFjAFegQIARAB&usg=AOvVaw2f9wCL2Swe4LgKm53
YjThu
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.ilmutekniksi
pil.com/struktur-baja/tipe-struktur-baja-pada-bangunan&ved=2ahUKEwj64uSo-
b_rAhVOU30KHWAQBeoQFjAHegQIDhAI&usg=AOvVaw13Dd2_NRYDij5EBl5
2z9jQ
http://eprints.polsri.ac.id/1380/3/3.%20BAB%202.pdf
https://www.academia.edu/11741994/PERENCANAAN_STRUKTUR_BAJA
https://ebooktekniksipil.files.wordpress.com/2014/05/92_struktur-baja-metode-lrfd.pdf

Anda mungkin juga menyukai