Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa
elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2%
hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja: karbon,
mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain
itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa
jenis baja diantaranya: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan
niobium.[1]
Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai
jenis kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras
dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon
ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan
pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan
(hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi
getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Meskipun baja sebelumnya telah diproduksi oleh pandai besi selama ribuan
tahun, penggunaannya menjadi semakin bertambah ketika metode produksi yang lebih
efisien ditemukan pada abad ke-17. Dengan penemuan proses Bessemer di pertengahan abad
ke-19, baja menjadi material produksi massal yang membuat harga produksinya menjadi
lebih murah. Saat ini, baja merupakan salah satu material paling umum di dunia, dengan
produksi lebih dari 1,3 miliar ton tiap tahunnya. Baja merupakan komponen utama pada
bangunan, infrastruktur, kapal, mobil, mesin, perkakas, dan senjata. Baja modern secara
umum diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya oleh beberapa lembaga-lembaga standar.

Sejarah profil baja struktur tidak terlepas dari perkembangan rancangan


struktur di Amerika Serikat yang kemudian diikuti oleh negara lain. Bentuk profil yang
pertama kali dibuat di Amerika Serikat adalah besi siku pada tahun 1819. Baja I pertama kali
dibuat di AS pada tahun 1884 dan struktur rangka yang pertama (Home Insurance Company
Builing of Chicago) dibangun pada tahun yang sama. William LeBaron Jenny adalah orang
pertama yang merancang gedung pencakar langit dimana sebelumnya gedung dibangun
dengan dinding batu. Untuk dinding luar dari gedung 10 lantai Jenny menggunakan kolom
cast iron dibungkus batu. Balok lantai 1 s.d. 6 terbuat dari wrought iron, dan untuk lantai
diatasnya digunakan balok baja struktur. Gedung yang seluruh rangkanya dibuat dari baja
struktur adalah Gedung Rand-McNally kedua di Chicago dan selesai dibangun pada tahun
1890. Menara Eiffel yang dibangun pada tahun 1889 dengan tinggi 985 ft dibuat dari
wrought iron dan dilengkapi dengan elevator mekanik. Penggabungan konsep mesin
elevator dan ide dari Jenny membuat perkembangan konstruksi gedung tinggi meningkat
hingga sekarang. Sejak itu berbagai produsen baja membuat bentuk profil berikut katalog
yang menyediakan dimensi, berat dan properti penampang lainnya. Pada tahun 1896,
Association of American Steel Manufacturers (sekarang American Iron and Steel Institute,
AISI) membuat bentuk standar. Sekarang ini profil struktur baja telah distandarisasi,
meskipun dimensi eksaknya agak berbeda sedikit tergantung produsennya. Baja stuktur
dapat dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran tanpa banyak merubah sifat fisiknya. Pada
umumnya yang diinginkan dari suatu elemen adalah momen inersia yang besar selain
luasnya. Termasuk didalamnya adalah bentuk I, T, dan C.
Pada umumnya profil baja dinamai berdasarkan bentuk penampangnya.
Misalnya siku, T, Z, dan pelat. Perlu kiranya dibedakan antara balok standar Amerika (balok
S) dan balok wide-flange (balok W atau IWF) karena keduanya mempunyai bentuk I. Sisi
dalam dan luar dari flens profil W hampir sejajar dengan kemiringan maksimum 1:20. Balok
S adalah balok profil pertama yang diproduksi di AS, mempunyai kemiringan flens sisi

dalam 1:6. Perhatikan bahwa tebal flens profil W yang hampir konstan dibandingkan profil
S dapat mempermudah penyambungan. Sekarang ini produksi wide-flange hampir 50% dari
seluruh berat bentuk profil yang diproduksi di AS, sedangkan di Indonesia hampir seluruh
balok menggunakan profil W.
Baja merupakan suatu campuran dengan persentase besi 98%, selain juga
mengandung sedikit karbon, silicon, magnesium, dll. Karbon memberikan pengaruh besar
pada sifat baja. Sifat keras dan kekuatan akan meningkat dengan bertambahnya jumlah
karbon tetapi baja yang dihasilkan akan getas dan sulit untuk dilas. Jika jumlah karbon
terlalu sedikit akan menghasilkan baja yang lunak dan lebih daktil tetapi lemah.
Penambahan kromium, silicon, dan nikel menghasilkan baja dengan kekuatan cukup tinggi,
tetapi baja jenis ini lebih mahal dan sulit untuk difabrikasi.
Umumnya, pada masa lalu dan juga sekarang struktur dirancang dengan metoda
perancangan elastis. Perancang teknik menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul
oleh struktur dan dimensi elemen didasarkan pada tegangan ijin. Tegangan ijin ini
merupakan fraksi dari tegangan leleh. Meskipun kata metoda elastis lebih sering digunakan
untuk menjelaskan metoda ini, tetapi lebih tepat dikatakan perancangan berdasarkan beban
kerja (allowable-stress design atau perancangan berdasarkan tegangan kerja). Banyak
peraturan sebenarnya didasarkan pada perilaku kekuatan batas dan bukan perilaku elastis.
Daktilitas baja telah ditunjukkan dapat memberikan kekuatan cadangan dan merupakan
dasar dari perancangan plastis. Dalam metoda ini beban kerja dihitung dan dikalikan dengan
faktor tertentu atau faktor keamanan, kemudian elemen struktur dirancang berdasarkan
kekuatan runtuh. Telah diketahui secara luas bahwa bagian terbesar dari kurva teganganregangan baja berada diatas batas elastis. Hasil uji juga menunjukkan bahwa baja dapat
menahan beban diatas tegangan leleh, dan jika mendapat beban berlebih, struktur statis tak
tentu dapat mendistribusikan beban yang bekerja karena adanya sifat daktil baja.
Berdasarkan hal tersebut muncul berbagai usulan perancangan plastis dan memang tidak

diragukan bahwa untuk struktur tertentu, perancangan plastis akan memberikan penggunaan
baja yang lebih ekonomis dibandingkan perancangan elastis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan elastisitas dan plastisitas ?
2. Bagaimana hubungan grafik elastisitas dan plastisitas pada baja ?
3. Jelaskan sifat-sifat yang berada pada daerah elastis dan plastis ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan elastisitas dan platisitas
2. Untuk mengetahui hubungan grafik elastisitas dan plastisitas pada baja
3. Untuk mengetahui sifat-sifat yang berada pada daerah elastis dan plastis

BAB II
PEMBAHASAN

II. 1

TEORI ELASTISITAS DAN PLASTISITAS

Dalam pemilihan material seperti lembaran plat untuk pembuatan


komponen yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat material antar lain; kekuatan
(strength), keliatan (ductility), kekerasan dan kekuatan lelah. Sifat mekanik material
untuk membawa atau menahan gaya atau tegangan. Pada saat menahan beban, struktur
molekul berada dalam keseimbangan. Gaya luar pada proses penarikan akan
mengakibatkan material mengalami tegangan.

Telah diketahui secara luas bahwa bagian terbesar dari kurva teganganregangan baja berada diatas batas elastis. Hasil uji juga menunjukkan bahwa baja dapat
menahan beban diatas tegangan leleh, dan jika mendapat beban berlebih, struktur statis
tak tentu dapat mendistribusikan beban yang bekerja karena adanya sifat daktil baja.
Berdasarkan hal tersebut muncul berbagai usulan perancangan plastis dan memang tidak
diragukan bahwa untuk struktur tertentu, perancangan plastis akan memberikan
penggunaan baja yang lebih ekonomis dibandingkan perancangan elastis. Daktilitas baja
telah ditunjukkan dapat memberikan kekuatan cadangan dan merupakan dasar dari
perancangan plastis. Dalam metoda ini beban kerja dihitung dan dikalikan dengan faktor
tertentu atau faktor keamanan, kemudian elemen struktur dirancang berdasarkan kekuatan
runtuh.
Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan (ability) dari benda padat untuk
kembali ke bentuk semula segera setelah gaya luar yang bekerja padanya hilang/
dihilangkan. Deformasi (perubahan bentuk) pada benda padat elastis mengikuti aturan
yang dikemukakan Robert Hooke yang kemudian dikenal dengan hukum Hooke. Ahli
matematika dan juga seorang filsuf asal Inggris ini mencetuskan hukum Hooke
(elastisitas) yang berbunyi. Perubahan bentuk benda elastis akan sebanding dengan
gaya yang bekerja padanya sampai batas tertentu (batas elastisitas). Jika gaya yang
deberikan ditambah hingga melebihi batas elastisitas benda maka benda akam
mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanent.
Plastisitas adalah Kemampuan suatu material untuk mengalami sejumlah
deformasi plastis (permanen) tanpa mengalami kerusakan setelah tegangan yang
diberikan dihilangkan.

a.

Elastisitas
Sebuah benda terdiri dari partikel partikel kecil atau molekul molekul.
Diantara molekul molekul ini bekerjalah gaya gaya yang biasa disebut gaya
molekuler. Gaya gaya molekuler ini memberi perlawanan terhadap gaya gaya
luar yang berusaha mengubah bentuk benda itu sampai terjadi suatu keseimbangan
antara gaya gaya luar dan gaya gaya dalam. Selanjutnya benda itu dikatakan
berada dalam keadaan regang ( state of strain ).
Elastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material yang
menyebabkan benda / material akan kembali ke bentuk seperti semula setelah diberi
beban dan mengalami perubahan bentuk kemudian beban dihilangkan. Sebuah benda
yang kembali sepenuhnya kepada bentuk semula kita namakan elastis sempurna,
sedangkan apabila tidak sepenuhnya kembali kepada bentuk semula kita namakan
elastis parsial (sebagian). ( S. Timoshenko dan Goodier. 1986 ).

Elastisitas bahan sangat ditentukan oleh modulus elastisitas, modulus


elastisitas suatu bahan didapat dari hasil bagi antara tegangan dan regangan

E =

Dimana :
E

= Modulus elastisitas ( Mpa )

= Tegangan (Mpa)

= Regangan

Garis modulus berupa garis lurus pada kurva beban dan perpanjangan,
yang menunjukkan bahwa beban berbanding lurus dengan perpanjangan seperti
gambar II.1.

( Gambar

II.1.1 )
Garis Modulus
Bila garis modulus itu membuat sudut besar dengan sumbu horizontal,

berarti bahan itu sangat tahan terhadap perubahan bentuk elastik (kaku), memiliki
modulus elastisitas tinggi sehingga tahan terhadap perubahan bentuk (deformasi) elastis.
b. Plastisitas
Plastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material, yaitu ketika
beban yang diberikan kepada suatu benda / material hingga mengalami perubahan
bentuk kemudian dihilangkan lalu benda tidak bisa kembali sepenuhnya ke bentuk
semula.
Peningkatan pembebanan yang melebihi kekuatan luluh (yield strength) yang
dimiliki plat mengakibatkan aliran deformasi permanen yang disebut plastisitas.
Menurut Mondelson (1983) teori plastis terbagi menjadi dua kategori:

1).

Teori fisik
Teori fisik menjelaskan aliran bagaimana logam akan menjadi plastis.
Meninjau terhadap kandungan mikroskopik material seperti halnya pengerasan
kristal atom dan dislokasi butir kandungan material saat mengalami tahap
plastisitas.

2).

Teori matematik
Teori matematik berdasarkan pada fenomena logis alami dari material dan
kemudian dideterminasikan ke dalam rumus yang digunakan untuk acuan
perhitungan pengujian material tanpa mengabaikan sifat dasar material.
a. Tegangan ( Stress )
Tegangan adalah tahanan material terhadap gaya atau beban.
Tegangan diukur dalam bentuk gaya per luas. Tegangan normal adalah
tegangan yang tegak lurus terhadap permukaan dimana tegangan tersebut
diterapkan. Tegangan normal berupa tarikan atau tekanan. Satuan SI untuk
tegangan normal adalah Newton per meter kuadrat (N/m 2) atau Pascal (Pa).
Tegangan dihasilkan dari gaya seperti : tarikan, tekanan atau geseran yang
menarik, mendorong, melintir, memotong atau mengubah bentuk potongan
bahan dengan berbagai cara. Perubahan bentuk yang terjadi sering sangat
kecil dan hanya testing machine adalah contoh peralatan yang dapat
digunakan untuk mendeteksi perubahan bentuk yang kecil dari bahan yang
dikenai beban. Cara lain untuk mendefinisikan tegangan adalah dengan
menyatakan bahwa tegangan adalah jumlah gaya dibagi luas permukaan
dimana gaya tersebut bereaksi.
Tegangan normal dianggap positif jika menimbulkan suatu tarikan
(tensile) dan dianggap negatif jika menimbulkan penekanan (compression).

Tegangan normal () adalah tegangan yang bekerja tegak lurus


terhadap bidang luas (Timoshenko dan Goodier, 1986) :
Fn
=
A
Tegangan adalah besaran pengukuran intensitas gaya atau reaksi
dalam yang timbul persatuan luas. Tegangan menurut Marciniak dkk.
(2002) dibedakan menjadi dua yaitu, Engineering stress dan true stress.
Engineering stress dapat dirumuskan sebagai berikut :
F
eng =
A0
Dimana :
eng
F

= Engineering stress (MPa)


= Gaya (N)

A0 = Luas permukaan awal (mm2)


Sedangkan True stress adalah tegangan hasil pengukuran intensitas gaya
reaksi yang dibagi dengan luas permukaan sebenarnya (actual). True stress dapat
dihitung dengan :
=

A
Dimana :
= True stress ( MPa)
F = Gaya (N)
A = Luas permukaan sebenarnya (mm2)

Tegangan normal dianggap positif jika menimbulkan suatu tarikan


(tensile) dan dianggap negatif jika menimbulkan penekanan.
b. Regangan ( Strain )
Regangan didefinisikan sebagai perubahan ukuran atau bentuk material
dari panjang awal sebagai hasil dari gaya yang menarik atau yang menekan pada
material. Apabila suatu spesimen struktur material diikat pada jepitan mesin penguji
dan beban serta pertambahan panjang spesifikasi diamati serempak, maka dapat
digambarkan pengamatan pada grafik dimana ordinat menyatakan beban dan absis
menyatakan pertambahan panjang.
Batasan sifat elastis perbandingan regangan dan tegangan akan linier akan
berakhir sampai pada titik mulur. Hubungan tegangan dan regangan tidak lagi linier
pada saat material mencapai pada batasan fase sifat plastis.
Menurut Marciniak dkk. (2002) regangan dibedakan menjadi dua, yaitu :
engineering strain dan true strain.
Engineering strain adalah regangan yang dihitung menurut dimensi benda
aslinya (panjang awal). Sehingga untuk mengetahui besarnya regangan yang terjadi
adalah dengan membagi perpanjangan dengan panjang semula.
l l0
eng =

l
100% =

l
0

100%
l
0

Dimana :
eng

= Engineering strain

l
lo

= Perubahan panjang
= Panjang mula-mula

= Panjang setelah diberi gaya

c. Kurva Tegangan Regangan


Menurut Marciniak dkk. (2002) ada beberapa hal yang harus diketahui
dalam hal Tegangan-Regangan pada mekanis bahan yaitu :
1.

Kurva True stress and True strain


Proses pengepresan (stamping) atau sheet metal forming menggunakan

sifat plastis (plasticity) dari material logam yang akan menyebabkan bahan pelat
menjadi bentuk baru apabila diregang melebihi batas elastis (elasticity) sehingga
deformasinya permanen.
Hal yang mendasar dari proses pengepresan adalah memanfaatkan sifat
plastisitas dari material saat pelat diberi gaya. Dengan memanfaatkan tahap
plastisitas tersebut maka proses pembentukan dapat dicapai, dimana bentuk pelat
akan sesuai dengan bentuk cetakan yang diinginkan (Rao, 1987). Konsep ini
terdapat pada kurva tegangan-regangan sebenarnya (true strain-stress curve) pada
Gambar II.4. Daerah plastis terdapat pada garis kurva diatas titik mulur batas
tegangan dimana material tidak akan kembali ke bentuk semula apabila beban
dilepas, dan akan mengalami deformasi tetap yang disebut permanent set
(Timoshenko dan Goodier, 1986).
Persamaan kurva Tegangan Regangan dalam bentuk
adalah sebagai berikut:
= Kn
Dimana :
K = Strenght coefficient

eksponensial

n = Hardening exponent

( Gambar II.1.2 ) Kurva True stress and True strain

Prinsip tegangan pada kondisi plastis dengan teori von mises Stress.
Kriteria ukuran terjadinya keluluhan yang digunakan secara luas adalah ketika
luasan bidang mulai terdeformasi plastis sampai tegangan pada permukaan luasan
mencapai nilai maksimum (kritis). Beberapa peneliti telah menyatakan
menggunakan kriteria ini. Teori ini disebut dengan teori batas luluh tegangan sisa
(von mises yield theory) (Marciniak dkk. 2002).
2. Jenis jenis kurva Stress Strain
Setiap material mempunyai kurva Stress-Strain yang berbeda beda
tergantung dari komposisi dan beberapa faktor seperti perlakukan panas.
Beberapa jenis kurva Stress - Strain sebagai berikut: ( Gambar II.1 ).
1. Perfectly elastic
2. Rigid, perfectly plastic
3. Elastic, perfectly plastic
4. Rigid, lineary strain hardening
5. Elastic, lineary strain hardening

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

( Gambar II.1.3 ) Jenis Kurva Stress Strain

Kurva tegangan regangan dipengaruhi oleh :

Temperatur
Faktor temperatur sangat mempengaruhi bentuk kurva Tegangan - Regangan.
Secara umum hubungan dari temperatur terhadap material biasanya semakin
meningkatnya temperatur material akan meningkatkan keuletan (ductility) dan
ketangguhan (toughness) material, menurunkan modulus elastisitas, titik luluh,
dan UTS-nya.

Strain rate
Strain rate adalah laju deformasi benda ketika mendapat beban. Dalam proses
manufaktur, benda kerja akan meregang terdeformasi sesuai dengan kecepatan
beban yang diterimanya. Strain rate merupakan fungsi perubahan geometri benda

/ spesimennya. Efek dari strain rate pada flow stress adalah semakin tinggi strain
rate, makin tinggi flow stress. Efek ini adalah kebalikan dari efek temperature
pada flow stress.

Increasing
Strain Rate

Increasing
Temperature

Strain

Stress

( Gambar II.1.4 ), Grafik Strain Rate

Secara umum, dengan naiknya strain rate, maka kekuatan material


akan meningkat.

Efek tekanan hidrostatik


Efek tekanan hidrostatik mempengaruhi dari sifat material sebagai berikut:

1. Meningkatkan strain rate


2. Punya efek kecil (dapat diabaikan) terhadap kurva Tegangan-Regangan
3. Tak ada efek pada strain atau beban maksimum saat necking.

Efek radiasi
Perubahan sifat material karena efek radiasi mengakibatkan kondisi material
sebagai berikut:
1. Yield stress naik
2. Tensile strength dan hardness meningkat
3. Ductility dan toughness menurun
3. Ductility
Keuletan suatu bahan menggambarkan seberapa besar ketahanan
meregang suatu bahan sampai tidak terjadi kerusakan. Jika material dibebani sampai
mencapai UTS, maka regangan akan merata. Regangan yang terjadi sampai titik
UTS-nya dinamakan uniform strain, sedangkan memanjangnya material sampai
terjadi retak disebut total elongation.

d. Konversi Engineering Strain ke True Strain


Sifat plastis suatu material bisa dtunjukkan oleh yield point dan post yield.
Pergeseran dari elastis ke plastis terjadi pada suatu titik tertentu yang biasanya
dikenal sebagai batas regang. ketika logam mengalami pembebanan maka akan
mengalami regangan yang apabila berlanjut maka tegangan yang terjadi menjadi
tidak linier dengan pertambahan regangan, hal ini bisa dilihat pada gambar dibawah
ini.

(Gambar II.1.5 ), Karakteristik hubungan Tegangan (strees) Regangan (strain)


Ketika kita

mendefinisikan plastisitas dalam ABAQUS maka harus

menggunakan true stess dan true strain. Tetapi sering kali data yang disediakan
bentuk nominal stress dan nominal strain. Sehingga dalam penggunaannya harus
dikonversikan terlebih dahulu ke bentuk true strees dan true strain.

e. Dekomposisi plastic strain


Regangan yang diperoleh dari material tes yang digunakan untuk
mendefinisikan perilaku plastik bukanlah plastik strain pada material, tetapi berupa
total strain yang terjadi. Oleh karena itu harus dilakukan dekomposisi terhadap total
strain menjadi komponen elastic strain dan plastic strain. Hal ini bisa dilihat pada
gambar ... komponen plastic strain dengan elastic strain yang besarnya adalah true
stress dibagi dengan Youngs modulus.
pl =l el =l

dimana :
pl = true plastic strain
l = true total strain
el = true elastic strain
= true stress
E

youngs modulus

( Gambar II.1.6 ), Dekomposisi total strain kekomponen plastik dan elastik

f. Perbandingan tegangan dan regangan (Stress and strain ratio)


Perbandingan tegangan dan regangan (Stress

and strain ratio)

Perbandingan tegangan dan regangan pada kondisi material terdeformasi Pada


gambar II.1.7 menggambarkan tentang prinsip tegangan yang bekerja pada suatu
elemen pada saat uji tarik.
Prinsip tegangan dan regangan untuk elemen yang terdeformasi untuk
uniaxial tension

( Gambar II.1.7 ), Principal Stress

II. 2

HUBUNGAN GRAFIK ELASTISITAS DAN PLASTISITAS

Hubungan antara setiap jenis tegangan dengan regangan yang bersangkutan


penting peranannnya dalam cabang fisika yang disebut teori elastisitas pada ilmu
kekuatan bahan dibidang engineering. Apabila suatu jenis tegangan dilukiskan grafiknya
terhadap regangannya, akan ternyuata bahawa diagram tegangan - regangan yang kita
peroleh berbeda - beda bentuknya menurut jenis bahannya. Dua bahan yang termasuk

jenis bahan yang sangat penting dalam ilmu dan teknologi dewasa ini ialah logam dan
karet yang divulkanisir.

Gmb. II.2.1 Sebuah diagram tegangan - regangan suatu logam kenyal yang
menderita tarikan.

Bahkan di antara logam - logam, perbedaan tersebut sangatlah luasnya.

Gambar II.2.1 memperlihatkan sederhana dan regangannya menunjukkan prosentase


perpanjangan. Di bagian awal kurva (sampai regangan yang kurang dari 1 %), tegangan
dan regangan adalah proporsional sampai titik a (batas proporsionalnya) tercapai.
Hubungan proporsional antara tegangan dan regangan dalm daerajh ini disebut Hukum
Hooke. Mulai a sampai b tegangan dan regangan tidak proporsional, tetapi walaupun
demikian, bila beban ditiadakan disembarang titik antara 0 dan b, kurva akan menelusuri
jejajknya kembali dan bahan yang bersangkutan akan kembali kepada panjang awalnya.
Dikatakanlah bahwa dalam daerah ob bahan itu elastis atau memperlihatkan sifat elastis
dan titik b dinamakan batas elastis.

Kalau bahan itu ditambah bebannya, regangan akan bertambah dengan cepat,
tetapi apabila beban dilepas di suatu titik selewat b, misalkan di titik c, bahan tidak akan
kembali kepanjang walnya, melainkan akan mengikuti garis putus - putus pada Gambar
12-1. Panjangnya pada tegangan nol kini lebih besar dari panjang awalnya dan bahan itu
dikatakan mempunyai suatu regangan tetap (permanent set). Penambahan beban lagi
sehingga melampaui c akan sangat menambah regangan sampai tercapai titik d, dimana
bahan menjadi putus. Dari b ke d, logam itu dikatakan mengalami arus plastis atau
deformasi plastis, dalam mana terjadi luncuran dalam logam itu sepanjang bidang yang
tegangan luncurnya maksimum. Jika antara batas elastik dan titik putus terjadi deformasi
plastik yang besar, logam itu dikatakan kenyal (ductile). Akan tetapi jika pemutusan
terjadi segera setelah melewati batas elastis, logam itu dikatakan rapuh.

Gmb. II.2.2 Diagram tegangan - regangan karet divulkanisir, yang memperlihatkan


histeresis elastik.
Gambar II.2.2 melukiskan sebuah kurva tegangan - tegangan karet
divulkanisasi yang diregang sampai melebihi tujuh kali panjang awalnya. Tidak ada bagian kurva
ini dimana tegangan proporsional dengan regangan. Akan tetapi bahan itu elastik, dalam arti
bahwa kalau beban ditiadakan, karet itu akan kembali ke panjangnya semula. Bila beban
dikurangi,kurva tegangan - regangan tidak menurut jejaknya kembali melainkan mengikuti kurva
garis putus - putus paa Gambar II.2.2. tidak berimpitnya kurva tegangan bertambah dan kurva
tegangan berkurang disebut histeris ealstis. Gejala yang analog yang terjadi pada bahan magnet

disebut histeris magnet. Luas bidang yang dibatasi oleh kedua kurva itu, yaitu luas lingkaran
histeris, sama dengan energi yang hilang di dalam bahan elastis atau bahan magnetik. Beberapa
jenis karet histeris elastiknya besar. Sifat ini membuat bahan itu bermanfaat untuk peredam
getaran. Jika balokdari bahan semacam ini diletakkan antara sebuah mesin yang bergetar dan
lantai misalnya, terjadilah elastis setiap daur getaran. Energi mekanik berubah menjadi yang
dikenal sebagai energi dakhil, yang kehadirannya dapat diketahui dari naiknya temperatur.
Hasilnya, hanya sedikit saja energi getaran diteruskan ke lantai.

II. 3

SIFAT SIFAT YANG BERADA PADA DAERAH PLASTIS DAN ELASTIS

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1.

Anda mungkin juga menyukai