Anda di halaman 1dari 31

MATERI KULIAH BAJA 1 ( SP5124) 3 SKS

Jurusan Teknik Sipil ITN Malang


Dosen Pembina : Ir.Sudirman Indra,M.Sc

Methode Analisa, dengan Methode ASD dan LRFD

Refrensi : 1. Struktur Baja Perilaku,Analisa &Design AISC 2010 edisi ke 2


2. Struktur Baja dengan penekanan pada metode LRFD jilid 1 dan 2
G.Salmon
3. Perencanaan Struktur baja dengan metode LRFD . Agus Setiawan
4. SNI 1729 2015 Tata cara perenc Bja untuk Gedung, dan Tabel
baja, dan refrensi baja yang lain2.
MODUL 1
BAB I
KONSTRUKSI BAJA
1.1. PENDAHULUAN

Melihat perkembangan Konstruksi Baja bangunan


dewasa ini, maka bahan baja sebagai bahan kanstruksi
terus berkembang penggunaannya baik sebagai bangunan
rumah tinggal, gudang, jembatan, maupun untuk
gedung-gedung bertingkat, selain mempergunakan bahan
beton, kayu, dan lain sebagainya sebagai bahan
konstruksi.
Namun dalam menentukan bentuk dan ukuran-ukuran
bagian suatu konstruksi baja, maka kita harus-
mengikuti ketentuan-ketentuan lain, yang diberikan
oleh yang memberi tugas atau perintah antara lain,
mengenai pengerjaan bahan beban yang diambil,
tegangan-tegangan yang diperbolehkan, dan bentuk
konstruksi yang direncanakan. Sebab mutu bahan yang
dipergunakan sangat berpengaruh sekali terhadap
dimana lokasi didirikan serta kegunaan dari
konstruksi tersebut.

Dan bila kita melihat tentang perencanaan suatu


struktur, maka menurut charles G. Salmon, Jon. E.
Johnson, mendifinisikan bahwa perencanaan struktur
adalah sebagai paduan dari seni dan ilmu yang
menggabungkan intuitif seorang insinyur -
berpengalaman, dalam kelakuan struktur dengan
pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip
statika, dinamika, mekanika bahan dan analisa
struktur, untuk mendapatkan yang ekonomis dan aman
serta sesuai dengan tujuan pembuatannya.

Sedangkan prinsip-prinsip dari perencanaan adalah


suatu proses untuk mencapai pencapaian yang optimum.
Akan tetapi kita sebagai seorang perencana tidak
lepas dari beberapa kriteria yang perlu kita tinjau
antara lain :

(1). Bentuk sebaik-baiknya (segi estetika), dan


semudah-mudahnya dalam pelaksanaan. (2). Bangunan
harus kuat dipandang dari bagian-bagiannya maupun-
secara keseluruhannya. (3). Ekonomis (semurah-
murahnya) bila ditinjau dari segi biaya.

Dari kriteria tersebut diatas maka jelaslah yang


perlu diperhatikan oleh seorang perencana, walaupun
ada beberapa kriteria lain seperti tinjauan analisa
optimasi terhadap struktur tersebut, untuk
mendapatkan struktur yang ekonomis tanpa mengurangi
faktor-faktor kekuatan.

1.2. PROSES PEMBUATAN BAJA

Baja dimaksudkan suatu bahan dengan keserbasamaan


yang benar, yang terutama terdiri dari ferum (Fe),
dalam bentuk kristal dan 1,6 % zat arang (C).
Dan semua jenis-jenis baja sedikit banyak dapat
ditempa dan dapat disepuh, sedangkan untuk baja yang
lunak pada tegangan yang jauh dibawah kekuatan tarik
atau batas patah (b), yaitu apa yang dinamakan
batas lumer atau tegangan lumer (v), terjadi suatu
keadaan yang aneh dimana perubahan bentuk berjalan
terus beberapa waktu, dengan tidak memperbesar beban
yang ada.

Ada beberapa proses cara pembuatan baja yang


dijelaskan sperti dibawah ini antara lain :

Proses Bessemer (1855)

Baja ini diberi tanda pengenal (B)

Yang mana proses ini dinamakan juga proses asam -


, bahan yang dipakai dengan sedikit bahan pospor,
dan dapurnya dilapisi bahan-bahan yang asam.

Proses Thomas (1879)

Diberi tanda pengenal (Th)

Dapurnya dilapisi dengan dolomit dimana kadar


pospornya tinggi 1,8 % karena P disini
merupakan bahan pembakar yang utama.

Proses Dapur Elektro

Dengan tanda pengenal (E)

Dimana hasil dari proses ini adalah sangat teguh-


dan kenyal, yang mana proses pembuatannya dengan
menggunakan busur cahaya atau induksi dalam mana
besi mentah tertutup rapat dari udara luar. Juga
pada suhu-suhu yang sangat tinggi pengontrolon dapat
dilakukan dengan tepat.

Proses Dengan Menggunakan Cawan

Proses ini sudah digunakan 200 tahun untuk


pembuatan baja bernilai tinggi, tetapi karena adanya
proses dapur elektro maka proses ini terdesak,
dimana hasil dari proses ini misalnya kabel jembatan
gantung dan lain sebagainya.
Proses Aduk

(Proses ini ditemukan pada th 1784)

Dimana besi yang dihasilkan dinamakan besi cor,


dan ini merupakan proses yang lama dan dari hasil
proses ini bisa dinamakan besi tempa.

1.3 . SIFAT-SIFAT BAHAN BAJA

Dari beberapa proses pembuatan baja maka dapat


diketahui secara umum sifat-sifat dari baja, yang
mana sifat-sifatdari baja, yang mana sifat-sifat
umum dari baja tergantung dari beberapa faktor
antara lain, (1). Tergantung dari cara melebur, (2).
Tergantung dari macam dan banyaknya campuran logam-
logam
(3). Tergantung dari cara mengerjakannya.

Dari sifat-sifat umum tersebut diatas maka baja


struktur harus memiliki sifat-sifat utama, guna
dapat memberikan jaminan kekuatan untuk melayani
beban dan aksi lain yang timbul pada suatu struktur.
Karena pada dasarnya baja kuat menahan tarik dan
tekan, maka sifat-sifat utama dari baja struktur
harus tidak boleh menyimpang dari kelakuan dasarnya
yang mana, sifat-sifat dari baja yaitu :

1. Keteguhan (Solidity) yaitu, batas dari


tegangan-tegangan dalam dimana perpatahan
mulai berlangsung, ini berarti daya lawan
baja terhadap tarikan,tekanan, dan lentur.
2. Elastisitas (Elastisity) adalah kesanggupan
untuk dalam batas-batas pembebanan tertentu,
dan apabila sesudahnya pembebanan ditiadakan,
kembali pada bentuk semula.

3. Kekenyalan Atau Keliatan (Tenacity) merupakan


kemampuan baja untuk menyerap energi mekanis
atau kesanggupan untuk menerima perubahan-
perubahan bentuk yang besar tanpa menderita
kerugian berupa cacat-cacat atau kerusakan
yang terlihat dari luar, dan dalam jangka
pendek sebelum patah, masih bisa merubah
bentuknya dengan banyak.

4. Kemungkinan di Tempa (Malleabilty), dalam


keadaan merah pijar baja menjadi lembek dan -
plastis tanpa merugikan sifat-sifat
keteguhannya sehingga dapat dirubah bentuknya
dengan baik.

5. Kemungkinan di Las (Weldability), sifat dalam


keadaan panas dapat digabungkan satu sama
lain dengan memakai atau tidak memaikai bahan
tambahan, tanpa merugikan sifat-sifat
keteguhannya.

6. Kekerasan (Hardnees), adalah kekuatan melawan


terhadap masuknya benda lain kedalamnya.
Dari sifat-sifat utama yang dimiliki baja, untuk
kepentingan perencanaan struktur dittapkan konstanta
baja, yaitu modulus elastisitas baja E = 2,1 . 106 Kg/Cm 2
Poison ratio v = 0,30
E
Modulus elastisitas geser G = 2 ( 1 v )
-6 o
Koefisien pemuaian linier t = 12 x 10 per C

Dan untuk mengetahui lebih lanjut tentang sifat-sifat


dari baja maka kita harus mengadakan percobaan-
percobaan tarik, dan dari percobaan-percobaan yang
dilakukan dapat digambarkan yang dinamakan diagram
ulur.
DIAGRAM TEGANGAN ULUR

Gambar No. 3 Diagram Tegangan Ulur


Kondisi baut putus
Pada percobaan dimana pembebanan ditingkatkan dari nol
terus menerus sampai batang percobaan putus. Dimana
pada sumbu vertikal ditempatkan besarnya tegangan yaitu
1 = P/F dan 2 = P/F2 dan seterusnya, sedangkan pada
sumbu horisontal merupakan besarnya penguluran spesifik
yang terjadi dimana penguluran 1 1 / E L1/L
Pengertian lebih lanjut tentang gambar N0.3 adalah
sebagai berikut :

Pada garis 0 P merupakan garis lurus

titik P = batas proposional (sebanding) yang


sebanding itu adalah dan ----- E = / . Karena
garis lurus maka nilai modulus Elastisitas (E) =
tetap konstan, misal untuk baja Fe.37 maka E =
2.100.000 Kg/Cm2.
Dimana P disebut juga tegangan atau keteguhan
proposional.

Titik P E, mulainya penguluran dimana sifat dari


baja ini jika mendapat beban tambahan akan mengulur,
dan bila beban dilepas akan mendapat perpanjangan
regangan sebesar 1/10.000 (menurut peraturan
Belanda), sampai 1/100.000 ( menurut peraturan
Internasional ).

Titik E Va, yaitu titik lumer atas yang


mengakibatkan terjadinya penguluran yang lebih
cepat. Titik Va Vb, yaitu akan lebih cepat lagi
mengulur, sehingga pada titik lumer tanpa pembebanan
baja akan mengulur dan bila diberi beban tambahan
maka batang percobaan tersebut akan putus.

Oleh karena akibat suatu pertambahan panjang


(L) maka luas penampang (F) akan lebih kecil dan akan
berubah. Dari diagram gambar tersebut diatas dapat
ditarik suatu kesimpulan dimana ; Daerah I = daerah
elastis (E), dan Daerah II = daerah plastis (PL), yaitu
merupakan ukuran untuk daya kerja dari batang,
sedangkan Daerah III = daerah penguatan dengan batas-
batas bcCVb.

Sehingga dari gabungan Daerah II dan III, memberikan


luas bidang B . R yaitu yang disebut angka Kwalitas
Tetmayer. Dimana R = penguluran putus, L/L . 100%

(untuk Fe.37 VOSB ----- R 27%.


Sedangkan maksud dari Angka Kwalitas Tetmayer, yaitu
menentukan apakah bahan bangunan atau baja tersebut
cukup ulet sebagai bahan konstruksi. Dan jika B itu
besar maka bahan tersebut bersifat ulet.

Dari tinjauan sifat-sifat umum maupun sifat yang utama


dari baja, maka ada beberapa keuntungan maupun kerugian
dari baja sebagai bahan konstruksi antara lain sebagai
berikut :

Keuntungan Bahan Baja Sebagai bahan Konstruksi :

(1). Beratnya (berat sendiri) kecil, (2). Mudah diubah,


mudah diperkuat, mudah dirombak atau dipindahkan. (3).
Pada perombakan baja masih bisa dipergunakan. (4).
Karena pekerjaan penting dilakukan dalam bengkel,
Pada tempat pembangunan diperlukan waktu yang pendek
dengan sedikit pekerja yang terampil.

Sedangkan Kerugiannya Adalah :

(1). Tidak tahan terhadap karat, lebih-lebih pada


konstruksi yang menyokong menjadi terjadinya karat,
seperti misalnya konstruksi menara air yang terkena
pengaruh udara lua, uap air, air embun, uap-uap asam
dan lain sebagainya. (2). Tidak tahan terhadap bahaya
kebakaran, walaupun baja itu sendiri tidak dapat
dibakar, tetapi sifat-sifat keteguhannya akan hilang
pada suhu yang tinggi. Dan daya muatnya pada 500oC akan
turun kira-kira seperdua.
1.4. TEGANGAN LELEH DAN TEGANGAN DASAR

Tegangan leleh dan tegangan-tegangan dasar dari


bermacam-macam baja bangunan dapat dilihatpada tabel
No.1 yang tergantung dari jenis atau mutu baja yang
dipakai. Yang dimaksud dengan leleh 1 ialah tegangan
yang menyebabkan regangan tetap sebesar 0.2 %.

Macam Baja Tegangan Leleh Tegangan Dasar


sebutan l a
LAMA BARU kg/cm2 MPA KG/CM2 MPA
St.33 Fe.310 2000 200 1333 133.3
St.37 Fe.360 2400 240 1600 160.0
St.44 Fe.430 2800 280 1867 186.7
St.52 Fe.510 3600 360 2400 240.0

1 MPA = 10 Kg/Cm2 . (Mpa) = Mega Pascal


Tegangan Putus dan leleh Struktur baja brdasarkan mutu
SNI 03-1729-2015

Tegangan Putus Tegangan Leleh


Regangan
Jenis Baja Minimum Minimum
Minimum (%)
fu (mPa) fy (mPa)

BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Dimana harga-harga tegangan yang tercantum pada tabel
No.1 adalah untuk elemen-elemen baja yang tebalnya
kurang dari 40 mm. Sedangkan untuk elemen baja yang
tebalnya lebih dari 40 mm, tetapi kurang dari 100 mm,
harga-harga pada tebal No.1 harus dikurangi 10%.

Untuk dasar perhitungan tegangan-tegangan diizinkan


pada suatu kondisi pembebanan tertentu,

dipkai tegangan dasar yang besarnya dapat dihitung dari


persamaan a l : 1,5.
1.5. PERATURAN DAN SPESIFIKASI YANG DIPAKAI

Perencanaan struktur baja di Indonesia telah


menunjukan perkembangan dan peningkatan yang cukup
pesat mengikuti kemajuan dibidang teknologi konstruksi.

Sebelum lahirnya peraturan perencanaan bangunan baja di


Indonesia (PPBBI 1983), di Indonesia sudah dikenal
adanya peraturan atau spesifikasi untuk perencanaan
struktur baja antara lain dikeluarkan oleh AISC, dan
AASHTO ( keduanya dari Amerika), akan tetapi tidak
berarti dengan terbitnya PPBBI 1983, kemudian
spesifikasi AISC dan AASHTO tidak berlaku lagi di
Indonesia, sebaliknya justru merupakan bahan studi yang
menarik bagi teknisi dan paktisi untuk mengkaji sejauh
mana persamaan dan perbedaan yang dimiliki, dan faktor-
Faktor apa saja yang menyebabkan adanya perbedaan
tersebut, dalam kaitannya dengan ketiga peraturan dan
spesifikasi tersebut. Namun pada diktat baja I ini
hanya menekankan pada perencanaan beberapa sambungan
struktur baja, untuk menambah wawasan perencanaan pada
aplikasinya bagi mahasiswa jurusan teknik sipil.
Dua Filosofi Design Pada Konstrksi Baja

Metode ASD dan LRFD adalah dua metode yang


sama dipakai oleh AISC (American Isntitute of Steel
Construction)
dan juga oleh ACI (American Concrete Institute).
Hanya ASD sudah mulai ditinggalkan
dan LRFD lebih banyak dijadikan acuan oleh kedua
lembaga karena asumsi yang dipakai lebih bisa
diterima logic-nya.
Secara garis besar, filosofi ASD adalah sebagai
berikut:
Konsep ASD (Allowable Stress Design) adalah
beban (atau tegangan) yang terjadi harus lebih
kecil dari beban (atau tegangan ijin. Beban (atau
tegangan) yang terjadi dihitung berdasarkan
pada beban yang terjadi pada struktur atau
member (coba bandingkan dengan metode
LRFD) dan beban (atau tegangan) ijin didapat
dari kekuatan maksimum material dibagi dengan
safety factor.
Sedangkan filosofi LRFD (Load Resistance Factor
Design) berkembang seiring ilmu bidang ke-
engineeringan.
Beban yang dipake pada LRFD adalah beban yang telah
dikalikan dengan suatu Load Factor tertentu yang
didapat dari penelitian secara statistik (nilainya
selalu>=1.0).
Misal ada kombinasi beban dengan 1.4xDead Load +
variasi (ketidaktentuan) beban hidup adalah lebih
besar hidup dikalikan dengan factor1.6, sedangkan
beban mati hanya dikalikan dengan factor1.4.
Demikian juga dengan kekuatan dari
material/member/struktur perlu dilakukan
fabrikasi/instalasi dsb.
Ya.. namanya factor reduksi, ya nilai selalu <1.0
Kalo dibikin formula kurang lebih begini:
Load Factor x beban <= Reduction Factor x beban ijin
dengan Load Factor >=1.0
Reduction Factor <1.0
Metode LRFD dianggap lebih logis karena
penentuan faktor pembebanannya

berdasarkan probabilistik sehingga diperoleh


faktor bebannya 1.4 untuk dead load
dan 1.6 untuk life load. demikian juga untuk
reduction factor nya diperoleh dari
probablistik sehingga diperoleh 0.85.

Anda mungkin juga menyukai