Anda di halaman 1dari 59

Page |1

1. PENDAHULUAN

M elihat perkembangan konstruksi Konstruksi Baja dewasa ini, maka bahan Baja sebagai
bahan Konstruksi terus berkembang pengunaannya baik sebagai bangunan rumah tinggal, gudang,
jembatan, maupun untuk gedung-gedung bertingkat, selain menggunakan bahan beton kayu,
danlain sebagainya sebagai bahan konstruksi. Namun dalam menentukan bentuk dan ukuran
bagiansuatu konstruksi baja maka kita harus mengikuti ketentuan ketentuan yang berlaku di
tempat itu atau ketentuan ketentuan yang lain, yang diberikan oleh yang memberi tugas atau
perintah antara lain, mengenai pengerjaan bahan, beban yang diambil, tegagan-tegagan yang
diperoleh, dan bentuk konstruksi yang direncanakan. Sebab mutu bahan yang dipergunakan sangat
berpengaruh sekali terhadap dimana lokasi didirikan serta kegunaan dari konstruksi tersebut.
Page |2

Apabila kita melihat tentang perencanaan suatu struktur,maka menurut Charles G.Salmon,
Jon.E.Johnson, mendefenisikan bahwa perencanaan struktur adalah sebagai paduan dari seni dan
ilmu yang menggabungkan intuitif seorang insinyur berpengalaman, dalam kelakuan strutur
dengan pengetehuan mendalam tentang prinsip-prinsip statika, Mekanika bahan dan Analisa
Struktur, untuk mendapatkan yang ekonomis dan aman serta sesuai dengan tujuan pembuatanya.
Sedangkan prinsip-prinsip dari perencanaan adalah suatu proses untuk mencapai penyelesaian
yang optimis.
Akan tetapi kita sebagai seorang perencana tidak lepas dari beberapa kriteria yang perlu kita tinjau
antara lain:

1. Bentuk sebaik-baiknya (segi estetika), dan semudah-mudahnya dalam pelaksanaan.


2. Bangunan harus kuat dipandang dari bagian-bagiannya maupun secara keseluruhan
3 Ekonomis (semurah-murahnya) bila ditinjau dari segi biaya.

Dari kriteria tersebut diatas maka jelaslah yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana,
walaupun ada beberapa kriteria lain seperti tinjauan analisa optimasi terhadap struktur
tersebut, untuk mendapatkan struktur yang ekonomis tanpa mengurangi faktor-faktor
kekuatan.
Page |3

2. SIFAT- SIFAT BAHAN BAJA


Baja struktur harus memiliki sifat-sifat utama, guna dapat memberikan jaminan
kekuatan untuk melayani beban dan aksi yang timbul pada strukrur. Karena pada dasarnya
baja kuat menahan tarik dan tekan,maka sifat sifat utama dari baja struktur harus tidak boleh
menyimpang dari kekuatan dasarnya yang mana,sifat sifat utama dari baja yaitu:

1. keteguhan (solidity) yaitu, batas dari tegangan-tegangan dalam dimana perpataha mulai
berlangsung, ini berarti daya lawan baja terhadap tarikan, tekanan dan lentur.

2. Elastisitas (Elastisity) adalah kesanggupan untuk dalam batas-batas pembebanan tertentu, dan
apabila sesudahnya pembebanan ditiadakan, kembali pada bentuk semula.

3. Kekenyalan atau keliatan (Tenacity), merupakan kemanpuan baja untuk menyerap energy
mekanis atau kesanggupan untuk menerima perubahan-perubahan bentuk yang besar tampa
menderita kerugian berupa cacat-cacat atau kerusakan yang terlihat dari luar, dan dalam
jangka pendek sebelum patah, masih bisa berubah bentuknya.

4. Kemugkinan ditempat (Malleability), dalam keadan merah pijar baja menjadi lembek dan plasis
tampa merugikan sifat-sifat keteguhannya sehingga dapat dirubah bentuk dengan baik.
Page |4

5. kemungkinan dilas (Weldability), sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain
dengan memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tanpa merugiakan sifat-sifat
keteguhannya.
6. Kekerasan (Hardens), kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain kedalamnya.

Dari sifat-sifat utama yang dimiliki oleh baja, untuk kepentigan perencanaan stuktur
ditetapkan Konstanta baja, yaitu:

Modulus elastisitas baja

Poison ratio µ = 0,30

Modulus elastisitas geser G =

Koefisien pemuaian linier per ° C


Page |5

Hubungan tegangan – regagangan dapat diidealisasikan dengan diagram


tegangan-regangan sebagai berikut (gambar 1.1)

fu

Fy f yu

fmin
tan -1 E

2%
ε
ε sh = 15 % ± 20%

Gambar 1.1 Hubungan Tegangan – Regangan.


Page |6

3. TEGANGAN LELEH DAN TEGANGAN DASAR

Tegangan leleh dan Tegangan-tegangan dari bermacam-macam baja bangunan dapat dilihat
pada table 1 yang tergantung dari jenis atau mutu baja yang dipakai, yang dimaksud dengan
tegangan leleh ialah σ1 tegangan yang menyebabkan regangan tetap sebesar 0,2 %.
Tabel 1.1 MPa = 10 kg/𝒄𝒎𝟐

Macam Baja Tegangan Leleh Tegangan Dasar

Sebutan 𝝈𝟏 𝝈𝒂

Lama Baru kg/ 𝒄𝒎𝟐 MPa Kg/cm MPa

St.33 Fe.310 2000 200 1333 133,3

St.37 Fe.360 2400 240 1600 160

St.44 Fe.430 2800 280 1867 186,7

St.52 Fe.510 3600 360 2400 240

Dimana harga-harga tegangan yang tercantum pada tabel 1 adalah untuk elemen-elemen
bajayang tabelnya kurang dari 40 mm.
Page |7

Sedangkan untuk elemen baja yang tabelnya lebih dari 40 mm, tetapi kurang dari 100 mm, harga-
harga pada tabel 1 harus dikurangi 10%. Untuk dasar perhitungan tegangan-tegangan diijinkan
pada suatu kondisi pembebanan tertentu, dipakai tengangan dasar yang besarnya dapat dihitung
dari persamaan σa = σ1 : 1,5.

4. PERATURAN DAN SPESIFIKASI YANG DIPAKAI

Perencanaan struktur baja di Indonesia telah menunjukkan perkembangan dan


penigkatan yang cukup pesat mengikuti kemajuan bidang teknologi konstruksi. Sebelum lahirnya
peraturan perencanaan bangunan baja di Indonesia sudah dikenal adanya peraturan atau spesifikasi
untuk perencanaan struktur baja yang antaran lain dikeluarkan oleh AISC, dan AASTHO ( kedanya
dari Amerika ). Akan tetapi tidak berarti dengan terbitnya PPBBI-1983, kemudian spesifikasi AISC
dan AASTHO tidak berlaku lagi di Indonesia, sebaliknya justru merupakan bahan studi yang
menarik bagi teknisi dan praktisi untuk menkaji, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
adanya perbedaan tersebut, dalam kaitannya dengan ketiga peraturan dan spesifikasi tersebut.
Namun pada Diktat Konstruksi Baja II ini hanya menekankan pada perencanaan struktur rangka
baja,untuk menambah wawsan perencanaan pada aplikasinya pada mahasiswa jurusan Teknik Sipil.
Page |8

MATERI RANGKA BAJA  Perencanaan Konstruksi Kuda-kuda Kop Baja


- Pembebanan pada Gording
- Dimensi Gording
- Perhitungan gaya-gaya batang pada titik simpul
- Mendimensi Batang Tarik dan Batang Tekan
- Pengontrolan Pelat Simpul
- Perhitungan Kolom
- Perhitungan Pondasi

 Perhitungan Konstruksi dengan memeakai bahan Las


Page |8

1. PENGERTIAN STRUKTUR RANGKA

Yang dimaksud dengan rangka yaitu suatu konstruksi pendukung yang terdiri dari segitiga
batang. Dan bentuk segitiga ini dipilih berhubung tanah bentuk, dan titik-titik dimana batang
itu
bertemu dipandangan sebagai engsel. Suatu rangka dapat statis tidak tertentu, hal ini
tergantung
pada banyaknya batang dan juga titik simpul.
Konstruksi menjadi statis tertentu bila: S = 2 n – 3 dimana S = banyak batang dan n = banyak
titik simpul.
Untuk Konstruksi statis tertentu gaya-gaya batang dapat dihitung dengan cara Ritter,
Culman, atau dengan diagram Cremona.
Page |9

2. BENTUK RANGKA BAJA

Dalam penentuan bentuk rangka suatu konstruksi pada dasarnya adalah tergantung pada
tujuannya dan fungsinya, seperti pada gambar-gambar dibawah ini dimana kalau kita
memerlukan pinggir atas yang datar, maka dapat dibuat gelagar sejajar seperti (gambar 2.1).
Jika rangka itu diperlukan untuk kuda-kuda maka pinggir atas mengikuti bidang atap sedang
pinggir bawah bisa dibuat datar.
Tinggi rangka untuk gelagar-gelagar sejajar atau yang hampir sejajar dibuat 1/8 -1/12 kali
batang (L).
Beberapa bentuk type rangka baja antara lain:

Gambar 2.1 Bentuk atap datar


P a g e | 10

h2

h1

Gambar 2.2 Kuda – kuda Inggris dengan diagonal tekan

h2

h1

Gambar 2.3 Kuda – kuda polonceau rangkap


P a g e | 11

h3
Diagonal Tarik
h2
Diagonal Tekan

h1

L L

Gambar 2.4 Kuda–kuda berpetak (tepi terputus) Kuda-kuda level

3. KONSTRUKSI ATAP

Pada kuda – kuda baja maka konstruksi penutup atap bisa terdiri dari :

1. Genteng dengan sudut kemiringan ( άminimum = 30° )


2. Penutup dari sirap ( άminimum = 10° )
3. Penutup dari seng bergelombang ( ά minimum = 10° )
4. Penutup dari eternit bergelombang
P a g e | 12

PERLETAKAN GORDING

┘└ 75 x 50 x 5

CNo. 12

ϕ 13 ┘└ 50 x 50 x5
└ 70 x 70 x 7

ϕ 16
100 25 50 50 25
└ 70 x 70 x7

└ 70 x 70 x 7

Ι No. 16

Gambar 2.5 Gording dengan penutup atap


P a g e | 13

Eternit gelombang sifat menyekatnya lebih baik daripada seng gelombang dan tidak
membutuhkan pemeliharaan
Kejelekannya adalah, bahwa plat-plat ini tidak tahan tumbukan maka dari itu pemasangan
dan pengangkutannya harus hati hati, dan tentang pemasangannya hampir sama dengan seng.

4. BATANG TARIK

Batang tarik mungkin merupakan elemen yang paling sederhana perencanaannya


dibandingkan dengan elemen lainnya. Sebab pada umumnya akibat beban yang bekerja sentris,
tegangan merata pada seluruh penampang dimana, σ = P/F, dan instabilitas bukanlah problem
dominan yang harus dipertimbangkan.
Pembuatan lubang untuk penyambungan pada batang tarik mengakibatkan berkurangnya luas
penampang batang. Hal ini harus diperhitungkan pada perencanaan. Sehingga dimensi batang tarik
yang dibebani gaya P adalah :
Fbr = 1 . 15 . Fn Fn = P/σt
Dengan diketahui Fbr maka ukuran profil dapat ditentukan.
P a g e | 14

Kontrol akibat perlemahan paku.

Fbr yang ada = 2. F = cm²


F perlemahan = cm²
Fn = cm²

Jadi tegangan yang timbul σt° = P/Fn,


harus lebih kecil dari tegangan tarik ( σt )

5. BATANG TEKAN
Batang tekan adalah batang yang menderita atau mendukung suatu gaya tekan baik secara sentris
maupun secara eksentris sehingga batang tersebut hanya menderita gaya aksial atau kombinasi
antara gaya aksial dengan momen. Dalam perencanaan suatu batang tekan yang perlu diperhatikan
adalah peristiwa tekuk. Batang tekan yang akan menekuk kearah sumbu yang mempunyai jari –
jari inersia yang terkecil. Dan gambar di bawah ini digambarkan macam – macam kedudukan
batang tekan yang berhubungan dengan panjang tekuknya.
P a g e | 15
P P
PN PN δ
F

εl εl εl εl
L L L L

y y y
y

M M
P P PN

Gambar 2.6 Kondisi kedudukan batang tekan


Besarnya Pkr, dipengaruhi oleh kelangsingan batang yaitu ( λ ) dimana :

maka,

Pkr

Kalau, Pkr = F. σkr

σkr =
P a g e | 16

 2. E Rumus Euler

Jadi jelas sekali bahwa harga Pkr dan σkr berubah-ubah tergantung dari besarnya lamda
( λ ). Sebab besarnya π², E dan F adlah tetap.
Rumus Euler dibuat dengan anggapan bahwa perpanjangan atau perpendekan,
berbanding lurus ( seharga ) dengan naiknya tegangan ( Hukum HOKE ). Sedangkan Hukum
Hoke berlaku apabila besarnya tegangan hanya sampai pada batas perbandingan seharga ( batas
propotio yang bagi baja Fe 37 besarnya batas propotio ini σp = 2000 kg/cm² ). Sehingga
persamaanya menjadi :

σkr =  2
.E
2000 =

maka :

= 101.7988

diambil praktis λ = 100


P a g e | 17

Jadi dalam daerah λ < 100 maka rumus Euler tidak berlaku dan rumus Euler berlaku pada
daerah elastis ( kenyal ), daerah dimana λ > 100
Untuk daerah tidak kenyal ( daerah λ < 100 ), maka dari beberapa penyelidik antara lain : Von
Tetmayer, Rein, Karman, dan Enggeser berusaha dengan jalan pengalaman, untuk mencari
perbandingan Akr dan A, dan dari pendapat Rein tampak bahwa :

1. Pada harga λ 0 – 60 besarnya σkr adalah tetap, sebesar batas lumer Fe 37 yaitu 2400 kg/cm²
2. Pada harga kelangsingan λ 60 – 100 besarnya σkr berubah – ubah menurut garis lurus yaitu
σkr = 2890 – 8,17 λ
3. Pada λ ≥ 100, adalah daerah kenyal dan berlaku rumus Euler
P a g e | 17
P a g e | 18

6. FORMULASI DIMENSI BATANG TEKAN


Penentuan dimensi profil secara empiris berdasarkan tegangan dasar yang diijinkan yaitu :
lminimun = 1,69 P. IK²

6.1. Kontrol Tekuk terhadap sumbu bahan [ X – X ]


λ = IK/ix άx = .............................( tabel baja)
σdά = άx. σt
jadi σkerja = P/F┴ < σdά ( memenuhi )

6.2. Kontrol Tekuk terhadap Sumbu Bebas Bahan [ Y – Y ]

J max
Iy ╩ = 2[ Iy + F ( e +1/2.a)² ] = ……… cm²

x x Iy = Iyf =
J min

λyf = άyf = ..................... ( tabel )


P a g e | 19

Syarat άyf. άy1 > άy1 > sehingga untuk

άy1 = ................ λy1 = .............( tabel )

dengan demikian IK’= λy1.iy = ..................cm

Apabila Ia’ > IK’ maka harus dipergunakan pelat kopel untuk memperpendek lapangan tekuk.

Dimana : La'= Panjang batang tekan mula - mula

Lk'= Panjang batang tekan yang diijinkan

Untuk mengetahui banyak lapangan tekuk ( n ) = la'/Ik' dan panjang lapangan tekuk
( l') = la'/n =..............cm

6.3. Pemeriksaan Tegangan Tekan

λu = =................. άu = ............... ( tabel )

σdά = άu . άyf . σt = ................kg/cm²

Jadi tegangan kerja σ ( kerja ) = p/2F < σdά ( ok )


P a g e | 20

PERENCANAAN KONSTRUKSI KUDA – KUDA

Dalam bab ini penulis mencoba mengambil suatu contoh perencanaan, guna
memberi
penjelasan dalam perencanaan konstruksi kap baja.

1. DATA PERENCANAAN
 Kuda – kuda type inggris
 Lebar bentang ( L ) = 10 meter
 Panjang bangunan = 25 meter
 Jarak kuda – kuda = 5 meter
 Kemiringan atap ( ά ) = 20°
 Tekanan angin rencana = 50 kg/cm²
 Tegangan ijin baja (σt) = 1400 kg/cm²
P a g e | 21

λ
L

Kuda-kuda Gording

l1

l1

l1
l1

Gambar 3.1 Bentuk kuda – kuda dan denah tampak atas

2. DIMENSI GORDING

Perhitungan Jarak gording


P a g e | 22

ά = 20°
α AB = 1,66 m . cos ά = AB/A’
A B
,
λ = 1,66 A’ = = 1,76
,
Pembebanan Gording
 Berat gording ditaksir = 10 kg/m
Maka berat gording ditaksir ( G1 ) = 10 . 5 = 50 kg
 Berat atap seng ( BWG 24 ) = 10 kg/m²
Maka berat atap ( G2 ) = 10 . 1,76 . 5 = 88 kg
Jadi beban mati ( G ) = G1 + G2 = 50 + 88 = 138 kg

Perhitungan Tekanan Angin


 Koefisien Angin Tekan ( C ) = 0,02 . ά – 0,4
 Koefisien Angin Hisap ( C ) = -0,4

Sehingga tiap titik simpul menerima beban angin tekan


P a g e | 23

Bila sudut kemiringan atap ( α ) = 20º

Maka koefisien angin tekan C = 0,02 · 20 – 0,4 = 0

Dengan demikian besar angin tekan tiap m² = 0 · 50 kg/m² = 0

W1 = 0 · 1,76 m · 5 m = 0 kg

Koefisien angin hisap tiap m² = -0,4 · 50 kg/m² = -20 kg/m²

W2 = -20 kg/m² · 1,76 m · 5 = -176 kg

( bekerja pada bidang atap)

2.4. Perhitungan Beban Kebetulan

Beban ini adalah beban akibat orang-orang yang sedang memperbaiki atau memasang dan

memelihara konstruksi tersebut dimana ditentukan sebesar P = 100 kg (vertikal)


P a g e | 24

W1 Y
Y
X X X
G sin α P sin α
X X X

α G G cos α α W2 α P P cos α

a. Berat Sendiri b. Gaya angin c. Kebetulan

Gambar 3.7 Bagan Hasil pembebanan

2.5. Kombinasi Pembebanan

Kombinasi akibat berat sendiri + berat gaya angin

Gaya yang tegak lurus sumbu (x)

qx = G cos α + W1 = 129,67 + 0 = 129,67 kg

qx = G cos α + W2 = 129,67 – 176 = -46,33 kg


P a g e | 25

Gaya yang tegak lurus sumbu (y)

qy = G sin α = 47,198 kg

Kombinasi akibat berat sendiri + akibat beban kebetulan

Gaya yang tegak lurus sumbu (x)

qx = G cos α + P cos α = 129,67 + 93,9 = 223,639 kg

Gaya yang tegak lurus sumbu (y)

qy = G sin α + P sin α = 47,198 + 34,2 = 81,398 kg

Dengan demikian dari hasil kedua kombinasi tersebut di atas maka diambil kombinasi yang
terbesar yaitu (A+C) W1
X

α W2

Gambar 3.8 Kombinasi akibat berat sendiri + beban kebetulan


P a g e |26

2.6. Perhitungan Momen Pada Gording

Adapun arah qx dan qy menurut perhitungan diatas adalah bekerja pada titik
simpul/tumpuan, dalam hal ini maka beban-beban tersebut merata pada gording dengan syarat
beban tumpuan qx dan qy dibagi dengan bentang gording.

Dari gambar bidang momen tersebut diatas diambil akibat momen yang terbesar (Mmax), dimana :

(Mmax) = M2 = M8 = 0,105 q · l²

Dimana q = Q/1 Q=q· l

Mx = 0,105 · Q · l = 0,105 · 223,639 5 = 117,41 kgm


·
My = 0,105 · 81,398 · 5 = 42,73 kgm

Momen tahanan W = M/σ σ = M/W

dimana : Wy = 1/8 · Wx
P a g e | 27

Wx perlu =

Dipakai baja [10] Wx + 41,2 cm³ > Wx perlu

Wy = 8,49 cm³ , Ix = 206 cm4 , Iy = 29,3 cm4 , G = 10,6 kg/m

Kontrol lendutan : f ' = 1/400 · L

Ftengah = Potma halaman 106

dimana : k1 = 3,07 ; k2 = 0,72 ; k3 = 1,5

(Q) dalam ton dan (l) dalam meter

fx = = 0,415

fy = = 1,06

fm = = 1,137
P a g e | 28

fm/1 < 1/400 1,383/500 < 1/400 L (memenuhi)

Apabila dalam hal pengontrolan lendutan ternyata difleksi yang timbul lebih besar dari yang
diijinkan maka hal tersebut perlu diatasi dengan memasang trekstang atau batang penguat
dengan
diameter ¼″. Guna memperkecil yang ada, dan selanjutnya diadakan suatu pengontrolan
sehingga
lendutan yang timbul menjadi lebih kecil dari yang diijinkan.
3. PERHITUNGAN GAYA-GAYA VERTIKAL PADA TITIK SIMPUL
3.1. Bobot kuda-kuda

= (L + 2) kg/m2

= (10+ 2) = 12 kg/m2

Tiap titik simpul tengah memikul

P = L/6 · jarak kuda-kuda · 12

= 10/6 · 5 · 12 = 100 kg
P a g e | 29

Maka titik simpul tepi memikul ½ P = ½ · 100 = 50 kg

Dimana arah gaya-gaya pada titik simpul tersebut vertikal (tegak lurus bidang atap).

3.2.Berat Sendiri Penutup Atap Seng BWG 24


 Berat seng BWG 24 = 10 kg/m2 (PMI-1971)
 Titik simpul tengah = 1,76 · 5 · 10 = 88 kg
 Titik simpul tepi = ½ · 88 = 44 kg

3.3.Berat Sendiri Gording [10 (G = 10,6 kg/m)


 Titik simpul tepi dan tengah = 5 · 10,6 = 53 kg
 Titik simpul puncak = 2 · 53 = 106 kg
Dimana gaya-gaya tersebut bekerja tegak lurus bidang atap.

3.4. Beban Angin


Dari hasil perhitungan besarnya angin tekan didapat W1 = 0 kg, dengan demikian konstruksi
tersebut tidak menerima angin tekan, sehingga yang timbul hanyalah angin hisap yang besarnya :
P a g e | 30

 Angin Hisap W2 = -20 kg/m2


 Titik simpul tengah = 1,76 · 5 · (-20) = -176 kg
 Titik simpul tepi = ½ · (-176) = -88 kg

Dari hasil perhitungan tersebut diatas maka untuk mempermudah dalam penggambaran
gaya-gaya yang bekerja maka dibuatlah tabel hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Bobot akibat berat sendiri

Nama Beban Titik Simpul Titik Simpul Titik Simpul


Tengah (kg) Tepi (kg) Puncak (kg)

B. S. Kuda-kuda 100 50 100


B. S. Seng BWG 24 88 44 88
B. S. Gording [10 53 53 106

Jumlah beban 241 147 294


P a g e | 31

Tabel 3.2 Bobot karena tekanan angin

Nama Beban Titik Simpul Titik Simpul Titik Simpul


Tengah (kg) Tepi (kg) Puncak (kg)

Angin Tekan (W1) 0 0 0


Angin Hisap (W2) -176 -88 -88

2P

P P

P P

½P ½P

Gambar 3.9 Skema pembebanan akibat beban sendiri


P a g e | 32

½ W1 ½ W2

W1 W2

W1 W2

½ W1 ½ W2

Gambar 3.10 Skema pembebanan akibat tekanan angin kiri

½ W2 ½ W1

W2 W1

W2 W1

½ W2 ½ W1

Gambar 3.11 Skema pembebanan akibat tekanan angin kanan


P a g e | 33

Dari skema pembebanan seperti diatas kita adakan suatu penyelesaian, baik secara
analitismaupun cara Cremona, untuk menghitung besarnya gaya-gaya batang yang terjadi baik
akibat berat sendiri, akibat tekanan angin, maupun tekanan angin hisap. Dari hasil gaya-gaya
batang tersebut diadakan suatu kombinasi untuk melihat gaya yang menentukan dalam
perencanaan, (hal ini diambil hasil gaya yang terbesar) baik akibat berat sendiri (A), dan
(A+B) maupun akibat (A+C), sehingga untuk mempermudah dapat dibuat tabel seperti
contoh dibawah ini, yangbesarnya gaya-gaya batang dalam tabel ditentukan dari hasil perhitungan.

Tabel 3. Gaya-gaya batang hasil Cremona atau Analitis

No Gaya batang Gaya angin Gaya angin Gaya batang


Batang berat sendiri A kiri kanan terbesar
(kg) B (kg) C (kg) (kg)

1 …. …. …. ….
2 …. …. …. ….
… …. …. …. ….
dst
P a g e | 34

4. PERHITUNGAN DIMENSI BATANG TARIK DAN BATANG TEKAN

4.1. Dimensi Batang Tarik

Diambil suatu contoh, misal besarnya gaya tarik dari hasil analisa untuk batang H1 yaitu,
P = +11660 kg.

Fbr = 1,15 · Fn rumus empiris pendimensian batang tarik.

Maka : Fn = P/σi = 1660/1400 = 1,186 cm2

Fbr = 1,15 · 1,186 = 1,364 cm2

Jadi dipakai baja siku L 45.45.5 F = 4,3 cm2 > Fbr

Kontrol tegangan

Fbr yang ada = 2 · 4,3 = 8,6 cm2


2
Perlemahan Paku = 2 · 1,4 · 0,5 = 1,4 cm

Fnetto = 7,2 cm2


P a g e | 35

Jadi tegangan yang timbul σiº = P/Fnett = 1660/7,2 = 231 kg/cm2 lebih kecil dari tegangan yang
diijinkan (memenuhi).

4.2. Dimensi Batang Tekan

Contoh besarnya batang vertikal (v2) P = -355 kg, dengan panjang batang tekan l = 1,76 m
2
Imin L = 1,93 · P · Ik baca potma halaman 82

= 1,93 · 0,355 · 1,762 = 2,002 cm4

Imin L = ½ · 2,002 = 1,001 cm4

Jadi dipakai profil L 45.45.5, dengan data profil sebagai berikut :

Ix = Iy = 7,837 cm4 > Imin ; ix = iy = 1,35 cm ; F = 4,3 cm2 imin = 0,87 cm

 Kontrol Tekuk Terhadap Sumbu Bahan [x – x]


P a g e | 36

λ α
Ax = lk/ix = 176/1,35 = 130,37
130 0,250
αx = 0,250 –
130,37 …….
131 0,246 αx = 0,248

σdα = αx · σt = 0,248 · 1400 = 347 kg/cm2


σkerja = P/2F =35/2 · 4,3 = 41,28 kg/cm2 < σdα (oke)
Jadi profil L 45.45.5 memenuhi.

 Kontrol Tekuk Terhadap Sumbu Bebas Bahan [y – y]

J max

Ukuran Profil L 45.45.5


x x Tebal plat simpul δ = 0,8 cm
J min
Ix = Iy = 7,83 cm ; ix = iy = 1,35 cm
F = 4,3 cm2 ; e = 1,28 cm ; imin = 0,87 cm
P a g e | 37

Iy L = 2 · [Iy + F (s + a)2]

= 2 · [ 7,83 + 4,3 (1,28 + 0,4)2]

= 39,93 cm4

iy = iyf = = 0,537 cm

Ayf = lk/iyf = 176/2,044 = 86,11 αyf = 0,537

ada syarat bahwa: αyf · αy1 > αx

/ 0,248/0,537 = 0,461

untuk = 0,461 = 95,5

untuk ini 95,5 > 86,11

'= . = 95,5 • 0,87 = 83,085 cm

Maka > yaitu 176 > 83, 085 cm


P a g e | 38

. Maka untuk ini dipasang pelat kopel guna untuk memperpendek lapangan tekuk•

Panjang lapangan tekuk = 176/3 = 58,7 cm

 Kontrol Lapangan Tekuk

λU = 58,7/imin = 58,7/0,87 = 67,47 u 0,691

αdα = αU . αyf . σt = 0,691 • 0,537 • 1400 = 519,49 kg/cm₂

σ kerja = P/2F = 355/2 • 43 = 41,3 kg/cm2 < σdα

Dengan demikian untuk batang tekan tersebut dengan memakai 3 lapangan tekuk ternyata telah

memenuhi (aman)
P a g e | 39

4.3. Perhitungan Pelat Kopel

R
½L hn = 2w + s = 2 • 2,5 + 0,8 = 5,8 cm
K lk = 176 cm; Ix = Iy = 7,83 cm⁴
½N

C F = 4,3 cm2 ; σdα = 347,₁ kg/cm2


½N
K σt = 1400 kg/cm2
R C = 5. d = 5 . 1,4 = 7 cm ;
hn ½L

k = 3 • d = 4,2 cm

45.45.5
Lmax = RMS

 Perhitungan Gaya – gaya

Dmax = = 1,5% • σdα . FL

= 1,5% • 347, 2 • 2 • 4,3 = 44,79 kg


S = momen statis
P a g e | 40

S = FL• (e + a) = 4,3 • (1,28 + ½ • 0,8) = 7,224 cm³


Lk’ = lk/3 = 17/3 = 58,66 cm

Lmax = = 1212 kg

Gaya yang diterima oleh satu paku adalah :


½ • Lmax = ½ • 1212 = 606 kg

Σ momen terhadap satu titik paku keling = 0


.
N • C – L • hn = 0 N=

N= = 502,11 kg

Gaya yang diterima oleh satu paku

½ • Nmax = ½ • 502,11 = 251,055 kg

R= = 655,95 kg
P a g e | 41

 Kontrol Paku Pada Pelat Kopel


Terhadap geser :

τ=

= = 426 kg/cm²

Jadi τ˚ = 426 kg/cm² < τt= 0,8 • σt ( oke )

Terhadap tumpuan:

τ kerja = R/s . d

= = 586 kg/cm²

Oleh karena masih lebih keeil dari σtp (aman)

Maka pelat kopel tersebut aman terhadap desakan•


P a g e | 42

 Kontrol Tegangan Pada Pelat Kopel

s = 0,8 cm
h = 3d + 5d + 3d = 11d = 15,4 cm
h = 15,4 45.45.5
D = Gaya-gaya yang bekerja pada
pelat
D = 2 • ½ • L = 2 • 606 = 1212 kg
0,5

TEGANGAN PDA PLAT KOPEL

τ ° max = 3/2 . D/b . h = 3/2 . 1212/0,8 . 15,4 = 147,6 kg /cm²

σmax = M/W
M = ½ • N • C = 251,055 • 7 + 1757,4 kg/cm

σmax W =1/6 • b • h² =1/6 •0,8 •(15,4)² = 31,62 cm³

σ i max = σmax = 55,62

= 67,6 kg/cm² σt (memenuhi)


<
P a g e | 43

5• PERHITUNGAN BANYAKNYA PAKU KELING


IV
III
Data tegangan: = 1400 kg/cm²
II

=2• = 2800 kg/cm² I


V VI VII
L
τ‘ = 0,8 . = 1120 kg/cm²
Gambar 3.10 bentuk kap rangka
= 2 . π/4 . d² . τ‘ = 2 . π/4 . 1,4² . 1120 = 3446 kg/cm²

=d• s• = 1,4 • 0,8 • 2800 = 3136 kg/cm²

 Perhitungan paku pada titik simpul (3)

dimana:
A3 n = ≈ 2 paku
A₂, A₃, D₁, adalah besarnya gaya batang, dan (n)

n V₂ = ≈ 2 paku adalah jumlah paku yang diperlukan minimal 2


A2 paku. Demikian seterusnya perhitungan
D1 V2
kebutuhan paku sampai dengan titik simpul
n D₁ = ≈ 2 paku
terakhir.
P a g e | 44

KONTROL PLAT SIMPUL 3,6

10,35

2,8 15,2
1435

12,8

20
A
t = 0,8 cm
45. 45 . 5
Plat simpul t = 0,8 cm
335
338

395
45. 45 . 5 45. 45 . 5 161
110
361
A 24° 72°

335

Gambar 3. 11 Detail titik simpul (3), dan kontrol pelat simpul


P a g e | 45

Mencari letak titik berat

[(20 • 0,8) – 2 (1,4 • 0,8)] Z = (20 • 0,8 • 0,5 • 20) – (1,4 • 0,8 • 2,8) – (1,4 • 0,8 • 12,8) ⇒

Z = 10,35 cm

W = 1/6 • b • h² = 1/6 • 0,8 • 20² = 53,33 cm³

M = - 1435 (10,35 -1,6) + 361 (10,35 – 3,6) + 110 (+110 (15,2 - 10,35)

M = - 12556,25 + 2436, 75 + 533,5 = 9586 kgcm

N = 1435 + 110 – 361 = 1184 kg

D = 338 – 161 = 177 kg

Fn = (20 • 0,8) – 2 (1,4 • 0,8) = 13,76 cm²


P a g e | 46

σ = ±

= ±

= 86,04 ± 179,9

σt = 86,04 + 179, 7 = 265,8 kg/cm² (1400kg/cm²)

σd = 86,04 – 179 7 = 93,66 kg/cm² ( σt )

t = D/F = = 12,86 kg/cm2

σi =

= = 96 kg/cm2 < σt = 1400 kgcm²

Jadi pelat simpul dengan δ = 0,8 cm ( aman )


P a g e | 47

PERHITUNGAN KOLOM

PV = 1120 Kg
⇒ Kolom direneanakan dengan DIN 16
PH = 180 Kg
G = 45,8 kg/m
Wx = 329 cm³
7m F = 58,4 cm²
ix = 6,71 cm
iy = 4,1 cm

Ptotal = 1120 + 45,8 • 7 = 1441 kg

M = 180 • 7 = 1260 kg m

σB (lentur) = M/W = 126000/329 = 1441 kg/cm²

σD (tekan) = P/F = 1441/58,4 = 26,67 kg/cm²


P a g e | 48

A = 1k/iy = 700/4,1 = 170,73 α = 0,14527

c = 1/α = 1/0,14527 = 6,88223

σd = ω . P/F + M/W = 6,88223 • 1441/58,4 + 126000/329

= 553 kg/cm² < σt’ = 1400 kg/cm²

GAYA I II III I + II I + III GAYA


MAKSIMUM
( kg ) ( kg ) ( kg ) ( kg ) ( kg )

RAV 750 150 360 900 1110 1110

RBV 750 370 140 1120 890 1120

RAH - 180 180 180 180 180

RBH - - - - - -

Keterangan : I = Akibat berat sendiri


II = Akibat angin kiri
III = Akibat angin kanan
P a g e | 49

Kontrol tegangan

σ' = 1441/30 • 40 ± 6 • 126000/30 • 40²

σ1 = -14,5 kg/cm² < σb = 40 kg/cm²

σ2 = 16,95 kg/em² < σb = 40 kg/cm²

1/3 a1 δ2 = 16,95

D
δ1 = 16,95

T a1 a2

L = 40
P a g e | 50

а : а = σ1 : σ2 а1 = •L

Maka ; а = 17,44 cm ; dan а2 = 21,56 cm

Gaya tarik ( T ) = ½ а 1 • σ1 . b

= ½ 18,44 • 14,5 • 30 = 4010,7 kg

Gaya tekan ( D ) = ½ а2 . σ2 . b

= ½ • 21,56 • 16,95 • 30 = 5481,6 kg

6•1 PERHITUNGAN PELAT KAKI

Dalam perhitungan pelat kaki, dimana blok beton direneanakan dengan mutu beton K125
PV
Berat kolom = 7 • 45,8 = 320,6 kg
PH

Reaksi perletakan = 1120 kg +

h Berat total ( Pu ) = 1440,6 kg

⇒ Pu dibulatkan menjadi 1441 kg


P a g e | 51

M = PH • ℓ

= 180 • 7 = 1260 kg m

Pelat kaki dengan panjang ( L ) dan lebar ( b )

⇒ Tegangan tekan yang ditekan pelat

σ= + < σ pondasi = 40 kg/cm

Diambil b = 30 cm

40 = +

40 ( 30 • L² ) = 1440,61 + 756000

1200 L² - 1440,6 L + 756000 = 0

L1,2 = ⇒ Rumus ABC


P a g e | 52

⇒ , = 25,67 cm

Diambil L = 40 cm

 Meneari letak titik berat


[ ( 20 • 0,8 ) – 2 ( 1,4 • 0,8 ) ] Z = ( 20 • 0,8 • 0,5 • 20 ) – ( 1,4 • 0,8 • 2,8 ) – ( 1,4 • 0,8 • 12,8 ) Z = 10,35 cm²

W = 1/6 • b • h² = 1/6 • 0,8 • 20² = 53,33 cm³


M = -1435 (10,35 – 1,6) + 361 (10,35 – 3,6) + 110 (15,2 – 10,35) = 9586 kgcm
1435 + 110 – 361 = 1174 kg
N = 338 – 161 = 177 kg
D = (20 • 0,8) – 2 (1,4 • 0,8) = 13,76 cm²
Fn = N/F ± M/W = 1184/13,76 ± 9586/53,33 = 86,04 ± 179,7
σ = 86,04 + 179,7 = 256,8 kg/cm³ < σt ‘
σt = 86,04 – 179,7 = -93,66 kg/cm³ < σt ‘
σd = D/F = 177/13,76 = 12,86 kg/cm²
τ = = = 96 kg/cm² < σt

Jadi pelat simpul dengan δ = 0,8 cm ( memenuhi )


P a g e | 53

MENGHITUNG TEBAL PELAT

(M) = 126000 kgcm


(T) = 4010,7 kg

M =T•W 126000 = 4010,7 • 1/6 • 30 • s²

s= = 2,5 cm = 2,5 mm

Jadi tebal pelat ( S ) = 25 mm = 2,5 cm

 Perhitungan Angker ( jangakar )

Tegangan ijin angker diambil ( σt’ ) = 980 kg/cm²

F = T/σt = 4010,7 / 980 = 4,09 cm²


Bila dipergunakan dua (2) angker maka luas 1 jangkar yaitu = =∽3
cm²
Jadi dipergunakan angker dengan ukuran 7/8” F = 2,72 cm²

Maka penampang untuk dua jangkar = 2 • 2,72 = 5,44 cm² > 4,09 cm²
Dengan demikian angker 7/8” memenuhi.
P a g e | 54

KOLOM DIN 16
BASE PLATE PLAT SIKU 100 . 100 . 10
PLAT SIMPUL
BAUT 7/8”

PLAT SIKU 120 . 120 . 11


PLAT BAJA t = 2,5 cm

7/8” ANGKER

BALOK BETON MUTU K125

30 cm

40 cm
Gambar . No. 12 detail kolom dan pelat kaki.
P a g e | 55

Ir. Sudirman Indra, M. Sc. Lahir 22 Agustus 1960 di Sumbawa Besar, setelah menyelesaikan
pendidikan Sarjana Muda (BE), th 1982 di Akademi Teknologi Nasianal Malang , Disamping
sebagai kordinator teknik suatu konsultan dan kontaraktor. Tahun 1983 melanjutkan studi pada
tingkatan doktoral di ITN – Malang pada jurusan yang sama, dan menyalesaikan sarjana Teknik
Sipil tahun 1985. Pada tahun 1989 mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Intitut
Teknologi Bandung (ITB) dan mendapatkan gelar Magester Of Science tahun 1992 pada bidang
Teknik Sipil Struktur, Sekarang kembali mengajar pada program studi Teknik Sipil Institut
Teknologi Nasional Malang, dalam mata kuliah Konstruksi Baja, Teknik Gempa, dinamika Struktur
dan Baja Jembatan, disamping , pernah,sebagai Wakil Dekan II dan III- serta Dekan pada, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut Teknologi Nasional Malang , Juga pernah sebagai Wakil
Rektor III, serta sebagai Ka.LP2K ITN, dan sekarang sebagai Anggota Himpunan Ahli Konstruksi
Indoesia (HAKI), Penguus Himpuan Ahli Kontrak Konstrksi Indonesia (HAKKI) DPD Jatim, Ketua
DPC Malang Raya Ikakatan Ahli Konstruksi Indonesia (IAKI), serta melakukan kegiatan
Konsultasi konstruksi dididang Teknik Sipil.

Anda mungkin juga menyukai