Anda di halaman 1dari 110

BAB I

KONSTRUKSI BAJA
1.1. PENDAHULUAN

Melihat perkembangan Konstruksi Baja bangunan


dewasa ini, maka bahan baja sebagai bahan kanstruksi
terus berkembang penggunaannya baik sebagai bangunan
rumah tinggal, gudang, jembatan, maupun untuk
gedung-gedung bertingkat, selain mempergunakan bahan
beton, kayu, dan lain sebagainya sebagai bahan
konstruksi.
Namun dalam menentukan bentuk dan ukuran-ukuran
bagian suatu konstruksi baja, maka kita harus-
mengikuti ketentuan-ketentuan lain, yang diberikan
oleh yang memberi tugas atau perintah antara lain,
mengenai pengerjaan bahan beban yang diambil,
tegangan-tegangan yang diperbolehkan, dan bentuk
konstruksi yang direncanakan. Sebab mutu bahan yang
dipergunakan sangat berpengaruh sekali terhadap
dimana lokasi didirikan serta kegunaan dari
konstruksi tersebut.

Dan bila kita melihat tentang perencanaan suatu


struktur, maka menurut charles G. Salmon, Jon. E.
Johnson, mendifinisikan bahwa perencanaan struktur
adalah sebagai paduan dari seni dan ilmu yang
menggabungkan intuitif seorang insinyur -
berpengalaman, dalam kelakuan struktur dengan
pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip
statika, dinamika, mekanika bahan dan analisa
struktur, untuk mendapatkan yang ekonomis dan aman
serta sesuai dengan tujuan pembuatannya.

Sedangkan prinsip-prinsip dari perencanaan adalah


suatu proses untuk mencapai pencapaian yang optimum.
Akan tetapi kita sebagai seorang perencana tidak
lepas dari beberapa kriteria yang perlu kita tinjau
antara lain :

(1). Bentuk sebaik-baiknya (segi estetika), dan


semudah-mudahnya dalam pelaksanaan. (2). Bangunan
harus kuat dipandang dari bagian-bagiannya maupun-
secara keseluruhannya. (3). Ekonomis (semurah-
murahnya) bila ditinjau dari segi biaya.

Dari kriteria tersebut diatas maka jelaslah yang


perlu diperhatikan oleh seorang perencana, walaupun
ada beberapa kriteria lain seperti tinjauan analisa
optimasi terhadap struktur tersebut, untuk
mendapatkan struktur yang ekonomis tanpa mengurangi
faktor-faktor kekuatan.

1.2. PROSES PEMBUATAN BAJA

Baja dimaksudkan suatu bahan dengan keserbasamaan


yang benar, yang terutama terdiri dari ferum (Fe),
dalam bentuk kristal dan 1,6 % zat arang (C).
Dan semua jenis-jenis baja sedikit banyak dapat
ditempa dan dapat disepuh, sedangkan untuk baja yang
lunak pada tegangan yang jauh dibawah kekuatan tarik
atau batas patah (∂b), yaitu apa yang dinamakan
batas lumer atau tegangan lumer (∂v), terjadi suatu
keadaan yang aneh dimana perubahan bentuk berjalan
terus beberapa waktu, dengan tidak memperbesar beban
yang ada.

Ada beberapa proses cara pembuatan baja yang


dijelaskan sperti dibawah ini antara lain :

 Proses Bessemer (1855)

Baja ini diberi tanda pengenal (B)

Yang mana proses ini dinamakan juga proses asam -


, bahan yang dipakai dengan sedikit bahan pospor,
dan dapurnya dilapisi bahan-bahan yang asam.

 Proses Thomas (1879)

Diberi tanda pengenal (Th)

Dapurnya dilapisi dengan dolomit dimana kadar


pospornya tinggi ≥ 1,8 % karena P disini
merupakan bahan pembakar yang utama.

 Proses Dapur Elektro

Dengan tanda pengenal (E)

Dimana hasil dari proses ini adalah sangat teguh-


dan kenyal, yang mana proses pembuatannya dengan
menggunakan busur cahaya atau induksi dalam mana
besi mentah tertutup rapat dari udara luar. Juga
pada suhu-suhu yang sangat tinggi pengontrolon dapat
dilakukan dengan tepat.

 Proses Dengan Menggunakan Cawan

Proses ini sudah digunakan ± 200 tahun untuk


pembuatan baja bernilai tinggi, tetapi karena adanya
proses dapur elektro maka proses ini terdesak,
dimana hasil dari proses ini misalnya kabel jembatan
gantung dan lain sebagainya.
 Proses Aduk

(Proses ini ditemukan pada th 1784)

Dimana besi yang dihasilkan dinamakan besi cor,


dan ini merupakan proses yang lama dan dari hasil
proses ini bisa dinamakan besi tempa.

1.3 . SIFAT-SIFAT BAHAN BAJA

Dari beberapa proses pembuatan baja maka dapat


diketahui secara umum sifat-sifat dari baja, yang
mana sifat-sifatdari baja, yang mana sifat-sifat
umum dari baja tergantung dari beberapa faktor
antara lain, (1). Tergantung dari cara melebur, (2).
Tergantung dari macam dan banyaknya campuran logam-
logam
(3). Tergantung dari cara mengerjakannya.

Dari sifat-sifat umum tersebut diatas maka baja


struktur harus memiliki sifat-sifat utama, guna
dapat memberikan jaminan kekuatan untuk melayani
beban dan aksi lain yang timbul pada suatu struktur.
Karena pada dasarnya baja kuat menahan tarik dan
tekan, maka sifat-sifat utama dari baja struktur
harus tidak boleh menyimpang dari kelakuan dasarnya
yang mana, sifat-sifat dari baja yaitu :

1. Keteguhan (Solidity) yaitu, batas dari


tegangan-tegangan dalam dimana perpatahan
mulai berlangsung, ini berarti daya lawan
baja terhadap tarikan,tekanan, dan lentur.
2. Elastisitas (Elastisity) adalah kesanggupan
untuk dalam batas-batas pembebanan tertentu,
dan apabila sesudahnya pembebanan ditiadakan,
kembali pada bentuk semula.

3. Kekenyalan Atau Keliatan (Tenacity) merupakan


kemampuan baja untuk menyerap energi mekanis
atau kesanggupan untuk menerima perubahan-
perubahan bentuk yang besar tanpa menderita
kerugian berupa cacat-cacat atau kerusakan
yang terlihat dari luar, dan dalam jangka
pendek sebelum patah, masih bisa merubah
bentuknya dengan banyak.

4. Kemungkinan di Tempa (Malleabilty), dalam


keadaan merah pijar baja menjadi lembek dan -
plastis tanpa merugikan sifat-sifat
keteguhannya sehingga dapat dirubah bentuknya
dengan baik.

5. Kemungkinan di Las (Weldability), sifat dalam


keadaan panas dapat digabungkan satu sama
lain dengan memakai atau tidak memaikai bahan
tambahan, tanpa merugikan sifat-sifat
keteguhannya.

6. Kekerasan (Hardnees), adalah kekuatan melawan


terhadap masuknya benda lain kedalamnya.
Dari sifat-sifat utama yang dimiliki baja, untuk
kepentingan perencanaan struktur dittapkan konstanta
baja, yaitu modulus elastisitas baja E = 2,1 . 106 Kg/Cm 2
Poison ratio v = 0,30
E
Modulus elastisitas geser G = 2 ( 1  v )
-6 o
Koefisien pemuaian linier αt = 12 x 10 per C

Dan untuk mengetahui lebih lanjut tentang sifat-sifat


dari baja maka kita harus mengadakan percobaan-
percobaan tarik, dan dari percobaan-percobaan yang
dilakukan dapat digambarkan yang dinamakan diagram
ulur.
DIAGRAM TEGANGAN ULUR

Gambar No. 3 Diagram Tegangan Ulur


Pada percobaan dimana pembebanan ditingkatkan dari nol
terus menerus sampai batang percobaan putus. Dimana
pada sumbu vertikal ditempatkan besarnya tegangan yaitu
1 = P/F dan 2 = P/F2 dan seterusnya, sedangkan pada
sumbu horisontal merupakan besarnya penguluran spesifik
yang terjadi dimana penguluran 1  1 / E  L1/L
Pengertian lebih lanjut tentang gambar N0.3 adalah
sebagai berikut :

 Pada garis 0 – P merupakan garis lurus

titik P = batas proposional (sebanding) yang


sebanding itu adalah  dan  -----  E = σ/ε . Karena
garis lurus maka nilai modulus Elastisitas (E) =
tetap konstan, misal untuk baja Fe.37 maka E =
2.100.000 Kg/Cm2.
Dimana P disebut juga tegangan atau keteguhan
proposional.

 Titik P – E, mulainya penguluran dimana sifat dari


baja ini jika mendapat beban tambahan akan mengulur,
dan bila beban dilepas akan mendapat perpanjangan
regangan sebesar ε  1/10.000 (menurut peraturan
Belanda), sampai 1/100.000 ( menurut peraturan
Internasional ).

 Titik E – Va, yaitu titik lumer atas yang


mengakibatkan terjadinya penguluran yang lebih
cepat. Titik Va – Vb, yaitu akan lebih cepat lagi
mengulur, sehingga pada titik lumer tanpa pembebanan
baja akan mengulur dan bila diberi beban tambahan
maka batang percobaan tersebut akan putus.

Oleh karena akibat suatu pertambahan panjang


(∆L) maka luas penampang (F) akan lebih kecil dan akan
berubah. Dari diagram gambar tersebut diatas dapat
ditarik suatu kesimpulan dimana ; Daerah I = daerah
elastis (E), dan Daerah II = daerah plastis (PL), yaitu
merupakan ukuran untuk daya kerja dari batang,
sedangkan Daerah III = daerah penguatan dengan batas-
batas bcCVb.

Sehingga dari gabungan Daerah II dan III, memberikan


luas bidang σB . R yaitu yang disebut angka Kwalitas
Tetmayer. Dimana R = penguluran putus,   L/L . 100%

(untuk Fe.37 VOSB -----  R ≥ 27%.


Sedangkan maksud dari Angka Kwalitas Tetmayer, yaitu
menentukan apakah bahan bangunan atau baja tersebut
cukup ulet sebagai bahan konstruksi. Dan jika B itu
besar maka bahan tersebut bersifat ulet.

Dari tinjauan sifat-sifat umum maupun sifat yang utama


dari baja, maka ada beberapa keuntungan maupun kerugian
dari baja sebagai bahan konstruksi antara lain sebagai
berikut :

 Keuntungan Bahan Baja Sebagai bahan Konstruksi :

(1). Beratnya (berat sendiri) kecil, (2). Mudah diubah,


mudah diperkuat, mudah dirombak atau dipindahkan. (3).
Pada perombakan baja masih bisa dipergunakan. (4).
Karena pekerjaan penting dilakukan dalam bengkel,
Pada tempat pembangunan diperlukan waktu yang pendek
dengan sedikit pekerja yang terampil.

 Sedangkan Kerugiannya Adalah :

(1). Tidak tahan terhadap karat, lebih-lebih pada


konstruksi yang menyokong menjadi terjadinya karat,
seperti misalnya konstruksi menara air yang terkena
pengaruh udara lua, uap air, air embun, uap-uap asam
dan lain sebagainya. (2). Tidak tahan terhadap bahaya
kebakaran, walaupun baja itu sendiri tidak dapat
dibakar, tetapi sifat-sifat keteguhannya akan hilang
pada suhu yang tinggi. Dan daya muatnya pada 500oC akan
turun kira-kira seperdua.
1.4. TEGANGAN LELEH DAN TEGANGAN DASAR

Tegangan leleh dan tegangan-tegangan dasar dari


bermacam-macam baja bangunan dapat dilihatpada tabel
No.1 yang tergantung dari jenis atau mutu baja yang
dipakai. Yang dimaksud dengan leleh σ1 ialah tegangan
yang menyebabkan regangan tetap sebesar 0.2 %.

Macam Baja Tegangan Leleh Tegangan Dasar


sebutan σl σa
LAMA BARU kg/cm2 MPA KG/CM2 MPA
St.33 Fe.310 2000 200 1333 133.3
St.37 Fe.360 2400 240 1600 160.0
St.44 Fe.430 2800 280 1867 186.7
St.52 Fe.510 3600 360 2400 240.0

1 MPA = 10 Kg/Cm2 . (Mpa) = Mega Pascal


Tegangan Putus dan leleh Struktur baja brdasarka mutu
SNI 03-1729-2002
Dimana harga-harga tegangan yang tercantum pada tabel
No.1 adalah untuk elemen-elemen baja yang tebalnya
kurang dari 40 mm. Sedangkan untuk elemen baja yang
tebalnya lebih dari 40 mm, tetapi kurang dari 100 mm,
harga-harga pada tebal No.1 harus dikurangi 10%.

Untuk dasar perhitungan tegangan-tegangan diizinkan


pada suatu kondisi pembebanan tertentu,

dipkai tegangan dasar yang besarnya dapat dihitung dari


persamaan a  l : 1,5.
1.5. PERATURAN DAN SPESIFIKASI YANG DIPAKAI

Perencanaan struktur baja di Indonesia telah


menunjukan perkembangan dan peningkatan yang cukup
pesat mengikuti kemajuan dibidang teknologi konstruksi.

Sebelum lahirnya peraturan perencanaan bangunan baja di


Indonesia (PPBBI – 1983), di Indonesia sudah dikenal
adanya peraturan atau spesifikasi untuk perencanaan
struktur baja antara lain dikeluarkan oleh AISC, dan
AASHTO ( keduanya dari Amerika), akan tetapi tidak
berarti dengan terbitnya PPBBI – 1983, kemudian
spesifikasi AISC dan AASHTO tidak berlaku lagi di
Indonesia, sebaliknya justru merupakan bahan studi yang
menarik bagi teknisi dan paktisi untuk mengkaji sejauh
mana persamaan dan perbedaan yang dimiliki, dan faktor-
Faktor apa saja yang menyebabkan adanya perbedaan
tersebut, dalam kaitannya dengan ketiga peraturan dan
spesifikasi tersebut. Namun pada diktat baja I ini
hanya menekankan pada perencanaan beberapa sambungan
struktur baja, untuk menambah wawasan perencanaan pada
aplikasinya bagi mahasiswa jurusan teknik sipil.
BAB II
PERENCANAAN SAMBUNGAN DENGAN
BAUT DAN PAKU KELING

II.1. SAMBUNGAN BAUT DAN PAKU KELING

Sambungan – sambungan dalam struktur baja,


biasanya dibuat dengan alat penyambung (baut dan paku
keling) atau las. Sambungan baut dan paku keling akan
dibahas pada sub bab berikutnya.
Kondisi Baut Akibat tarik dan geser
Alat penyambung Konstruksi

a.Paku Keling b. Baut c.Las


10/5/2014

Baut Mutu Tinggi

Baut Mutu Tinggi (High Strength Bolt)


Ada dua jenis baut mutu tinggi yang ditetapkan ASTM yaitu A325 dan A490.
Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang dengan kekuatan leleh (yield strength)
dari 560 sampai dengan 630
MPa, sedangkan baut A490 terbuat dari
baja alloy yang mempunyai kekuatan diameter Gambar 2. Kode Baut
leleh mendekati 790 sampai dengan 900
MPa (Catatan : tergantung juga ukuran).

2
II.2. PAKU KELING

Bila kita mempelajari tentang paku keling, maka


sejak dari dahulu hanya paku keling dan baut sekrup
yang dipergunakan sebagai alat penyambung dalam
bangunan baja. Dewasa ini paku keling untuk sebagian
telah terdorong oleh las elektrik. Sambungan mempunyai
banyak keuntungannya, akan tetapi ada pula beberapa
kekurangannya bila dibandingkan paku keling.

Paku keling tak akan terdorong seluruhnya oleh las


listrik, paku keling dan sambungan las masing-masing
dapat dipergunakan pada lapangan istimewa.

Sedangkan pada sambungan paku keling dapat


dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Paku Gaya yaitu : Paku yang berfungsi untuk
memindahkan gaya-gaya dari bagian
konstruksi yang satu pada
konstruksi yang lainnya, seperti
sambungan las dan lain sebagainya.

2. Paku Lekat yaitu : Paku yang hanya berfungsi untuk


melekatkan bagian-bagian kontruksi
tanpa memindahkan gaya-gaya sperti
pada pelat pengisi.
II.3. SYARAT-SYARAT PENEMPATAN PAKU KELING

Dalam perencanaan sambungan dengan paku keling


maka ada beberapa persyaratan untuk menempatkan paku
keling sebagai berikut :

Dimana ; t = 3d – 7d dan a = 1,5d – 3d

t = Jarak paku yang satu dengan paku yang lainnya.

A = Jarak paku sampai ke tepi.


Ada dua jenis sambungan yang digunakan dengan paku keling
antara lain :

1. Sambungan teriris tunggal 2.Sambungan teriris ganda


dengan satu bidang geser. dengan dua bidang geser.

Gambar No. 5
• Tumpu

ber potongan tunggal  F = d . S. I

ber potongan double  F = d. S1 . 2

Jumlah paku yang dibutuhkan


 2
- N geser = . 1. d =........... Kg
4

atau = . d2. .2 = .......... Kg
4
- N tumpu = d . s . tp = .......... Kg

Dan dari kedua n tersebut diambil yang terkecil.


P
Jadi kebutuhan paku  n =  ....... pk
N terkecil
Sedangkan pada perhitungan banyaknya paku didasarkan atas
pertimbangan terhadap tekanan tumpu atau gaya desak dan
gaya geser yang diijinkan.

Dan dari kedua hasil perhitungan tersebut diambil gaya


yang terkecil diantara keduanya, sehingga dapat
menghasilkan jumlah paku yang lebih banyak.

Tinjauan terhadap geser :

Berpotongan tunggal --------- Fg  π / 4 . d 2 . 1  Cm2

π . d2
Dan Gaya geser yang bekerja Ng  . τ  kg
4
----------- Fg  π / 4 . d . 2 
2
Berpotongan ganda Cm2

π . d2
Dan Gaya geser yang bekerja Ng  2 . . τ  kg
4

Tinjauan terhadap tumpuan atau desakan :

Berpotongan tunggal ---------- Ft  d . s . 1  Cm 2

Berpotongan ganda ---------- Ft  2 . d . s1  Cm 2


Dan gaya tumpu yang bekerja Nt  d . s .  tp  Cm2

Dari gaya geser (Ng) dan gaya tumpu (Nt) yang didapatkan
dambil gaya yang terkecil guna perhitungan jumlah
kebutuhan paku yang diperlukan

(n) = P/N terkecil = ....Pk


BAB III

APLIKASI PERHITUNGAN KONSTRUKSI

III.1. PERHITUNGAN PELAT

Dalam aplikasi perhitungan seperti dibawah ini


mencoba mengambil suatu permasalahan, seperti kasus pada
pelat yang akan disambung.

Contoh ; Diketahui dua buah batang pelat yang masing-


masing tebalnya (s) = 10mm, dan akan dismbung satu sama
lain dengan dua pelat penyambung.

Besarnya gaya tarik yang dipikul (P) = 25,7 ton.


Diminta rencanakan :

1. Banyak paku keling yang diperlukan, dan rencanakan


sambunga tersebut.

2. Lebar teoritis dari batang yang disambung.

3. Tebal pelat penyambung (S1).

Bila tegangan tarik baja ( σt ) = 1400 Kg/Cm2

 = 0,8 . t
 tp = 1,6 . t
Penyelesaian :
τ  0,8 . σt  0,8 . 1400  1120 kg/Cm 2
 tp  1,6 . σt  1,6 . 1400  2240 kg/Cm 2

Penentuan diameter ( d ) paku keling

Untuk s  11 mm - - - - - -  d  2 . s
Untuk s  11 mm - - - - - -  d  1 / 2 . s  16 mm atau
d  0,7 . s  13 mm

Perhitungan jumlah kebutuhan Paku Keling


P
Akibat Gaya Geser n1 

2 . . d2 . 
4
25700
  4 pk
3,14
2 . . 2 2 . 1120
4
P
Akibat Gaya Tumpu n2 
d . s .  tp
25700
n2   6 pk
2 . 1 . 2240

Dengan demikian yang menentukan untuk jumlah kebutuhan


paku adalah (n2) akibat gaya desak = 6 buah paku keling
tiap pelat.
Perhitungan Lebar teoritis penampang :

1. Tinjau Potongan A-A.

( b - d ) . s  P /  tr
( b - 2 ) . 1  25700 / 1400 - - - - - -  b  20,4 Cm.

2. Tinjau Potongan B-B.

( b - 2 d ) . s  5/6 . P /  tr
( b - 2 . 2 ) . 1  5/6 . 25700 / 1400 
- - - - - -  b  20,4 Cm.
3. Tinjau Potongan C-C.

( b - 3 d ) . s  3/6 . P /  tr
( b - 3 . 2 ) . 1  3/6 . 25700 / 1400 
- - - - - -  b  15,2 Cm.
Dengan demikian lebar toritis dari pelat tersebut
adalah b = 20,4 Cm.

Untuk perhitungan lebar maksimum dan minimal dari pelat


tersebut maka kita tinjau potongan C – C, oleh karena
potongan tersebut merupakan potongan yang kritis dalam
arti jumlah paku yang terbanyak.

Lebar minimal pelat - - - -  b  2 . 1,5 d  2 . 3 d  18 Cm


Lebar maximal pelat - - - -  b  2 . 3 d  2 . 7 d  40 Cm

Perhitungan tebal pelat penyambung :

Perhitungan tebal pelat penyambung ( S1 ) kita tinjau


potongan ( C – C ) potongan terlemah.
2 ( b - n . d ) . s1 . σtr  P
2 ( 20,4 - 3 . 2 ) . s1 . 1400  25700
maka s1  0,63 Cm  7 mm.
Jadi tebal pelat penyambung s1  7 mm

III.2. PERHITUNGAN PAKU KELING PADA PEMBEBANAN BIASA.

Pada perhitungan konstruksi dengan paku keling


maka perlu ditinjau terhadap pembebanan yang bekerja,
baik pembebanan biasa ( search ), maupun pembebanan
bertukar ( bolak-balik ).

Sebelum kita lanjutkan pada perhitungan berikutnya maka,


ada beberapa tinjauan asumsi yang biasa digunakan dalam
perhitungan sambungan dengan paku keling antara lain :
1. Sebuah gaya yang bekerja melalui titik berat
susuanan rivet tersebut dipikul sama besar
oleh masing-masing rivet.

2. Tegangan geser pada penampang sebuah paku

( rivet ) dianggap terbagi rata.

3. Setelah paku ( rivet ) dipasang, paku mengisi


sepenuhnya lubang paku. Dan diameter lubang
paku biasanya dibuat ± 1 mm lebih besar dari
pada paku itu sendiri.

Dengan adanya asumsi tersebut diatas, maka sebagai


diameter ( Ø paku ) yang dipakai dalam perhitungan adalah
diameter lubang ----- Ø lubang = Ø paku + 1 mm.
Contoh soal :

Gambar No.8 Perencanaan Sambungan.


Diketahui : Suatu sambungan konstruksi seperti gambar
diatas, memikul gaya tarik sebesar P = 20 ton. Data-data
konstruksi adalah sebagai berikut :

σtr  1400 Kg/Cm 2


  0,8 . σtr
σtp  2 . σtr

Ditanyakan : Rencanakan sambungan tersebut, bila sambungan


tersebut direncanakan 1. Dengan paku keling Ø 23 mm

2. Dengan baut Ø 5/8”

3. Baut hitam 5/8”


Penyelesaian :

1. Perencanaan dengan paku keling Ø 23 mm

Diameter lubang paku diambil = 23 mm + 1 mm = 24 mm.

Menurut N.1055 - - - --   tr  1400 Kg/Cm 2


  0,8 . 1400  1120 Kg/Cm 2
 tp  2 . 1400  2800 Kg/Cm 2

Gaya geser ( Ng )  2 . π / 4 . d2 . 
 2 . 3,14 . 2,4 2 . 1120  10128 Kg

Gaya tumpu ( Ntp )  d . s . σtp


 2,44 . 1,5 . 2800  10080 Kg
Dari harga gaya geser ( Ng ) dan gaya tumpu/desak (Ntp),
diambil dari gaya yang terkecil untuk menentukan jumlah
paku yang diperlukan.

P
Jadi Jumlah kebutuhan paku      n 
N tumpu
20000
n   2 pk.
10080

2. Sambungan dengan baut bubut ( 5/8” = 15,87 mm ).

Menurut VOSB - - - --   tr  1400 Kg/Cm 2


  0,8 . 1400  1120 Kg/Cm 2
 tp  2 . 1400  2800 Kg/Cm 2
1 baut - - - - - -  N geser  2 . π / 4 . d 2 . 
 2 . 3,14 . 1,587 2 . 1120  4429 Kg

N tumpu  d . s . σtp
 1,587 . 1,5 . 2800  6665 Kg.

Jadi kebutuhan paku ( n )  P/Ng  20000/4429  5 pk

3. Dengan baut hitam ( 5/8” = 15,87 ).

Menurut N.1055 - - - --   tr  1400 Kg/Cm 2


  0,6 . 1400  840 Kg/Cm 2
 tp  1,5 . 1400  2100 Kg/Cm 2
Kekuatan 1 baut N geser  2 . π / 4 . d2 . 
 2 . 3,14 . 1,587 2 . 840
 3322 Kg

N tumpu  d . s . σtp
 1,587 . 1,5 . 2100
 7933 Kg

Jadi kebutuhan baut - - - --  n  P/Ng  20000/3322


 6 baut
III.3. PERHITUNGAN SAMBUNGAN DENGAN PEMBEBANAN BERTUKAR
DIMANA GAYA TARIK DAN GAYA TEKAN BEKERJA SALING
BERGANTIAN.

Dalam suatu sambungan konstruksi yang kita rencanakan


biasanya terdapat beban atau gaya yang bertukar, dimana
gaya tersebut saling berlawanan arah dan bekerja saling
bergantian ( kekanan dan kekiri ).

Namun sebelum kita menginjak ke masalah perhitungan


maka persyaratan – persyaratan letak paku keling perlu
kita perhatikan, dimana dalam penentuan jarak paku keling
antara yang satu dengan yang lainnya tidk boleh terlalu
jauh, sebab akan terjadi tertekuknya pelat seperti gambar
dibawah ini :
Dimana : t = jarak paku satu dengan yang lainnya

s1 & s2 = tebal pelat rencana.


Contoh perhitungan :
Diketahui : Pada sambungan pelat dengan 2 baja siku
90.90.9 seperti gambar diatas, dan bekerja 2 ( dua )
buah gaya yang berlawanan arah yaitu :

Gaya tarik P1 = + 39 ton

Gaya tekan P2 = - 28 ton

Dimana gaya tersebut bekerja saling bergantian dan


sambungan dilaksanakan dengna paku keling.

Diminta : Rencanakan sambungan tersebut dan kontrol


tegangan gesernya, bila      σtr  1400 Kg/Cm 2
  0,8 . σtr
σtp  2 . σtr
Penyelesaian :

Dalam penentuan diameter paku ada dua cara yang dapat


digunakan, yaitu cara pertama adalah dengan langsung
melihat pada tabel baja berdasarkan baja siku rencana

Dan cara kedua adalah, secara empiris/pendekatan yaitu :

Ø paku = 2 x tebal rata-rata antara pelat penyambung


dengan baja siku dibagi dua ( 2 )

15  11
 paku  2 .  26 mm ( ada dipasaran ).
2
Maka diameter ( Ø ) lubang = 26 + 1 = 27 mm.

Checking : a = 90 – 50 = 40 mm ≤ 1,5 d = 1,5.27 = 40,5 mm


Penyelesaian :

Dalam penentuan diameter paku ada dua cara yang dapat


digunakan, yaitu cara pertama adalah dengan langsung
melihat pada tabel baja berdasarkan baja siku rencana

Dan cara kedua adalah, secara empiris/pendekatan yaitu :

Ø paku = 2 x tebal rata-rata antara pelat penyambung


dengan baja siku dibagi dua ( 2 )

15  11
 paku  2 .  26 mm ( ada dipasaran ).
2
Maka diameter ( Ø ) lubang = 26 + 1 = 27 mm.

Checking : a = 90 – 50 = 40 mm ≤ 1,5 d = 1,5.27 = 40,5 mm

( tidak memenuhi ), maka diambil Ø paku = 23 mm ( tebal )


Diameter ( Ø ), lubang = 23 + 1 = 24 mm.

Checking : a = 40 mm ≥ 1,5 d = 1,5 . 24 = 36 mm

( memenuhi )

Perhitungan kebutuhan paku keling.

Ditinjau gaya P1 = 39 t ( gaya yang terbesar dalam arti


absolut ) dimana paku berpotongan ganda / double.
Gaya geser ( Ng )  2 . π / 4 . d2 . 
 2 . 3,14 . 2,4 2 . 0,8 . 1400
 10128 Kg.

Gaya tumpu ( Nt )  d . s . σtp


 2,4 . 1,5 . 2 . 1400
 10080 Kg
Dari kedua besaran gaya tersebut diatas maka yang
menentukan adalah gaya tumpu ( Nt ).

Jadi kebutuhan paku ( n ) = P/Nt = 39000/10080 = 4 pk

Kontrol Tegangan Geser yang timbul (  )

P 28000
n  ------    
2 . 3,14/4 . d . 
2 2
2 . 3,14/4 . 2,4 . 4

39000
  2

2 . 4 . 3,14/4 . 2,4
 1078 Kg/Cm 2    500 Kg/Cm 2
Dengan demikian akibat P = 39 ton, akan terbit pergeseran

dari lubang batang.

Jika gaya yang bekerja berbalik menjadi 28 ton, maka tiap


paku akan memiku gaya sebesar P

28000
Dimana : P   7000 Kg
4

Kontrol tegangan geser :

28000
  2

2 . 3,14/4 . 2,4 . 4
 774 Kg/Cm 2    500 Kg/Cm 2
maka terjadi lagi pergeseran lubang kejurusan lain,
dengan demikian bagian- bagian itu akan senantiasa akan
bergerak kekanan dan kekiri sehinggan sambungan akan
menjadi longgar dan air akan dapat masuk yang akan
menyebabkan atau menimbulkan karatan pada konstruksi.
Terutama konstruksi-konstruksi yang tidak terlindung oleh
atap.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas maka paku


keling harus diperbanyak.

Jadi jumlah paku keling yang dipakai untuk mengatasi


kelebihan tegangan geser yaitu :

774
Jumlah paku ( n )  . 4  7 buah paku
554

28000
Kontrol :   
2 . 3,14/4 . 2,4 . 7
 442 Kg/Cm 2    500 Kg/Cm 2 ( memenuhi ).
Dengan demikian pergeseran hanya akan terjadi satu kali
saja yaitu, kejurusan yang terbesar secara absolut.

Dan angka tegangan 500 Kg/Cm2, adalah yang rata-rata dari


percobaan, tetapi bila diikuti percobaan tertentu
misalnya peraturan perencanaan baja jembatan ( VOSB 1938
) maka tegangan yang diijinkan untuk bpaku dan baut dalam
sambungan dari batang-batang dalam mana bekerja gaya
tarik dan gaya tekan dan juga dapat bekerja momen-momen
yang bertentangan untuk gaya yang terbesar ( nilai
mutlaknya ) atau momen yang terbesar adalah sama seperti
pembebanan biasa, maka untuk gaya yang terkecil atau
momen yang terkecil yaitu diambil tidak boleh lebih dari
  0,4 .  tr. Jadi disini untuk gaya yang terkecil
hanya diijinkan   0,4 . 1400  560 Kg/Cm 2 .
Dengan cara lain :

  P/F1  7000 / 3,14/4 . 2,4 2 . 2 

Kebutuhan Paku :
n  n .  '/  4 . 774 / 500  7 paku

Dengan demikian jumlah paku yang dibutuhkan pada


konstruksi adalah 7 buah paku.

Sebagaimana disyaratkan dalam peraturan bahwa didalam


satu bari paku tidak boleh lebih dari 5 paku, dan jika
terpaksa sekali boleh dipasang 6 buah paku keling, dan
untuk mengatasi hal tersebut diatas maka perlu digunakan
baja siku penolong yang mana 4 buah paku pada baja siku
induk, dan 3 paku pada baja siku penolong.
III.4. PEMAKAIAN BAJA SIKU PENOLONG

Dari beberapa teori yang telah kita pelajari, bahwa


penempatan paku tikdak boleh lebih dari ( 5 ) buah paku
keling dalam satu bari atau jika terpaksa sekali boleh 6
buah paku keling, oleh karena jika lebih dari ( 5 ), paku
maka paku yang pinggir atau terjauh akan mendapat
tegangan yang bear hingga meleleh.

Dan untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka perlu


digunakan baja siku penolong ( keerhock steel ), yang
ukurannya lazim diambil sama dengan baja siku induk.

Dengan digunakan baja siku penolong tersebut, yang


berarti bukan saja sambungan paku menjadi lebih baik,
akan tetapi tegangan – tegangan sekunder dalam baja siku
indukpun akan berkurang.
Contoh Kasus

Data - data konstruksi :  tr  1400 Kg/Cm 2


  0,8 .  tr  1120 Kg/Cm 2
 tp  2 .  tr  2800 Kg/Cm 2
Diminta : Rencanakan hasil sambungan tersebut dan gambar
hasil perhitungan.

Penyelesaian :

Perhitungan kebutuhan paku :

P 34000
n geser  
2 .  / 4 . d2 .  2 . 3,14/4 . 2 2 . 1120

 5 buah paku

P 34000
n tumpu  
d . s .  tp 2 . 1 . 2800

 7 buah paku
Dengan demikian kebutuhan paku yang diperlukan = 7 pk.
Seperti apa yang telah disyaratkan bila lenih dari 5 paku
maka perlu dipasang baja siku penolong, dimana 4 pada
baja siku induk dan 3 pada baja siku penolong.
Secara praktis bahwa hasil perhitungan seperti pada
gambar telah dianggap selesai sampai disini.

Namun dalam perencanaan perlu diadakan suatu


pengontroloan tegangan – tegangan yang timbul pada
konstruksi, apakah dengan jumlah paku seperti diatas, dan
besarnya momen yang timbul sudah memenuhi dengan tegangan
yang diijinkan ( tegangan yang timbul pada konstruksi
sudah lebih kecil dari yang diijinkan ).
Pertama tentukan terlebih dahulu letak titik berat paku
( Z ), yaitu dengan membagi duabagian yang samabesar
antara paku atas dan paku bawah.

Jarak antara kedua garis tersebut dibagi menjadi dua


bagianyang berbanding terbalik dengan jumlah paku pada
baris atas dan bawah yaitu ;
a 1  3/7 . 80  34 mm
a 2  4/7 . 80  46 mm

Kedua, tarik garis anatara paku no.5 dan 6 kepaku no.2


hingga didapatkan titik Z.

Dari persilangan garis tersebut akan kita dapatkan


garis sumbu X dan garis sumbu Y. Dari paku no.2 ke garis
sumbu Y dan didapat jarak sebesar b dimana :
b - - - --  80/30  46/b - - - --  b  17,25 Cm.
Jadi - - - - - - - - y  40  22,9  62,9 mm
e  62,9  46  16,9 mm

Dengan adanya exentrisitas terhadap P maka :


Mu  P . e
 34000 . 1,69  57460 KgCm

Sekarang P asli dipindahkan kegaris barat, maka masing-


masing paku tersebut akan memikul gaya sebesar ∆P yang
arahnya berlawanan dengan gya P.

     P  P/n  34000 / 7  - 4857 Kg ( 


 )
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dibuat tabel sebagai
berikut :
 X 2   Y 2  267,425  109,72  377,145

Untuk mengontrol kekuatan paku maka harus kita


perhitungkan besarnya resultante dari masing-masing paku,
akan tetapi perhitungan terlalu lama.

Dengan demikian untuk mempersingkat perhitungan


maka cukup kita kontrol paku yang letaknya terjauh
terhadap titik berat, oleh karena paku yang terjauh
terhadap titik berat akan menerima gaya yang terbesar.

Sekarang kita tinjau paku no.4 dan no.7 ( paku yang


terjauh ).

Mu = + 57460 KgCm ---------- M rumus = -57460 KgCm.


- M . y4 - 57460 . ( 3,4 )
X 4
 
X  Y
2 2
377,145

  518 Kg

- M . x4 - 57460 . ( 10,275 )
Y 4
 
X  Y
2 2
377,145

  1566 Kg
X7   518 Kg
Y7   1177 Kg

P  - 4857 Kg ( 
 )

Oleh karena paku no.4 lebih besar dari pada paku no.7,
maka yang menentukan adalah paku no.4
R4  (  X )2  (  Y )2

 ( - 518 - 4857 ) 2  (  1566 ) 2  5598,48 Kg

Kontrol Tegangan Yang Timbul.

  R / F geser  5598,48 /  /4 . 2 2 . 2
 446 Kg/Cm 2    1120 Kg/Cm 2

  R / F tumpu  5598,48 / 2 . 1
 2799 Kg/Cm 2  τtp ( memenuhi )

Dengan demikian konstruksi tersebut cukup kuat ( aman )


III.5. ENGSEL ( SENDI ) – GERBER.

Seperti pada gambar dibawah ini, digambarkian suatu


gording yang dibuat sebagai seuatu gelagar – Gerber, yang
direncanakan sebagai sebuah engsel pada sambungan.
A. Gording terputus – putus, sebagai balok atas dua
perletakan.

Keuntungan : - Statis tertentu, tidak peka terhadap


peurunan perletakan yang tidak sama.

Kerugian : - Dimensi baloknya besar.

B. Gording balok menerus atas beberapa penggung.

Keuntungan : - Balok dapat lebih ringan

Kerugian : - Statis tak tentu, peka ter terhadap


penurunan penanggungan yang didak sama.
C. Gording menurut sistem Gerber.

Keuntungan : - Statis tertentu sehingga tidak peka


terhadap penurunan penanggung yang tidak
sama.

- Balok dapat lebih ringan

Kerugian : - Membutuhkan kostruksi khusus yaitu engsel.

Perhitungan sambungan paku keling dan baut engsel yang


dibebani kopel pada konstruksi gording menurut sistim
gerber, diamana engsel yang dipergunakan diameter 3/4“
seperti pada contoh soal dibawah iini.
Contoh kasus :

Diketahui, gording menurut sistim gerber dengan ukuran


profil INP 18 ( seperti pada gambar ).

Diameter paku keling = 16 mm

Diameter engsel = 3/4“ ( baut engsel ).

Data - data paku  tr  1600 Kg/Cm 2


  0,8 . 1600  1280 Kg/Cm 2
 tp  2 . 1600 Kg/Cm 2  3200 Kg/Cm 2

Baut engsel  tr  1600 Kg/Cm 2


  0,6 . 1600  960 Kg/Cm 2
 tp  1,2 atau 1,5 .  tr
Penyelesaian :

Cara I. Cara Grafis.

Perhitungan paku :

Pertama : Tetapkan terlebih dahulu letak titik berat (Z)

dari bagian paku, sehingga didapatkan exentrisitas gaya P

Kedua : Pindahkan gaya P ke titik berat (Z)

Mu = P . e

= 2000 . 10,5 = 21000 KgCm.

Dengan Cara Grafis :

M .1
Gaya yang diterima oleh paku - - - -  K 
I
2

I1  I3  2 2  32  3,6 Cm
I4  4 Cm
M .1 21000 . 3,6
K1  K3    1804 Kg
I
2
3,6 2  3,6 2  4 2
M . 12
K2   2004 Kg
I
2

Akibat P (  ) - - - --  (  )  P  P/n  2000/3


 666,7 Kg

R1  R3  2242 Kg
R2  2004  666,7
 1337 Kg
Kontrol kekuatan paku :

R 2242
  
2 . /4 . d 2
2 . /4 . 1,7 2
 494 Kg/Cm 2    0,8 .  tr

R 2242
 tp  
d . s 1,7 . 0,69
 1912 Kg/Cm 2   tp  2 .  tr
Kontrol Engsel 3/4“ ( 19,05 mm = 2,0 Cm )

P 2000
  
2 . /4 . d 2
2 . /4 . 2 2
 319 Kg/Cm 2    0,6 .  tr

R 2000
 tp  
d .s 2 . 0,69
 1449 Kg/Cm 2   tp  1,5 .  tr
Cara II. Analitis.

Mu = + 21000 Kgcm -------- Mu rumus = - 21000 Kgcm


X
2
  Y 2  24  18  42

- M . ( y1 ) - M . ( x1 )
X1  dan Y1 
X  Y X  Y
2 2 2 2
Sehingga : X1 = 1500 Kg Y1 = -1000 Kg

X2 = 0 Kg Y2 = 2000 Kg

X3 = -1500 Kg Y3 = -1000 Kg

Dengan demikian resultante paku adalah :

R  ( X )2  ( Y )2 (r u m u s)

dimana : X = Gaya yang sejajar sumbu x

Y = Gaya yang sejajar sumbu y

Maka R1 = 2242 Kg

X2 = 1333 Kg

X3 = 2242 Kg
Dari harga resultante ( R ) tersebut diatas maka yang
menentukan adalah harga resultante yang terbesar yaitu R1
atau R3 guna mengontrol kekuatan paku terhadap tegangan
yang timbul, baik tegangan geser yang timbul , maupun
tegangan tumpu yang timbul.

Dan cara pengontrolannya sama dengan halaman sebelumnya,


dimana semua tegangan yang timbul harus lebih kecil dari
tegangan yang diijinkan.

Sekarang bagaimana bila gaya yang terjadi atau gaya


yang bekerja membentuk suatu sudut ( miring ) seperti
yang tertara dalam gambar dibawah ini :
Langkah – langkah penyelesaiannya :

1. Uraikan gaya ( P’ ) tersebut menjadi gaya horisont


( PH ) dan menjadi gaya vertikal ( PV ).

2. Tetapkan (z) atau letak titik berat paku berdasarkan


kedududukan paku, hingga didapatka exentrisitas paku
( e ) dari ( z ) ke ( PV ).

3. Akibat adanya suatu exentrisitas terhadap gaya ( PV )


maka gaya tersebut akn menimbulkan momen sebesar :

Mu = PV . e

4. Bila gaya PV dipindahkan bekerja pada titik berat paku


maka akan timbul gaya dalam paku sebesar ∆P = PV/n

Begitu juga dengan PH maka ∆H = PH/n

dimana ( n ) = jumlah paku keling.


5. Dengan demikian dapat dibuat suatu tabel perhitungan
paku seperti biasanya untuk menghitung besarnya
resultante paku yang bekerja, guna mengontrol tegangan
– tegangan yang timbul pada sambunga tersebut.

6. Sedangkan pengontrolan paku dan engsel dapat dilakukan


sama seperti perhingan gording sebelumnya, yang mana
tegangan yang timbul harus lebih kecil dari tegangan
yang diijinkan.
BAB IV

GELAGAR
IV.1. PENGERTIAN GELAGAR

Yang dimaksud dengan gelagar atau balok yaitu


bagian – bagian konstruksi yang mendatar atau bagian –
bagian konstruksi yang hampir mendatar, yang diberi beban
lentur biasanya dibebani oleh suatu beban yang tegak
lurus pada sumbu memanjang.

Atau dengan kata lain, balok pada umumnya merupakan


elemen struktur yang berfungsi memikul beban lentur.

Dan biasanya elemen struktur ini diatur sedemikian rupa


sehingga beban lentur yang diterimanya adalah beban -
Lentur searah ( lentur yang terjadi pada satu bidang ).
Muatan biasanya dianggap bekerja pada sher-centre ( titik
pusat geser ), sehingga torsi tidak perlu diperhitungkan.

Didalam kasus yang demikian, kekuatan lentur


terhadap sumbu kuat bahan menjadi pokok perhatian dalam
perencanaan, sehingga profil – profil yang dipilih
umumnya adalah profil I atau C ( Channel ).

Oleh karena bentuk-bentuk ini mempunyai perlawanan yang


lemah terhadap torsi dan lentur yang tegak lurus sumbu
lemah bahan, sehingga padanya dapat terjadi perpindahan
lateral dan torsi meskipun pada balok tersebut hanya
bekerja beban letur yang arahnya tegak lurus sumbu kuat
bahan.

Kejadian ini dinamakan lateral torsional buckling -


atau kip, yang akan dibahas secara detail nanti pada
materi baja semester VII.

Dan pada bab gelagar ini akan diberikan pada mahasiswa


suatu kasus mengenai sambungan suatu gelagar pada jarak
tertentu dari tumpuan seperti contoh dibawah ini, sebagai
suatu gambaran sederhana untuk pertinjauan terhadap
permasalahan yang lebih komplek lagi.

Contoh kasus :

Diketahui suatu gelagar terdiri dari profil INP.55,


memikul beban seperti pada gambar dibawah ini :
Dimana : Beban merata ( q )  1 ton/m
Beban sendiri gelagar  0,167 ton/m
Tegangan ijin baja  tr  1600 kg/Cm 2

Diminta : Perhitungan dan gambar rencana bagian sambungan


dengan paku keling di titik ( C ). Bila sambungan
direncanakan sejarak 2m dari titik A ke titik C

Dan periksa apakah sambungan yang direncanakan tersebut


cukup kuat.

Penyelesaian :

Pembebanan : - Berat sendiri gelagar = 0,167 t/m

- Beban luar merata (q) = 1,000 t/m +

Maka beban total ( q1 ) = 1,167 t/m


Perhitungan reaksi gelagar :

 MB  0 - - - -  RA  1/2 . qt . L
 1/2 . ( 1,167 ) . 8  4, 668 ton

Gaya Desak ( D )
D  RA - 2 . ( 1,167 )
 4,668 - 2,334  2,334 ton
Momen Mu  RA . 2 - 2 . ( 1,167 ) . 2/2
 4,668 . 2 - 2,334  7,002 tm
Penentuan Pelat Penyambung :

1. Pelat penyambung flens F ≥ F flens

2. Pelat penyambung badan harus dibuat setinggi mungkin


tetapi masuhi dibawah pembuatan profil.
Tebal pelat penyambung badan ≥ 0,7 x tebal pelat badan
yaitu = 0,7 . 19 = 13,3 mm diambil 15 mm.
Gaya lintang D dipikul penuh oleh pelat penyambung badan.

Sehingga ∆D = D/n = 2334/10 = 233,4 Kg.

Z1  Z2
 MD  D .
2

 2334 . 36/2  42012 KgCm

Momen Luar Total ( Mut ).

Pemeriksaan Tegangan :

Dimana, F netto = F bruto – F lubang paku

I netto = I bruto – I lubang


Perhitungan I bruto :

- Pelat penyambung badan  2 . 1/12 . 22 . 33  100 Cm 4


 2 . 22 . 3 . 29 2  111012 Cm 4
- Pelat penyambung badan  2 . 1/12 . 1,5 . 443  21296 Cm 4
I bruto  132408 Cm 4
Akibat lubang – lubang ( 4 dalam pelat penyambung dan 4
dalam pelat penyambung flens ) maka,
 I  4 . 2,6 . 3 . 29 2  26240 Cm 4 . ( atas dan bawah )
 4 . 2,6 . 1,5 . 17,52  4778 Cm 4 . ( kiri )
 4 . 2,6 . 1,5 . 52  390 Cm 4 . ( kanan )
 I  31408 Cm 4
Perhitungan I bruto :

I netto  I bruto -  I
 132408 - 31408  101000 Cm 4
Mu  7,002 tm  700200 KgCm

I netto 101000
W1 netto    3312 Cm 3
Z1 30,5
I netto 101000
W2 netto    4591 Cm 3
Z2 22
I netto 101000
W3 netto    3483 Cm 3
Z3 29
Kontrol Tegangan Yang Timbul :

 1'  M/W1  700200 / 3312  212 Kg/Cm 2   tr ( oke ).


 2'  M/W2  700200 / 4591  153 Kg/Cm 2   tr ( oke ).
 3'  M/W3  700200 / 3483  201 Kg/Cm 2   tr ( oke ).
Kesimpulan :

Melihat dari tegangan yang timbul sudah


lebih kecil dari tegangan baja yang diijinkan, maka
sambungan tersebut cukup kuat.

Pelat Penyambung Flens :

K  F netto .  3
 ( 22 - 2,6 . 2 ) . 3 . 201  10131 Kg
10131
Jadi tiap paku   1266 Kg
4 . 2
Pemeriksaan Paku Pada Flens : ( Berpotongan Tunggal ).

1266 1266
 tp    163 Kg/Cm 2   tp
d . s 2,6 . 3
1266 1266
    239 Kg/Cm 2
   0,8 .  tr
/4 . d 2
/4 . 2,6 2

Jadi sambungan dari flens tersebut cukup kuat ( aman ).

Pelat Penyambung Badan :

I netto = I bruto - ∆I

= 2 . ( 1/12 . 1,5 . 443 ) – 4 . 1,5 . 2,6

+ 4 . 1,5 . 2,6 . 52

= 16128,5 Cm4
I netto 16128,5
W netto    733 Cm3 .
Z2 22

Mu = Mbd + ∆M ( r u m u s )

M Plat badan  W netto .  z


 733 . 153  112149 KgCm
Mu = M bd + ∆M

= 112149 + 42012

= 154161 KgCm

Mu + maka M r u m u s = -
Untuk mengontrol kekuatan paku cukup ditinjau paku yang
laetaknya paling jauh saja, seperti paku no. 1;3;8;10
 X   Y  405  1938  2343 Cm
2 2 2

- M . y1 - 154161 . ( - 17,5 )
X 1
 
X  Y
2 2
2343

 1152 Kg

- M . x1 - 154161 . ( - 9,0 )
Y 1
 
X  Y
2 2
2343

 593 Kg
Resultante ( R ).

R1  ( 1152 ) 2  ( 593  233,4 )  1418 Kg.

Kontrol Tegangan Yang Timbul :

 tp  R / F tumpu  1418 / 2,6 . 1,9  287 Kg/Cm 2   tp

  R / F geser  1418 / 2 . /4 . 2,6 2


 134 Kg/Cm 2   ( memenuhi )

Jadi sambungan pelat penyambung badan cukup kuat.


IV.2. Perhitungan Konsol :

Dalam analisa konsol pada diklat ini, mengambil


suatu ontoh sederhana, yang mana konsol pendek yang
dihubungkan pada suatu kolom seperti pada kasus dibawah
ini.

Kasus Konsol :

Diketahui suatu konsol pendek seperti pada gambar


dibawah. Dimana konsol dibebani gaya P dengan jarak 6 cm,
dari kolom baja 18.

Konsol dan kolom dihubungkan dengan 8 buah paku diameter


( d ) 19 mm ( diameter sebelum dikeling ).
Data konstruksi sebagai berikut :

Tegangan ijin tari k baja (  tr )  1400 Kg/Cm 2 .


Tegangan ijin tump u (  tp )  2 .  tr.
Tegangan ijin geser ( )  0,6 .  tr.
Penyelesaian :

  lubang paku   19  1 mm  20 mm  2 Cm.


N geser  2 . /4 . d 2 . 
 2 . /4 . 2 2 . 0,6 . 1400  5277,9 Kg

N tumpu  d . s .  tp
 2 . 1,4 . ( 2 . 1400 )  7840 Kg
 X   Y  8 (4)  4 ( 3,5 )  4 ( 10,5 )  618 Cm
2 2 2 2 2 2

M  P . e  15 P
Maka untuk meninjau gaya – gaya yang terbesar yang
bekerja pada paku, maka cukup ditinjau paku yang jaraknya
terjauh terhadap titik berat.

V  P/n  M . x / 618
V  P / 6  15 . P . 4 /618  0,2221 P
H  M . y / 618
 15 . P . 10,5 / 618  0,2548 P

Resultante Yang Bekerja Pada Paku :

R  ( V )2  ( H )2  ( 0,2221 P ) 2  ( 0,2548 P ) 2
 0,338 P
Dimana, resultante ini harus sama dengan kekuatan satu
paku keling.
Maka untuk meninjau gaya – gaya yang terbesar yang be

R  N geser - - - - - -  0,338 P  5277,9 Kg.


Jadi P  15615 Kg.

Jadi gaya yang dapat dipikul oleh konsol,

Yaitu Pmax = 15615 Kg. Sedangkan tegangan maximum yang


terjadi pada paku adalah tegangan geser yaitu = 0,6 .  tr.
Oleh karena paku yang menentukan adalah akibat gaya
geser.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai