Tahun 2022
Tim KRACHT
Bangunan Gedung 8 Lantai Tahan Gempa Dengan Rangka Baja
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam sebuah pelaksanaan konstruksi yang hebat, terdapat perencanaan yang tepat
di belakangnya. Karena dua hal ini sangat berkaitan satu sama lain. Apabila kita mendesain
sebuah bangunan dikerjakan secara tidak teliti maka akan terjadi kegagalan sebuah
konstruksi. Syarat sebuah konstruksi baja yang baik harus menganalisa struktur dengan
mekanika teknik, analisa dengan komputer, analisa struktur harus digambarkan dengan
model-model matematis dan apabila perhitungan terjadi penyimpangan maka struktur yang
dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau percobaan yang cukup aman,
Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana dan pelaksana yang
bersangkutan, Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang
ditunjuk oleh pengawas bangunan, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang
menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut dan nama penanggung jawab hasil
perhitungan harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan serta tanggal yang jelas. Dengan
demikian tugas seorang perancang struktur adalah mengatur dan mendimensi struktur serta
baja struktur sehingga dapat memikul beban. Pekerjaan yang harus dilakukan adalah
mengatur tata letak struktur, mempelajari berbagai bentuk struktur yang mungkin untuk
digunakan, meninjau kondisi pembebanan, analisa tegangan, defleksi dan lain-lain.
Pekerjaan selanjutnya adalah desain dan dilanjutkan dengan penggambaran. Dengan kata
lain, desain berarti mendapatkan dimensi bagian struktur setelah gaya dihitung.
a. Bagaimana merencanakan gedung dengan jumlah lantai 8 yang kokoh dan tahan
terhadap gempa dengan metode sambungan menggunakan baut
b. Bagaimana mendesain pondasi yang kuat dengan hantaman gempa agar tidak
mengakibatkan getaran yang besar untuk gedung tersebut agar gedung tersebut tetap
kokoh
1.3. Tujuan
c. Dapat mengetahui berat struktur dan kebutuhan biaya yang harus disediakan
untuk membangun struktur dengan profi baja yang telah didesain. 4.
a. Kekakuan (Stiffness)
Yaitu sifat suatu material yang dapat renggang pada saat menerima tegangan
yang tinggi tanpa diikuti oleh regangan yang besar, sifat ini merupakan
kemampuan material dalam menahan deformasi. Kekakuan bahan yaitu berupa
yang tinggi dapat berdeformasi lebih kecil pada saat menerima beban, baja
sendiri memiliki modulus elastisitas (E) sebesar E = 207.000 MPa.
b. Kapabilitas (Strength)
Sifat suatu bahan yang ditentukan oleh tegangan pada material dapat
merenggang sebelum mengalami kegagalan (failure). Kapabilitas didefinisikan
oleh batas proporsional, titik lentur atau tegangan maksimum.
c. Elastisitas
Elastisitas adalah suatu sifat material yang dapat kembali pada bentuk awal
setelah diberikan beban.
d. Daktilitas
Sifat suatu bahan yang dapat berdeformasi pada beban tarik sebelum material
benar – benar patah (rupture).
e. Kegetasan
Kegetasan adalah tak adanya deformasi plastis pada material sebelum rusak,
atau material yang rusak tanpa adanya tanda – tanda kerusakan terlebih dahulu.
f. Kelenturan
Kelenturan adalah sifat suatu material yang dapat menahan beban yang tinggi
tanpa memunculkan tegangan lebih pada batas elastis.
Titik – titik yang ada pada kurva antara lain :
fp : batas proporsional
fe : batas elastis
Titik – titik penting ini membagi kurva tegangan – regangan menjadi beberapa
daerah sebagai berikut :
1. Daerah linear antara 0 dan fp , pada daerah ini berlaku Hukum Hooke,
kemiringan dari bagian kurva yang lurus disebut sebagai modulus elastisitas
(E)
2. Daerah elastis antara 0 dan fe , pada daerah ini jika beban dihilangkan maka
material akan kembali pada bentuk awal atau dapat dikatakan material
tersebut masih bersifat elastis
3. Daerah plastis yang dibatasi antara regangan 2% hingga 1,2 – 1,5%, pada
bagian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan sebesar
fy,. Pada daerah ini menunjukkan pula tingkat daktilitas dari material baja.
Pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah ini
tegangan masih mengalami kenaikan.
4. Daerah penguatan regangan (strain – hardening) pada εy . Untuk tegangan
lebih besar daripada 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum,
tegangan mengalami kenaikan namun dengan kemiringan yang lebih kecil
daripada kemiringan pada daerah elastis.
Pada perencanaan struktur baja, pada SNI 03 – 1729 – 2002 mengambil sifat –
sifat mekanik dari material baja yaitu :
2.2. Pembebanan
Pada pembebanan untuk menentukan desain sebuah penampang, terdapat
faktor yang disebut dengan faktor ketahanan. Faktor ketahanan atau kapasitas ini
ialah kemampuan sebuah penampang untuk mampu menahan beban yang diterima,
namun pada perhitungan pembebanan dan perhitungan kapasitas penampang
terdapat ketidakpastian yang menyebabkan cukup banyak kerugian dalam
mendesain sebuah penampang. Ketidakpastian ini dapat diatasi dengan desain yang
cukup dan diuji dengan cek keamanan sehingga hasil desain dapat dipercaya.
Maksud dari Load Resistance Factor Desain (LRFD) ini adalah untuk memisahkan
antara ketidakpastian pada perhitungan pembebanan dengan ketidakpastian pada
kapasitas penampang dalam menahan beban serta untuk menentukan batas
keamanan dalam desain
LRFD (Load and Resistance Factor Design) merupakan salah satu metode
perencanaan yang telah digunakan di Indonesia sebagai peraturan perencanan yang
sesuai dengan SNI. Pada metode LRFD, hal yang diperhitungkan dalam
perencanaan gedung adalah faktor beban dan faktor ketahanan material. Metode
LRFD ini pada dasarnya tegangan yang terjadi pada elemen – elemen struktur
haruslah lebih kecil dibandingkan dengan tegangan yang diizinkan. Atau dapat
dikatakan beban yang bekerja harus lebih kecil daripada kapasitas penampang yang
telah dibagi dengan faktor keamanan.
.............................................................................................(2.1)
Ø = faktor keamanan
fn = tegangan nominal
.............................................................................................(2.2)
Ɣi : faktor pembebanan
Rn : kekuatan nominal
Beban hidup adalah beban gravitasi yang diakibatkan oleh hal – hal yang
bekerja pada sebuah struktur bangunan selama masa layanannya. Beban yang
termasuk kedalam beban hidup adalah manusia, perabotan yang dapat dipindah dan
tidak bersifat permanen, kendaraan, dan barang – barang lainya. Karena besar lokasi
beban yang dapat sewaktu – waktu berubah, penentuan beban hidup cukup sulit,
maka untuk menentukan beban hidup sebuah bangunan ditentukan menurut
kegunaan bangunan yang bersangkutan. Seperti yang akan disebutkan pada tabel
2.2.
Beban Hidup
No Fungsi Bangunan
(kg/m2)
1 Lantai dan rumah tinggal sederhana 200
Lantai dan rumah tinggal sederhada
dan gudang – gudang tidak penting
2 125
yang tidak untuk toko, pabrik, atau
bengkel
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor
3 250
toko, toserba, restoran, hotel, asrama,
dan rumah sakit
4 Lantai ruang olahraga 400
5 Lantai ruang dansa 500
Lantai dan balkon dari ruang – ruang
untuk pertemuan seperti masjid,
6 400
gereja, ruang pagelaran, ruang rapat,
bioskop, dsb
Panggung penonton dengan tempat
7 500
duduk tak tetap
Lantai untuk pabrik, bengkel,
8 400
gudang, perpustakaan, ruang arsip,
toko buku, ruang mesin
9 Lantai Gedung parkir bertingkat
- Untuk lantai bawah 800
- Untuk lantai tingkat lainnya 400
Dimana:
Baja UNP. Atau biasa dikenal dengan Baja Kanal U (seperti huruf U). Berbeda dengan Baja
WH, jenis ini biasanya relatif lebih mudah ditekuk dan dibentuk. Jenis ini juga biasa dikenal
dengan nama Profil U, Kanal U dan sebagainya
B. Alat Sambung
Suatu konstruksi bangunan baja adalah tersusun atas batang-batang baja yang
digabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan menggunakan berbagai
macam teknik sambungan.Adapun fungsi / tujuan sambungan baja antara lain :
Paku keling adalah suatu alat sambung konstruksi baja yang terbuat dari
batang baja berpenampang bulat dengan bentuk sebagai berikut :
2. Sambungan LAS
Menyambung baja dengan las adalah menyambung dengan cara memanaskan baja
hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang
kemudian setelah dingin akan menyatu dengan baik.
3. Sambungan Baut
Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu ujungnya
dibentuk kepala baut ( umumnya bentuk kepala segi enam ) dan ujung lainnya
dipasang mur/pengunci.
Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi
sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara yang dapat
dibongkar/dilepas kembali.
Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan pada umumnya ulir segi tiga (ulir
tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi
empat (ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut penggerak atau pemindah tenaga
misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.
Baut untuk konstruksi baja bangunan dibedakan 2 jenis :
Baut Hitam
Yaitu baut dari baja lunak ( St-34 ) banyak dipakai untuk konstruksi ringan
/ sedang misalnya bangunan gedung, diameter lubang dan diameterbatang baut
memiliki kelonggaran 1 mm.
Baut Pass
Yaitu baut dari baja mutu tinggi ( St-42 ) dipakai untuk konstruksi berat atau
beban bertukar seperti jembatan jalan raya, diameter lubang dan diameter
batang baut relatif pass yaitu kelonggaran 0,1 mm.
Bentuk baut untuk baja bangunan yang umum dipakai adalah dengan bentukkepala/mur segi
enam sebagai berikut :
2d
Kepala Baut
Batang Baut
Ring Mur
Uliran/Drat
C. Beban Uji
Beban uji yang digunakan adalah plat baja seberat 1000g atau 1kg
yang diletakkan pada setiap lantai, jadi beban yang dipikul pondasi
dengan jumlah pelat baja sebagai beban uji adalah sebesar 8000g atau
8kg untuk beban uji saja.
3. Modelisasi Stuktur
Permodelan ini ilakukan dengan bantuan program Sap2000. Masing
masing elemen struktur dimodelkan berdasarkan data rencana dengan
material rencana adapun hasil modelisasi struktur sebagai berikut.
4. Analisa Struktur
5. Desain Komponen Struktur
5.B. Sambungan
5.C. Baut
6. Desain Sistem Sambungan Komponen Struktur Dan Antar Komponen Struktur
A. Kebutuhan Baja
Untuk satu batang baja sepanjang 4 cm jadi untuk ketinggian 58 cm membutuhkan
14 batang baja
Dan untuk ukuran 300 x 200 mm adalah
Untuk plat lantai membutuhkan 70 cm baja atau 18 batang baja, jadi untuk 8 lantai
adalah 8 x 18= 144 batang baja
Jadi jumlah keseluruhan baja yang dibutuhkan adalah 48 + 144 = 192 batang
B. Kebutuhan Sambungan
C. Kebutuhan baut
Untuk kebutuhan penyambungan plat dibutuhkan 3 buah baut maka dari itu untuk
menyambung seluruh batang baja untuk plat dibutuhkan 288 baut
Untuk kebutuhan baut me,butuhkan 576 buah baut perlantai, jadi untuk 8 lantai
dibutuhkan 4608 buah baut
BAB III
3. Merangkai baja induk dengan kolom dan merangkai baja anak dengan baja
induk untuk lantai 1.
4. Merangkai baja dengan kolom untuk lantai 2
5. Memasang plat lantai multiplek 6mm dengan meletakkannya di atas balok
induk maupun balok anak per elemen atau per ruangan.
6. Rangkailah dengan teknik yang sama sampai mencapai lantai ke 8 dengan pengunci
baut yang kuat
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Struktur bangunan ini di rancang untuk bangunan gedung yang tahan terhadap
guncangan gempa
3. Untuk sambungan baja menngunakan sambungan siku dan baja berbentuk persegi
5. Jumlah baja yang digunakan untuk kebutuhan plat adalah 192 batng baja
6. Jumlah baut yang digunakan untuk menyambung beberapa baja pada kolom
7. Jumlah baut untuk kebutuhan plat untuk lantai adalah 4076 buah baut
50 100 100 50
200
POTONGAN B-B
SKALA 1:50
70
70
KOLOM BETON PRACETAK 20/20MM
70
BALOK BETON PRACETAK 15/20MM
70
560
70 plat beban hidup struktur 1000gr
Dinding kertas
Lubang mur
70
POTONGAN A-A
SKALA 1:50
A
200
Lubang mur
Kolom Beton Pra cetak 20/20 mm
Ring balk beton pra cetak 20/15 mm
50
plat beban hidup struktur 1000gr
Dinding kertas
100
B
400
300
100
100
50
50 100 100 50
300
400
50 100 100 100 50
Lubang mur
Kolom Beton Pra cetak 20/20 mm
50
plat beban hidup struktur 1000gr
Dinding kertas
100
200
300
100
A
50
300