MODUL PERKULIAHAN
W112100023 –
Struktur Baja 1
Pengenalan Material Baja
Abstrak Sub-CPMK
01
Fella Supazaein, ST. MT
Teknik Teknik Sipil
Pengenalan Material Baja
Sejarah Penggunaan Material Baja
Tahun 4000 SM, besi yang merupakan komponen utama penyusun baja digunakan
sebagai bahan material peralatan – peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam bentuk
besi tempa, yang diperoleh dengan memanaskan bijih – bijih besi dengan menggunakan
arang. Sekitar akhir abad ke – 18 dan permulaan abad ke-19, besi tuang dan besi tempa
sudah mulai banyak digunakan untuk pembuatan struktur jembatan. Jembatan pertama
yang terbuat dari besi tuang adalah Jembatan Lengkung Coalbrookdale yang berada
diatas Sungai Severn, Inggris.
Material yang berasal dari perpaduan antara besi dan karbon muncul pada abad
ke-19 dan dinamakan baja. Baja memiliki kadar karbon yang lebih sedikit dari besi tuang.
Material baja mulai digunakan pada konstruksi besar atau berat. Pada tahun 1870 baja
karbon mulia diproduksi dalam skala besar dan menggantikan besi tuang sebagai elemen
konstruksi.
Jembatan Eads di Amerika Serikat merupakan jembatan kereta api pertama yang
dibuat dari baja pada tahun 1874. Jembatan ini memilki 3 buah bentangan yaitu bentang
520 ft pada bagian tengah dan dua bentang lainnya sebesar 500ft. Bangunan pertama
lainnya yang terbuat dari baja adalah struktur portal rangka baja yaitu Home Insurance
Company Building di Chicago yang dibangun oleh Wiliam – Baron Jenny. Jenny
menggunakan kolom dari besi tuang yang dibungkus dengan bata, balok – balok untuk 6
lantai pertama dibuat dari besi tempa, sedangkan balok – balok di lantai atasnya terbuat
dari balok baja struktural.
Salah satu bahan konstruksi yang banyak digunakan selain beton adalah baja. Material ini
memiliki bahan dasar logam. Material baja diklasifikasikan berdasarkan komposisi
kimianya, sifat tariknya dan metode pembuatannya seperti baja karbon (carbon steel),
baja paduan rendah mutu tinggi (high-strength low-alloy), baja paduan rendah (low alloy).
Klasifikasi ini mempengaruhi sifat – sifat mekanis baja sebagai bahan konstruksi.
➢ Baja paduan
Baja paduan rendah (low alloy) dapat ditempa dan dipanaskan untuk
memperoleh tegangan leleh antara 550 – 760 Mpa.
Kekuatan material baja dalam menerima beban sangat ditentukan oleh sifat mekanisnya.
Sifat mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut dalam memberikan
perlawanan terhadap beban yang bekerja pada bahan tersebut. Sifat mekanis baja
struktural yang dibutuhkan dalam perencanaan meliputi tegangan leleh, tegangan putus
(tegangan ultima), modulus elastisitas, modulus geser, nisbah poisson, serta koefisien
pemuaian.
Tabel 1. Sifat Mekanis Baja Struktural berdasarkan Mutu Baja
Gambar 4. Grafik tegangan-regangan baja tipikal untuk baja struktural dengan Kadar
karbon rendah pada temperatur ruang.
Batas elastis (elastic limit) merupakan kondisi pada saat tegangan maksimum dapat
ditahan oleh material tanpa mengalamu deformasi tetap atau dapat kembali ke bentuk
awalnya. Pada kondisi tersebut berlaku hukum Hooke, dimana perbandingan antara
= batas elastis
= tegangan leleh atas dan bawah
= tegangan putus
= regangan saat mulai terjadi efek strain-hardening (penguatan regangan)
= regangan saat tercapainya regangan putus
Pemilihan baja sebagai elemen struktur pada bangunan didasarkan pada beberapa
keunggulan yang dimilki oleh material tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut ;
a. Baja mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga dapat mengurangi ukuran struktur
yang secara langsung akan mengurangi berat struktur secara keseluruhan
b. Material penyusun baja lebih seragam dibandingkan dengan beton
c. Tingkat elastisitas yang tinggi dan sesuai dengan Hukum Hooke. Selain itu,
momen inersia dari baja akan dapat dihitung secara akurat.
d. Daktilitas yang cukup tinggi, dimana daktilitas adalah kemampuan material dalam
menahan deformasi yang besar tanpa terjadinya keruntuhan dengan tegangan
tarik yang tinggi. Pada pengujian tarik, daktilitas diperoleh dari persentase
perpanjangan dibagi dengan panjang gage atau persen penurunan dari luasan.
e. Kekerasan (toughness) adalah kemampuan dari material untuk menyerap energi
dalam jumlah besar. Struktur naja merupakan material yang kuat karena memiliki
daktilitas yang tinggi. Ketika suatu baja dibebani sampai mengalami deformasi
yang besar, tetap akan bisa menahan gaya yang besar. Karakteristik ini sangat
penting karena baja dapat mengalami deformasi yang besar selama fabrikasi dan
ereksi tetapi tidak mengalami kerusakan.
f. Mudah dipasang atau digabungkan dengan struktur yang sudah adasehingga
mempercepat waktu pelaksanaan konstruksi.
Selain memiliki keunggulan, material baja juga memiliki beberapa kelemahan yang
harus diperhatikan karena dapat menurunkan kekuatan dari struktur baja tersebut.
Beberapa kelemahan yang ada adalah sebagai berikut :
a. Mudah mengalami korosi apabila terpapar dengan udara dan air secara langsung
sehingga harus diberikan perlakuan khusus, misalnya dicat secara periodik.
b. Terdapat biaya tambahan untuk pemberian lapisan tahan api karena baja
merupakan material penghantar panas yang sangat baik. Jika terpapar oleh api
1. Portal
Sistem portal yaitu sistem struktur yang terdiri dari tiang/ kolom dan balok (beam) di mana
tiang dan balok tersebut tersusun dari batang tunggal. Sistem portal dapat digunakan
sebagai struktur pada bangunan bentang panjang maupun bentang pendek. struktur ini
cukup sederhana sehingga secara arsitektural pun biasa-biasa saja (terkesan konvensional)
dan mempunyai kelemahan yaitu dimensi kolom dan balok semakin besar bila bentangnya
semakin besar.
5. Struktur Shell
Struktur shell yaitu sistem struktur yang menggabungkan plate, arc, dan catenarie
sehingga menghasilkan kekuatan yang dihasilkan oleh bentukan lengkung yang
dimilikinya. Struktur ini digunakan untuk bangunan yang menggunakan bentuk
dome, atap lengkung (stadion, bandara, stasiun kereta api dan lain-lain).
bentuknya dinamis dan tidak kaku.
Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai gabungan antara seni dan ilmu
pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur mengenai perilaku
struktur dengan dasar – dasar pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika bahan
dan analisis struktur untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman, selama
masa layannya. Perhitungan yang melibatkan prinsip – prinsip ilmiah harus dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan, namun tidak diikuti secara asal-asalan.
Pengalaman intuisi seorang ahli struktur digabungkan dengan hasil- hasil perhitungan
ilmiah akan menjadi suatu dasar proses pengambilan keputusan yang baik.
Tujuan dari perencanaan struktur menurut Tata Cara Perencanaan Struktur untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2020) adalah menghasilkan suatu struktur yang stabil,
cukup kuat, mampu layan, awet dan memenuhi tujuan – tujuan lainnya seperti ekonomi
dan kemudahan pelaksanaan. Perencanaan adalah sebuah proses untuk mendapatkan
suatu hasil yang optimum apabila memenuhi kriteria – kriteria berikut :
A. Biaya minimum
B. Berat minimum
C. Waktu konstruksi minimum
D. Tenaga kerja minimum
E. Biaya manufaktur minimum
F. Manfaat maksimum pada saat masa layan
Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada struktur (Pandeleke et al., 2019).
Pembebanan merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan struktur, dimana
apabila beban yang ada melebihi beban yang direncanakan akan berakibat fatal pada
bangunan. Standar yang mengatur mengenai beban minimum untuk merancang
bangunan gedung atau struktur lain adalah SNI 1727 : 2013. Beban dibagi menjadi dua
yaitu beban tetap terdiri dari beban mati dan beban hidup. Beban tidak tetap berupa
beban gempa (Setiawan, 2016). Beberapa jenis beban yang sering dijumpai antara lain :
1. Beban Mati
Beban mati adalah beban gravitasi yang berasal dari berat semua komponen
gedung/bangunan yang bersifat permanen selamat masa layan struktur termasuk pula
unsur-unsur tambahan, mesin serta peralatan tetap yang tak terpisahkan dari gedung
tersebut. Beban mati diperoleh dengan memperhitungkan berat sendiri dari material
yang dipakai diantaranya adalah berat isi beton, berat isi baja, berat atap dan
sebagainya. Beban sendiri bahan bangunan dan komponen gedung ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 2. Beban hidup terdistribusi merata minimum dan beban hidup terpusat minimum
Beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan – tekanan dari gerakan angin. Beban
angin sangat bergantung dari lokasi dan ketinggian struktur. Besarnya tekanan tiup
minimum sebesar 25 kg/m2, kecuali untuk bangunan-bangunan berikut :
1. Tekanan tiup di tepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/m2
2. Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih dari 40
dalam m/s
3. Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan dengan rumus (42,5 +
0,6 h), dengan h adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter
Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan diatas harus dikalikan dengan suatu
koefisien angin untuk mendapatkan gaya resultan yang bekerja pada bidang kontak
tersebut.
4. Beban Gempa
Semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur akibat adanya pergerakan
tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun horizontal. Namun
pada umumnya percepatan tanah arah horizontal lebih besar daripada arah
vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh lebih menentukan daripada
gempa vertikal. Besarnya gaya geser dasar statik ekivalen ditentukan berdasarkan
persamaan :
Dimana :
C adalah faktor respon gempa yang ditentukan berdasarkan lokasi bangunan dan jenis
tanahnya,
I adalah faktor keutamaan gedung,
R adalah faktor reduksi gempa yang tergantung pada jenis struktur yang bersangkutan
W adalah berat total bangunan termasuk beban hidup yang bersesuaian.
Ada dua konsep analisis pada struktur baja yaitu konsep Allowable Stress Design
(ASD) dan Load and Resistance Factor Design (LRFD). Konsep ASD adalah nalisis
struktur baja berdasarkan tegangan kerja yang mengacu pada perencanaan elastis,
dimana semua tegangan yang terjadi dibawah tegangan izin. LRFD merupakan
perencanaan berdasarkan beban terfaktor yang memperhitungkan kondisi batas, yaitu
kondisi maksimum yang dapat diberikan suatu penampang yang berada diluar batas
elastis (inelastis). Selain itu juga memperhitungkan tegangan ultima baja (fu).
Pada SNI 1729 : 2020 mengenai Spesifikasi untuk Bangunan Baja Struktural,
desain struktur baja dengan menggunakan ASD disebut dengan Desain Kekuatan Izin
(DKI), sedangkan desain struktur baja dengan menggunakan LRFD diistilahkan sebagai
Desain Faktor Beban dan Ketahanan (DFBT).
1. Metode ASD
Metode ASD terdiri dari dua yaitu Allowable Stress Design (ASD) dan Allowable
Strength Design (ASD). Pada standar AISC tahun 1989, metode ASD yang digunakan
adalah allowable stress design.
Allowable Stress Design (desain tegangan yang diijinkan) yang disebut pula working
stress design (desain tegangan kerja), didalam metode ini, eleman struktur pada
bangunan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tegangan yang timbul akibat
beban kerja atau/layan tidak melampaui tegangan ijin yang telah ditetapkan.
atau,
Allowable Strength Design, desain ini memenuhi persyaratan bila kekuatan izin
setiap komponen struktur sama atau melebihi kekuatan perlu yang ditentukan
berdasarkan kombinasi beban Desain Kekuatan Izin (DKI). Desain hasrus dilakukan
sesuai rumus berikut :
Dengan :
= kekuatan perlu yang menggunakan kombinasi beban DKI
= kekuatan nominal
= faktor keamanan
= kekuatan izin
kombinasi pembebanan :
Dengan :
= beban yang harus dipikul oleh struktur
= faktor beban
= kuat nominal
= faktor reduksi
Pada LRFD, beban yang digunakan adalah beban ultima, dimana beban yang bekerja
dikalikan dengan faktor beban sehingga menghasilkan beban yang lebih besar dari beban
yang diterima struktur. Selain faktor beban, pada LRFD juga menggunakan faktor ketahan
( ) yang besarnya ditentukan oleh jenis gaya yang bekerja, apakah batang mengalami
gaya tarik, tekan, lentur atau geser.
Setiawan Agus, 2013 “Perencanaan Struktur Baja, Metode LRFD”, edisi pertama
Erlangga, Jakarta.
Salmon, C.G., & Johnson, J.E., 1992 “Struktur Baja, Desain dan Prilaku”, edisi ketiga, PT.
Gramedia Pusat Utama, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional, 2000 “Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung, SNI 03–1729–2020”, Bandung.
Pandeleke et al., 2019. Perencanaan Ulang Bangunan Struktur Baja Rumah Sakit Umum
Ratumbuysang di Kota Manado. Jurnal Sipil Statik Vol 7 (6). Pp 723-732.
Setyowulan, E.A.D. 2020. Perencanaan Struktur Baja : Berdasarkan SNI 1729 : 2020.
Universitas Brawijaya Press.