Anda di halaman 1dari 10




MODUL PERKULIAHAN


Struktur Baja 1 

Sifat Mekanis Material Baja






      

 & W^ dD <D< K 

02
 dW d^ D< ^dDd
 

 <
 
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mampu memahami sifat
pemahaman dasar mengenai sifat mekanis dari material baja sebelum
mekanis material baja masuk kedalam perencanaan struktur
 baja


SIFAT MEKANIS MATERIAL BAJA


Hubungan Tegangan-Regangan Baja

Kekuatan material secara umum diberikan dalam bentuk hubungan tegangan-regangan. Untuk
material baja, hubungan tegangan-regangan diperoleh dari uji tarik secara monotonik. Gambar
1 menunjukkan tegangan-regangan tipikal dari jenis baja karbon, baja mutu tinggi dan baja aloi
berdasarkan hasil pengujian tarik. Hubungan tegangan-regangan pada baja akibat tekan pada
dasarnya adalah sama dengan akibat tarik asalkan kekangan terhadap tekuk diberikan. Untuk
keperluan perencanaan dan analisis, hubungan tegangan-regangan ini umumnya
diidealisasikan seperti diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 1 Hubungan tegangan-regangan tipikal

Khusus untuk baja aloi, titik leleh tidak terdefinisi secara jelas dalam kurva tegangan-regangan
sehingga harus ditentukan dengan beberapa cara antara lain dengan aturan 2% offset dan 5%
regangan seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Dalam perencanaan umumnya untuk baja baik
baja karbon dan baja alloy, modulus elastisitas E s umumnya diambil sebesar 200000 MPa dan

rasio poisson v diambil sebesar 0.3. Modulus geser ditentukan oleh persamaan berikut:

14 Struktur Baja 1
 2 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


Es
G= (1)
2(1 + )

Untuk kebanyakan baja dengan kuat leleh F y < 450 MPa umumnya memiliki daerah plastis

dengan tegangan konstan sedangkan baja dengan F y 450 MPa umumya memiliki daerah

plastis dengan tegangan yang terus meningkat. Baja dengan kuat leleh lebih atau sama dengan
450 MPa ini tidak diijinkan untuk digunakan dalam perencanaan plastis.

Gambar 2 Hubungan tegangan-regangan monotonik tipikal

14 Struktur Baja 1
 3 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


Hubungan tegangan regangan juga menunjukkan tingkat daktilitas dari material. Daktilitas
material didefinisikan sebagai jumlah rasio regangan faktur terhadap regangan leleh dimana
semakin besar rasio, makin besar tingkat daktilitas dari material. Daktilitas ini sangat penting
dalam perencanaan struktur tahan gempa.
u
= (2)
y
dimana:
adalah tingkat daktilitas material
u adalah regangan fraktur

y adalah regangan leleh

Perilaku Pada Suhu Rendah

Dalam perencanaan struktur baja menggunakan baja mutu tinggi tanpa pengaturan suhu,
masalah fraktur umumnya dapat timbul terlebih pada sambungan las dari pelat baja yang relatif
tebal. Hal ini terjadi karena material baja akan mengalami transisi dari daktail ke getas seiring
dengan penurunan suhu dibawah 0oC. Rentang temperatur dimana terjadi transisi dari daktail
ke getas disebut DBTT dan ditentukan melalui pengujian Charpy V Notch. Gambar 3,
menunjukkan hasil pengujian Charpy pada suatu pelat baja karbon dipasaran dimana energi
tumbukan yang mampu diserap oleh pelat baja adalah 15ft-lb (20 N-m) pada suhu 17oF ( -
8.3oC). Dalam praktik umumnya disyaratkan sedikitnya energi tumbukan sebesar 15ft-lb pada
suhu 40oF harus dipenuhi oleh produsen baja dari hasil pengujian Charpy. Makin besar energi
tumbukan yang bisa diserap maka makin kokoh (toughness) material baja tersebut.

Gambar 3 Hasil pengujian Charpy V-Notch pada pelat baja karbon pasaran

14 Struktur Baja 1
 4 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


Perilaku Pada Suhu Tinggi

Perilaku pada suhu tinggi terutama suhu yang digunakan untuk melakukan pengelasan dan
saat terjadi kebakaran perlu dipahami. Secara umum pada suhu mencapai 90oC, hubungan
tegangan-regangan menjadi tidak non linier dan dengan makin tingginya suhu, terjadi reduksi
pada kuat leleh, kuat tarik dan modulus elastisitas dari baja. Reduksi ini lebih lambat sampai
dengan suhu 260oC dan menjadi cepat pada rentang suhu 430oC 540oC. Untuk struktur baja,
insulasi khusus terhadap api sangat diperlukan untuk memperlambat reduksi kekuatan dari baja
pada suhu ekstrim sehingga tidak mengakibatkan keruntuhan total dari bangunan. Kasus lain
yang harus diperhatikan adalah saat melakukan heat treatment pada suatu komponen baja
eksisting dengan tujuan mengurangi tegangan sisanya. Harus dipastikan dengan adanya heat
treatment, kekuatan dari komponen baja itu tidak berkurang drastis sehingga mampu memikul
beratnya sendiri atau merencanakan tumpuan sementara untuk menjamin bahwa proses heat
treatment dapat dilakukan secara aman.

Gambar 4 Kurva rasio reduksi kuat leleh dan modulus elastisitas dengan suhu

Pengerjaan Dingin (Cold Work)

Apabila pengujian tarik monotonik dilakukan pada suatu batang baja giling panas dengan cara -
loading-unloading-reloading maka bentuk hubungan tegangan-regangan akan seperti
diperlihatkan pada Gambar 5 dimana setelah batang baja diberi beban (loading) hingga
melampaui titik lelehnya kemudian beban dihilangkan (unloading)maka regangan permanen
akan tetap ada. Apabila kemudian beban dikerjakan kembali (reloading) titik awal regangan

14 Struktur Baja 1
 5 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


berpindah namun dengan kemiringan elastik yang sama. Terjadinya regangan permanen ini
akan mengurangi daktilitas dari batang baja tersebut. Proses pembebanan sampai melampaui
batas elastik pada temperatur ruang disebut pengerjaan dingin.
Pengerjaan dingin tentunya akan terjadi pada produk baja yang dihasilkan dengan cara giling
dingin dimana penampang baja akan menghasilkan profil baja yang memiliki kuat leleh dan kuat
tarik yang tidak seragam dimana pada bagian tekukan akan lebih tinggi dibanding area
penampang lainnya. Hal ini dijelaskan pada Gambar 6 dimana dalam proses giling dingin
apabila beban dikerjakan hingga wilayah penguatan regangan maka setelah beban dilepas,
profil baja giling dingin akan mengalami perubahan mikrostruktur kimianya dan setelah
beberapa waktu apabila beban dikerjakan kembali, akan terjadi peningkatan kuat leleh dan kuat
tarik cukup siginifikan. Perubahan mikrostruktur akibat pengerjaan dingin ini disebut sebagai
strain aging.

Gambar 5 Kurva tegangan-regangan monotonik dengan loading-unloading-reloading


Gambar 6 Kurva tegangan-regangan monotonik dengan loading-unloading-reloading

14 Struktur Baja 1
 6 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


Keruntuhan Getas Fraktur

Walaupun material baja pada umumnya bersifat daktail namun dalam beberapa kondisi, baja
dapat mengalami keruntuhan yang bersifat getas. Keruntuhan getas yang umum terjadi adalah
keruntuhan getas fraktur yang dapat berbahaya dan terjadi secara tiba-tiba. Keruntuhan ini
terjadi hanya pada elemen struktur baja yang mengalami tegangan tarik. Jenis keruntuhan ini
terjadi akibat beberapa hal berikut:

1. Pengaruh suhu tinggi


Dalam proses quenching, suhu yang tinggi akan menyebabkan timbulnya mikrostruktur
yang getas sebagai akibat dari proses metalurgi. Untuk itu proses tempering harus
dilakukan pada material untuk mengubah mikrostruktur baja yang lebih daktail.
2. Pengaruh suhu rendah
Sesuai penjabaran mengenai perilaku suhu rendah, maka perlu diketauhui suhu peralihan
daktail ke getas dari suatu profil/pelat baja sehingga bahaya akibat keruntuhan getas dapat
dihindari.
3. Pengaruh perubahan geometri penampang (notch effect)
Akibat pengaruh notch, kuat tarik dari spesimen dengan coakan (notch) akan lebih besar
dari spesimen tanpa coakan akibat adanya kekangan lateral sehingga menyebabkan
konsentrasi tegangan seperti diperlihatkan pada Gambar 7.


Gambar 7 Uji tarik specimen dengan notch

Kekangan lateral ini dapat diilustrasikan sebagai gaya transversal yang memperlambat
terjadinya necking saat pengujian tarik sehingga gaya P yang harus lebih agar mencapai
kekuatan ultimitnya apabila dibanding dengan kondisi tanpa adanya gaya transversal.
Gambar 8 memperlihatkan tahapan terjadinya necking sampai fraktur dari batang baja
dalam pengujian tarik.

14 Struktur Baja 1
 7 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


Gambar 8 Pengujian tarik suatu batang baja

Akan tetapi pengaruh gaya biaksial ini akan menyebabkan batang baja dengan adanya
menjadi lebih getas dibanding tanpa adanya gaya transversal. Oleh karena itu dalam desain
struktur baja, perubahan bentuk geometri penampang harus direncanakan sebaik mungkin
sehingga keruntuhan fraktur getas dapat dihindari.

4. Tegangan multiaksial pada sambungan las


Prinsip yang sama pada kondisi biaksial pada suatu batang tarik maka pada sambungan
yang kaku i.e sambungan las, pengaruh tegangan multiaksial akan menyebabkan perilaku
yang getas. Kondisi dimana pengaruh tegangan multiaksial pada sambungan las dapat
dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Kondisi tegangan pada detail sambungan baut dan las untuk T-Joint

14 Struktur Baja 1
 8 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


5. Ketebalan pelat
Pelat yang tipis umumnya hanya mengalami tegangan dua arah/biaksial yang tidak getas
namun untuk pelat yang lebih tebal umumnya bila lebih tebal dari 50mm, efek kekangan dari
ketebalan pelat akan makin besar yang tidak baik apabila disambung dengan las. Untuk itu
apabila profil jumbo digunakan sebagai balok ataupun batang tarik, sambungan lewatan
(splice) dari balok/batang tersebut sebaiknya menggunakan baut. Apabila sambungan ingin
dibuat dengan las maka produsen baja harus menyediakan hasil uji Charpy agar diketahui
tingkat kekokohannya.

Sobekan Lamelar (Lamellar Tearing)

Keruntuhan getas juga sering terjadi pada profil jumbo akibat adanya kondisi yang disebut
sobekan lamelar. Hal ini diakibatkan retak mikro yang ada pada profil jumbo atau pelat yang
tebal saat proses giling. Retak mikro ini pada dasarnya sejajar dengan bidang giling sehingga
untuk mencegah terjadinya sobekan lamelar, detail sambungan las pada pelat harus
memperhatikan bidang las terhadap bidang giling. Gambar 10 menunjukkan detail las yang
perlu diperhatikan untuk menghindari sobekan lamelar.


Gambar 9 Detail las yang kurang tepat dan perbaikannya untuk menghindari sobekan lamellar

14 Struktur Baja 1
 9 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id


Keruntuhan Lelah (Fatigue )

Material termasuk baja akibat beban siklik (beban yang berulang) akan mengalami keruntuhan
lelah atau fatigue. Pada kondisi tertentu tegangan yang menyebabkan kelelahan ini dapat
mengakibatkan kegagalan sebelum mencapai kuat tarik maksimumnya. Capitan kertas dapat
dijadikan contoh dimana dengan menggoyangkan secara cepat, capitan kertas tersebut akan
putus dengan mudah dibandingkan tanpa menggoyangkannya.
Pada suatu batang/balok baja, akibat beban siklik, retak awal yang sudah ada dapat merambat
sehingga menyebabkan kegagalan i.e fraktur. Retak awal tersebut dapat berasal dari lubang
maupun coakan pada pelat. Sumber beban siklik ini sendiri berasal dari beban kendaraan pada
struktur jembatan, jalur crane pada bangunan industri dan beban gelombang laut pada
anjungan lepas pantai. Beban siklik pada dasarnya tidak dapat dihindari namun detail fabrikasi
dan pembuatan baja dapat dilakukan sebaik mungkin untuk menghindari cacat pada elemen
struktur baja yang dapat menyebabkan kegagalan/instabilitas akibat kelelahan.


Daftar Pustaka
[1] Charles G Salmon, John E Johnson & Faris E Malhas, Steel Structures : Design and
Behavior 5th Edition, Pearson Int. Ed. 2009 (cari terjemahannya diperpustakaan untuk edisi
lama)
[2] Louis F Gerschwinder, Unified Design of Steel Structures 1st Edition, John Wiley & Sons
Inc 2005
[3] AISC Design Guide Series

14 Struktur Baja 1
 10 Donald Essen, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai