Anda di halaman 1dari 27

Proposal Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia XIII

Tahun 2022

Klasifikasi: Model Bangunan Gedung Baja

Tim KRACHT
Bangunan Gedung 8 Lantai Tahan Gempa Dengan Rangka Baja

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam sebuah pelaksanaan konstruksi yang hebat, terdapat perencanaan yang tepat
di belakangnya. Karena dua hal ini sangat berkaitan satu sama lain. Apabila kita mendesain
sebuah bangunan dikerjakan secara tidak teliti maka akan terjadi kegagalan sebuah
konstruksi. Syarat sebuah konstruksi baja yang baik harus menganalisa struktur dengan
mekanika teknik, analisa dengan komputer, analisa struktur harus digambarkan dengan
model-model matematis dan apabila perhitungan terjadi penyimpangan maka struktur yang
dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau percobaan yang cukup aman,
Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana dan pelaksana yang
bersangkutan, Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang
ditunjuk oleh pengawas bangunan, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang
menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut dan nama penanggung jawab hasil
perhitungan harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan serta tanggal yang jelas. Dengan
demikian tugas seorang perancang struktur adalah mengatur dan mendimensi struktur serta
baja struktur sehingga dapat memikul beban. Pekerjaan yang harus dilakukan adalah
mengatur tata letak struktur, mempelajari berbagai bentuk struktur yang mungkin untuk
digunakan, meninjau kondisi pembebanan, analisa tegangan, defleksi dan lain-lain.
Pekerjaan selanjutnya adalah desain dan dilanjutkan dengan penggambaran. Dengan kata
lain, desain berarti mendapatkan dimensi bagian struktur setelah gaya dihitung.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana merencanakan gedung dengan jumlah lantai 8 yang kokoh dan tahan
terhadap gempa dengan metode sambungan menggunakan baut

b. Bagaimana mendesain pondasi yang kuat dengan hantaman gempa agar tidak
mengakibatkan getaran yang besar untuk gedung tersebut agar gedung tersebut tetap
kokoh
1.3. Tujuan

a. Dapat menghitung pembebanan yang berfungsi sebagai input mendesain


struktur baja pada gedung yang di desain. 2.

b. Dapat menggunakan software SAP untuk membantu dalam perancangan


struktur baja yang didesain.

c. Dapat mengetahui berat struktur dan kebutuhan biaya yang harus disediakan
untuk membangun struktur dengan profi baja yang telah didesain. 4.

d. Dapat membandingkan perhitungan menggunakan SAP dengan perhitungan


manual.

1.4. Teknik Pemodelan Struktur

Struktur dimodelkan dengan menggunakan SAP 2000 V17. Analisa


menyertakan beban mati, beban angin, beban pekerja, dan beban gempa.
BAB II

DASAR – DASAR TEORI


2.1. Baja
Baja merupakan paduan logam yang terdiri dari besi dan dicampur dengan
beberapa elemen – elemen lainnya salah satunya unsur karbon. Baja yang
digunakan dalam struktur pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi baja
karbon, baja paduan mutu rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat – sifat
mekanik baja telah diatur dalam ASTM A6/A6M.
a. Baja karbon
Baja karbon dibagi menjadi tiga kategori, kategori ini didasarkan dari
kandungan karobonnya, antara lain: baja karbon rendah (C = 0,03 –
0,35%), baja karbon menengah (C = 0,35 – 0,50%), dan baja karbon tinggi
(C = 0,55 – 1,70%). Selain unsur kabon, unsur lain yang terdapat pada
baja adalah mangan (Mn = 0,25 – 1,50%), silikon (Si = 0,25 – 0,30%),
fosfor (P = ≤ 0,04%), dan sulfur (S = 0,05%). Baja karbon pada umumnya
memiliki tegangan leleh (fy) antara 210 – 250 Mpa.
b. Baja paduan rendah dan mutu tinggi
Baja yang dimaksudkan paduan rendah dan mutu tinggi (high-strength
low-allow steel/ HSLA) ialah baja yang mempunyai tegangan leleh (fy)
yang berkisar antara 290-550 Mpa dengan tegangan putus (fu) antara 415
– 700 Mpa. Baja karbon meningkatkan kekuatannya seiring dengan
bertambahnya persentase karbon, sedangkan baja paduan rendah dan
mutu tinggi dapat memperbaiki sifat mekanisnya dengan membentuk
mikrostruktur dalam baja yang lebih halus.
c. Baja paduan
Baja paduan rendah (low alloy) mampu ditempa dan dipanaskan untuk
mendapatkan tegangan leleh yang berkisar antara 550 – 760 Mpa. Baut
yang biasa digunakan untuk alat pengencang atau sambungan mempunyai
tegangan minimum 415 – 700 Mpa.
2.1.2. Sifat Mekanik Baja

Baja sebagai salah satu material pada konstruksi bangunan memiliki


beberapa sifat fisis dan mekanis yang dapat mempengaruhi kekuatan pada sebuah
konstruksi bangunan, berikut ini adalah sifat mekanis yang ada pada material baja:

a. Kekakuan (Stiffness)
Yaitu sifat suatu material yang dapat renggang pada saat menerima tegangan
yang tinggi tanpa diikuti oleh regangan yang besar, sifat ini merupakan
kemampuan material dalam menahan deformasi. Kekakuan bahan yaitu berupa
yang tinggi dapat berdeformasi lebih kecil pada saat menerima beban, baja
sendiri memiliki modulus elastisitas (E) sebesar E = 207.000 MPa.
b. Kapabilitas (Strength)
Sifat suatu bahan yang ditentukan oleh tegangan pada material dapat
merenggang sebelum mengalami kegagalan (failure). Kapabilitas didefinisikan
oleh batas proporsional, titik lentur atau tegangan maksimum.
c. Elastisitas
Elastisitas adalah suatu sifat material yang dapat kembali pada bentuk awal
setelah diberikan beban.
d. Daktilitas
Sifat suatu bahan yang dapat berdeformasi pada beban tarik sebelum material
benar – benar patah (rupture).
e. Kegetasan
Kegetasan adalah tak adanya deformasi plastis pada material sebelum rusak,
atau material yang rusak tanpa adanya tanda – tanda kerusakan terlebih dahulu.
f. Kelenturan
Kelenturan adalah sifat suatu material yang dapat menahan beban yang tinggi
tanpa memunculkan tegangan lebih pada batas elastis.
Titik – titik yang ada pada kurva antara lain :

fp : batas proporsional

fe : batas elastis

fyu, fy : tegangan leleh atas dan bawah

εy : regangan pada saat terjadi efek strain – hardening (penguatan regangan)

Titik – titik penting ini membagi kurva tegangan – regangan menjadi beberapa
daerah sebagai berikut :

1. Daerah linear antara 0 dan fp , pada daerah ini berlaku Hukum Hooke,
kemiringan dari bagian kurva yang lurus disebut sebagai modulus elastisitas
(E)
2. Daerah elastis antara 0 dan fe , pada daerah ini jika beban dihilangkan maka
material akan kembali pada bentuk awal atau dapat dikatakan material
tersebut masih bersifat elastis
3. Daerah plastis yang dibatasi antara regangan 2% hingga 1,2 – 1,5%, pada
bagian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan sebesar
fy,. Pada daerah ini menunjukkan pula tingkat daktilitas dari material baja.
Pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah ini
tegangan masih mengalami kenaikan.
4. Daerah penguatan regangan (strain – hardening) pada εy . Untuk tegangan
lebih besar daripada 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum,
tegangan mengalami kenaikan namun dengan kemiringan yang lebih kecil
daripada kemiringan pada daerah elastis.
Pada perencanaan struktur baja, pada SNI 03 – 1729 – 2002 mengambil sifat –
sifat mekanik dari material baja yaitu :

Modulus elastisitas, E = 200.000 MPa

Modulus geser, G = 80.000 MPa

Angka Poisson = 0,30

Koefisien muai panjang, α = 12 . 10-6/oC

Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan putusnya, SNI 03 – 1729 – 2002


mengklasifikasikan mutu dari material baja menjadi 5 kelas mutu, yaitu :

Tabel 2. 1 Tabel Mutu Baja

2.2. Pembebanan
Pada pembebanan untuk menentukan desain sebuah penampang, terdapat
faktor yang disebut dengan faktor ketahanan. Faktor ketahanan atau kapasitas ini
ialah kemampuan sebuah penampang untuk mampu menahan beban yang diterima,
namun pada perhitungan pembebanan dan perhitungan kapasitas penampang
terdapat ketidakpastian yang menyebabkan cukup banyak kerugian dalam
mendesain sebuah penampang. Ketidakpastian ini dapat diatasi dengan desain yang
cukup dan diuji dengan cek keamanan sehingga hasil desain dapat dipercaya.
Maksud dari Load Resistance Factor Desain (LRFD) ini adalah untuk memisahkan
antara ketidakpastian pada perhitungan pembebanan dengan ketidakpastian pada
kapasitas penampang dalam menahan beban serta untuk menentukan batas
keamanan dalam desain
LRFD (Load and Resistance Factor Design) merupakan salah satu metode
perencanaan yang telah digunakan di Indonesia sebagai peraturan perencanan yang
sesuai dengan SNI. Pada metode LRFD, hal yang diperhitungkan dalam
perencanaan gedung adalah faktor beban dan faktor ketahanan material. Metode
LRFD ini pada dasarnya tegangan yang terjadi pada elemen – elemen struktur
haruslah lebih kecil dibandingkan dengan tegangan yang diizinkan. Atau dapat
dikatakan beban yang bekerja harus lebih kecil daripada kapasitas penampang yang
telah dibagi dengan faktor keamanan.

.............................................................................................(2.1)

Dimana : fu = tegangan yang dibutuhkan

Ø = faktor keamanan

fn = tegangan nominal

Metode LRFD juga memberikan perbandingan yang spesifik antara beban


(Q) dengan resistensi (Rn), seperti persamaan dibawah ini

.............................................................................................(2.2)

Dimana : Qi : beban nominal

Ɣi : faktor pembebanan

Rn : kekuatan nominal

ϕ : faktor tahanan berdasarkan struktur yang ditinjau


2.2.1. Beban Mati (Dead Load)
Beban mati ialah berat dari semua bangunan yang bersifat permanen selama
masa pelayanan bangunan tersebut, termasuk unsur – unsur tambahan, finishing,
mesin – mesin yang bersifat tetap dan tidak dapat dipisahkan dari bangunantersebut.
Dalam menentukan beban mati untu perencanaan, harus digunakan berat
bahBeban Hidup

Beban hidup adalah beban gravitasi yang diakibatkan oleh hal – hal yang
bekerja pada sebuah struktur bangunan selama masa layanannya. Beban yang
termasuk kedalam beban hidup adalah manusia, perabotan yang dapat dipindah dan
tidak bersifat permanen, kendaraan, dan barang – barang lainya. Karena besar lokasi
beban yang dapat sewaktu – waktu berubah, penentuan beban hidup cukup sulit,
maka untuk menentukan beban hidup sebuah bangunan ditentukan menurut
kegunaan bangunan yang bersangkutan. Seperti yang akan disebutkan pada tabel
2.2.

Tabel 1. 3 Beban Hidup Pada Lantai Gedung

Beban Hidup
No Fungsi Bangunan
(kg/m2)
1 Lantai dan rumah tinggal sederhana 200
Lantai dan rumah tinggal sederhada
dan gudang – gudang tidak penting
2 125
yang tidak untuk toko, pabrik, atau
bengkel
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor
3 250
toko, toserba, restoran, hotel, asrama,
dan rumah sakit
4 Lantai ruang olahraga 400
5 Lantai ruang dansa 500
Lantai dan balkon dari ruang – ruang
untuk pertemuan seperti masjid,
6 400
gereja, ruang pagelaran, ruang rapat,
bioskop, dsb
Panggung penonton dengan tempat
7 500
duduk tak tetap
Lantai untuk pabrik, bengkel,
8 400
gudang, perpustakaan, ruang arsip,
toko buku, ruang mesin
9 Lantai Gedung parkir bertingkat
- Untuk lantai bawah 800
- Untuk lantai tingkat lainnya 400

2.2.2. Beban Angin


Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat adanya tekanan
dan gerakan dari angin. Pada umumnya, untuk struktur yang pelaran mengenai
aliran angin harus dilakukan untuk menentukan gaya angin yang ada pada struktur.
Beban angin sangat bergantung pada lokasi dan ketinggian struktur, besarnya
tekanan angin harus diambil minimum sebesar 25 kg/m2, kecuali untuk bangunan –
bangunan berikut:
2.2.2.1. Tekanan tiup pada tepi laut hingga 5 km dari pantai tekanan
angin
minimum yang diambil adalah 40 kg/m2
2.2.2.2. Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya
lebihdari 40 kg/m2, harus diambil sebesar p = V2/16 (kg/m2), dengan V
adalah kecepatan angin (m/s)
2.2.2.3. Untuk cerobong, tekanan angin ditentukan dengan rumus (42,5 +
0,6h),dengan h adalah tinggi cerobong dalam meter
Sedangkan untuk tekanan angin berdasarkan tinggi bangunan, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. 4 Tekanan Angin Berdasarkan Ketinggian Bangunan

No Ketinggian Tekanan angin (kPa) Tekanan angin (kg/m2)


1 <9m 0,75 76,5
2 9,1 – 14,9 m 1,0 102
3 15 – 30 m 1,25 127,5
4 30,1 – 150 m 1,50 153
2.2.3. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban yang bekerja pada struktur karena adanya
pergerakan teknonik pada bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun horizontal.
Tetapi pada umumnya pergerakan tanah arah horizontal lebih besar percepatannya
daripada pergerakan arah vertikal. Besarnya gaya geser dasar ditentukan oleh
persamaan:
𝐶×𝐼
𝑉= .𝑊
𝑊 .............................................................................................(2.3)
𝑅

Dimana:

C : faktor respon gempa berdasarkan lokasi


bangunan danjenis tanah

I : faktor keutamaan gedung


R : faktor reduksi gempa tergantung pada
struktur

Wt : berat total bangunan


V : percepatan gempa
2.3. Kriteria Desain

2.3.1. Material Yang Digunakan


A. Baja UNP

Baja UNP. Atau biasa dikenal dengan Baja Kanal U (seperti huruf U). Berbeda dengan Baja
WH, jenis ini biasanya relatif lebih mudah ditekuk dan dibentuk. Jenis ini juga biasa dikenal
dengan nama Profil U, Kanal U dan sebagainya

B. Alat Sambung

Suatu konstruksi bangunan baja adalah tersusun atas batang-batang baja yang
digabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan menggunakan berbagai
macam teknik sambungan.Adapun fungsi / tujuan sambungan baja antara lain :

1. Untuk menggabungkan beberapa batang baja membentuk kesatuan


konstruksi sesuai kebutuhan.
2. Untuk mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan (panjang, lebar,
tebal, dan sebagainya).
3. Untuk memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja di lapangan.
4. Untuk memudahkan penggantian bila suatu bagian / batang konstruksi
mengalami rusak.
5. Untuk memberikan kemungkinan adanya bagian / batang konstruksi yang
dapat bergerak missal peristiwa muai-susut baja akibat perubahansuhu.
B.1. Macam Macam Alat Sambung
1. Paku Keling.

Paku keling adalah suatu alat sambung konstruksi baja yang terbuat dari
batang baja berpenampang bulat dengan bentuk sebagai berikut :

Kepala d = diameter paku keling ( mm )


S = Jumlah tebal baja yang disambung

disyaratkan S 4d , jika melebihi 4d


S maka pada saat dikeling akan terjadi
d batang Jockey Pet ( pelengkungan
batangpaku keling akibat
pengelingan )

2. Sambungan LAS
Menyambung baja dengan las adalah menyambung dengan cara memanaskan baja
hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang
kemudian setelah dingin akan menyatu dengan baik.

3. Sambungan Baut
Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu ujungnya
dibentuk kepala baut ( umumnya bentuk kepala segi enam ) dan ujung lainnya
dipasang mur/pengunci.
Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi
sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara yang dapat
dibongkar/dilepas kembali.
Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan pada umumnya ulir segi tiga (ulir
tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi
empat (ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut penggerak atau pemindah tenaga
misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.
Baut untuk konstruksi baja bangunan dibedakan 2 jenis :

 Baut Hitam
Yaitu baut dari baja lunak ( St-34 ) banyak dipakai untuk konstruksi ringan
/ sedang misalnya bangunan gedung, diameter lubang dan diameterbatang baut
memiliki kelonggaran 1 mm.
 Baut Pass
Yaitu baut dari baja mutu tinggi (  St-42 ) dipakai untuk konstruksi berat atau
beban bertukar seperti jembatan jalan raya, diameter lubang dan diameter
batang baut relatif pass yaitu kelonggaran  0,1 mm.

Bentuk baut untuk baja bangunan yang umum dipakai adalah dengan bentukkepala/mur segi
enam sebagai berikut :
2d
Kepala Baut

Batang Baut

Ring Mur

Uliran/Drat

Keterangan : Ring pada pemasangan baut-mur berfungsi agar bila mur


dikencangkandengan keras tidak mudah dol/londot.
Keuntungan sambungan menggunakan baut antara lain :

1) Lebih mudah dalam pemasangan/penyetelan konstruksi di lapangan.


2) Konstruksi sambungan dapat dibongkar-pasang.
3) Dapat dipakai untuk menyambung dengan jumlah tebal baja > 4d ( tidak
seperti paku keling dibatasi maksimum 4d ).
4) Dengan menggunakan jenis Baut Pass maka dapat digunakan untukkonstruksi
berat /jembatan.
Jadi dari dengan memperhatikan keuntunganya dansegi kemudahanya, sambungan
yang digunaka adalah sambungan baut

B.2. Model Sambungan

Model sambungan yang dingunakan pada konstruksi ini adalah


sambungan siku

C. Beban Uji

Beban uji yang digunakan adalah plat baja seberat 1000g atau 1kg
yang diletakkan pada setiap lantai, jadi beban yang dipikul pondasi
dengan jumlah pelat baja sebagai beban uji adalah sebesar 8000g atau
8kg untuk beban uji saja.
3. Modelisasi Stuktur
Permodelan ini ilakukan dengan bantuan program Sap2000. Masing
masing elemen struktur dimodelkan berdasarkan data rencana dengan
material rencana adapun hasil modelisasi struktur sebagai berikut.
4. Analisa Struktur
5. Desain Komponen Struktur

5.A. Profil baja UNP

5.B. Sambungan

5.C. Baut
6. Desain Sistem Sambungan Komponen Struktur Dan Antar Komponen Struktur

7. Desain Sistem Sambungan Kolom Dengan Lantai Dasar


8. Daftar Kebutuhan Profil Komponen Struktural Model Bangunan

A. Kebutuhan Baja
Untuk satu batang baja sepanjang 4 cm jadi untuk ketinggian 58 cm membutuhkan
14 batang baja
Dan untuk ukuran 300 x 200 mm adalah

4 x 12 = 48 batang untuk kolom

Untuk plat lantai membutuhkan 70 cm baja atau 18 batang baja, jadi untuk 8 lantai
adalah 8 x 18= 144 batang baja

Jadi jumlah keseluruhan baja yang dibutuhkan adalah 48 + 144 = 192 batang

B. Kebutuhan Sambungan

Untuk kolom membutuhkan 48 sambungan dan untuk plat membutuhkan 12 buah


perlantainyta jadi untuk 8 lantai maka dibutuhkan sebanyak 96 buah sambungan

C. Kebutuhan baut

Untuk menyambung kolom membutuhkan sebanyak 8 buah baut jadi untuk


menyambung 48 batang baja maka dibutuhkan 384 baut

Untuk kebutuhan penyambungan plat dibutuhkan 3 buah baut maka dari itu untuk
menyambung seluruh batang baja untuk plat dibutuhkan 288 baut

D. Kebutuhan tulangan plat dan bautnya


Untuk tulangan dibutuhkan sebanyak 72 batang untuk per lantai, jadi untuk
kebutuhan tulangan plat 8 lantai adalah 576

Untuk kebutuhan baut me,butuhkan 576 buah baut perlantai, jadi untuk 8 lantai
dibutuhkan 4608 buah baut
BAB III

Metode Perakitan Model Bangunan 8 lantai

1. Siapkan alas dari multiplex 12mm


2. Pasang kolom pada atas alas lantai menggunakan plat siku dan kunci menggunakan
baut

3. Merangkai baja induk dengan kolom dan merangkai baja anak dengan baja
induk untuk lantai 1.
4. Merangkai baja dengan kolom untuk lantai 2
5. Memasang plat lantai multiplek 6mm dengan meletakkannya di atas balok
induk maupun balok anak per elemen atau per ruangan.

6. Rangkailah dengan teknik yang sama sampai mencapai lantai ke 8 dengan pengunci
baut yang kuat
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Struktur bangunan ini di rancang untuk bangunan gedung yang tahan terhadap

guncangan gempa

2. Dalam perencanaan ini semua komponen tulangan menggunakan profil berbahan

baja baik itu kolom maupun tulangan dari plat

3. Untuk sambungan baja menngunakan sambungan siku dan baja berbentuk persegi

yang di eratkan menggunakan baut.

4. Jumlah baja yang digunakan untuk kolom adalah 48 batang baja

5. Jumlah baja yang digunakan untuk kebutuhan plat adalah 192 batng baja

6. Jumlah baut yang digunakan untuk menyambung beberapa baja pada kolom

adalah 576 buah baut

7. Jumlah baut untuk kebutuhan plat untuk lantai adalah 4076 buah baut

8. Penganalisaan struktur dilakukan dengan menggunakan software Sap2000


70
70
70
70
560
70
70
70
70

50 100 100 50
200

POTONGAN B-B
SKALA 1:50
70
70
KOLOM BETON PRACETAK 20/20MM

PELAT LANTAI TBL. 3MM

70
BALOK BETON PRACETAK 15/20MM

70
560
70 plat beban hidup struktur 1000gr

Dinding kertas

Ring balk beton pra cetak 20/15 mm


70

Kolom Beton Pra cetak 20/20 mm


70

Lubang mur
70

50 100 100 100 50


300

POTONGAN A-A
SKALA 1:50
A
200
Lubang mur
Kolom Beton Pra cetak 20/20 mm
Ring balk beton pra cetak 20/15 mm

50
plat beban hidup struktur 1000gr

Dinding kertas

100

B
400

300
100
100
50

50 100 100 50
300
400
50 100 100 100 50
Lubang mur
Kolom Beton Pra cetak 20/20 mm

Ring balk beton pra cetak 20/15 mm

50
plat beban hidup struktur 1000gr

Dinding kertas
100

200
300
100

A
50

300

DENAH GEDUNG 8 LANTAI B


SKALA 1:50

Anda mungkin juga menyukai