STRUKTUR BAJA I
DOSEN PENGAMPU :
1. WIDYA APRIANI, S.T., M.T.
2. FITRIDAWATI SOEHARDI, S.T., M.T.
ANDRE CHANDRA
NOVA MARIANA PASARIBU
GEMA RAJASAPUTRA
T. MUHAMMAD ARIF BESTARI
14.222.01.013
14.222.01.067
14.222.01.084
12.222.01.247
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
HARI /
TANGGAL
14.222.01.013
14.222.01.084
14.222.01.067
12.222.01.247
CATATAN ASISTENSI
PARAF
KET.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya, sehingga memenuhi tugas besar Struktur Baja I, yang mana
merupakan mata kuliah pada program studi Teknik Sipil.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun melalui banyak referensi di internet serta diktat kuliah, dan
juga melalui peminjaman buku melalui perpustakaan, sangat membantu
terselesaikannya makalah ini.
Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
maka daripada itu, saya minta masukannya dari dosen pembimbing saya dan juga
pembaca lainnya berupa kritik maupun sarannya. Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kekuatan tinggi
Kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh fy atau
kekuatan tarik fu. Mengingat baja mempunyai kekuatan volume lebih tinggi
dibanding dengan bahan lain, hal ini memungkinkan perencanaan sebuah
konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang
lebih panjang, sehingga struktur lebih ringan dan efektif.
2.
Kemudahan pemasangan
Keseragaman
Daktilitas ( keliatan )
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1.
mengevaluasi struktur yang diberi pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa selain
kondisi tadi akan ada pengaruh lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan
hidup struktur bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu, suatu bangunan
bahkan dapat mengalami kerusakan meskipun tanpa diberikan beban sekalipun
(belum berfungsi). Jadi ketahanan bahan material konstruksi terhadap lingkungan
sekitarnya adalah penting untuk diketahui agar dapat diantisipasi baik.
Baja merupakan bahan campuran besi (fe), 1.7% zat arang karbon (C),
1.65% mangan (Mn), 0.6% silicon (Si), 0.6% tembaga (Cu). Baja dihasilkan
dengan menghaluskan biji besi dan logam besi tua bersama dengan bahan-bahan
tambahan pencampur yang sesuai, dalam tungku bertemperatur tinggi untuk
menghasilkan massa-massa besi yang besar, selanjutnya dibersihkan untuk
menghilangkan kelebihan zat arang dan kotoran lainnya. Berdasarkan persentase
zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan sebagai berikut:
1)
Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel) yakni lebih kecil
dari 0.15%
2)
Baja dengan persentase zat arang ringan (mild carbon steel) yakni 0.15% 0.29%
3)
Baja dengan persentase zat arang sedang (medium carbon steel) yakni 0.3%
- 0.59%
4)
Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel) yakni 0.6% 1.7%.
Baja untuk bahan struktur termasuk kedalam baja dengan persentase zat
arang
(mild carbon steel), semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung
didalmnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat bahan struktur
yang paling penting dari baja adalah sebagai berikut:
1)
Modulus elastisitas (E) berkisar antara 193000 MPa sampai 207000 MPa.
Nilai untuk desain lazimnya diambil 210000 MPa.
2)
3)
4)
Profil IWF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom.
Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis untuk banyak aplikasi profil M
mempunyai penampang melintang yang pada dasarnya sama dengan profil W, dan
juga memiliki aplikasi yang sama.
Profil S adalah balok standard Amerika.Profil ini memiliki bidang flens
yang miring, dan web yang relatif lebih tebal.Profil ini jarang di gunakan dalam
konstruksi, tetapi masih digunakan terutama untuk beban terpusat yang sangat
besar pada bagian flens.
Profil HP adalah profil jenis penumpu (bearing type shape) yang
mempunyai karakteristik penampang agak bujur sangkar dengan flens dan web
yang hampir sama tebalnya. Biasanya digunakan sebagai fondasi tiang
pancang.Bisa juga digunakan sebagai balok dan kolom, tetapi umumnya kurang
efisien.
beban hidup dan mati seperti disyaratkan pada SNI 03-1727-1989 atau
penggantinya
2)
3)
4)
(6.2-1)
(6.2-2)
(6.2-3)
(6.2-4)
1,2D 1,0E + L L
(6.2-5)
(6.2-6)
Keterangan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W adalah beban angin.
E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 0317261989, atau
penggantinya
Dengan :
L = 0,5 bila L< 5 kPa, dan L = 1 bila L 5 kPa.
Pengecualian: Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada
persamaan 6.2-3, 6.2-4, dan 6.2-5 harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkir,
daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dansemua daerah di mana beban
hidup lebih besar daripada 5 kPa.
2.
4.
Beban Hidup
a)
b)
5.
Beban Angin
Angin tekan dan hisap yang terjadi dianggap bekerja tegak lurus bidang atap
pada tiap titik buhul bagian atassehingga komponen angin hanya bekerja pada
arah sumbu y saja dan komponen angin dalam arah sumbu x = 0 untuk konstruksi
gedung tertutup, dimana < 65, maka :
2)
3)
4)
Batang yang merupakan bagian dari suatu rangka batang. Batang ini
dibebani gaya tekan aksial searah panjang batangnya. Umumnya pada
suaturangka batang maka batang-batang tepi atas merupakan batang tekan.
2)
Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balokbalok loteng, balok lantai dan rangka atap, dan selanjutnya menyalurkan
beban tersebut ke pondasi.
Batang-batang lurus yang mengalami tekanan akibat bekerjanya gaya-gaya
10
Kalau beban yang bekerja pada kolom ditambah besarnya secara berangsurangsur, maka akan mengakibatkan kolom mengalami lenturan lateral dan
kemudian mengalami keruntuhan akibat terjadinya lenturan tersebut. Beban yang
mengakibatkan terjadinya lenturan lateral pada kolom disebut beban kritis dan
merupakan beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh kolom dengan aman.
2.5.1 Keruntuhan
Batang tekan dapat terjadi dalam 2 kategori, yaitu :
1)
2)
Keruntuhan yang diakibatkan terjadinya tekuk. Hal ini terjadi pada batang
tekan yang langsing.
11
dapat berubah menjadi tekan yang tidak dominan pada kombinasi pembebanan
yang lain, tidak perlu memenuhi batas kelangsingan batang tekan.
sebagai A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal dan
digunakan dengan mur segienam yang setengah halus (semifinished) dan tebal
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.10(b). Bagian berulirnya lebih pendek
dari pada baut non-struktural, dan dapat dipotong atau digiling (rolled).Baut A325
12
terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas dengan kekuatan
leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634 MPa) yang tergantung pada
diameter.Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari baja paduan
(alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896 MPa)
yang tergantung pada diameter.Baut A449 kadang-kadang digunakan bila
diameter yang diperlukan berkisar dari II sampai 3 inci, dan juga untuk baut
angkur serta batang bulat berulir.Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara 1/2
dan 1 1/2 inci (3 inci untuk A449). Diameter yang paling sering digunakan pada
konstruksi gedung adalah 3/4 inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling umum
dalam perencanaan jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci.Baut kekuatan tinggi
dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan tegangan tarik yang ditetapkan
pada baut sehingga terjadi gaya jepit (klem/clamping force) pada sambungan.
Oleh karena itu, pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada sambungan
terjadi akibat adanya gesekan (friksi) pada potongan yang disambung.Sambungan
dengan baut kekuatan tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser (friction type),
bila daya tahan gelincir (slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu
(bearing type), bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan.
2)
Paku keling
Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung batang,
tetapi beberapa tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika.Paku keling
dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala di salah satu
ujungnya. Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan identifikasi ASTM
A502 Mutu I (Fv = 28 ksi) (1190 MPa) dan Mutu 2 (Fy = 38 ksi) (260 MPa), serta
kekuatan leleh minimum yang ditetapkan didasarkan pada bahan baja batangan.
Pembuatan dan pemasangan paku keling menimbulkan perubahan sifat mekanis.
Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga warnanya
menjadi merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke dalam lubang, dan
kepalanya ditekan sambil mendesak ujung lainnya sehingga terbentuk kepala lain
yang bulat. Selama proses ini, tangkai (shank) paku keling mengisi lubang
(tempat paku dimasukkan) secara penuh atau hampir penuh, sehingga
menghasilkan gaya jepit (klem). Namun, besarnya jepitan akibat pendinginan
paku keling bervariasi dari satu paku keling ke lainnya, sehingga tidak dapat
13
Baut hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM
A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah.Namun, baut ini belum tentu
menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang
dibutuhkan pada suatu sambungan.Pemakaiannya terutama pada struktur yang
ringan, batang sekunder atau pengaku, anjungan (platform), gording, rusuk
dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil dan bersifat
statis.Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan
yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las.Baut hitam (yang
tidak dihaluskan) kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta
kepala dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar.
4)
bahan berbentuk segienam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 5'0 inci) bila
dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan
memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor, seperti pada bagian
konstruksi paku keling yang terletak sedemikian rupa hingga penembakan paku
keling yang baik sulit dilakukan.
14
BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN
a4
a3
a5
a2
t2
d3
d2
d1
a1
d4
t1
b2
b1
t3
b3
a6
t4
b4
b5
= 12 meter
= 1, 5meter
Penutup atap
Jenis sambungan
= Baut / las
Tekanan angin
= 37 kg/m2
= 550 MPa
Kemiringan kuda-kuda
= 30
15
qy
q x
q
Gambar 3.2
Arah gaya pada gording
Rumus yang digunakan :
1.
2.
Beban Terpusat
Bidang Momen : M
= PL
Bidang Geser
:D
= P
Lendutan
:f
= qL
Bidang Geseer : D
= qL
Lendutan
:f
1)
2)
Data yang diperlukan antara lain adalah kemiringan atap (), bentang
gording (L) dan jarak antar gording.
Pembebanan :
1)
Beban mati (qD), meliputi berat penutup atap (Genteng Beton), berat
gording dan berat brancing.
2)
Beban hidup (qL), meliputi beban pekerja (qP) dan air hujan (qR) = (400,8) x jarak gording.
3)
4)
Koefisien tekan
(+)
= ((0,2*) - 0,4)
Koefisien hisap
(-)
= - 0,4
Perhitungan momen
Arah x
Mx komb.1
= MDx + MPx
Mx komb.2
Mx komb.3
Mx komb.4
Mx komb.5
Arah y
My komb.1
= MDy + MPy
My komb.2
My komb.3
My komb.4
My komb.5
6)
17
2.
yang diterima pada saat perencanaan gording hanya ada penambahan pada berat
sendiri konstruksi rangka atap.
Sedangkan kombinasi beban yang diberikan pada analisis struktur atap ini adalah :
Kombinasi I : Beban Mati + Beban Hidup
Kombinasi II : Beban Mati + Beban Hidup + Beban Angin Kanan
Kombinasi III : Beban Mati + Beban Hidup + Beban Angin Kiri
w = 1,2 D + 1,6 L
w = 1,2 D + 0,5 L 1,3 W
Keterangan:
D
= Beban mati
W = Beban angin
3.
18
4.
Nn = x Ag.fy
Nn = x Ae.fu
Nu Nn (aman)
19
5.
Nu Nn
Nn = x Ag x
Dimana :
=1
(c 0,25)
,
, ,
= 1,25 c (c 1,2)
c =
= 0,75
= 0,75
Dimana :
Li =
20
iy = y
y =
Iy = 2 (Iy1 + A1 (ex + d))
Ag = 2x A1
y =
Kontrol tekuk lokal : (SNI 03-1729-2002 tabel 7.5-1)
f r
pada profil siku ganda dengan plat kopel sebagai penyokong
f =
r =
dimana :
b = lebar profil siku
t = tebal profil siku
21
kn = 5 +
Vn = 0,6 x fy x Aw
Aw = luas kotor pelat badan
/
/
22
Atau
Vn = 0,6 x fy x Aw Cv
Dengan Cv = 1,15
Sambungan baut
Ru Rn
Syarat kekuatan baut :
Kekuatan baut terhadap geser (SNI 03-1729-2002, pasal 13.2.2.1)
23
Dari ketiga nilai di atas diambil nilai terendah sebagai bahan perencanaan
pendimensian sambungan dan jika tebala plat pengisi (t) 6 mm < t < 20 mm, maka
kuat geser nominal 1 baut yang ditetapkan harus dikurangi 15 % (SNI 03-17292002, pasal 13.2.2.5).
Sehingga :
Ru = 0,85 Rn
Jumlah Baut = n =
2.
Sambungan las
24